Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

RS Islam Banjarmasin

Oleh :

Sintia Ananda

1914201110061

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER A

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

BANJARMASIN

2019/2020

1
PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit

1. Anatomi Fisiologi

Presentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung
beberapa hal antara lain :

a. Umur

b. Kondisi lemak tubuh

c. Sex

Perhatikan uraian berikut ini :

1) Bayi (baru lahir) 75 %

2) Dewasa :

a) Pria (20-40 tahun) 60 %

b) Wanita (20-40 tahun) 50 %

3) Usia Lanjut 45-50 %

2
Pada orang dewasa kira-kira 40 % berat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di
dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat
badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 %
cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.

Elektrolit Utama Tubuh Manusia

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.
Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan
listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik.
Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++),
magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).

Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian
yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum
netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan
jumlah muatan-muatan positif.

Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intraseluler maupun pada


plasma terinci dalam tabel di bawah ini :

Plasma Interstitial

a. Kation :

Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca++), Magnesium (Mg ++)

b. Anion :

Klorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3-), Fosfat (HPO42-), Sulfat (SO42-), Protein

Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :

a. Fase I :

3
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

b. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

c. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan
tubuh ikut berpindah.Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :

1) Diffusi
2) Filtrasi
3) Osmosis
4) Aktif Transport
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat
berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan
partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas.Beberapa faktor yang
mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu
:

a) Permeabilitas membran kapiler dan sel


b) Konsenterasi
c) Potensial listrik
d) Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi.
Difusi air terjadi pada daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan
konsentrasi zat terlarut yang tinggi. Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membran sel
yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif.

Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi


dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa
kalium dan natrium.

4
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan
bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu.
Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh
darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid
yang terutama disebabkan oleh albumin serum.

Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi.


Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal. Meskipun keadaan di atas
merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan
volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau
homeostatis.

2. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi
ke seluruh bagian tubuh. (Hidayat, 2017)
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya. (Aspiani , 2018)
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah

5
cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi
saluran cerna.

3. Etiologi
Menurut Tartowo (2018) , yaitu :
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan.
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll.
3) Perdarahan.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Hidayat (2017) :
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia
antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus,
kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia
dapat disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat
dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi
hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan
frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus,
pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia
yang lama menimbulkan gagal ginjal akut.
.

5. Patofisiologi

Menurut Hidayat (2017) , Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan
cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara
umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan

6
abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke
lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya
ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari
lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau
rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan

6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hidayat (2017), yaitu :
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.

7
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

8
B. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
- keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu
oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat
keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif,
Quality, Region, Skala, dan Time)

- riwayat kesehatan sekarang


kaji status kesehatan pasien saat dilakukannya pengkajian.

- riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir)


riwayat kesehatan dahulu terutama yang berkaitan dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit. Ataupun riwayat dirawat di
rumah sakit atau pembedahan.

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
- Integument : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan,
kelemahan, otot, tetani dan sensasi rasa.
- Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin dan bunyi jantung.
- Mata : cekung, air mata kering.
- Neurology : Reflek, gangguan motorik dan sensorik,
tingkatkesadaran.
- Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah

9
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko memgalami
resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.
Batasan Karakteristik :
a. Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
b. Balancenegatif antara asupan dan haluaran.
c. Penurunan berat badan.
d. Kulit/membrane mukosa kering (turgor
menurun).
e. Peningkatan natrium serum.
f. Penurunun haluaran urine atau haluaran
urine berlebih.
g. Urine pekat atau sering berkemih.
h. Penurunan turgor kulit.

10
i. Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes
insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase
abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alkohol yang
berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau
keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat
nyeri mulut.

b) Kelebihan Volume Cairan


Definisi :
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan
intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :
a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.
c. Asupan melebihi haluaran.
d. Sesak napas
e. Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan sekunder akibat gagal
jantung.

