DISUSUN OLEH:
I.1 Pengertian
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons
terhadap stresor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang mengjasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intervena (IV) dan distribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elktrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lain. Dalam keadaan normal kebutuhan cairan adalah 35
cc/KgBB/hr, namun bila dirata-ratakan, kebutuhan intake (masukan) air pada
orang dewasa adalah ingesti liquid 1500 cc, dari makanan 700 cc, air dari
oksidasi 200 cc sehingga totalnya menjadi 2400 cc/hari. Berikut merupakan
kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan (Aziz Alimul, 2015).
Umur Jumlah air dalam 24 ml/kg berat
jam badan
3hari 250-300 80-100
1tahun 1150-1300 120-135
2tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
Dalam tubuh air menempati posisi yang besar dalam tubuh dimana terbagi
menjadi dua :
1. Cairan Intraseluler (CIS) adalah cairan yang terdapat di dalam sel tubuh dan
menyusun sekitar 70% total cairan tubuh (TBW) CIS merupakan tempat
terjadinya aktivitas sel kimia.
2. Cairan Ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan
intravaskuler, cairan interstitial (terdapat dalam ruang antar sel, plasma
darah dan cairan serebrospinal, limfe serta cairan rongga serosa serta sendi),
dan cairan transeluler.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah
minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan
tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam
pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan
syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
2.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang
berhubungan dengan berat badan :
1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan
darah serta tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
1) Cairan oral : NGT dan oral
2) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage dan IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani
dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan
bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah
dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida,
ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit
(Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
d. Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi O2.
Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3- : 25 – 29
mEq/l. Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah
dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 –
98 %) dan vena (60 – 85 %).
2.1 Rencana Keperawatan
No Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Indonesia (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Hipovolemia ( L.03028) Manajemen hypovolemia
Setelah diberikan intervensi selama …x…. Observasi
jam maka status cairan membaik, dengan Periksa tanda dan gejala
Penyebab : kriteria hasil : hypovolemia (mis. Frekuensi nadi
Kehilangan cairan aktif Kekuatan nadi meningkat meningkat, nadi terba lemah, tekanan
Kegagalan mekanisme regulasi Turgor kulit meningkat darah menurun, tekanan nadi
Peningkatan permiabelitas Ortopnea menurun menyempit, turgor kulit menurun,
kapiler Dyspnea menurun membrane mukosa kering, volume
Kekurangan intake cairan Frekuensi nadi membaik urin menurun, hematocrit meningkat,
Evaporasi Tekanan darah membaik haus, lemah)
Kelebihan berat badan Turgor kulit meningkat darah menurun, tekanan nadi
Pemantauan cairan
Observasi
Monitor rekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi napas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan monitor waktu
pengisian kapiler
Monitor turgor kulit
Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
Monitor kadar albumin dan protein
total
Monitor hasil pemeriksaan urine
Monitor intake dan output cairan
Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan
cairan
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
3 Hipervolemia ( L.05020 ) Manajemen hypervolemia
Penyebab Setelah diberikan intervensi selama …x…. Observasi
Gangguan mekanisme regulasi jam maka keseimbangan cairan meningkat, periksa tanda dan gejala hypervolemia
Kelebihan asupan cairan dengan kriteria hasil : identifikasi penyebab hypervolemia
Kelebihan asupan natrium asupan cairan meningkat monitor status hemodinamik
Gangguan aliran balik vena haluaran urine meningkat monitor intake dan output cairan
Efek agen farmakologis kelembaban membrane mukosa monitor tanda hemokonsentrasi
Gejala dan tanda mayor meningkat monitor tanda peningkatan tekanan
Subjektif edema menurun onkotik plasma
Ortopnea dehidrasi menurun monitor kecepatan infus secara ketat
Dyspnea tekanan darah membaik monitor efek samping diuretic
Paroxysmal nocturnal dyspnea denyut nadi membaik Terapeutik
Objektif membrane mukosa membaik timbang berat badan setiap hari pada
Edema anasarka dan/atau edema berat badan membaik waktu yang sama
perifer batasi asupan cairan dan garam
Berat badan meningkat dalam tinggikan keoala tempat tidur 30-40o
waktu sinngkat edukasi
JVP atau CVP anjurkan melapor jika haluaran urine
Reflek hepatojugular positif <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
Gejala dan Tanda Minor anjurkan melapor jika BB bertambah
Subjektif (tidak tersedia) >1 kg dalam sehari
Objektif ajarkan cara mengukur dan mencatat
Distensi vena jugularis asupan dan haluaran cairan
Terdengar suara nafas tambahan ajarkan cara membatasi
Hepaotomegali cairan Kolaborasi
Kadar Hb/Ht turun kolaborasi pemberian diuretic
Oliguria kolaborasi penggantian kehilangan
Intake lebih banyak dari output kalium akibat diuretic
Penyakit ginjal
Pemantauan cairan
Hipoalbuminemia
Observasi
GJK
Monitor rekuensi dan kekuatan nadi
Kelainan hormone
Monitor frekuensi napas
Penyakit hati
Monitor tekanan darah
Penyakit vena perifer
Monitor berat badanmonitor waktu
imobilitas
pengisian kapiler
Monitor turgor kulit
Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
Monitor kadar albumin dan protein
total
Monitor hasil pemeriksaan urine
Monitor intake dan output cairan
Identifikasi tanda-tanda hipervolemia
Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan
cairan
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA