Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

1. Fifih Alamwiyah
2. Fina Naila Sya Adah
3. Puguh Subekti Putrid
4. Puji Astute Retnoningsih
5. Putri Khunaezah
6. Nurma Yuliani
7. Rania Taufika Rahma
8. Ratna Kumala Dewi
9. Yulvia Dia Bekti Utami

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN 32


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. PENGERTIAN
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari
air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. CAIRAN UTAMA
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
(Abdul H, 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh
(total body water[TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya
aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun
sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS
25liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya adalah cairan
intraseluler.

2. Cairan Ekstraseluler (CES)


Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun
sekitar 20% berat tubuh (Price & Wilson, 1986). CES terdiri dari tiga
kelompok yaitu (Abdul H, 2008) :
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran
dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu:anion dan kation.

C. FAKTOR-FAKTOR KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
1. Usia
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal
ini akan menyebabkan edema.

4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah
minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan
cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam
pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan
syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

D. PERGERAKAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH


Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam empat proses (proses
transport) yaitu :
1) Difusi
Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul,
konsentrasi larutan, dan temperatur larutan
2) Filtrasi
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi
penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini
memungkinkan kekuatan yang memungkinkan ginjal untuk memfilter 180
liter/hari.
3) Transport Aktif
Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah
melintasi membrane sel melewati gradien konsentrasinya (gerakan partikel
dari konsentrasi satu ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.
4) Osmosis
Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area
berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat
melewati semua membran bila konsentrasi yang terlarut keduanya berubah.

E. REGULASI ELEKTROLIT
1. Kation, terdiri dari :
a. Sodium (Na+) :
1) Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2) Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3) Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4) Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion
hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan
5) Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
b. Potassium (K+) :
1) Kation berlebih di ruang intraseluler.
2) Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3) Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan
nerves.
4) Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c. Calcium (Ca++) :
1) Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di
dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2) Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3) Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses
pengaktifan protrombin dan trombin.
4) Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran,
dll.

2. Anion, terdiri dari :


a. Chloride (Cl-) :
1) Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
2) Membantu proses keseimbangan natrium.
3) Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.
4) Sumber : garam dapur.
b. Bicarbonat (HCO3-) :
1) Bagian dari bicarbonat buffer system.
2) Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan
suasana garam untuk menurunkan PH.
3) Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
c. Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :
1) Bagian dari fosfat buffer system.
2) Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.
3) Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan
tulang.
4) Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

F. GANGGUAN VOLUME CAIRAN DAN ELEKTROLIT


1. Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan)
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal
sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama (Brunner &
suddarth, 2002), pengertian hipovolemia yaitu sebagai berikut :
a. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES).
b. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES).
c. Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian
ekstraseluler (CES).
ETIOLOGI
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukkan.
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll.
c. Perdarahan.

PATOFISIOLOGI:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi
kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan ,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari
lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.

MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung
jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan
asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan
syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia
adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis
(peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan
aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkn gagal ginjal akut.

KOMPLIKASI
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
a. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang pada dehidrasi hipertonik.

2. Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)


Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau
interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada
perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium
yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka
secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada
peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya
menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002).

ETIOLOGI
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d. Perpindahan interstisial ke plasma.

PATOFISIOLOGI
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan
isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan
tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam
serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan
mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.

MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi
tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik
Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan
air oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH.
Abnormalitas pada homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-basa dan
osmolalitas sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat
menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien
dengan disfungsi kardiovaskuler.

KOMPLIKASI
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan
preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
b. Infark miokard.
c. Gagal jantung kongestif.
d. Gagal jantung kiri.
e. Penyakit katup.
f. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan
osmotik koloid plasma rendah, etensi natrium.
g. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker, berhubungan dengan
kerusakan arus balik vena.
h. Varikose vena.
i. Penyakit vaskuler perifer.
j. Flebitis kronis
Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit yaitu :
1. Hyponatremia dan hypernatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya
terjadi perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari
extrasel ke intrasel mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan
hypernatremia yaitu kelebihan sodium pada cairan extrasel sehingga
tekanan osmotic extrasel meningkat mengakibatkan cairan intrasel
keluar maka sel mengalami dehidrasi.
2. Hipokalemia dan hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel
sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan
sodium ditahan oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH
plasma. Sedangkan hyperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium pada
cairan ektrasel, hal ini jarang terjadi, kalaupun ada hal ini sangat
membahayakan kehidupan sebab akan menghambat transmisi impuls
jantung dan menyebabkan serangan jantung.
3. Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab
tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan
mengambilnya dari tulang. Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar
calcium pada cairan extrasel, kondisi ini menyebabkan penurunan
eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan
flaksiditas.
4. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi
ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang
berlebihan. Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam
serum, kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya
saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal.
5. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi
ini dapat muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus,
peningkatan ekskresi fosfat dan peningkatan ambilan fosfat untuk
tulang. Hiperfosfatemia yaitu peningkatan kadar ion fosfat dalam
serum, kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat
kadar hormon paratiroid menurun.

Gangguan Ketidak Seimbangan Asam Basa yaitu :


1. Asidosis Respiratorik
Yaitu gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh
retensi CO2 akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang
keluar melalui paru berkurang, terjadi peningkatan H2CO2 yang
kemudian menyebabkan peningkatan [H+]. Tanda dan gejala klinisnya
meliputi :
a. Napas dangkal, gangguan pernapasan yang menyebabkan
hipoventilasi
b. Adanya tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan
kesadaran, dan disorientasi.
c. pH plasma <7,35; pH urine <6
d. PCO2 tinggi (>45 mm Hg)
2. Asidosis Metabolik
Yaitu gangguan yang mencakup semua jenis asidosis yg bukan
disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Tanda dan gejala
klinisnya :
a. Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam)
b. Kelelahan (malaise)
c. Disorientasi
d. Koma
e. pH plasma <3,5
f. PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
g. Kadar bikarbonat rendah (anak-anak <20mEq/l, dewasa <21
mEq/l)
3. Alkalosis Respiratorik
Yaitu dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi.
Tanda dan gejala klinisnya :
a. Penglihatan kabur
b. Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
c. Kemampuan konsentrasi terganggu
d. Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
e. pH >7,45
4. Alkalosis Metabolik
Yaitu penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh defesiensi relatif
asam-asam nonkarbonat. Tanda dan gejala klinisnya :
a. Apatis
b. Lemah
c. Gangguan mental
d. Kram
e. pusing

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).

2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan
yang berhubungan dengan berat badan :
1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
1) Cairan oral : NGT dan oral
2) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar
200cc.

3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan,
kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin
dan bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah dan.

4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium,
kalium, klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin
(Hb), hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi
hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
d. Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi
O2. Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg;
HCO3- : 25 – 29 mEq/l. Sedangkan saturasi O 2 adalah
perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang
dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena
(60 – 85 %).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko ketidakseimbangan cairan
2. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
3. Risiko hipovolemia
4. Hipervolemia
5. Hipovolemia
6. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan

C. RENCANA KEPERAWATAN
NO SDKI SLKI SIKI
1. Risiko Keseimbangan cairan Managemen
Ketidakseimbangan (L.05020) cairan(I.03098)
cairan(D.0036) Definisi : ekuilibrium Definisi : mengidentifikasi
Definisi : berisiko antara volume cairan di dan mengelola
mengalami penurunan, ruang intraseluler dan keseimbangan cairan dan
peningkatan atau ekstraseluler tubuh. mencegah komplikasi akibat
percepatan perpindahan Setelah dilakukan ketidakseimbangan cairan
cairan dari perawatan selama .... Tindakan :
intravaskuler, interstisial x ...., diharapkan Observasi
atau intraselular keseimbangan cairan 1. Monitor
kembali normal, dengan status hidrasi(TTV)
kriteria hasil : 2. Monitor
1. berat badan harian
2. 3. Monitor
3. hasil pemeriksaan
membran mukosa laboratorium
4. Terapeutik
5. 1. Catat intake-output dan
6. hitung balance cairan 24
7. jam
8. 2. Berikan asupan cairan
9. sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan
intravena,jika perlu
Kolaborasi
1. Kolabo
rasi pemberian
diuretik,jika perlu
2. Risiko Keseimbangan Pemantauan
ketidakseimbangan Elektrolit (L.03021) elektrolit(I.03122)
elektrolit (D.0037) Definisi : kadar serum Definisi : mengumpulkan
Definisi : berisiko elektrolit dalam batas dan menganalisi data terkait
mengalami perubahan normal regulasi keseimbangan
kadar serum elektrolit Setelah dilakukan elektrolit
perawatan selama .... Tindakan :
x ...., diharapkan Observasi
keseimbangan cairan 1.identifikasi kemungkinan
kembali normal, dengan penyebab
kriteria hasil : ketidakseimbangan
4. Serum natrium elektrolit
5. Serum kalium 2. monitor kadar elektrolit
6. Serum klorida 3. monitor kehilangan cairan
7. Serum kalsium Terapeutik
8. Serum magnesium 1. atur interval waktu
9. Serum fosfor pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
3. jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