11
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung,
sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, dan penyakit katup jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang rendah,
retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena,
thrombus, imobilitas, dan flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium, air, dan sekunder akibat penggunaan
kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, dan malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai
atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat mastetomi.

c) Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)


Batasan Karakteristik :
a. Perubahan kadar kalium.
b. Aritmia.
c. Kram tungkai.
d. Mual.
e. Hipotensi.
f. Bradikardia.
g. Kesemutan.
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas.
b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare.
c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan ginjal.
d. Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/rendah-kalium.

12
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi


No Rasional
keperawatan kriteria hasil keperawatan
1. Kekurangan Tujuan :
volume cairan Menyeimbangkan
volume cairan
sesuai dengan
kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil: a. Kaji cairan yang a. Membuat klien
a. Terjdi disukai klien dalam lebih
peningkatan batas diet. kooperatif.
asupan cairan
min. 2000ml/hari
(kecuali terjadi b. Rencanakan target b. Mempermudah
kontraindikasi). pemberian asupan untuk
b. Menjelaskan cairan untuk setiap memantauan
perlu-nya sif, mis : siang 1000 kondisi klien.
meningkatkan ml, sore 800 ml dan
asupan cairan malam 200 ml. c. Pemahaman
pada saat c. Kaji pemahaman tentang alasan
stress/cuaca klien tentang alasan tersebut
panas. mempertahankan membantu klien
hidrasi yg adekuat. dlm mengatasi
c. Mempertahankan gangguan.
berat jenis urine d. Untuk
dalam batas d. Catatasupan dan mengontrol
normal. haluaran. asupan klien.
e. Untuk
d. Tidak e. Pantau asupan per mengetahui
menunjukan oral, min. 1500 ml/ prkembangan
tanda-tanda 24 jam. status kesehatan

13
dehidrasi. klien.
f. Pantau haluaran
cairan 1000-
1500ml /24jam.
Pantau beratjenis
urine.
2. Kelebihan Tujuan:
volume cairan Kebutuhan cairan a. Kaji asupan diet dan a. Untuk
klien dapat kebiasaan yang mengontrol
terpenuhi sesuai mendorong asupan klien.
dengan kebutuhan terjadinya retensi
tubuh klien. cairan.
Kriteria hasil: b. Konsumsi
a. Klien akan b. Anjurkan klien untuk garam yang
menyebutkan menurunkan berlebihan me-
faktor penyebab konsumsi garam. ningktkan
dan metode tekanan darah.
pencegahan c. Anjurkan klien c. Makanan yg
edema. untuk: meng-gunakan
b. Klien 1) Menghindari penyedap rasa
mperlihatkan makanan gurih, dan pengawet.
penurunan makanan kaleng
edema dan makanan
beku.
2) Mengkonsumsi
mkann tnpa garam
dan menambahkan
bumbu aroma.
3) Mggunakan cuka
pengganti garam
utk penyedap rasa d. Na+mengikat

14
sop, rebusan dll. air,jadi
d. Kaji adanya tanda tubuhakan
venostasis dan lebihmerasa
bendungan vena lebihcepat haus.
pada bagian tubuh
yang mengantung. e. Venostasis
e. Untuk drainase dapat
limfatik yang tidak mengakibatkan
adekuat. terhambatnya
aliran darah.
f. Guna
f. Tinggikan memperlancar
ekstremitas dengan sirkulasi.
mnggunakn bantal,
imobilitas, bidai/
balutan yang kuat,
serta berdiri/duduk
dlm waktu yg lama. g. Perlukaan pada
g. Jangan memberikan daerah yang
suntikan/infuse pada sakit
lengan yang sakit. menyebabkan
kurang
lancarnya
sirkulasi
h. Tingatkan klien peredaran darah
untuk menghindari di daerah tsb.
detergen yang keras, h. Semua
membawa beban kegiataan
berat, memegang tersebut
rokok, mencabut memperparah
kutikula/ bintil kuku, keadaan klien

15
me-nyentuh kompor
gas, memgenakan
perhiasan atau jam
tangan.
i. Lindungi kulit yg
edema dari cidera. i. Untuk
mepercepat
perbaikan
jaringan tubuh.
3. Ganguan Tujuan: Penurunan kadar
keseimbangan Klien memiliki kalium a.
elektrolit keseimbangan a. Observasi tanda dan mengetahui
(kalium) cairan, elektrolit gejala hipokalemia tanda
dan asam- basa (vertigo, hipotensi hipokalemia,
dalam 48 jam. aritmia, mual, perawat dapat
Kriteria hasil: muntah, diare, menetapkan
a. Klien distensi langkah
menjelaskan abdomen,penurunan selanjutnya.
diet yang sesuai peristaltik,
untuk kelemahan otot, dan
mempertahanka kram tungkai). b.
n kadar kalium b. Catat asupan dan me-nyebabkan
dalam batas haluaran. pe-ngeluaran
normal. kalium secara
b. Klien berlebihan.
berpartipasi
untuk c.
melaporkan c. Tentukan status cairan dapat
tanda–tanda hidrasi klien bila menyebabkan
klinis terjadi hipokalemia. penurunan
hipokalemia kadar kalium

16
atau serum.
hiperkaenia. d. Kenali perubahan d.
c. Kadar kalium tingkah laku yang yang rendah
dlam batas merupakan tanda- dapat me-
normal/dapat tanda hipokalemia. nyebabkan
ditoleransi konfusi,
mudah marah,
e. Anjurkan klien dan depresi
keluarga untuk mental.
mngkonsmsi makan- e.
an tinggi kalium membantu
(misalnya Buah- menyeimbang
buahan, sari buah, kan cairan
buah kering, sayur, tubuh.
daging, kacang-
kacangan, teh, kopi,
dan kola).
f. Laporkan perubahan
EKG; segmen ST yg f.
memanjang, depresi. gelombang T
yg datar atau
g. Encerkan suplemen terbalik
kalium per oral merupkn
sedikitnya dalam indikasi
113,2 gram air/sari hipokalemia.
buah utk g.
mengurangi resiko resiko iritasi
iritasi mukosa mukosa
lambung. lambung.
h. Pantau nilai kalium
serum pada klien

17
yang mendapat obat h.
diuretic dan steroid. dapat
menyebabkan
i. Kaji tanda dan retensi natrium
gejala toksisitas dan ekresi
digitalis jika klien kalium.
tengah mendapat i.
obat golongan yang rendah
digitalis dan diuretik dapat me-
atau steroid. ningkatkan
Peningkatan Kadar kerja digitalis.
Kalium
a. Observasi tanda dan
gejala hiperkalemia a. Dengan
(misalnya mengetahui
Bradikardia, kram tanda hipo-
abdomen, oliguria, kalemia,
kesemutan dan perawat dapat
kebas pada menetapkan
ekstremitas). langkah
selnjutnya
b. Kaji haluaran urin.
Sedikitnya 25ml/jam b. Haluaran urin
atau 600 ml/ hari. yg sedikit
dapat me-
c. Laporkan nilai nyebabkan
kalium serum yang hiper-kalemia.
melebihi 5mEq/l c. Nilai kalium
batasi asupan kalium lebih dari
jika perlu. 7mEq/ l dapat
menyebabkan

18
d. Pantau EKG henti jantung.
d. Untuk melihat
adanya
pelebaran
kompleks
QRS dan
gelombang T
tggi yg
merupkan
tanda
hiperkalemia.

Daftar Pustaka
Aspiani, Reni yuli. 2017. Asuhan Keperawatan gawat KMB aplikasi Nanda NIC NOC.
Jakarta : Trans Info Media.
Carpenito, Lynda Juall. 2016. Buku saku diagnosa Keperawatan edisi 13. Jakarta : EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
Sukarni, Icemi. 2018. Buku ajar Keperawatan Medikal bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Taylor, Cynthia. 2017. Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta : EGC
Penerbit Buku Kedokteran.

19
20

Anda mungkin juga menyukai