Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun dalam rangka memenuhi tugas

Stase Keperawatan Dasar

Di Sususn Oleh :

NUR FADILAH ZALSABILA.HR

14420222201

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


a. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut dan zat tertentu).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel yang bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ketubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intarvena (IV) dan dis distribusikan ke
seluruh tubuh (Haswita & Sulistyowati, 2017)
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolism tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan bagian dari kebutuhan dasar
manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hamper
90 dari total berat badan tubuh. (Hidayat, 2006)
Keseimbangan cairan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya.
Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolit dalam tubuh dapat
mengakibatkan overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, dll. Dengan demikian,
keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan komponen atau unsur vital ada tubuh
manusia (Khrisna, 2017)
b. Komposisi Cairan
Cairan tubuh di bagi dalam 2 kelompok besar yaitu :
1. Cairan intraselular (CIS)
CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa, kira kira
2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular. Sama kira-kira 25 L pada rata-rata
pria dewasa (70 kg). Sebaliknya hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah
cairan intraselular.
2. Cairan Ekstraselular (CES)
CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relative dari CES menurun dengan
peningkatan usia. Pada bayi baru lahir kira-kira setengan cairan tubuh
terkandung didalam CES. Setelah usia satu tahun , volume relative dari CES
menurun sampai kira-kira sepertiga dari volume total. Ini hamper sebanding
dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). CES terdiri dari 3 yaitu
(m.Home & Pamela L, 2001) :
1) Cairan interstisial (CIT)
Cairan di sekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan
limfe termasuk dalam volume interstisial.Relative terhadap ukuran tubuh.
2) Cairan Intravaskuler (CIV)
Cairan yang terkandung dalam pembulu darah
3) Cairan Transelular (CTS)
Cairan yang terkandung dalam rongga khusus dari tubuh.
c. Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan Elektrolit antara
lain :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolism dan berat badan.
2. Iklim
Orang yang tinggal didaerah yang panas dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan pengurangan cairan tubuh dan elektrolit melaui
keringat
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit, ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membankar protein dan lemak sehingga
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat menyebabkan metabolism sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
d. Rute Kehilangan Cairan Tubuh
Kehilangan cairan tubuh melalui 4 rute (proses) yaitu :
1. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam atau sekitar 30-50 ml perjam
pada orang dewasa.
2. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 ml/hari.

3. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas.Respon
ini berasal dari anterior hypothalamus. Sedangkan impulsnya ditransfer
malalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf
simpatis pada kulit
4. Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml perhari yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi didalam mukosa usus besar (kolon).