3. Risiko Hipovolemia Status Cairan Pemantauan cairan


(D.0034) (L.03028) (I.03121)
Definisi : Berisiko Definisi : kondisi Definisi : mengumpulkan
mengalami penurunan volume cairan dan menganalisis data terkait
volume cairan intravaskuler, pengaturan keseimbangan
intravaskular,interstisial interstisiel dan/atau cairan
dan/atau intraselular intraseluler Tindakan
Setelah dilakukan Observasi
perawatan selama .... 1. monitor frekuensi dan
x ...., diharapkan kekuatan nadi
keseimbangan cairan 2. monitor tekanan darah
kembali normal, dengan 3. monitor berat badan
kriteria hasil : 4. monitor elastisitas turgor
2. K kulit
ekuatan nadi 5. monitor intake-output
3. T terapeutik
urgor kulit 1. atur interval waktu
4. O pemantauan sesuai
utput urine dengan kondisi pasien
5. E 2. dokumentasikan hasil
dema perifer pemantauan
6. B Edukasi
erat badan 1. jelaskan tujuan dan
7. K prosedur pemantauan
eluhan haus
8. K
onsentrasi urine
9. O
liguria
10. In
take cairan
11. S
uhu tubuh
4. Hipervolemia (D.0022) Keseimbangan cairan Managemen hipervolemia
Definisi : peningkatan (L.05020) (I.03114)
volume cairan Definisi : ekuilibrium Defiisi : mengidentifikasi
intravaskular,interstisial, antara volume cairan di dan mengelola kelebihan
dan/atau intraselular ruang intraseluler dan volume cairan intravaskular
ekstraseluler tubuh. dan ekstravaskuler sera
Setelah dilakukan mencegah terjadinya
perawatan selama .... komplikasi
x ...., diharapkan Tindakan
keseimbangan cairan Observasi
kembali normal, dengan 1. Periksa tanda gejala
kriteria hasil : hipervolemia
1. 2. Identifikasi penyebab
2. hipervolemia
3. 3. Monitor status
membran mukosa hemodinamik
4. 4. Monitor intake output
5. Terapeutik
6. 1. Batasi asupan cairan
7. Edukasi
8. 1. Anjarkan cara mengukur
9. dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
2. Ajarkan cara membatasi
cairan
5. Hipivolemia (D.0003) Status Cairan Managemen hipovolemia
Definisi : penurunan (L.03028) (I.03116)
volume cairan Definisi : kondisi Definisi : mengidentifikasi
intravaskular, volume cairan dan mengelola penurunan
interstisial, dan/atau intravaskuler, volume cairan intravaskuler
intraselular interstisiel dan/atau Tindakan :
intraseluler 1. Periksa tanda dan gejala
Setelah dilakukan hipovolemia
perawatan selama .... 2. Monitor intake output
x ...., diharapkan Terapeutik
keseimbangan cairan 1. Hitung kebutuhan cairan
kembali normal, dengan 2. Berikan cairan oral
kriteria hasil : Edukasi
1. Kekuatan nadi 1. Anjurkan memperbanyak
2. Turgor kulit asupan cairan oral
3. Output urine Kolaborasi
4. Edema perifer 1. Kolaborasikan pemberian
5. Berat badan cairan Iv isotonis (mis
6. Keluhan haus :NaCl, RL)
7. Konsentrasi urine 2. Kolaborasikan pemberian
8. Oliguria cairan IV hipotonis(mis :
9. Intake cairan glukosa 2,5%, NaCl 0,4%
10. Suhu tubuh 3. Kolaborasikan pemberian
cairan koloid (mis:
albumin,plasmanate)

(Tim Pokja SDKI DPP (Tim Pokja SLKI DPP (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
PPNI, 2017) PPNI, 2019) 2018)
6. Kesiapan peningkatan Perilaku kesehatan Edukasi terapi cairan
keseimbangan cairan (L.12107) (I.12455)
(D.0025) Definisi : kemampuan Definisi : memberikan
Definisi : pola dalam mengubah gaya informasi pada pasien untuk
ekuilibrium abtara hidup/perilaku untuk mencapai keseimbangan
volume cairan dan memperbaiki status cairan
komposisi kimia cairan kesehatan Tindakan :
tubuh yang cukup untuk Setelah dilakukan Observasi
memenuhi kebutuhan perawatan selama .... 1. Identifikasi kesiapan
fisik dan dapat x ...., diharapkan dan kemampuan
ditingkatkan keseimbangan cairan menerima informasi
kembali normal, dengan Terapeutik
kriteria hasil : 1. Sediakan materi dan
1. Penerimaan media pendidikan
terhadap kesehatan
perubahan status 2. Jadwalkan penkes
kesehatan sesuai kesepakatn
2. Kemapuan 3. Berikan kesempatan
melakukan bertanya
tindakan Edukasi
pencegahan 1. Jelaskan pentingnya
masalh cairan bagi tubuh
kesehatan 2. Jelaskan fungsi
3. Kemampuan cairan dalam tubuh
peningkatan 3. Jelaskan masalah
kesehatan yang timbul jika
4. Pencapaian kekurangan atau
pengendalian kelebihan cairan
kesehatan 4. Ajarkanmengatasi
masalah kekurangan
atau kelebihan cairan
secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.1995.”Diagnosa Keperawatan”.Jakarta : EGC


Harnawatiaj.2008.Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (http://wordpress.com/,
diakses 24 April 2010)
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul..2008.”Kebutuhan Dasar Manusia”.
Jakarta: EGC.
Faqih, Moh. Ubaidillah.2009.”Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia”,
(http://www.scribd.com/ diakses 25 april 2010)
Obet.2010.Kebutuhan Cairan dalam Tubuh, (http://akarrumput21.blogspot.com/,
diakses 24 April 2010)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan kriteria Hasil Keperawtan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.

Anda mungkin juga menyukai