Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis. Kebutuhan
dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki terdiri dari lima
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan
aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997). Kebutuhan dasar manusia seperti
makan,air, keamanan dan cinta merupakan hal yang penting bagi manusia. Kebutuhan
dasar manusia tersebut dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan
dasar manusia dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia kesehatan.
walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang
mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang
terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah sebuah teori yang dapat
digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada
saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan manusia tertentu
lebih penting dari pada kebutuhan lainnya; oleh karena itu, beberapa kebutuhan harus
dipenuhi sebelum kebutuhan yang lain. Misalnya, orang yang lapar akan lebih
mencari makanan daripada melakukan aktivitas untuk meningkatkan harga diri.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengaplikasikan 9 kebutuhan dasar
manusia pada individu yang mengalami gangguan kesehatan.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian KDM.
b. Mengetahui hal-hal yang mendasari pemahaman tentang KDM.
c. Mengetahui model-model KDM.
d. Mengetahui kerakteristik seseorang yang kebutuhan dasarnya terpenuhi.
e. Mengetahui penerapan KDM dalam praktik keperawatan.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan dijadikan sebagai bahan bacaan dalam
pengembangan ilmu keperawatan dasar manusia
2. Manfaat aplikatif
Dapat diterapkan sebagai asuhan keperawatan dalam pemberian asuhan
keperawatan dalam kegiatan perawatan sehari-hari.
BAB II

TINJAUAN TEORI KONSEP DASAR KDM

A. Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)


Kebutuhan Dasar Manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh semua
manusia dan kebutuhan tersebut essensial agar seseorang itu dapat bertahan hidup.
Dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, manusia dapat memenuhi secara mandiri
ataupun dengan bantuan orang lain. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dasar
seseorang menentukan tingkat kesehatan seseorang dan posisinya dalam rentang
sehat-sakit.Kebutuhandasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air,
keamanan dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan
kesehatan.
Hierarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan
prioritas. Tingkatan yang paling dasar, atau yang pertama meliputi kebutuhan
fisiologis seperti: udara, air dan makanan. Tingkatan yang kedua meliputi
kebutuhan keselamatan dan keamanan, yang melibatkan keamanan fisik dan
psikologis. Tingkatan yang ketiga mencakup kebutuhan cinta dan rasa memiliki,
termasuk persahabatan, hubungan sosial dan cinta seksual. Tingkatan yang
keempat meliputi kebutuhan rasa berharga dan harga diri, yang melibatkan
percaya diri, merasa berguna, penerimaan dan kepuasan diri. Tingkatan yang
terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi
merupakan orang yang sehat, dan sesorang dengan satu atau lebih kebutuhan
yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin
tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia.
B. Hal-hal yang Mendasari Pemahaman Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
Manusia sebagai bagian integral yang berintegrasi satu sama lainnya dalam
motivasinya memenuhi kebutuhan dasar (fisiologis,keamanan,kasih sayang,harga
diri dan aktualisasi diri). Setiap kebutuhan manusia merupakan suatu tegangan
integral sebagai akibat dari perubahan dari setiap komponen sistem. Tekanan
tersebut dimanifestasikan dalam perilakunya untuk memenuhi kebutuhan atau
tujuan sampai terpenuhinya tingkat kepuasan klien.
Dasar kebutuhan manusia adalah terpenuhinya tingkat kepuasan agar manusia
bisa mempertahankan hidupnya. Peran perawat yang utama adalah memenuhi
kebutuhan dasar manusia dan tercapainya suatu kepuasan bagi diri sendiri serta
kliennya, meskipun dalam kenyataannya dapat memenuhi salah satu dari
kebutuhan membawa dampak terhadap perubahan sistem dalam individu
(biologis, intelektual, emosional, social, spiritual, ekonomi, lingkungan, patologi
dan psikopatologi).
Hal ini menggambarkan suatu bagian di mana penerapan proses keperawatan
selalu difokuskan pada kebutuhan individu yang unik dan sebagai suatu bagian
integral dari keluarga dan masyarakat. Keseimbangan antar kebutuhan tersebut
menjadi tanggungjawab dari setiap orang. Misalnya tanggung jawab orangtua
terhadap anaknya, demikian juga tanggung jawab perawat untuk membantu
memenuhi kebutuhan dasar klien. Peran tersebut dapat dilaksanakan secara
optimal melalui pendekatan proses keperawatan.
C. Model-model Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
1) Abraham Maslow
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow meliputi lima kategori
kebutuhan dasar, yakni sebagai berikut :
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki
Maslow. Seorang yang beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara
umum akan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
fisiologisnya terlebih dahulu.Misalnya, seorang yang kekurangan
makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan mencari makanan terlebih
dahulu daripada mencari cinta.
Kebutuhan fisiologis hal yang penting untuk bertahan hidup. Manusia
memiliki delapan macam kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan
oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan
nutrisi, kebutuhan eliminasi urin dan fekal, kebutuhan istirahat dan tidur,
kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan temperatur, serta kebutuhan seksual.
Penting untuk mempertahankan kebutuhan tersebut guna kelangsungan
umat manusia.
b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah
keselamatan dan rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun
psikologis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara
dingin, panas, kecelakaan dan infeksi, bebas dari rasa takut dan cemas,
serta bebas dari ancaman keselamatan dan psikologi pada pengalaman
yang baru atau tidak dikenal.
c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging
Needs)
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang,
perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain,
kehangatan, persahabatan, serta mendapat tempat atau diakui dalam
keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.
d. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteen Need)
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain,
kompeten, serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri
dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri), belajar memenuhi
kebutuhan sendiri–sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang
tinggi, kreatif, serta mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan
sebagainya.
2) Watson
Filosofi Watson tentang asuhan keperawatan (1979,1985,1988) berupaya
untuk mendifinisikan hasil dari aktivitas keperawatan yang berhubungan
dengan aspek humanistik dari kehidupan ( Watson 1979; Marriner-
Tomey,1994). Tindakan keperawatan mengacu langsung pada pemahaman
hubungan antara sehat, sakit dan perilaku manusia. Keperawatan
memperhatikan peningkatan dan mengembalikan kesehatan serta pencegahan
terjadinya penyakit.
Model Watson meliputi proses asuhan keperawatan, pemberian bantuan
bagi klien dalam mencapai atau mempertahankan kesehatan atau mencapai
kematian yang damai. Intervensi keperawatan berkaitan dengan proses
keperawatan manusia. Perawatan manusia membutuhkan perawat yang
memahami perilaku dan respon manusia terhadap masalah kesehatan yang
aktual ataupun yang potensial, kebutuhan manusia dan bagaimana merespon
terhadap orang lain dan memahami kekurangan dan kelebihan klien dan
keluarganya ,sekaligus pemahaman pada dirinya sendiri. Selain itu perawat
memberikan kenyamanan dan perhatian serta empati pada klien dan
keluargannya. Asuhan keperwatan tergambar pada seluruh faktor-faktor yang
digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan pada klien
( Watson, 1987).
3) King
Manusia merupakan individu reaktifan yang dapat bereaksi terhadap
situasi, orang dan objek tertentu. Sebagai makhluk yang berorientasi pada
waktu, manusia tidak terlepas dari kejadian masa lalu dan masa sekarang yang
akan berpengaruh terhadap masa depannya. Sebagai makhluk sosial, manusia
hidup bersamaorang lain dan berinteraksi satu sama lain. Berdasarkan hal
tersebut, kebutuhan dasar manusiadi bagi menjadi tigayaitu :
a. Kebutuhan akan informasi kesehatan
b. Kebutuhan akan pencegahan penyakit
c. Kebutuhan akan perawat ketika sakit.
4) Martha E. Rogers
Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh serta memiliki sifat dan
karakter yang berbeda. Manusia selalu berinteraksi dengan limgkungan dan
memengaruhi satu sama lain. Dalam proses kehidupannya, manusia diciptakan
dengan karakteristik dan keunikannya masing- masing. Dengan kata lain,
setiap individu berbeda satu dengan yang lain. Konsep Martha E. Rogers ini di
kenal dengan konsep manusia manusia sebagai unit.
5) Jhonson
Jhonson mengungkap pandangannya dengan menggunakan pendekatan
sistem perilaku. Dalam pendekatan ini, individu di pandang sebagai sistem
perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik dalam
lingkungan internalmaupun eksternal. Individu juga memiliki keinginan untuk
mengatur dan menyesuaikan dirinya terhadap pengaruh yang timbul.
6) Calista Roy
Menurut Roy, manusia sebagai individu dapat meningkatkan
kesehatannya dengan mempertahankan perilaku yang adaptif dan mengubah
perilaku maladaptif. Sebagai makhluk biopsikososial, manusia selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk mencapai keseimbangn atau
homeostasis, manusia harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Adaptasi tersebut dilakukan dengan stimulasi fokal, stimulasi konstektual dan
stimulasi residual. Dalam proses penyesuaian diri, individu harus
meningkatkan energinya agar mampu mencapai tujuan berupa kelangsungan
hidup, perkembangan, reproduksi serta keunggulan.Dengan demikian,
individu memiliki tujuan untuk meningkatkan respon adaptif. Karenanya, Roy
secara ringkas berpendapat bahwa individu sebagai makhluk
biopsikososiospiritual yang merupakan satu kesatuan yang utuh, memiliki
mekanisme untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi
melalui interaksi yang dilakukan terhadap perubahan lingkungan tersebut.
D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
1) Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan
pemenuhankebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena
beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar
dari biasanya.
2) Hubungan Keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan
kesenangan hidup, tidak adarasa curiga, dan lain-lain.
3) Konsep Diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan
kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan
(wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan
positif tentang diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah
berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang
sehat., sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.
4) Tahap Perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami
perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki kebutuhan dasar
yang berbeda, baik kebutuhan psikologis, biologis, sosial, maupun spiritual,
mengingat berbagai fungsi organ tubuh juga mengalami proses kematangan
dengan aktivitas yang berbeda.
I. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
a. Anatomi dan Fisiologi

Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia


membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat
diberbagai jaringan tubuh.Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh.
Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa dan 55%
tubuh pria lanjut usia. Karena wanita mempunyai simpanan lemak yang
relative lebih banyak, kaandungan air pada tubuh wanita 10% lebih rendah
dibandingkan pria (Wahid dan Nurul, 2007).
Cairan tubuh menempati kompartemen intrasel dan ekstrasel.2/3 sebagian
cairan dari cairan tubuh berada dalam sel (Cairan Intrasel/CIS) dan 1/3 bagian
berada diluar sel (Cairan Ekstrasel/CES). CES dibedakan menjadi cairan
intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total
berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total
berat badan (Saryono dan Anggriyana, 2010).
b. Konsep Dasar Cairan Dan Elektrolit
1) Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan saling bergantung satu dengan yang
lainnya.jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler
adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu :
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler.Cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan intraseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna (Hidayat,
2008).
2) Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Menurut Brunner & Suddart, 2000 di dalam tubuh seorang yang sehat
volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada
dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake
cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit
dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan
kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi,
penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.
a) Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang, seorang dewasa
minum kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh
kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per
hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus.Pusat
haus dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal
dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin sebagai respon
dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses
absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
Rata-rata cairan perhari
(1) Air minum : 1500-2500 ml.
(2) Air dari makanan : 750 ml.
(3) Air dari hasil oksidasi atau metabolisme : 200 ml.
b) Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu:
(1) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui
tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang
utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml
per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa.
Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi
dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
(2) IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan
tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL
dapat meningkat.
(3) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh
yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus,
sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang
yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
(4) Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 ml per hari,
yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).
3) Cara menghitung balance cairan :
a) Balance cairan = intake cairan – output cairan
b) Intake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible
Water Loss)
Keterangan :
 Intake / Cairan masuk: mulai dari cairan infus, minum, kandungan
cairan dalam makanan Klien, volume obat-obatan, termasuk obat
suntik, obat yang di drip, albumin dll.
 Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika Klien dipasang
kateter maka hitung dalam ukuran di urinbag, jika tidak terpasang
maka Klien harus menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung
di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.
 IWL (insensible water loss(IWL): jumlah cairan keluarnya tidak
disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas.
Berikut cara menghitung IWL.
Cara menghitung IWL pada orang dewasa :
(1) Teknik menghitung IWL pada orang dewasa :
IWL = (15 x BB)
24 jam
(2) Rumus IWL dalam kenaikan suhu :
[(10% x CM) x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam
Keterangan :
CM = Cairan masuk
(Smeltzer& Bare, 2001).
4) Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh menurut syaifuddin, 2006 antara lain :
a) Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi
ginjal atau jantung.
Tabel 1.1 kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
No Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)
1 3 hari 3 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3 2 tahun 11,8 1350-1500
4 6 tahun 20 1800-2000
5 10 tahun 28,7 2000-2500
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun 54 2200-2700
b) Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit melalui keringat.Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
c) Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar
protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
d) Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan
natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e) Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
(1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL.
(2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
(3) Klien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan
kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
5) Masalah-masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
menurut A.Aziz Alimul Hidayat, 2008 yaitu :
a) Hipovolemik atau dehidrasi
Suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler
(CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik.
Gejalanya antara lain: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual
muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri,
penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun,
lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda
penurunan beratbadan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena
jugularis. Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
b) Hipervolemik atau overhidrasi
Penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
(1) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
(2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan
air.
(3) Kelebihan pemberian cairan. Perpindahan cairan interstisial ke
plasma.
Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat, asites,
adema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher.
II. KEBUTUHAN NUTRIZI

a. Anatomi fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat
gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan(faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1) Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

2) Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema
melintang mulut, hidung, faring, dan laring
3) Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik.
4) Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a) Kardia
b) Fundus
c) Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.
5) Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M
Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

a) Usus dua belas jari (Duodenum)


Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas
jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas
jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus
halus.Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
b) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium.
c) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus.Pada sistem pencernaan manusia ini memiliki panjang sekitar
2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu.Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam
empedu.

6) Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
a) Kolon asendens (kanan)
b) Kolon transversum
c) Kolon desendens (kiri)
d) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri
di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa
penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-
bakteri didalam usus besar.Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
7) Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses.Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu
sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.
Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.Anus merupakan
lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh.Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lannya dari usus.Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh
otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
8) Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin.Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
1) Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
2) Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh
pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim
proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh
tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif
jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan
sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
9) Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan
dengan pencernaan.Organ ini memainkan peran penting dalam
metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk
penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat.Dia
juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.Istilah medis
yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau
hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan
darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan
pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.Vena porta
terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah
yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah
darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi
umum. Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan manusia.
10) Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap –
bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan
empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu., Empedu memiliki 2 fungsi
penting yaitu:
a) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b) Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol.
b. Konsep Kebutuhan Nutrizi
1) Definisi
Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berarti nutrisi. Oleh
para ahli istilah tersebut diubah menjadi gizi. Gizi adalah substansi
organic dan non organic yang ditemukan dalam makanan dan
dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik.
Nutrisi adalah Jumlah dari seluruh interaksi antara organisme dan
makanan yang dikonsumsinya (Cristian dan Gregar 1985).
Dengan kata lain nutrisi adalah apa yang manusia makan dan
bagaimana tubuh menggunakannya.Masyarakatmemperoleh makanan
atau nutrien esensial untuk pertumbuhan dan pertahanan dari seluruh
jaringan tubuh dan menormalkan fungsi dari semua proses tubuh.Nutrien
adalah zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam makanan
dan diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh.
2) Fungsi Nutrisi
1) Melindungi tubuh dari serangan penyakit
2) Memberikan energi bagi aktivitas tubuh
3) Membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh
4) Mengatur berbagai proses kimia di dalam tubuh
5) Mengganti sel tubuh yang rusak
6) Mempertahankan vitalitas tubuh
3) Jenis-Jenis Nutrien
1) Karbohidrat
Karbohidrat adalah kelompok nutrient yang penting dalam
susunan makanan.Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari
elemen karbon, hidrogen dan oksigen.Karbohidrat dibagi atas :
a) Karbohidrat sederhana (gula) ; bisa berupa monosakarida
(molekul tunggal yang terdiri dari glukosa, fruktosa, dan
galaktosa). Juga bisa berupa disakarida (molekul ganda),
contoh: sukrosa (glukosa + fruktosa), maltosa (glukosa +
glukosa), laktosa (glukosa + galaktosa).
b) Karbohidrat kompleks (amilum) adalah polisakarida karena
disusun banyakmolekul glukosa.
c) Serat adalah jenis karbohidrat yang diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan, tidak dapat dicerna oleh tubuh dengan sedikit atau
tidak menghasilkan kalori tetapi dapat meningkatkan volume
feces.
2) Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan.Lemak dan
minyak terdiri atas gabungan gliserol dengan asam-asam lemak.
Fungsi lemak :
a) Sebagai sumber energi ; merupakan sumber energi yang
dipadatkan dengan memberikan 9 kal/gr.
b) Ikut serta membangun jaringan tubuh.
c) Perlindungan.
d) Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari
tubuh.
e) Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan
lambung dan mencegah timbul rasa lapar kembali segera setelah
makan.
f) Vitamin larut dalam lemak.
3) Protein
Protein merupakan kelompok nutrient yang sangat penting bagi
makhluk hidup. Protein akan dihidrolisis oleh enzim-enzim
proteolitik. Untuk melepaskan asam-asam amino yang kemudian
akan diserap oleh usus. Fungsi protein :
a) Protein menggantikan protein yang hilang selama proses
metabolisme yang normal dan proses pengausan yang normal.
b) Protein menghasilkan jaringan baru.
c) Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru
dengan fungsi khusus dalam tubuh yaitu enzim, hormon dan
haemoglobin.
d) Protein sebagai sumber energi.
4) Vitamin
Vitamin adalah bahan organic yang tidak dapat dibentuk oleh
tubuh dan berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.
Ada 2 jenis vitamin, yaitu:
a) Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, K.
b) Vitamin larut air yaitu vitamin B dan C (tidak disimpan dalam
tubuh jadi harus ada didalam diet setiap harinya).
5) Mineral dan Air
Mineral merupakan unsure esensial bagi fungsi normal sebagian
enzim, dan sangat penting dalam pengendalian system cairan
tubuh.Tubuh tidak dapat mensintesis sehingga harus disediakan
lewat makanan.3 fungsi mineral:
a) Konstituen tulang dan gigi ; contoh : calsium, magnesium,
fosfor.
b) Pembentukan garam-garam yang larut dan mengendalikan
komposisi cairan tubuh ; contoh Na, Cl (ekstraseluler), K, Mg,
P (intraseluler).
c) Bahan dasar enzim dan protein.
4) Faktor Yang Memengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Faktor yang meningkatkan kebutuhan nutrisi:
1) Pertumbuhan yang cepat
2) Perbaikan jaringan/pemulihan kesehatan
3) Peningkatan suhu tubuh
4) Aktivitas yang meningkat
5) Stress dan infeksi
Faktor yang menurunkan kebutuhan Nutrisi:
1) Penurunan laju pertumbuhan
2) Penurunan BMR
3) Hypotermi
4) Jenis kelamin
5) Gaya hidup pasif
6) Bedrest
5) Malnutrisi
Kekurangan intake dari zat-zat makanan terutama protein dan
karbohidrat. Dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembngan dan
kognisi serta dapat memperlambat proses penyembuhan. Tipe-tipe
malnutrisi :
1) Defisiensi Nutrien. contoh: kurang makan buah dan sayur
menyebabkan kekurangan vitamin C yang dapat mengakibatkan
perdarahan pada gusi.
2) Marasmus. Kekurangan protein dan kalori sehingga terjadinya
pembongkaran lemak tubuh dan otot. Gambaran klinis: atropi otot,
menghilangnya lapisan lemak subkutan, kelambatan pertumbuhan,
perut buncit, sangat kurus seperti tulang dibungkus kulit.
3) Kwashiorkor. Kekurangan protein karena diet yang kurang protein
atau disebabkan karena protein yang hilang secara fisiologis
(misalnya keadaan cidera dan infeksi). Ciri-cirinya: lemah, apatis,
hati membesar, BB turun, atropi otot, anemia ringan, perubahan
pigmentasi pada kulit dan rambut.
III. KONSEP KEBUTUHAN OKSIGENASI
a. Anatomi Fisiologi

1) Saluran Nafas Atas


a) Hidung
Hidung terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian
eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago sedangkan bagian internal hidung adalah rongga berlorong
yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh
pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Rongga hidung
dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung. Permukaan mukosa hidung
dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus
menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan
dari paru-paru. Selain itu, hidung juga berfungsi sebagai penyaring
kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup
ke dalam paru-paru.Hidungjuga bertanggung jawab terhadap
olfaktori (penghirup) karena reseptor olfaktori terletak dalam
mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalandengan
pertambahan usia.
b) Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring). Faring berfungsi untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratorius dan digestif.
c) Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago
yang menghubungkan faring dan trakea. Laring sering disebut
sebagai kotak suara dan terdiri atas epiglotis yaitu daun katup
kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan,
glotis yaitu ostium antara pita suara dalam laring, kartilago tiroid
yaitu kartilago terbesar pada trakea dan sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam's apple), kartilago krikoidyaitu satu-
satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di
bawah kartilago tiroid), kartilago aritenoid yang digunakan dalam
gerakan pita suara dengan kartilago tiroid dan pita suara
yaituligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan
bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring).
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
d) Trakea
Trakea atau disebut juga batang tenggorok.Ujungtrakea
bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina.
2) Saluran Nafas Bawah
a) Bronkus
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri yang disebut
bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2
bronkus).Bronkuslobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus
segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi
bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang
memiliki : arteri, limfatik dan saraf
b) Bronkiolus
Bronkiolus yaitu bronkus segmental yang bercabang-
cabang.Bronkiolusmengandung kelenjar submukosa yang
memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk
melapisi bagian dalam jalan napas.
c) Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
d) Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori.
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara
jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
e) Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli.
f) Alveoli
Alveoli merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2.Terdapat
sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan
seluas 70 m². Terdiri atas 3 tipe, yaitu :
(1) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk
dinding alveoli
(2) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik
dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
(3) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-
sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.
g) Paru-paru
Paru-paru Merupakan organ yang elastis berbentuk
kerucut.Terletakdalam rongga dada atau toraks. Kedua paru
dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan
basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura
interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus.
Lobus-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai
dengan segmen bronkusnya.
h) Pleura
Pleura Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan
jaringan elastis.Pleura terbagi mejadi 2 yaitu pleura parietalis dan
pleura viseralis.Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
sedangkan Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-
paru. Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis
pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu
bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks
dengan paru-paru.
b. Konsep oksigenisasi
1) Pengertian
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi
tubuh.Otak masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5
menit.Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, maka
terjadi kerusakan sel otak secara permanen. Selain itu oksigen digunakan
oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel.
Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP
(Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar
berfungsi secara optimal.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh
dengan cara melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan
aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21
% pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh.
2) Tujuan pemberian oksigenasi
Tujuan pemberian oksigenasi adalah:
a) Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
b) Untuk menurunkan kerja paru-paru
c) Untuk menurunkan kerja jantung
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem
respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.
3) Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigen.
a) Faktor Fisiologi
(1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
(2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian atas.
(3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
(4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka, dan lain-lain.
(5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti
pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,
penyalit kronik seperti TBC paru.
b) Faktor Perkembangan
(1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
(2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
(3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan
dan merokok.
(4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
(5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi
paru menurun.
c) Faktor Perilaku
(1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya
ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arterioklerosis.
(2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
(3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
(4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan
intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan
hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan.
(5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d) Faktor Lingkungan
(1) Tempat kerja
(2) Suhu lingkungan
(3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
4) Perubahan-perubahan fungsi jantung yang memengaruhi
kebutuhan oksigenasi:
a) Gangguan kondiksi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).
b) Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti pada
pasien dekom menimbulkan hipoksia jaringan.
c) Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi
darah yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
d) Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan
darah dari arteri koroner ke miokardium.
5) Perubahan Fungsi pernapasan
a) Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O 2 dalam
paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi
dapat disebabkan karena :
(1) Kecemasan
(2) Infeksi/sepsis
(3) Keracunan obat-obatan
(4) Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic.
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas
pendek, nyeri dada (chest pain), menurunkan konsentrasi,
disorientasi tinnitus.
b) Hipoventilasi
Hivoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat
untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan
CO2 dengan cukup.Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps
paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri
kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritmia,
ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.
c) Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi
O2 yang diinspirasi atau meningkatkan penggunaan O2 pada tingkat
seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
(1) Menurunnya hemoglobin
(2) Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung.
(3) Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan
sianida.
(4) Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti
pneumonia.
(5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
(6) Kerusakan/gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia antara lain: kelelahan, kecemasan,
menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan
cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan clubbing.
IV. KONSEP GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI
a. Tinjauan Teori Nyeri
1) Pengertian Nyeri
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat
individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain (Kozier dan Erb,
2009).
Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul
ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri (Hidayat, 2009).
Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan
mencari upaya untuk menghilangkan nyeri. Perawat menggunakan
berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri atau mengembalikan
kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri yang
klien rasakan. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang
mengalami nyeri yang sama menghasilkan respons atau perasaan yang
identik pada seorang individu (Potter & Perry, 2010).
2) Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus
kuat yang secara potensial merusak.Reseptor nyeri disebut juga
nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep
somatic), dan pada daerah visceral.Oleh karena letaknya yang berbeda-
beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang
berbeda.Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri
yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan
didefinisikan (Smeltzer dan Bare, 2002).
3) Sifat-sifat Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri memiliki beberapa
sifat, antara lain (Mahon,1994 dalam Potter dan Perry, 2010):
a) Subjektif, sangat individual.
b) Tidak menyenangkan.
c) Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi.
d) Melelahkan dan menuntut energi seseorang.
e) Dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna
kehidupan.
f) Tidak dapat diukur secara objektif, seperti dengan menggunakan
sinar-X atau pemeriksaan darah.
g) Mengarah pada penyebab ketidakmampuan.
4) Teori Nyeri.
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri,
diantaranya :
a) Teori pemisahan (specificity theory).
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis
melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian
naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya,
dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut
diteruskan.
b) Teori pola (pattern theory).
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla
spinalis dan merangsang aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu
respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks
serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri, persepsi dipengaruhi oleh modalitas
dari reaksi sel T.
c) Teori pengendalian gerbang (gate comtrol theory).
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil
yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan
pada serat saraf besar akan meningkatkan tertutupnya pintu
mekanisme sehimgga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan
hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat
langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan
dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat efferent dan
reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil
akan menghambat aktivitas subtansia gelatinosa dan membuka pintu
mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya
akan menghantarkan rangsangan nyeri.
d) Teori transmisi dan inhibisi.
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls
saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri
menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang
memblok impuls pada serabut lamban dan endogen opiate system
supresif.
5) Klasifikasi Nyeri
Menurut Smeltzer (2002), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a) Nyeri akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa
kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada
kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita
untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan
nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit
sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi
penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan
dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri
akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung.
b) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan
dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak
mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit
untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri
akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak
berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi
masalah dengan sendirinya.
6) Mekanisme Neurofisiologik nyeri
Struktur spesifik dalam sistem syaraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai sistem noniseptik. Sensivitas dari
komponen sistem noniseptik dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan
berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap
stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang
sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Lebih jauh lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu
waktu tetapi tidak pada waktu lain. Sebagai contoh, nyeri akibat artritis
kronis dan nyeri pascaoperatif sering terasa lebih parah pada malam hari
(Doengoes, 2009).
7) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
Menurut Fajarwati (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi respon
nyeri adalah:
1) Pengalaman masa lalu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan
berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih
toleran terhadap nyeri dibanding dengan orang yang hanya
mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun, hal
ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman individu
dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap
peristiwa yang menyakitkan yang akan diakibatkan.
2) Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah
sama dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk memisahkan suatu
sensasi. Suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian
limbik yang diyanikini mengendalikan emosi seseorang, khususnya
ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap
nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.

3) Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana
bereaksi terhadap nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap dikaitkan
dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman
tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam
merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang
mengalami nyeri (Potter, 2010).
4) Usia
Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak-anak dan lansia. Perkembangan, yang
ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi
bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang
masih kecil mempunyai kesulitan mengungkapkan dan
mengekspresikan nyeri.
5) Efek Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk
tablet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya
terdiri atas gula,larutan salin normal, dan atau air biasa. Karena
plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini hanya
memberikan efek dikeluarkannya produk ilmiah (endogen) endorfin
dalam sistem kontrol desenden, sehingga menimbulkan efek
penurunan nyeri.
V. KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
a. Eliminasi Urine
1) Anatomi fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang
menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke
vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat
urin dikumpulkan, dan d) satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika
urinaria.
a) Ginjal (Ren)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang
perut atau abdomen.Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang
belakang, di bawah hati dan limpa.Di bagian atas (superior) ginjal
terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).Ginjal
kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi
tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas
dan duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak
perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
goncangan.
Fungsi ginjal, adalah sebagai berikut :
(1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun,
(2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
(3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari
cairan tubuh
(4) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat
gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat
lebih terang dibandingkan cortex.Bagian medulla berbentuk kerucut
yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap
kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai
pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan
nervus..Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang
diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis
majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga
calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan
unit fungsional ginjal.Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap
ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, angsa
henle, tubulus distal dan tubulus urinarius
b) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari
ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen
dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.Lapisan dinding ureter
terdiri dari dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan
tengah lapisan otot polos, dan lapisan sebelah dalam lapisan
mukosa.Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
c) Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin.Organ ini
berbentuk seperti buah pir (kendi).Letaknya di belakang simfisis
pubis di dalam rongga panggul.Vesika urinaria dapat mengembang
dan mengempis seperti balon karet.Dinding kandung kemih terdiri
dari lapisan sebelah luar (peritoneum), tunika muskularis (lapisan
berotot), tunika submukosa dan lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam).
d) Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria
yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki
panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari urethra pars
prostatica, urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra
externa), urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor),
3-5 cm (Lewis). Sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina
(antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran
ekskresi.
Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
(1) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari
Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos.
Sphincter uretra menjaga agar uretra tetap tertutup.
(2) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh
darah dan saraf.
(3) Lapisan mukosa.
e) Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
(1) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari
pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
(2) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
(3) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
(4) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau
amoniak.
(5) Berat jenis 1,015-1,020.
(6) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung
dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein
memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
(1) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
(2) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea,
amoniak dan kreatinin.
(3) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
(4) Pagmen (bilirubin dan urobilin).
(5) Toksin.
(6) Hormon.
f) Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah
terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
(1) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada
dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini
terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan
mencetuskan tahap ke 2).
(2) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih.Pusat saraf miksi berada pada
otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di
pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat
Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot
detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf
parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi,
sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal:
tidak nyeri).
Ciri-Ciri Urin Normal :
(1) Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai
dengan jumlah cairan yang masuk.
(2) Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
(3) Baunya tajam.
(4) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
2) Proses Berkemih
a) Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan
darah kecuali protein.Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,
bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.Cairan yang disaring
disebut filtrate glomerulus.
b) Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat.
Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus
proximal.
Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan
sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.Penyerapan terjadi
secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla
renalis.
c) Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
3) Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
a) Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang
memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan
jumlah urine yang dibentuk.Selain itu, juga dapat meningkatkan
pembentukan urine.
b) Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat
menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga
memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.
c) Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
d) Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi
keinginan berkemih.Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk
keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
e) Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik
untuk fungsi sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria
menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan
kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
f) Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi
pola berkemih.Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih
memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil.
Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
g) Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti
diabetes melitus.
h) Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,
seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk
buang air kecil di tempat tertentu.
i) Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di
mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot
urine bila dalam keadaan sakit.
j) Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis.
Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan
pengeluaran urine.
k) Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya
pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan
pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
l) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan
eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan
dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra
uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga
mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat
menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu
pengeluaran urine.
4) Masalah Eliminasi Urin
Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara
umum. Salah satu yang tersering ialah gangguan urine.
Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain:
a) Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan
ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
(1) Operasi pada daerah abdomen bawah.
(2) Kerusakan ateren
(3) Penyumbatan spinkter.
Tanda-tanda retensi urine :
a) Ketidak nyamanan daerah pubis.
b) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
c) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
d) Meningkatnya keinginan berkemih.
b) Enuresis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak
umumnya malam hari. Kemungkinan peyebabnya :
a) Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
b) Kandung kemih yang irritable
c) Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
d) ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
c) Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensia
a) Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu
mengalami inkontine karena kesulitan dalam mencapai atau
ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
(1) Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
(2) Penurunan tonur kandung kemih
(3) Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
(4) Lingkungan
(5) Lanjut usia.
b) Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami
pengeluaran urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra
abdomen.
Faktor Penyebab:
(1) Inkomplet outlet kandung kemih
(2) Tingginya tekanan infraabdomen
(3) Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
(4) Lanjut usia.
c) Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami
kehilangan urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
(1) Penurunan Kapasitas kandung kemih.
(2) Penurunan isyarat kandung kemih
(3) Efek pembedahan spinkter kandung kemih
(4) Penurunan tonus kandung kemih
(5) Kelemahan otot dasar panggul.
(6) Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
(7) Perubahan pola
(8) Frekuensi
(9) Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya
cairan.
(10) Urgency
(11) Perasaan seseorang harus berkemih
b. Eliminasi Fekal
1) EliminasiDigestif
Eliminasi ini berkaitan dengan organ system pencernaan hususnya
adalah kolon atau usia besar kolon (usus besar) dari saluran pencernaan
yang di mulai dari katup ileum-sekum keanus yang meliputi sekum,kolon
asenden, kolon tranversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan
anus.Panjang kolon pada orang dewasa + 1,5 meter (andra 2007).
2) Proses pembentukan feses
Setiap harinya ,sekitar 750cc chime kekolom dari ilium. Di kolon
cyme tersebut mengalami proses absorbsi air,nutrium,dan
klorida.Absorbsi ini dibantu dengan adanya gerakan peristaltik anus. Dari
750 cc chyme tersebut,sekitar 150-200 cc mengalami proses
reabsorpasi.Chyme yang tidak di reabsorpasi menjadi bentuk semisolid
yang disebut feses.
Selain itu dalam saluran,cerna banyak terdapat bakteri.Bakteri
mengadakan fermentasi zat makanan yang tidak dicerna. Proses
fermentasi akan menghasilkan gas yang di keluarkan melalui anus setiap
harinyayang kita kenal sebagai flatus.Misalnya,karbohidrat saat
difermentasikan akan menjadi hydrogen, karbondioksida, dan gas
metana.apabila terjadi ganguan pencernaan karbohidrat,maka akan ada
banyak gas yang terbentuk saat berfermentasi.akibatnya, seseorang akan
merasa kembung.
3) Pola Defekasi
Waktu Defekasi dan jumlah feses sangatlah bersifat individual.Orang
dalam keadaan normal,frekuensi buang air besar 1 kali sehari, tetapi ada
pula yang buang air besar 3-4 kali seminggu.Ada yang buang air besar
setelah sarapan pagi,ada pula yang malam hari.Pola defekasi individu
juga bergantung pada bowel training yang di lakukan pada masa kanak-
kanak.Sebagianbesarorang memiliki kebiasaan defekasi setelah sarapan
pagi karena adanya refleks gastrotolik yang menyebabkan “mass
movement” pada usus besar.
Umumnya feses bergantung pada jumlah intake makanan.Namun
secara khusus jumlah feses sangat bergantung pada kandungan serat dan
cairan pada makanan.Pola defekasi akan berubah karena adanya
kontifikasi,fekal inflation,diare,dan inkontinensia.Kondisi ini
berpengaruh terhadap konsistensi dan frekuensi buang air besar.
4) Karakteristik feses
a) Karakteristik feses normal
(1) Konsitensi
Secara normal feses memiliki bentuk,tetapi lembek karena
mengandung +75 air dan +25 sisanya berupa zat ampas

(2) Permukaan feses


Permukaan feses yang normal sesuai dengan permukaan
rectum,Abnormalis permukaan feses menunjukan adanya adanya
kelainan pada rectum
(3) Bau
Karakteristik feses bau tidak menyenangkan. Bau cenderung
bervariasi tergantung pada makanan yang di konsumsinya
(4) Lemak dan protein
Lemak dan protein secara normal terdapat dalam jumlah sedikit
dalam feses.Jumlah ini bergantung pada kandungan zat tersebut
dalm makanan yang dikonsumsinya.
b) Karakteristik feses abnormal
(1) Konsistensi
Feses dikatakan abnosmal bila dikatakan cair atau keras.feses
yang encer mengandung air lebih dari +75 % yang disebab kan
karena air dan zat makanan yang di absorbs sepanjang kolom
oleh karena chimeterlalu cepat bergerak dikolom .feses yang
keras mengandung sedikit air dan biasanya sulit untuk di
keluarkan sehingga menimbulkan nyeri saat defekasi
(2) Warna
Warna feses yang tidak normal merupakan indikasi adanya
gangguan pada sistem pencernaan.Feses yang warna nya
sangat pucat mungkin karena adanya penyakit pada organ
empedu.Feses yang warna merah dapat di akibat kan oleh
adanya pendarahan pada rectum dan anus. feses berwarna
kehitaman menunjukan terjadinya pendarahan pada saluran
pencernakan. Perubahan warna feses dsapat pulah disebab kan
oleh pengaruh makanan ataupan obat-obatan tertentu.
(3) Kandungan
Feses mengandung mucus atau lemak yang berlebihan,darah
feses, organism potongan,dan/ atau parasif.
5) Proses Defekasi
Adalah proses pembuangan atau pengeluaan sisa metabolisme berupa
feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus
dalam proses defekasiterjadi dua yaitu :
a) Refleks defekasi intrinsic
Berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga trjadi distensi
rectum kemudian menyebabkan rangsangan pada flatus mensentrikus
yang terjadi gerakan feristaltik.
b) Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang
kemudian diteruskan ke jarak spinal.
6) Faktor – factor yang mempengaruhi proses defekasi :
a) Usia
pada usia bayi kotrol defekasi belum berkembang sedangkan pada
usia lanjut control menurun, Usia bukan hanya berpengaruh pada
eliminasi fekal saja,tetapi juga berpengaruh terhadap control
eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum mampu buang air besar
maupun buang air kecil karena system neuromuskulernya belum
berkembang dengan baik.manusia dalam usia lanjut juga akan
mengalami perubahan dalam elimin asi tersebut.Biasanya terjadi
penurunan tonus otot,sehingga feristetik menjadi lambat. Haltersebut
menyababkan kesulitan dalam pengontrolan eliminasi feses,sehingga
pada manusia usia lanjut berosiko mengalami kontifasi (Asmadi,
2008).
b) Intake cairan
Cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi keras, intake
cairan berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Bila antake cairan
tidak adekuat atau output cairan yang berlebihan, maka tubuh akan
mengabsorbsi cairan dari usus besar dalam jumlah besar.Hal tersebut
menyebabkan feses menjadi keras,kering,dan sulit melewati saluran
pencernaan (Asmadi, 2008)
c) Aktivitas
Tonus abdomen sangat membantu defekasi. Latihan fisik membantu
seseorang untuk mempertahankan tonus otot.tonus otot yang baik
dari otot-otot abdominal,otot pelvis,dan digfragma sangat penting
bagi defekasi dan miksi.Latihan fisik merangsang terhadap timbulnya
peristaltic (Asmadi 2008).
d) Fisiologis
Keadaan cemas,takut dan marah akan meningkat. Stres yang
berlebihan akan menpengaruhi eliminasi fekal dan urine.Ketika
seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan,terkadang dia akan
mengalami diare ataupun beser.Namun,ada pula yang menyebabkan
sulit buang besar (Asmadi 2008).
e) Temperature
Eliminasi dipengaruhi oleh temperatur tubuh.Seseorng yang demam
akan mengalami peningkatan pemgaruh cairan tubuh karena
meningkatnya aktivitas metabolik.Hal tersebut akan menyebabkan
tubuh akan kekurangan cairan sehingga dampaknya berpotensi
terjadi konstipasi dan pengeluaran urine menjadi sedikit (Asmadi
2008).
f) Gaya hidup
kebiasaan melatih buang air besar sejak kecil secara teratur
g) Prosedur diagnostic
Biasanya dipuasakan atau dilakukan kliman dahulu agar tidak dapat
BAB kecuali setelah makan.
h) Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan
konstipasi
i) Nyeri
Nyeri berpengaruh terhadap pola eliminasi.Seseorang yang berada
dalam keadaan nyeri sulit untuk makan, diet yang seimbang, maupun
untuk melakukan latihan dalam upaya mempertahankan tonus otot
dasar panggul dan perut (Asmadi 2008).
j) Obat-Obatan
Beberapa jenis obat memiliki efek samping yang berpengaruh
terhadap eliminasi.Ada obat yang menyebabkan seorang menjadi
diare pada kondisi organ pencernaan maupun organ
perkemihan.Misalnya obat Analgesik Narkotik (Opiat) dapat
manyebabkan konstipasi karena obat tersebut menekan gerakan
peristaltik,obat Antikolinergik (misal, Atropin) dapat menyebabkan
retasi urine (Asmadi 2008).
7) Masalah – masalah umum pada eliminasi fekal
a) Konstipasi : gangguan eliminasi yang di akibatkan adanya feses yang
kurang dan keras melalui anus dan usus besar. Biasanya disebabkan
oleh pola defekasi yang tidak teratur
b) Infeksi fekal : masa feses yang keras dilipatan rectum yang
diakibatkan retensi akumulasi material desil yang berkepanjangan .
c) Diare : keluar feses yang cair dan meningkatkan frekuensi BAB
akibat cepatnya kimas melewati usus besar sehingga usus besar tidak
punya waktu untuk menyerap air
d) Inkontinensi alvi :hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses atau gas yang melalui spinggter anus akibat
kerusakan fungsi
e) Kembung :flatus yang berlebihan di daerah internal sehingga
menyebabkan intensi interna
VI. KONSEP ISTIRAHAT DAN TIDUR
a. Definisi
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun
berakibat badan menjadi lebih segar.
Tidur merupakan suatu keadaan yang relative tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-
ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah
yang berbeda.
b. Fisiologi Tidur
Rormasi retikuler terdapat dalam pangkal otak. Formasi itu menjulang
naik menembus medulla, pons, otak bagian tengah, dan lalu
ke hipotalamus. Formasinya tersusun dari banyak sel syaraf dan serat
syaraf .Serat-seratnya mempunyai hubungan-hubungan yang meneruskan
impuls-impuls ke kulit otak dan ke tali sumsum tulang belakang.Formasi
retikular itu memungkinkan terjadinya gerakan-gerakan refleks serta yang
disengaja dengan mudah, maupun kegiatan-kegiatan kortikal yang bertalian
dengan keadaan waspada.Di waktu tidur, sistem retikular mendapat hanya
sedikit rangsangan dari korteks serebral (kulit otak) serta permukaan luar
tubuh.Keadaan bangun terjadi apabila sistem retikular dirangsang dengan
rangsangan-rangsangan dari korteks serebral dan dari organ-organ serta sel-
sel pengindraan di kulit.Umpamanya saja, jam wekker membangunkan kita
dari tidur menjadi keadaan sadar apabila kita menyadari bahwa kita harus
bersiap-siap untuk pergi bekerja. Perasaan-perasaan yang diakibatkan oleh
kenyerian, kebisingan dan sebagainya, akan membuat orang tidak dapat tidur
lewat organ-organ serta sel-sel di kulit badan. Maka keadaan tidak dapat tidur
di timbulkan oleh kegiatan kulit otak serta apa yang dirasakan oleh badan; di
waktu tidur, rangsangan-rangsangan menjadi minimal.
c. Kegunaan Atau Fungsi Dari Tidur Yang Cukup
1) Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru.
2) Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh.
3) Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian.
4) Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit.
5) Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik.
d. Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat
elektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram
(EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye
movement(NREM) dan rapid eye movement (REM).
a. Tidur NREM.
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena
gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek
daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar.
Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di
samping itu,semua proses metabolic termasuk tanda-tanda vital,
metabolism, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4
tahap (I-IV).Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan
tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep).
b. Tidur REM.
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama
5-30 menit.Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar
mimpi terjadi pada tahap ini. Selama tidur REM,otak cenderung aktif
dan metabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada tahap individu
menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-
tiba, tonus otot terdepresi,sekresi lambung meningkat,dan frekuensi
jantung dan pernapasan sering kali tidak teratur.
Siklus tidur
Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM.
Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan
setiap orang biasanya melalui empat hingga lima siklus selama 7-8 jam
tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap
REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian
diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali
melalui tahap III dan II selama 20 menit.Tahap I REM muncul
sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.
e. Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas Dan Kualitas Tidur
Banyak factor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,
diantaranya adalah penyakit, lingkungan,kelelahan,gaya hidup,stress
emosional,stimulan dan alcohol,diet, merokok,dan motivasi.
1) Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur.Individu yang sakit membutuhkan waktu
tidur yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-
tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.
2) Lingkungan.
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.
Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat
menghambat upaya tidur.Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman
atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang.Akan
tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh
dengan kondisi trsebut.
3) Kelelahan.
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorangsemakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.
4) Gaya hidup.
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya
agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
5) Stress emosional.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang.kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi
system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus
tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6) Stimulant dan alcohol.
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang
SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur.Sedangkan konsumsi alcohol
yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh
alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
7) Diet.
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnyaterjaga di malam hari.Sebaliknya, penambahan berat badan
dikaitkan dengan peningkatan ttal tidur dan sedikitnya periode terjaga di
malam hari.
8) Merokok.
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada
tubuh.Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah
terbangun di malam hari.
9) Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur
seseorang.hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,
Metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan
narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat
menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
10) Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang.Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk
terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.
f. Gangguan Tidur Yang Umum Terjadi
1) Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas.Gangguan tidur ini umumnya ditemui
pada individu dewasa.Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau
karena factor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.Ada tiga jenis
insomnia:
a) Insomnia inisial. Kesulitan untukmemulai tidur.
b) Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga.
c) Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia
antara lin dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif
melalui olahraga rutin, menghindari ransangan tidur di sore hari,
melakukan relaksasi sebelum tidur (mis; membaca, mendengarkan
music), dan tidur jika benar-benar mengantuk.
2) Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul
saat seseorang tidur.Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak.
Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (mis; tidur
berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau),
parasomnia yang terkait dengan tidur REM (mis; mimpi buruk), dan
lainnya (mis; bruksisme).
3) Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari.Gangguan ini dapat disebabkan
oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati
atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (mis;
hipertiroidisme).Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan
sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada
siang hari.
4) Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai
“serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui
diduga karena kerusakan genetic.
VII.MOBILISASI DAN IMOBILISASI
a. Definisi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan
dengan bebas (kosier, 1989).
Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya.
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat
berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang
bersifat fisik atau mental.
b. Tujuan Mobilisasi
1) Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2) Mencegah terjadinya trauma
3) Mempertahankan tingkat kesehatan
4) Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
5) Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
1) Gaya Hidup :Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat
pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti
oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya
dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan
senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya;
seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang
pramugari atau seorang pemambuk.
2) Proses penyakit dan injury : Adanya penyakit tertentu yang di derita
seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang
patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula
orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka
cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus
istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA
yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
3) Kebudayaan : Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam
melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki
setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai
mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda
mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan
sebagainya.
4) Tingkat Energy : Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau
energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan
dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
5) Usia dan status perkembangan : Seorang anak akan berbeda tingkat
kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak
yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat
kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
6) Tipe persendian dan pergerakan sendi : Dalam sistim muskuloskeletal
dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses)
dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).
d. Tipe Persendian Dan Pergerakan Sendi
Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi
yang dapat digerakkan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakkan
(siartrosis).
e. Toleransi Aktifitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan
gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada
klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut
biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai, saat mobilisasi
dan setelah mobilisasi.
Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain
(Gordon, 1976) :
1) Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
2) Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi
orthostatic.
3) Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
4) Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
5) Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas
dan ketidak stabilan posisi tubuh.
6) Status emosi labil.
f. Masalah Fisik
Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati
pada berbagai sistim antara lain :
1) Masalah musculoskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur,
penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit.
2) Masalah urinary
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih
dan inkontinentia urine.
3) Masalah gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.
4) Masalah respirasi
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas,
ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2).
5) Masalah kardiofaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.
g. Upaya Mencegahkan Terjadinya Masalah Akibat Kurangnya Mobilisasi
Antara Lain :
1) Perbaikan status gisi
2) Memperbaiki kemampuan monilisasi
3) Melaksanakan latihan pasif dan aktif
4) Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen
(Struktur tubuh).
5) Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk
menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang
menetap pada bagian tubuh.
h. Macam – Macam Posisi Klien Di Tempat Tidur
1) Posisi fowler (setengah duduk)
2) Posisi litotomi
3) Posisi dorsal recumbent
4) Posisi supinasi (terlentang)
5) Posisi pronasi (tengkurap)
6) Posisi lateral (miring)
7) Posisi sim
8) Posisi trendelenburg (kepala lebih rendah dari kaki)
i. Tujuan Imobilisasi
1) Imobilisasi fisik merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.
2) Imobilisasi intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan pikir seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
akibat suatu penyakit.
3) Imobilitas emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba
dalam menyesuaikan diri seperti keadaan stress berat dapat disebabkan
karena bedah amputasi .
4) Imobilitas social, merupakan keadaan individu yang mengalami
hambatan dalam melakukan interaksi social karena keadaan penyakitnya
sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan social.
j. Dampak Imobilisasi Terhadap Tubuh
1) Perubahan metabolisme
2) Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3) Gangguan pengubahan zat gizi
4) Gangguan fungsi gastro intestinal imobilitas (system pencernaan)
5) Perubahan system pernapasan
6) Perubahan kardiovaskular
7) Perubahan system musculoskeletal
8) Perubahan system integumen
9) Perubahan eliminasi
10) Perubahan perilaku
VIII. KONSEP PERSONAL HYGIENE
a. Konsep Personal Hygiene
1) Pengertian Personal Hygiene
Dalam kehidupan sehari-hari, kebersihan merupakan hal yang
sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan
memengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri
dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.Jika seseorang sakit,
biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena
ita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika
hal tersebut dibiarkan terus menerus dapat memengaruhi kesehatan
secara umum (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani, yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikologis (Tarwoto &
Wartonah, 2011).
Secara teoritis, higiene perorangan adalah usaha dari setiap orang
yang terlibat dalam pengolahan makanan untuk menghindari makanan
supaya tidak terkontaminasi yang dapat dicapai dengan mencuci tangan,
kesehatan dan kebersihan diri, kondisi sakit dan harus tertanam
pengertian tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan diri
karena pada dasarnya yang dimaksud hygiene adalah mengembangkan
kebiasaan yang baik untuk menjaga kesehatan. Orang yang melakukan
pengolahan makanan dan penyiapan makanan harus memenuhi
persyaratan seperti kesehatan individu yang tidak memiliki penyakit
infeksi dan harus memenuhi syarat-syarat seperti kebersihan diri dan
kerapian (Mubarok 2009, dikutif dalam Maharani & Yusiana, 2013).
2) Macam-macam personal hygiene
Menurut Tawoto & Wartonah (2011), yang termasuk personal
higiene antara lain sebagai berikut:
a) Perawatan kulit kepala dan rambut
b) Perawatan mata
c) Perawatan hidung
d) Perawatan telinga
e) Perawatan kuku kaki dan tangan
f) Perawatan genitalia
g) Perawatan kulit seluruh tubuh
h) Perawatan tubuh secara keseluruhan
3) Tujuan perawatan personal hygiene
Adapun tujuan dari personal hygiene menurut Tawoto & Wartonah
(2011), antara lain sebagai berikut:
a) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b) Memelihara kebersihan diri seseorang
c) Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d) Mencegah penyakit
e) Meningkatkan percaya diri seseorang
f) Menciptakan keindahan.
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Menurut Tawoto & Wartonah (2011), faktor-faktor yang
memengaruhi personal hygiene, antara lain:
a) Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat memengaruhi
kebersihan diri.Misalnya, karena adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
b) Praktik sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam hal kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo, dan alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.Misalnya,
pada pasien penderita diabetes mellitus yang harus selalu menjaga
kebersihan kakinya.
e) Budaya
Disebagian masyarakat, jika individu memiliki penyakit tertentu
tidak boleh dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri, seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
g) Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
5) Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
Menurut Tawoto & Wartonah (2011), dampak yang biasa timbul
pada masalah personal hygiene, antara lain:
a) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta
gangguan fisik pada kuku.
b) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rassa nyaman, kebuuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan
interaksi social.
IX. KONSEP KEBUTUHAN SEXUALITAS
a. Pengertian
Merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan 2
individu secara pribadi yg saling menghargai, memperhatikan, dan
menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara kedua
individu tersebut
Seksualitas meliputi bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka
dan bagaimana mereka mengkomunuksikan perasaan tersebut terhadap orang
lain melalui tindakan seperti: sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau
melalui perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket,
berpakaian, dan perbendaharaan kata.
Raharjo (1999) menjelaskan bahwa seksualitas merupakan suatu konsep,
kontruksi sosial terhadap nilai, orientasi, dan perilaku yang berkaitan dengan
seks.
kesehatan seksual menurut WHO (1975) sebagai “pengintegrasian aspek
somatik, emosional, intelektual, dengan cara yang positif, memperkaya dan
meningkatkan kepribadian, komunikasi, dan cinta”.
b. Tinjauan seksual dari beberapa aspek
1) Aspek biologis
Pandangan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi, kemampuan organ
seks dan adanya hormonal serta sistem syaraf yg berfungsi atau
berhubungan dgn kebutuhan seksual
2) Aspek psikologis
Pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan dari diri
sendiri terhadap kesadaran identitasnya serta memandang gambaran
seksual
3) Aspek sosial budaya
Merupakan pandangan budaya atau keyakinan yg berlaku di masyarakat
terhadap kebutuhan seksual serta perilakunya di masyarakat
c. Perilaku peran jenis kelamin
1) Mulai sejak lahir dan berlangsung sepanjang hidup
2) Dipengaruhi oleh struktur fisik, perasaan internal tentang
laki-laki/perempuan, nilai keluarga, nilai budaya
3) Peran laki-laki dewasa (perilaku yg menyertai):
4) pencari nafkah, ayah, olahragawan, mencintai lawan jenis, bercelana
panjang, fisik kuat, ekspresi perasaan terkontrol
5) Perempuan diharapkan : ekspresi emosi lembut
d. Orientasi seksual
1) Orientasi seksual merupakan preferensi yang jelas, persisten, dan erotik
seseorang untuk jenis kelaminnya atau orang lain. Dengan kata lain
orientasi seksual adalah keteratarikan emosional, romantik, seksual, atau
rasa sayang yang bertahan lama terhadap orang lain
2) Orientasi seksual memiliki rentang dari Homoseksual murni sampai
dengan Heteroseksual murni termasuk didalamnya Biseksual
3) Homoseksual : mengalami ketertarikan emosional, romantik, seksual,
atau rasa sayang pada sejenis
4) biseksual : merasa nyaman melakukan hubungan seksual dengan kedua
jenis kelamin.
e. Variasi dalam ekspresi seksual
1) Transeksual adalah orang yang identitas seksual atau jender nya
berlawanan dengan sex biologisnya Seseorang merasa terperangkap
dengan tubuhnya yang tidak sesuai dengan perasaan seksualnya
(’disforia jender’).
2) Transvetit biasanya adalah pria heteroseksual secara periodik berpakaian
seperti wanita untuk pemuasan pikologis dan seksual. Sikap ini bersifat
sangat pribadi bahkan bagi orang yang terdekat sekalipun.
f. Karakteristik kesehatan seksual
1) Mengekspresikan perubahan tubuh secara positif
2) Mempunyai pengertian tentang seksualitas
3) Keserasian pengertian antara biologic sex, gender identity dan gender
behaviour
4) Perilaku sesuai dengan konsep diri
5) Menyadari perasaan dan seksualnya
6) Berespon secara fisik dan mental bagi diri dan partner
7) Merasa mampu untuk tetap bahagia dan menghasilkan keturunan
g. Penyimpangan Seksual
1) Transeksualisme :
Bentuk penyimpangan seks ditandai perasaan tdk suka dgn alat
kelaminnya, ada keinginan berganti kelamin
2) Pedofilia :
Kepuasan seks dgn objek anak-anak di bawah usia pubertas (ditandai
dgn fantasi) Dapat disebabkan skizophrenia, sadisme organik, gangguan
kepribadian organic
3) Eksibisionisme :
Kepuasan seksual dicapai dgn mempertontonkan alat kelamin di muka
umum. Dilakukan mendadak di depan orang yg tidak dikenal namun
tidak ada upaya untuk melakukan hubungan seks
4) Fetisisme
Kepuasan seksual dicapai dgn menggunakan benda seks seperti sepatu
tinggi, pakaian dalam, stoking. Disfungsi ini dapat terjadi karena
eksperimen seksual yg normal dan bedah pergantian kelamin
5) Transvestisme
Kepuasan seksual dicapai dgn memakai pakaian lawan jenis dan
melakukan peran seks yg berlawanan, misalnya pria senang
menggunakan pakaian dalam wanita
6) Voyerisme/skopofolia
Kepuasan seksual dicapai dgn melihat alat kelamin org lain atau aktivitas
seks yag dilakukan orang lain
7) Masokisme
Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan atau disakiti terlebih dahulu
secara fisik maupun psikologis.
8) Sadisme
Kebalikan masokisme, kepuasan seks didapat dgn menyakiti objeknya
baik fisik maupun psikologis.Dpt disebabkan karena perkosaan dan
pendidikan yg salah.
9) Homoseksual atau lesbianisme
Penyimpangan seksual ditandai dengan ketertarikan secara fisik maupun
emosi kepada sesama jenis. Kepuasan seks didapat dengan berhubungan
dgn orang dgn jenis kelamin sama
10) Zoofilia
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek binatang
11) Sodomi
Kepuasan seks dicapai dgn hubungan melalui anus
12) Nekrofilia
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek mayat
13) Koprofilia
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek feses
14) Urolagnia
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek urine yg diminum
15) Oral seks/kunilingus
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan mulut pada alat kelamin
wanita
16) Felaksio
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan mulut pd kelamin laki-laki
17) Froterisme/friksionisme
Kepuasan seks dicapai dgn menggosokkan penis pd pantat wanita atau
badan yg berpakaian ditempat yg penuh sesak manusia
18) Goronto
Kepuasan seks dicapai melalui dgn lansia
19) Frottage
Kepuasan seks dicapai dgn cara meraba org yg disenangi tanpa diketahui
lawan jenis
20) Pornografi
Gambar/tulisan yg dibuat scr khusus utk memberi rangsangan seksual
h. Bentuk Abnormalitas Seksual Akibat Dorongan Seksual Abnormal
1) Prostitusi
a) Pola dorongan seks tidak wajar
b) Tidak terintegrasi dlm kepribadian
c) Relasi bersifat impersonal tanpa ada afeksi
d) Emosi berlangsung cepat
e) Tidak ada orgasme pada wanita
f) Dpt terjadi pada laki-laki maupun wanita
g) Pada laki-laki disebabkan karena keinginan mencari variasi dlm
seks, iseng dan ingin menyalurkan kebutuhan seks, ekonomi.
h) Pada wanita dpt disebabkan karena faktor ekonomi, disorganisasi
kehidupan keluarga, nafsu seks abnormal
2) Perzinahan
a) Relasi seks laki-laki dan wanita yg bukan pasangan suami-istri
b) Pada wanita terjadi bila relasi afeksional atau emosional yg sangat
kuat
c) Pada pria biasanya karena rasa iseng atau dorongan untuk
memuaskan nafsu sesaat
3) Frigiditas
a) Ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual atau orgasme
selama senggama
b) Ditandai berkurang atau tidak adanya ketertarikan pd hubungan seks
atau tdk mampu menghayati orgasme dlm koitus
c) Disebabkan karena kelainan dlm rahim atua vagina, hub yg tdk baik
dgn suami, cemas, bersalah, atau takut
4) Impotensi
a) Ketidakmampuan pria utk melakukan relasi seks atau senggama atau
ketidakmampuan utk mencapai dan mempertahankan ereksi
b) Banyak disebabkan karena faktor psikologis, kecemasan, ketekutan,
pengalaman buruk masa lalu, persepsi seks yg salah
5) Vaginismus
a) Kejang berupa penegangan atau pengerasan yg sangat menyakitkan
pd vagina atau kontraksi yg sangat kuat shg penis terjepit
b) Dapat terjadi karena kelainan organ dan psikologis (rasa takut)
6) Dispareunia
a) Timbulnya kesulitan dlm melakukan senggama atau rasa sakit saat
koitus
b) Dapat terjadi saat sperma keluar, atau kurang cairan vagina
7) Anorgasme
a) Kegagalan mencapai klimaks selama bersenggama
b) Bersifat psikis
c) Ditandai dgn pengeluaran sperma, tanpa ada puncak kepuasan
d) Karena faktor psikis atau organik seperti ketidakmampuan penetrasi
utk memberi rangsang atau vagina longgar
e) Kesukaran koitus pertama
f) Terjadi kesulitan dlm melakukan koitus pertama
g) Dapat karena kurang pengetahuan diantara pasangan, ada ketakutan,
rasa cemas dlm berhubungan seks, dll
i. Siklus respon seksualtahap sukacita (excitement)
1) Tahap awal dlm merespon seks
2) Wanita : byk lendir vagina, dinding vagina menebal, sensitivitas klitoris
meningkat, putting menegang, ukuran payudara meningkat
3) Pria : ereksi penis, penebalan dan elevasi skrotum
j. Tahap Kestabilan (Plateu)
1) Wanita : mengalami retraksi di bawah klitoris, byk lendir vagina dan
labia mayora, elevasi serviks dan uterus, meningkatnya otot pernafasan
2) Laki-laki : meningkatnya ukuran gland penis, tekanan otot pernafasan
k. Tahap Orgasme (Puncak)
1) Wanita : Vasocongestion (payudara dan vagina menjadi lebih besar,
tubuh hangat atau panas, perubahan warna payudara dan alat kelamin.
Myotonia (kontraksi uterus, rektal, spincter uretra dan otot2 lain yg tdk
disengaja) hiperventilasi dan peningkatan nadi
2) Pria : relaksasi spinchter kandung kencing, hiperventilasi, meningkatnya
denyut nadi, ejakulasi
l. Tahap Resolusi (Peredaan)
1) Wanita : relaksasi dinding vagina, perubahan warna labia mayora,
pernafasan, nadi, tekanan darah, otot2
2) Pria : menurunnya pernafasan, denyut nadi, penis melemas
3) Pada tahap resolusi pria mengalami periode refraktori bila dilanjutkan
stimulasi menjadi tidak enak
4) Pada wanita tidak mengalami periode refraktori sehingga mampu
orgasme kembali
Berikut ini adalah tiga contoh impuls seksual wanita
1) Contoh 1 orgasme berganda
2) Contoh 2 gairah yang mencapai level stabil tanpa terus mencapai
orgasme
3) Contoh 3 memperlihatkan beberapa penurunan singkat dalam tahap
perangsang diikuti sebuah tahap resolusi yang bahkan lebih cepat
m. Faktor Yg Mempengaruhi Masalah Seksual
1) Tidak adanya panutan (role model)
2) Gangguan struktur dan fungsi tubuh, seperti trauma, obat, kehamilan,
abnormalitas anatomi vagina
3) Kurang pengetahuan atau informasi yg salah mengenai masalah seksual
4) Penganiayaan fisik
5) Adanya penyimpangan psikoseksual
6) Konflik terhadap nilai
7) Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian
n. Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual
1) Fisik (kelelahan, medikasi, citra tubuh, kehamilan, dll)
2) Hubungan dengan parter (kedekatan, kemesraan)
3) Gaya hidup (penggunaan alkohol, pekerjaan, pembagian waktu)
4) Harga diri (dipengaruhi oleh perkosaan, inses, penganiayaan fisik/emosi,
ketidakadekuatan pendidikan seks, pengaharapan pribadi atau kultural
yang tidak realistik.
o. Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual (menurut Purnawan, 2004)
1) Faktor internal
a) Perkembangan seksual (fisik, psikologis)
b) Pengetahuan mengenaikesehatan reproduksi
c) Motivasi
2) Faktor eksternal
a) Keluarga
b) Pergaulan
c) Media masa
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
a. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh semua
manusia dan kebutuhan tersebut essensial agar seseorang itu dapat bertahan
hidup.
b. Kebutuhan dasar manusia menurut hierarki maslow ada lima yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan akan cinta,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri.
c. Kebutuhan dasar manusia terdiri dari kebutuhan nutrisi, kebutuhan
oksigenasi, kebutuhan cairan, kebutuhan eleminasi, kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan mobilisasi, kebutuhan personal hygiene, kebutuhan seksual,
kebutuhan isterahat tidur.
B. SARAN
Kami berharap setelah membaca laporan pendahuluan ini, pembaca dapat
mengetahui apa- apa saja kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dan
mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta dijadikan sebagai
referensi bagi mahasiswa kelak dalam pemberian asuhan keperawatan, dan kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. & Uliyah, Musrifatul. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
https://id.scribd.com/doc/82387132/KEBUTUHAN-DASAR-MANUSIA(Di akses
pada tanggal 30 September 2022).
https://id.scribd.com/doc/297354238/9-KDM(Di akses pada tanggal 30 September
2022).
https://pdfcoffee.com/lp-kebutuhan-dasar-manusia-pdf-free.html(Di akses pada
tanggal 30 September 2022).
https://id.scribd.com/document/392329997/LP-Kebutuhan-Dasar-Manusia(Di akses
pada tanggal 30 September 2022).
Kasiati, & Dwi, N. W. R. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia 1. Kementrian
kesehatan Republik Indonesia.
Nursalam. (2001). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam praktik keperawatan
Professional, edisi 1, Jakarta : Salemba Medika.
Potter & Perry, 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktek edisi
4, Jakarta: EGC.
Smetlzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
&Suddarth. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Edisi 8.Jakarta; EGC; 2001.

Anda mungkin juga menyukai