B. KONSEP ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN


Etik keperawatan merupakan kesadaran dan pedoman yang mengatur nilai-nilai moral
yang melaksanakan kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu dan kualitas profesi
keperawatan tetap terjaga dengan cara yang terhormat. (Efendi & Makhfudli, 2009)
1. Autonomy (Asas menghormati otonami klien)
Setelah mendapatkan informasi yang memadai, klien bebas dan berhak
memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya. Klien berhak dihormati dan
didengarkan pendapatnya untuk itu perlu adanya persetujuan medic.Dokter dan
perawat tidak boleh memaksakan suatu tindakan dan pengobatan.
2. Beneficence (Asas Manfaat)
Semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi klien. Untuk itu dokter
dan perawat harus menyadari bahwa tindakan atau pengobatan yang akan
dilakukan benar-benar bermanfaat bagi kesehatan dan kesembuhan klien..
3. Non-maleficence (Asas tidak merugikan)
Tindakan dan pengobatan harus berpedoman pada prinsif primum non nocere
( yang paling utama, jangan merugikan)
4. Veracity (Asas Kejujuran)
Dokter dan perawat hendaknya mengatakan jujur dan jelas apa yang akan
dilakukan serta akibat yang akan terjadi, informasi yang diberikan hendaknya
sesuai dengan tingkat pendidikan klien.
5. Confidentiality (Asas Kerahasiaan)
Dokter dan perawat harus menghormati privacy dan kerahasiaan klien.
6. Justice (Asas Keadilan)
Dokter dan perawat harus berlaku adil dan tidak berat sebelah.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit
meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan 9
secara oral, parental, atau enteral.Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah
produksi urine, feses, muntah atau pengeluaran lainnya.
Faktor yang berhubungan meliputi faktor-faktor yang memengaruhi masalah
kebutuhan cairan, seperti, diet, lingkungan, usia perkembangan, dan penggunaan
obat.
Pengkajian fisik meliputi sistem yang berhubungan dengan masalah cairan dan
elektrolit, seperti sistem intregumen (status turgor kulit dan edema), sistem
kardiovaskular (adanya distensi vena jugularis, tekanan darah, dan bunyi jantung),
sistem penglihatan (kondisi dan cairan mata), sistem neurologi (gangguan sensorik
/motorik, status kesdaran, dan adanya reflex), dan sistem gastrointestinal (keadaan
mukosa mulut, lidah, dan bising usus). (Suriadi, Yuliani, & Haryanto, 2010)
1. Riwayat keperawatan
Pengkajian Riwayat keperawatan dalam pemenuhan cairan dan elektrolit
ditujukan/difokuskan pada :
1) Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam
basa:
a. Usia: sangat muda, sangat tua
b. Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal jantung
kongestif), penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi, PPOK,
penyakit ginjal (gagal ginjal prorogresif), perubahan tingkat
kesadaran.
c. Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.
d. Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.
e. Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis,
pengisapan nasogastrik, fistula.
2) Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan kesemutan
3) Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat
anoreksia, kram abdomen, rasa haus yang berlebihan.
4) Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam jumlah
maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine, apakah tubuh
banyak mengeluarkan cairan? Bila ya !melalui apa? Muntah, diare,
berkeringat.
2. Pemeriksaan fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
b. Berat badan: Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui risiko
terkena gangguan cairan dan elektrolit. Dengan demikian, retensi cairan
dapat dideteksi lebih dini karena 2,5–5 kg cairan tertahan di dalam tubuh
sebelum muncul edema. Perubahan dapat turun, naik, atau stabil.
c. Intake dan output cairan: Intake cairan meliputi per oral, selang NGT,
dan parenteral. Output cairan meliputi urine, feses, muntah, pengisapan
gaster, drainage selang paska bedah, maupun IWL. Apakah balance
cairan seimbang, positif atau negatif. Kaji volume, warna, dan konsentrasi
urine
d. Bayi: fontanela cekung jika kekurangan volume cairan, dan menonjol jika
kelebihan cairan.
e. Mata:
a. Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada
b. Edema periorbital, papiledema
f. Tenggorokan dan mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-
pecah dan kering, saliva menurun, lidah di bagian longitudinal mengerut
g. Sistem kardiovaskular:
a. Inspeksi:
a) Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi
b) Central venus pressure (CVP) abnormal
c) Bagian tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat
b. Palpasi:
a) Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum, dan
tungkai (pre tibia, maleolus medialis, punggung kaki)
b) Denyut nadi: frekuensi, kekuatan
c) Pengisian kapiler
c. Auskultasi:
d) Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat
perbedaannya, stabil, meningkat, atau menurun.
e) Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan
h. Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
i. Sistem gastro intestinal:
a. Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah, diare
b. Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik j.
j. Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine meningkat
k. Sistem neuromuskular :
a. Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor
b. Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas
c. Perkusi: refleks tendon dalam (menurun/tidak ada,
hiperaktif/meningkat)
l. Kulit:
a. Suhu tubuh: meningkat/menurun
b. Inspeksi: kering, kemerahan
c. Palpasi: turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab.
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Kadar elektrolit serum
Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi,
konsentrasi elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang
sering diukur mencakup natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan daya
gabungan karbon dioksida.
b. Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit
dan leukosit per milimeter kubik darah.Perubahan hematokrit terjadi
sebagai respons terhadap dehidrasi atau overhidrasi.Anemia juga dapat
memengaruhi status oksigenasi.
c. Kadar kreatinin
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal.
Kreatinin adalah produk normal metabolisme otot dan diekskresikan
dalam kadar yang cukup konstan, terlepas dari faktor asupan cairan, diet,
dan olah raga.
d. Berat jenis urine
Pemeriksaan berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi
urine.Rentang berat jenis urine normal antara 1,003 – 1,030.
Berat jenis urine Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi
tentang status keseimbangan asam basa dan tentang keefektifan fungsi
ventilasi dalam mengakomodasi oksigen-karbon dioksida secara normal.
Pemeriksaan pH darah arteri mengukur konsentrasi hidrogen.
Penurunan pH dihubungkan dengan asidosis, dan peningkatan pH
dihubungkan dengan alkalosis. PaCO2 mengukur tekanan parsial karbon
dioksida dalam darah arteri, dan PaO2 mengukur tekanan parsial oksigen
dalam darah arteri.SaO2 mengukur derajat hemoglobin yang disaturasi
oleh oksigen.Bikarbonat mencerminkan porsi pengaturan asam basa
ginjal.
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga atau, komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan (PPNI, 2016)
1) Diare
a) Definisi:
Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk.
b) Penyebab :
a. Fisiologis
Inflamasi gastrointestinal
Proses infeksi
Iritasi gastrointestinal
b. Psikologis
Kecemasan
Tingkat stress tinggi
c. Situasional
Penyalahgunaan zat
Perubahan air dan makanan
Bakteri pada air
2) Hipervolemia :
a) Definisi:
Peningkatan volume cairan intravascular, interstisial, dan atau intraselular
b) Penyebab
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Gangguan aliran balik vena
c) Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif
Ortopnea
Dispnea
Paroxysmal nocturnal dispnea (PND)
b. Objektif
Edema anasarka dan atau edema perifer
Berat badan meningkat dalam waktu singkat
Jugular venous pressure (JVP) dan atau Central Venous Pressure
(CVP) meningkat
Reflex hepatojugular positif
d) Gejala dan tanda minor
a. Objektif
Distensi vena jugularis
Terdengar suara nafas tambahan
Hepatomegali
Kadar hb/ht menurun
Intake lebih banyak daripada output
Kongesti paru
e) Kondisi klinis terkait
a. Penyakit ginjal: gagal ginjal akut/kronis
b. Hipoalmbuminemia
c. Gagal jantung kongestif
d. Kelainan Hormon
e. Penyakit hati (mis. Sirosis, asites, kanker hati)
f. Penyakit vena perifer
g. Imobilitas
3) Hipovolemia
a) Definisi:
Penurunan volume cairan intravascular, interstisial, dan atau intraselular
b) Penyebab
a. Kehilangan cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme regulasi
c. Penigkatan permeabilitas kapiler
d. Kekurangan intake cairan
e. evaporasi
c) Tanda dan gejala mayor
a. Objektif
Frekuensi nadi meningkat
Nadi teraba lemah
Tekanan daraah meningkat
Tekanan nadi menyempit
Turgor kulit menurun
Membran mukosa kering
Volume urine menurun
Hematokrit meningkat
d) Gejala dan tanda minor
a. Subjektif
Merasa lemah
Mengeluh haus
b. Objektif
Pengisian vena menurun
Suhu tubuh meningkat
Konsentrasi urine meningkat
Berat badan turun tiba-tiba
e) Kondisi klinis terkait
Penyakit Addison
Trauma/perdarahan
Luka bakar
AIDS
Penyakit Crohn
Muntah
Diare
Kolitis ulseratif
Hipoalbumiemia
4) Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan
a) Definisi
Pola ekuilibrium antara volume cairan dan komposisi kimia cairan tubuh
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dan dapat ditingkatkan.
b) Gejala dan tanda mayor
c. Subjektif
Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan keseimbangan cairan
d. Objektif
Mebran mukosa lembab
Asupan makan dan cairan adekuat untuk kebutuhan harian
Turgor jaringan baik
Tidak ada tanda edema, atau dehidrasi
c) Gejala dan tanda minor
a. Subjektif
b. Objektif
Urine berwarna kuning bening dengan berat jenis dalam rentang
normal
Berat badan stabil
Pengeluaran urine sesuai dengan asupan
d) Kondisi klinis terkait
a. Gagal jantung
b. Sindrom iritasi usus
5) Resiko ketidakseimbangan cairan
a) Definisi
Berisiko mengalami penurunan, peningkatan, atau percepatan perpindahan
cairan dari intravaskuler, interstisial, atau intarselular.
b) Faktor resiko
a. Prosedur pembedahan mayor
b. Trauma atau perdarahan
c. Luka bakar
d. Apheresis
e. Asites
f. Obstruksi intestinal
g. Peradangan pangkreas
h. Penyakit ginjal
i. Disfungsi intestinal
c) Kondisi klinis terkait
a. Prosedur pembedahan mayor
b. Penyakit ginjal dan kelenjar
c. Perdarahan
d. Luka bakar
6) Resiko ketidakseimbangan Elektrolit
a) Definisi
Beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
b) Faktor Resiko
a. Ketidakseimbangan cairan (mis dehidrasi)
b. Kelebihan volume cairan
c. Gangguan mekanisme (mis diabetes)
