Anda di halaman 1dari 16

Tugas individu

Makalah
Berfikir kritis dalam
keperawatan

Nama : muh. Faisal jufri

Nim : A 15 07 039

Kelas :B

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil Alamin, puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini . Materi yang kami bahas yaitu “berfikir kritis dalam keperawatan”.
Kami telah susun makalah ini dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun dari segi bahasanya. Oleh karena itu kami menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Dan dari makalah ini, kami berharap semoga pembaca dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi dan menambah pengetahuan setelah membaca makalah ini.

Bulukumba, 26 desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1............................................................................................................................. 1

Latar belakang................................................................................................................ A

Rumusan Masalah.......................................................................................................... B

Tujuan............................................................................................................................. C

Manfaat........................................................................................................................... D

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 11

Pengertian berfikir kritis................................................................................................. 1

2
Proses berfikir kritis......................................................................................................
Model berfikir kritis dalam keperawatan...................................................................... 3

Karakteristik berfikir kritis ............................................................................................ 4

Factor-fakror yang mempengaruhi berfikir kritis......................................................... 5

Aplikasi berfikir dalam keperawatan............................................................................. 6

Macam – macam alat ukur kemampuan berfikir kritis.................................................. 7

BAB III PENUTUP........................................................................................................ 111

Kesimpulan..................................................................................................................... A

Saran............................................................................................................................... B

Daftar pustaka................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat akan menghadapi berbagai macam – macam situasi klinis
yang berhubungan dengan pasien, anggota keluarga dan staf pelayanan
kesehatan lainya, sehingga penting untuk berfikir cerdas pada setiap situasi.
Untuk berfikir cerdas perawat harus mengembangkan cara berpikir dalam
menghadapi situasi setiap masalah dan pengalaman baru yang menyangkut
pasien dengan cara berpikiran terbuka, kreatif, percaya diri dan bijaksana.
Perawat memiliki tanggun jawab memberikan keputusan klinis yang tepat dan
akurat, pengambilan keputusan klinis yang membedakan antara perawat dan
staf teknis, perawat professional akan mengambil tindakan yang cepat dan
tepat ketika keaadaan klien memburuk , mendeteksi jika keadaaan pasien
mengalami komplikasi dan memiliki inisiatif utuk mengatasinya (potter dan
perry)
Berfikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen yang
akuntibiitas, professional dan salah satu penentu kualitas asuhan keperawatan
perawat yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan menunjjjukan sikap
percaya diri berpandangan konseptual, kretif, pleksibel, dan rasa ingin tahu,
berpikiran terbuka, tekun dan relative (fesler birch 2005,)
Perawat sebagai seorang praktisi yang berpendidikan diharapkan
mempunyai kemampuan yang intelektual untuk menggunakan pemikiran yang
rasional dan reflektif saat perawat mempertimbangkan pengamatan dan
informasi tentang kondisi masing-masing pasien. Sepanjang komponenen dari
proses keperawatan perawat menggunkan sikap dan kemampuan berfikir kritis
untuk menentukan relevansi, dan makna interealisasi data pasien serta untuk
memilih dan menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai. Kualitas asuhan
keperawatan di dasarkan pada pemampaaatan berfikir kritis guna membuat
penilain yang baik. Keputusan perawat menentukan tindakan mana yang akan
di lakukan pada akhirnya mempengaruhi asuhan keperawatan dan kesehatan
pasien. Selain menjadi komponen yang penting dalam keperawatan, berfikir
kritis juga salah satu topic penting dalam keperwatan akibat semakin
kompleksnya pemgambilan keputusan klinis dan pemberian pelayanan
keperawatan untuk mengatasi masalah pasien dan akan terjadi resiko yang
merugikan kondisi pasien jika perawat melakukan kesalahan dalam
pegambilan keputusan (Cristensen dan kenney 2009 )
B. Rumusan Masalah
1. Apakah berpikir kritis dalam keperawatan ?
2. Bagaimana masalah berfikir dalam keperawatan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimanakah berfikir kritis dalam keperawatan
2. Untuk mengetahui masalah-masalah berfikir kritis dalam keperawatan
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui bagaimanakah cara dan pola berpikir kritis itu
2. Dapat mengetahui penyebab yang ditimbulkan dari berfikir kritis
3. Membantu pasien dalam upaya mencegah perawat dalam salah dalam
pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Istilah berfikir kritis (kritikal thingking) berasal dari bahasa yunani kuno, paul,
erdel dan bartel berpendapat kata kritikal berasal dari dua kata yaitu criticos yang
berarti penilaian perbedaan kritical berasal dari dua kata yaitu criticos yang berarti
penilaian perbedaan dan criterion berarti standar. Secara etimiologis kedua kata ini
menyiratkan makna perkembangan penilaian pada standar-standar (chabeli 2007)
Definisi Berpikir Kritis dalam Keperawatan Berpikir kritis merupakan sebuah
komponen esensial yang memperlihatkan kebiasaan berpikir seperti : percaya diri,
perspektif kontekstual, kreativitas, fleksibilitas, rasa ingin tahu, integritas intelektual,
intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan refleksi. Para pemikir kritis melatih
keterampilan kognitif dalam menganalisis, menerapkan standar, membedakan,
mencari informasi, memberi alasan logis, memperkirakan, dan mengubah
pengetahuan (Rubenfeld & Scheffer, 2006).
Berfikir kritis merupakan karakter khusus pada manusia yang melibatkan
organisasi informasi baru dan mereorganisasi sebelumnya kedalam bentuk-bentuk
yang mengarah respon-respon bsru kemudian kemudian mengenerilisasi suatu situasi
yang baru ( blacks dan hawks 2009)
Berfikir kritis merupakan suatu keterampilan berfikir divergent (berbeda)
untuk menimbang pentingnya suatu informasi yang diperoleh untuk
mengekspolerisasi alternative-alternatife dan menarik kesimpulan dari data-data yang
relvan, perawat harus mampu membedakan fakta dan non fakta sehingga keputusan
yang di buat sistematis dan logis untuk memecahkan sebuah masalah (lemone dan
burke 2008)

Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus
diyakini dan dilakukan (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994 dalam Potter & Perry,
2005). Menurut pendapat Siegel (1980 dalam Reilly & Obermann, 2002)
menyatakan berpikir kritis memerlukan evaluasi terhadap ide. Berpikir kritis
merupakan berpikir yang rasional. Berpikir kritis ini memerlukan kemampuan untuk
mengevaluasi suatu pernyataan dan mengidentifikasi suatu alasan, misalnya bukti
yang melandasi evaluasi tersebut. Siegel juga mengatakan seseorang dapat dikatakan
berpikir kritis jika seseorang mampu mengenali kepentingan dan memiliki keyakinan
yang kuat terhadap alasan yang mendasari alasannya tersebut. Saat mengkaji
tuntutan, mengevaluasi prosedur, atau membuat keputusan, dia mencari alasan yang
mendasari pengkajian, evaluasi dan keputusannya.

2. Model Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Model T.H.I.N.K (Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas And Creativity,
Knowing How You Think) Model T.H.I.N.K dikemukakan oleh Rubenfeld &
Scheffer (2006). Model T.H.I.N.K menjelaskan berpikir kritis merupakan perpaduan
dari beberapa aktivitas berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika proses
berpikir tersebut terjadi. Berpikir kritis merupakan proses kompleks yang jauh dari
berpikir lurus. Walaupun berpikir kritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian untuk
dipelajari, komponen-komponennya harus “dilekatkan kembali” agar penggunaannya
optimal.
1) Ingatan Total (T)
Ingatan total berarti mengingat beberapa fakta atau mengingat
tempat dan bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan.
Ingatan total juga merupakan kemampuan untuk mengakses
pengetahuan, pengetahuan yang dipelajari dan disimpan dalam
pikiran. Setiap orang memiliki beragam klaster yang sangat besar, hal
ini mewakili pengetahuan yang sangat dikuasai oleh orang tersebut.
klaster lain merupakan klaster yang kecil, seorang pemula dalam
keperawatan memiliki klaster pengetahuan keperawatan yang kecil
dan akan berkembang dengan sangat cepat selama kuliah.
2) Kebiasaan (H)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang
sehingga menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-
cara yang dapat diterima dalam melakukan segala hal yang berhasil,
menghemat waktu, atau yang diperlukan. Kebiasaan memungkinkan
seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah
metode baru setiap kali ia akan bertindak
3) Penyelidikan (I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail
dan mempertanyakan isu yang mungkin segera tampak dengan jelas.
Penyelidikan juga merupakan jenis berpikir yang sangat penting untuk
mencapai kesimpulan. Kesimpulan dapat dicapai tanpa menggunakan
penyelidikan, tetapi kesimpulan lebih akurat jika menggunakan
penyelidikan.
4) Ide dan kreativitas (N)
Ide baru dan kreativitas merupakan model berpikir yang sangat
khusus bagi seseorang. Pemikiran pribadi ini melebihi pemikiran yang
biasanya guna membentuk kembali norma. Seperti penyelidikan,
model ini memungkinkan seseorang untuk memiliki ide melebihi ide-
ide dalam buku ajar. Berpikir kreatif bukanlah untuk orang yang
penakut, seseorang harus bersedia mengambil resiko yang terkadang
membuatnya terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan karakternya.
Pemikir kreatif menghargai kesalahan sebagai pelajaran yang
berharga.
5) Mengetahui bagaimana anda berpikir (K)
Mengetahui bagaimana anda berpikir merupakan model
T.H.I.N.K yang terakhir, tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir
tentang pemikiran seseorang. Berpikir tentang pemikiran disebut
dengan metakognisi yang berarti “proses mengetahui”. Mengetahui
bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar.
Sebagian besar kita “hanya berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak
waktu untuk merenungkan bagaimana kita berpikir. Namun,
keperawatan mengharuskan kita untuk menjadi pemikir kritis. Bagian
dari berpikir kritis adalah terus-menerus berusaha membuat seseorang
berpikir dengan lebih baik atau untuk “mengetahui bagaimana
anda berpikir”. Membuat seseorang berpikir, mungkin lebih baik tidak
dilakukan jika orang tersebut tidak mengetahui dari mana ia harus
memulai. Salah satu cara untuk mengidentifikasi posisi anda saat ini
dan mulai mengeksplorasi bagaimana anda berpikir adalah dengan
menggunakan refleksi-diri.
3. Proses berfikir kritis
proses Berpikir kritis juga membutuhkan beberapa proses intelektual
aktif yang esensial dalam pengumpulan data, pengambilan keputusan,
penyusunan prioritas, penyelesaian masalah dan perencanaan asuhan
keperawatan. Proses ini adalah (Christensen & Kenney, 2009):
1) Berpikir rasional, logis dan beralasan
Didasarkan pada pembuatan hubungan antara bukti solid,
observasi dan fakta untuk menarik kesimpulan, bukan pengambilan
keputusan yang berdasarkan ketidaktahuan, kesukaan, prasangka atau
kepentingan sendiri.
2) Berpikir reflektif
Meluangkan waktu untuk meneliti dan menganalisis data yang
secara akurat mengidentifikasi masalah pasien dan hasil akhir
kesehatan yang diinginkan. Kemungkinan tindakan untuk mencapai
hasil tersebut dipertimbangkan dan diperbandingkan dengan
keuntungan, bahaya, dan kerugian dari setiap tindakan. Perawat tidak
hanya sekedar mengambil kesimpulan, tetapi menimbang informasi
dengan cara yang sesuai dengan disiplin yang dianut.
3) Berpikir otonomi
Berpikir dengan diri sendiri, tidak hanya menerima atau dapat
dimanipulasi oleh pandangan orang lain. Pemikir otonomi
menganalisis informasi dan memutuskan dimana yang paling benar
dan terpercaya.
4) Berpikir kreatif
Cara yang bertujuan dan mengarah pada tujuan guna
menghubungkan atau mensintesis informasi sehingga terlibat dengan
cara baru atau memberikan konklusi yang unk. Berpikir kreatif adalah
kemempuan untuk membina hubungan, mentransfer informasi ke
dalam situasi baru, merancang pilihan alternatif, dan menemukan
penyelesaian baru terhadap masalah.
5) Memutuskan konklusi dan tindakan
Mencakup menganalisis dan mengevaluasi bukti-bukti,
membandingkan pilihan, menimbang kerugian, risiko dan keuntungan
dan memperkirakan keberhasilan pencapaian hasil akhir yang
diinginkan.

4. Karakteristik Berpikir Kritis Ada dua pendapat ahli yang merumuskan tentang
karakteristik berpikir kritis yaitu
1) Menurut Fisher (2008) menyatakan ada 6 karakteristik berpikir kritis
yaitu :
a) Mengidentifikasi masalah
b) Mengumpulkan berbagai informasi yang relevan
c) Menyusun sejumlah alternatif pemecahan masalah
d) Membuat kesimpulan e. Mengungkapkan pendapat
e) Mengevaluasi argumen
2) Menurut Ennis (2000) mengidentifikasi 12 karakteristik berpikir kritis
yang dikelompokkan ke dalam lima besar aktivitas sebagai berikut :
a) Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi : memfokuskan
pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta
menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan
b) Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil
observasi
c) Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau
mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta
menentukan nilai pertimbangan
d) Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas
mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan
juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi
e) Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan
tindakan dan berinteraksi dengan orang lain

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berpikir Kritis


Kemampuan kritis setiap orang berbeda-beda, hal ini didasarkan oleh
banyaknya faktor yang mempengaruhi berpikir kritis setiap individu. Menurut
Rubenfeld & Scheffer (1999 dalam Maryam, Setiawati, Ekasari, 2008) ada 8 faktor
yaitu :
a) Kondisi fisik
Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
berpikir kritis. Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia
dihadapkan pada kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk
memecahkan suatu masalah, tentu kondisi seperti ini sangat
mempengaruhi pikirannya sehingga seseorang tidak dapat
berkonsentrasi dan berpikir cepat.
b) Keyakinan diri/motivasi
Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008)
mengatakan motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju
pencapaian tujuan. Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan
rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk melaksanakan
sesuatu tujuan yang telah ditetapkannya.
c) Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang.
Jika terjadi ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan
impuls untuk menggiatkan mekanisme simpatis-adrenal medularis
yang mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut Rubenfeld &
Scheffer (2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan
kemampuan berpikir kritis seseorang
d) Kebiasaan dan rutinitas
Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir
kritis adalah terjebak dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006)
mengatakan kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik dapat menghambat
penggunaan penyelidikan dan ide baru.
e) Perkembangan intelektual
berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk merespons dan
menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan atau menyatukan satu
hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik terhadap
stimulus.
f) Konsistensi
Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan,
minuman, suhu ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan
tidur, penyakit dan waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir
menjadi naik turun
g) Perasaan
Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata
yaitu : sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya.
Seseorang harus mampu mengenali dan menyadari bagaimana
perasaan dapat mempengaruhi pemikirannya dan mampu untuk
memodifikasi keadaan sekitar yang memberikan kontribusi kepada
perasaan.
h) Pengalaman Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari
seorang pemula menjadi seorang ahli.

6. Aplikasi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan


Menurut Facione (2004 dalam Potter & Perry, 2009) mengatakan berpikir
kritis terdiri dari enam sub-skill dan aplikasinya dalam keperawatan adalah sebagai
berikut :
a) Interpretasi (Interpretation)
Interpretasi merupakan proses memahami dan menyatakan
makna atau signifikansi variasi yang luas dari pengalaman, situasi,
data, peristiwa, penilaian, persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan
kriteria. Interpretasi meliputi sub-skill kategorisasi, pengkodean, dan
penjelasan makna.
b) Analisis (Analysis)
Analisis adalah proses mengidentifikasi hubungan antara
pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk
representasi lainnya untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian,
pengalaman, alasan, informasi dan opini.
c) Inferensi (Inference)
Inferensi merupakan proses mengidentifikasi dan memperoleh
unsur yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, untuk membentuk
suatu dugaan atau hipotesis, mempertimbangkan informasi yang
relevan dan mengembangkan konsekuensi yang sesuai dengan data.,
pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, keyakinan, opini, konsep,
deskripsi, pertanyaan dan bentuk-bentuk representasi lainnya
d) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas
pernyataan atau representasi yang menilai atau menggambarkan
persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, keyakinan atau opini
seseorang serta mengkaji kekuatan logis dari hubungan aktual antara
dua atau lebih pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk
representasi lainnya.
e) Eksplanasi (Explanation)
Eksplanasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
mempresentasikan hasil penilaian seseorang dengan cara meyakinkan
dan koheren
f) Pengontrolan diri (Self-Regulation)
Pengontrolan diri adalah kesadaran untuk memantau aktivitas
kognitif sendiri, unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut,
dan hasil-hasil yang dikembangkan, terutama melalui penggunaan
keterampilan dalam menganalisis, mengevaluasi penilaian inferensial
seseorang dengan suatu pendangan melalui pengajuan pertanyaan,
konfirmasi, validasi, atau pembetulan terhadap hasil penilaian
seseorang.

7. Macam-Macam Alat Ukur Kemampuan Berpikir Kritis


Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan beberapa alat
ukur yang telah ditetapkan atau baku. Ada beberapa alat ukur yang telah
dipublikasikan untuk memudahkan seseorang untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis orang lain, alat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis ini berupa
kuesioner, beberapa alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis mahasiswa menurut Warren (2011) antara lain :
a) Critical Thinking Test yang telah dipublikasikan pada tahun 1989
b) Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal yang telah dipublikasikan
pada tahun 1980 oleh Goodwin Watson and Edward Maynard Glaser
c) The California Critical Thinking Skills Test (CCTST) yang
dipublikasikan pada tahun 1990 oleh Peter Facione
d) The Cornell Critical Thinking Test Level X (untuk tingkat siswa yang
berumur 4-14 tahun) yang dipublikasikan oleh Robert H. Ennis and
Jason Milman pada tahun 2005
e) The Cornell Critical Thinking Test Level Z (untuk tingkat mahasiswa
dan umum) yang dipublikasikan oleh Robert H. Ennis and Jason
Milman pada tahun 2005
f) The California Critical Thinking Disposition Inventory yang
dipublikasikan oleh Peter Facione and N. C. Facione pada tahun 1992
g) Tasks in Critical Thinking yang dipublikasikan oleh Educational
Testing service pada tahun 1993
h) ICAT Critical Thinking Essay Examination yang dipublikasikan oleh
The International Center For The Assessment of Thinking pada tahun
1996
i) James Madison Test Of Critical Thinking yang dipublikasikan oleh
The Critical Thinking Company pada tahun 2004
j) Dan yang terakhir adalah Critical Thinking Disposition Self Rating-
Form yang dikembangkan oleh Peter A. Facione yang dipublikasikan
pada tahun 2011. Alat ukur ini terdiri dari 20 item pertanyaan yang
terdiri dari 10 pertanyaan positif dan 10 pertanyaan negatif.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Berdasarkanhasil penelitian pembahasan tentang huungan berfikir
kritis dengan kualitas asuhan keperawatan di unit ortopedi rsud patmawati
Jakarta, di dapatkan perawat yang berfikir kritis berpeluang 6,166 kali
membuat asuhan keperawatan dengan kualitas baik jika di bandingan dengan
perawat yang kurang berfikir kritis (c1 95%) (or 1,346-47,177 )

b. Saran
a) Rumah sakit perlu mengembangakan program pelatihan berfikir kritis
bagi perawat di ruang perawatan untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, penilaian klinis dan pengambilan keputusan
dalam mengatasi masalah-masalah yang di alami pasien
b) Melakukan penyegaran tentang proses keperawatan berbasis konsep
berpikir kritis dan aplikasinya di dalam pelayanan keperawatan
c) Mengaplikasikan keterampilan berfikir kritis dalam memberikan
asuhan keperawatan
d) Melakukan uji kompetensi khsusnya di dalam kemampuan berfikir
kritis
Daftar pustaka

 RAlfaro-LeFevre, R. (2003). Critical Thinking in Nursing: A Practical


Approach. 3rd Ed. Philadelphia: Saunders.
 Alfaro-LeFevre, R. (2004). Critical Thinking and Clinical Judgement: A
Practical Approach. 3 rd Ed. St. Louis: Saunders.
 Australian Nursing Council Incorporated. (2002). National Competency
Standards for the Registered Nurse. 3 rd Ed. Dickson, Australia: Author.
 Salehi, Sh., Bahrami, M., Hosseini, S. H., Akhondzadeh, K. (2007). Critical
Thinking and Clinical Decision Making in Nurse Iranian Journal of Nursing
and Midwifery Research Winter, 12, 1, 13-16
 Behrenbeck, J. G., Timm, J. A., Griebenow, L. K., Demmer, K. A. (2005).
NursingSensitive Outcome Reliability Testing in a Tertiary Care Setting.
International Journal of Nursing Terminologies and Classifications, 16 (1), 14.
 Black, J. M. & Hawk, J. H. (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical
Management for Positive Outcomes. Vol 2. 8th Ed. St.Louis, Missouri :
Saunders Elsevier
 Bostick, J.E., Riggs, C. J., & Rantz, M. J. (2003). Quality Measurement in
Nursing: An Update of Where We are Now. J Nurs Care Qual. 18(2): 94-104.
 Braun, N. M. (2004). Critical thinking in the Business Curriculum. Journal of
Education for Business, 79(4), 232-236.
 Bucknall, T. (2003). The Clinical Landscape of Critical Care : Nurses’
DecisionMaking. Journal of Advance Nursing, 43, 310-319.
 Canadian Orthopaedic Nurses Association. (2000). Standards for Canadian
Orthopaedic Nursing. Canada: Authors

Anda mungkin juga menyukai