d. Efek samping prosedur (mis pembedahan)
e. Diare
f. Muntah
g. Disfungsi ginjal
c) Kondisi klinis terkait
a. Gagal ginjal
b. Diabetes mellitus
c. Cedera kepala
d. Kanker
e. Luka bakar
f. Anoreksia nervosa
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas.(PPNI,
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan tindakan keperawatan edisi 1
Cetakan II, 2018)
1) Diare : Pemantauan Cairan
Tujuan/ SLKI ( status Cairan)
a) Kekuatan nadi meningkat nilai 5
b) Edema perifer menurun nilai 5
c) Perasaan lemah menurun nilai 5
d) Frekuensi nadi membaik nilai 5
e) Membrane mukosa membaik nilai 5
Intervensi
a) Observasi
a. Identifikasi penyebab diare (mis, inflamasi Gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal, proses infeksi, stress, efek obat-obatan)
b. Identifikasi riwayat pemberian makan
c. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
d. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
e. Monitor iritasi di arean perineal
f. Monitor jumlah pengeluaran feses
g. Monitor keamanan penyiapan makanan
b) Terapeutik
a. Berikan asupan caiaran oral (mis, larutan garam gula, oralit)
b. Pasang jalur intravena
c. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
d. Ambil sampel fesesuntuk kultur jika perlu
c) Edukasi
a. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
b. Anjurkan menghindari makan pembentuk gas, pedas dan mengandung
laktosa
d) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis, Loperamide)
b. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis atafulgit, kaolain-fektin)
2) Hipervolemia : Manajemen Hipervolemia
Intervensi
a) Observasi
a. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. Ortopnea, dispnea, edema,
JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, suara napas tambahan)
b. Identifikasi penyebab hipervolemia
c. Monitor status hemodinamik (mis. Frekuensi jantung, tekanan darah,
MP,CVP,PAP,PCWP,CO,CI) jika tersedia
d. Monitor intake dan output cairan
e. Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. Kadar natrium, BUN, Hematokrit,
berat jenis urine)
f. Monitor kecepatan infuse secara ketat
g. Monitor efek samping diuretic (mis. Hipotensi, ortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatrenia)
b) Terapeutik
a. Timbang berat badan setiap hari di waktu yang sama
b. Batasi asupan cairan dan garam
c. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
c) Edukasi
a. Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam
b. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1kg dalam sehari
c. Ajarakan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
d. Ajarkan cara membatasi cairan
d) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian diuretic
b. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
c. Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy (CRRT) jika
perlu
3) Hipovolemia : Manajemen Syok Hipovolemik
Intervensi
a) Observasi
a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis, frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun, haus,
lemah)
b) Terapeutik
a. Hitung kebutuhan cairan
b. Berikan posisi modified trendelemburg
c. Berikan asupan cairan oral
c) Edukasi
a. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
d) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan iv isotonis (mis NaCl, RL)
b. Kolaborasi pemberian cairan iv isotonis (mis glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
c. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis albumin)
d. Kolaborasi pemberian produk darah.
4) Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan : Manajemen Cairan
Intervensi
a) Observasi
d. Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi, kekuatan nadi, turgor kulit,
tekanan darah)
e. Monitor berat badan harian
f. Monitor berat badan sebelum dan sesudah di analisis
g. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium 9hematokrit, BUN)
b) Terapeutik
a. Catat intake- output dan hitung balans cairan 24 jam
b. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
c. Berikan cairan intravena jika perlu
c) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian diuretik jika perlu
5) Resiko ketidakseimbangan cairan : Pemantauan Cairan
Intervensi
a) Tindakan : Observasi
a. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
b. Monitor frekuensi nafas
c. Monitor berat badan
d. Monitor intake dan output cairan
e. Monitor elastisitas atau turgor kulit
6) Resiko ketidakseimbangan Elektrolit : Pemantauan Elektrolit
Intervensi
a) Observasi
a. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
b. Monitor kadar elektrolit serum
c. Monitor kehilangan cairan jika perlu
d. Monitor tanda dan gejala hypokalemia (mis kelemahan otot, kelahan,
reflex anoreksia, konstipasi, pusing)
e. Monitor tanda dan gejala hyperkalemia (mis peka rangsang, gelisah, mual,
muntah, takikardia mengarah ke bradikardia, blok jantung mengarah
asistol)
b) Terapeutik
a. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
c) Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan jika perlu.
d. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.Oleh karena itu, jika
intervensi keperawatan yang telah dibuat dalam perencanaan dilaksanakan atau
diaplikasikan pada pasien, maka tindakan tersebut dikatakan implementasi
keperawatan.(Februanti, 2019)
e. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.(Hidayat, PROSES
KEPERAWATAN Pendekatan NANDA, NIC,NOC, SDKI, 2021)
f. PATHWAY

Cairan dan Elektrolit

Usia Iklim Diet Stress Kondisi sakit

Difusi, tiltrasi, transportasi, osmosis

hipovolemia Hipervolemia Risiko ketidakseimbangan Risiko


elektrolit ketidakseimbangan
cairan
g. MIND MAPPING
Nama pasien : Ny.S
Usia ; 33 th
Jenis kelamin : perempuan
Diagnose Medis : Congestive Heart Failure
ETIOLOGI : HASIL PEMERIKSAAN
1. Umur FISIK:
2. Iklim
3. Diet a. KU: Lemah
4. Stress PATOFISIOLOGIS : pernafasan : 34x/m,
5. Kondisi sakit Pada gagal jantng kanan terjadi akibat SPO2 : 94%
ketidakmampuan jantung kanan akibatnya b. Oedema di kedua
terjadi penimbunan darah dalam atrium kanan,
vena cava, dan sirkulasi besar. Pada ginjal akan punggung kaki
terjadi penimbunan air dan natrium sehingga c. Tampak distensi vena
menyebabkan edema, dan apabila terjadi secara
jugularis
sistemik aan mengkibatkan tekanan vena
jugularis meningkat. d. hB: 9.7
Ht: 29.5
ANALISA DATA : e. eliminasi urine : 500-
DS :
1. Klien mengeluh sesak 750 ml/hari
GEJALA :
Ortopnea, edema prifer, berat badan meningkat
2. Klien mengatakan
dalam waktu singkat, JVP meningkat, kadar Hb
sesak saat berbaring dan Ht menurun, intake lebih banyak dari
terlentang

3. Klien mengatakan MASALAH KEP :


sesak setelah Hipervolemia
beraktifitas

DO :
1. KU: Lemah.
Pernafasan :
KRITERIA HASIL :
34x/menit, SpO2:
94% - keluaran urin meningkat
2. Tampak oedema di - edema menurun
kedua punggung kaki - tekanan darah membaik

3. Tampak distensi vena


jugularis

4. HB : 9.7 | HT: 29.5 INTERVENSI :

5. Eliminasi urine : 500-  Periksa tanda dan gejala


750 ml/hari hipervolemia
 Identifikasi penyebab
hipervolemia
 Monitor status hemodinamik
 DAFTAR
Monitor PUSTAKA
intake dan output cairan
 Monitor tanda hemokonsentrasi
Februanti, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Serviks. Yogyakarta: DEPUBLISH.

Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: TIM.

Hidayat, a. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia:Aplikasi Konsep dan Proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, a. A. (2021). PROSES KEPERAWATAN Pendekatan NANDA, NIC,NOC, SDKI. Surabaya: Health
Books Publishing.

Khrisna, i. n. (2017). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. 16.

m.Home, M., & Pamela L, s. (2001). Keseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Basa. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta:
DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan tindakan keperawatan edisi 1
Cetakan II. Jakatra: DPP PPNI.

Suriadi, Yuliani, R., & Haryanto, N. (2010). Buku Pegangan Praktik Klinik : Asuhan Keperawatan pada
Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai