Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

NAMA : SRI HUMAERAH

NIM : B200221010

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


STIKES BARAMULI PINRANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada


Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan berkat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Meskipun banyak
kesulitan dalam membuat makalah ini, namun berkat penyertaa-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Sejalannya kurikulum dan materi kuliah, maka mahasiswa
ditugaskan untuk membuat makalah tentang “Berpikir Kritis Dalam
Keperawatan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas belajar
tersebut. Kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
para pembacanya.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapakan adanya kritik dan saran yang membangun dan para
pembaca. Penulis berharap akan ada yang mengembangkan
makalah ini di masa yang akan datang.

Penulis

Sri Humaerah
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A. LATAR BELAKANG.........................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................
C. TUJUAN............................................................................................
D. MANFAAT.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAAN..................................................................................
A. Pengertian Berfikir Kritis Dalam Keperawatan............................
B. Latar Belakang Berpikir Kritis dalam Keperawatan....................
C. Fungsi Dan Manfaat Berfikir Kritis Dalam Keperawatan............
D. Ciri Prilaku Berfikir Kritis Dalam Keperawatan............................
E. Karakteristik Berfikir Kritis Dalam Keperawatan.........................
F. Cara Berfikir Kritis Yang Baik Dalam Keperawatan....................
G. Model Berfikir Kritis Dalam Keperawatan Costa, Dkk
(1985) Mengidentifikasi Model Berfikir Kritis : The Six
Rs......................................................................................................
H. Langkah-Langkah Berfikir Kritis Dalam Keperawatan................
I. Penerapan Konsep Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.............
J. Aspek-Aspek Berpikir Kritis..........................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................
A. KESIMPULAN...................................................................................
B. SARAN..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara
berkesenambungan mencakup interaksi dari suatu rangkayan
pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir kritis merupakan konsep
dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang berhubungan dengan
proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain
itu juga membahas tentang komponen berfikir kritis dalam
keperawatan yang didalamnya dipelajari defenisi,elemen berfikir
kritis,model berfikir kritis,analisa berfikir kritis,berfikir logis dan
kreatif, krakteristik berfikir kritis,pemecahan masalah dan
langkah-langkah pemecahan masalah,proses pengambilan
keputusan,fungsi berfikir kritis,model penggunaan atribut,proses
intuisi,indikator, dan prinsip utama . Perawat sebagai bagian dari
pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi asuhan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut
untuk berfikir kritis dalam berbagai situasi.
penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan
dengan kasus nyata yang akan memberikan gambaran kepada
perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif dan bermutu. Seseorang yang berfikir dengan cara
kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu
berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan,
dengan tersedianya pengetahuan baru, seseorang profesional
harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang selalu
efektif dan ilmia dan memberikan hasil yang lebih baik untuk
kesejateraan diri maupun orang lain.
Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan
dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan
menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita jadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat simpulan yang
valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses
berfikir dan belajar. Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi
selalu berubah secara konstan dan dinamis dalam setiap hari
atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses
berpikir, oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk
mengerti berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam praktik
keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan
pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar, mencari
informasi, menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan
melakukan transformasi pengetahuan.
Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan
kebiasaan-kebiasaan baik dalam berpikir, yaitu: yakin,
kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel, integritas intelektual,
intuisi, berpikir terbuka, refleksi, inquisitiviness, dan
perseverance.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari berpikir kritis dalam keperawatan?
2. Apa yang melatar belakangi berpikir kritis dalam
keperawatan?
3. Apa karakteristik dari berpikir kritis?
4. Bagaimana cara berpikir kritis yang baik?
5. Apa sajalah model dari berpikir kritis?
C. TUJUAN
Untuk lebih memahami makna dan maksud dari berpikir
kritis dalam keperawatan, serta untuk mengetahui penerapan dan
model berpikir kritis dalam keperwatan,sehingga kita mampu
menyelesaikan suatu masalah serta dapat mengambil suatu
keputusan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berfikir Kritis Dalam Keperawatan


Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan
bahwa berpikir kritis dalam keperawatan penting untuk
disosialisasikan. Meskipun ada Literatur yang menjelaskan
tentang berpikir kritis tetapi spesifikasi berpikir kritis dalam
keperawatan sangat terbatas. Tahun 1997 & 1998 penelitian
menegaskan secara lengkap tentang berpikir kritis dalam
keperawatan.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut
: Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar
dalam mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan.
Pemikir kritis keperawatan menunjukkan kebiasaan mereka
dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas,
pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi,
pola piker terbuka, pemeliharaan dan refleksi.
Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan
kognitif meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas,
penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan
ilmu pengetahuan. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik
bagi perawat mencapai sukses dalam berbagai aktifitas dan
merupakan suatu penerapan profesionalisme serta pengetahuan
tekhnis atau keterampilan tekhnis dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi,
mempertanyakan maupun menjawab, membangun pertanyaan
yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk mencari
jawaban dngan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat
jawaban. Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005),
Berpikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau
individu dituntut untuk menginterfensikan atau mengefaluasi
informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan
berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman. Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah
pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan,
pendapat, prinsip, pemikiran,masalah, kepercayaan, dan
tindakan. Menutut Strader (1992), berpikir kritis adalah suatu
proses pengujian yang menitikberatkan pendapat atau fakta yang
mutahir dan menginterfensikan serta mengefaluasikan pendapat-
pendapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang
adanya perspektif pandangan baru. Menurut Potter dan Perry,
(fundamental of nursing vol 1 hlmn 131) .
Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang
seorang individu untuk menginterpretasi dan mengevaluasi
informasi untuk membuat penilaian, kemampuan untuk berpikir
secara kritis,menerapkan pengetahuan dan pemahaman,
pemecahan masalah, dan membuat keputusan adalahinti dari
praktik keperawatan. Menurut Kozier dan Rubenfeld, (berpikir
kritis dalam keperawatan) . Berpikir kritis adalah komponen
esensial dalam tanggung gugat professional dan asuhan
keperawatan yang bermutu.
B. Latar Belakang Berpikir Kritis dalam Keperawatan
Saat perawat bertemu clien, perawat akan selalu
menggunakan pemikiran. Misalnya, menggunakan pemikiran
untuk mengumpulkan data dan membuat kesimpulan. Setelah
membuat kesimpulan perawat akan menerapkan problem solving
dengan melakukan sesuatu pemecahan masalah guna
memenuhi kebutuhan dasar klein. Penerapan berpikik kritis
dalam proses keperawatan diintregrasikan dalam tahap-tahap
proses keperawatan dan digunakan untuk pengkajian rumusan
diaknusis perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
1. Berfikir Kritis dalam Tahap Pengkajian dan Diagnosis
Berpikir kritis pada tahap pengkajian adalah proses
pemahaman tentang informasi apa yang dikumpulkan, metode
pengumpulan data yang akan dilakukan, berpikir tentang
kesesuaian informasi, dan membuat suatu kesimpulan
tentang respons klien terhadap kondisi sakitnya. Perumusan
masalah keperawatan merupakan kesimpulan dari hasil
pengkajian dan mengandung dua kategori mendasar, yaitu
kekuatan dan perhatian terhadap masalah kesehatan klien.
Perhatian terhadap masalah meliputi kemampuan
perawat untuk mengatasi masalah secara mandiri, an
perlunya keterlibatan profesi lain dan bekerja sama secara
interdisiplin, serta perlu/tidaknya perawatan klien yang harus
dirujuk ke tenaga kesehatan lain.
Dengan demikian, berpikir kritis pada tahap pengkajian
meliputi kegiatan mengumpulkan data dan validasi.
Perumusan diagnosis keperawatan merupakan tahap
pengambilan keputusan yang paling kritis, karena harus
menentukan masalah dan argumentasi secara rasional. Oleh
karena itu, perlu dilatih sehingga lebih tajam dalam
mengidentifikasi masalah.
2. Berpikir Kritis dalam Tahap Perencanaan
Berpikir dalam perencanaan brarti menggunakan
pengetahuan untuk mengembangkan hasil untuk diharapkan.
Selain itu juga memerlukan keterampilan guna mensintesis
ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan yang tepat.
Perencanaan asuhan keperawatan biasanya ditulis berisikan
di mana dan bagaimana menolong klien berdasarkan
responsnya terhadap kondisi penyakit. Bekerja dengan klien
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya adalah hal
yang paling prioritas, begitu juga mengembangkan tujuan
perawatan dan bekerja sama dalam pencapaian tujuannya.
3. Berpikir Kritis dalam Tahap Implementasi
Berfikir kristis pada tahap implementasi tindakan
keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesis,
karena tindakan keperawatn adalah tindakan nyata yang
menentukan tingkat keberhasilan untuk mencapai tujuan.
Bekerja melalui aktivitas khusus, yaitu asuhan 8 keperawatan
untuk membantu mencapai tujuan dalam perencanaan
keperawatan, akan selalu menggunakan pikiran tentang apa
yang harus dilakukan, kapan, di mana, mengapa, dan
bagaimana intervensi keperawatan itu dilakukan.
4. Berpikir Kritis dalam Tahap Evaluasi
Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji
efektivitas tindakan di mana perawat harus dapat mengambil
keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien, dan
memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang.
Berpikir dan kumpulkan informasi tentang respons klien
setelah beberapa tindakan keperawatan dilakukan. Bekerja
sama dengan klien dalam rangka evaluasi tindakan
keperawatan adalah sangat penting. Berpikir kritis dalam
tahap evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan
model
C. Fungsi Dan Manfaat Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis
dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan
seharihari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam
keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing
indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan
tindakan yang dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam
keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam
keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data
keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas
keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan
dan kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam
keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas
nilai-nilai keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan
asuhan keperawatan.
D. Ciri Prilaku Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
1. Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu
dengan penuh pertimbangan
2. Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
3. Dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang
kepadanya secara sistematis
4. Berani menyampaikan kebenaran meskipun berat
5. Bersikap cermat, jujur, dan ikhlas
6. Kebencian terhadap suatu kaum, tidak mendorongnya untuk
tidak berbuat jujur atau tidak berlaku adil
7. Adil dalam memberikan kesaksian tanpa melihat siapa
orangnya walaupun akan merugikan diri sendiri , sahabat dan
kerabat
8. Keadilan ditegakkan dalam segala hal.
E. Karakteristik Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan
penjabarannya.
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk
suatu konsep. Dan konseptualisasi merupakan pemikiran
abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-
simbol dan disimpan di dalam otak.
2. Rasional dan Beralasan (reasonable)
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan
analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta atau fenomena
nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak
menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir atau
mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu untuk
mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan
disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil.
Pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang
dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain,
dengan menjawab pertanyaan mengapa bisa begitu dan
bagaimana seharusnya.
5. Kemandirian Berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya,
tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain,
menganalisis semua isu, memutuskan secara benar, dan
dapat dipercaya.
6. Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif
Maksudnya yaitu selalu menggunakan ketrampilan
intelektualnya untuk mencipta berdasarkan suatu pemikiran
yang baru dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep .
7. Berpikir Adil dan Terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang
salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih
baik. Perubahan dilakukan dengan penuh kesabaran dan
kemauan, kemudian hasilnya disosialisasikan beserta
argumentasi mengapa memilih dan memutuskan seperti itu.
8. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu
argumentasi dan kesimpulan, mencipta sesuatu pemikiran
baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.
F. Cara Berfikir Kritis Yang Baik Dalam Keperawatan
1. Mengenali Masalah ( Defining and dlarifying problem)
a. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok .
b. Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.
c. Memilih informasi yang relevan.
d. Merumuskan /memformulasikan masalah.
2. Menilai informasi yang relevan
a. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment.
b. Mengecek konsistensi.
c. Mengidentifikasi asumsi.
d. Mengenali kemungkinan faktor stereotip.
e. Mengenali kemungkinan emosi, propaganda, salah
penafsiran kalimat.
f. Mengenali kemungkinan perbedaan informasi orientasi
nilai dan ideologi.
3. Pemecahan Masalah / Penarikan kesimpulan
a. Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya
data.
b. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari
keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.
G. Model Berfikir Kritis Dalam Keperawatan Costa, Dkk (1985)
Mengidentifikasi Model Berfikir Kritis : The Six Rs
1. Remembering : menggunakan pengalaman masa lalu untuk
mendekati pikiran saat ini
2. Repeating : Semakin sering menggunakan cara berpikir kritis
dalam menghadapu setiap persoalan kehidupan sehingga
memudahkan mengambil keputusan
3. Reasoning : berpikir kritis yaitu pengambilan keputusan atas
dasar pertimbangan yang akurat serta penentuan pilihan atas
alternative yang ditetapkan
4. Reorganizing : Mengorganisasi kembali terhadap apa yang
sementara menjadi focus perhatian untuk mengidentifikasi
secara tepat terhadap fenomena yang menjadi perhatian
utama
5. Relating : menghubungkan dan menemukan relasi diantara
fenomena yang dipikirkan
6. Reflecting : menunda dalam pengambilan keputusan dengan
tujuan menganalisa kembali secara hati-hati akan apa yang
telah dipertimbangkan

Lima Model berpikir kritis


Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak
semuanya cocok dengan dalam keperawatan. Kemudian
Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan
gambaran berpikir dan mengklasifikasikan menjadi 5 model
disebut T.H.I.N.K. yaitu: Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas
and Creativity, Knowing How You Think.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K.,
kita perlu untuk mempelajari asumsi yang menggarisbawahi
pendekatan lima model tersebut.
Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian
mengerjakan seluruh komponen esensial dalam keperawatan
dengan bekerja sama dan saling berhubungan. Berpikir tanpa
mengerjakan adalah suatu kesiasiaan. Mengerjakan sesuatu
tanpa berpikir adalah membahayakan. Dan berpikir atau
mengerjakan sesuatu tanpa perasaan adalah sesuatu yang tidak
mungkin. Perasaan, diketahui sebagai status afektive yang
mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus
dipertimbangkan saat belajar berpikir dan menyimpulkan sesuatu.
Pengakuan atas 3 hal (Thinking, Feeling, and Doing)
mengawali langkah praktek professional ke depan. Asumsi yang
kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan
tidak bisa dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini
dapat dipelajari dengan mendiskusikan secara terpisah mengenai
ketiga hal tersebut. Meliputi belajar mengidentifikasi, menilai dan
mempercepat kekuatan perkembangan dalam berpikir, merasa
dan mengerjakan sesuai praktek keperawatan.
Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar
bukan papan kosong, mereka dalam dunia keperawatan dengan
berbagai macam keahlian berpikir. Model yang membuat berpikir
kritis dalam keperawatan meningkat. Oleh karena itu bukan
merupakan suatu kesungguhan yang asing jika mereka
menggunakan model sama yang digunakan setiap hari. Asumsi
yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja
berbuat sesuai dengan pikiran dan yang sudah dipelajari.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat
menemukan kesulitan untuk mengambarkan keahlian mereka
berpikir. Sebagian orang jarang bertanya “bagaimana pelajar dan
perawat berpikir”, selalu yang ditanyakan adalah “apa yang kamu
pikirkan”. Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam
keperawatan merupakan gabungan dari beberapa aktivitas
berpikir yang bersatu dalam konteks situasi dimana berpikir
dituangkan.
Menurut Kozier dan Rubenfeld, model berpikir kritis terdiri
dari 5 jenis, yaitu :

1. T -> total recall (TR), berarti mengingat beberapa fakta atau


mengingat tempat dan bagaimana cara untuk menemukannya
ketika dibutuhkan.“Fakta” keperawatan berasal dari banyak
sumber, isi pelajaran yang diajarkan di kelas, informasidalam
buku, hal-hal yang dikatakan pasien atau orang terdekat pasien
kepada perawat, data pasien yang dikumpulkan melalui indra
dengan menggunakan alat dan lainnya. Ingatan total
jugamerupakan kemampuan untuk mengakses pengetahuan,
pengetahuan yang dipelajari dan disimpandalam ingatan.
2. H -> habit,berarti pendekatan berpikir yang sering kali
diulang, sehngga menjadi sifatalami kedua. Kebiasaan
menghasilkan cara-cara yang dapat diterima dalam melakukan
segala hal,yang berhasil, menghemat waktu, atau diperlukan.
Orang sering kali menggambarkan apa yangmereka lakukan atas
dasar kebiasaan “tindakan yang saya lakukan tanpa berpikir”.
Tindakan kebiasaan tersebut sebenarnya bukan dilakukan tanpa
berpikir ; hanya saja, proses berppikir telah begitu mendarah
daging sehingga tampaknya, atau sebenarnya mungkin,
dilakukan dibawah sadar.
3. I -> inquiry (penyelidikan), bearti memeriksa issue secara
mendetail dan mempertanyaakan isu yang mungkin tampak
dengan jelas.Penyelidikan berarti tidak menilai sesuatu
berdasarkan bentuk luarnya, mencari factor-faktor yangkurang
jelas, meragukan semua kesan pertama dan memeriksa segala
sesuatu, walaupun haltersebut tampak tidak bermakna.
Penyelidikan adalah jenis berpikir yang sangat penting untuk
mencapai kesimpulan. Kesimpulan dapat dicapai tanpa m
enggunakan penyelidikan, tapikesimpulan menjadi lebih baik, jika
menggunakan penyelidikan.
4. N ->New ideas and creativity, merupakan model berpikir
yang sangat khusu s.Pemikiran pribadi ini, melebihi pemikiran
yang biasanya guna membentuk kembali norma. Modelini,
memungkinkan untuk memiliki ide melebihi ide-ide dalam buku
ajar. Berpikir kreatif berlawanan dari model kebiasaan (habit). Ide
baru dan kreativitas, sangat penting dalamkeperawatan karena
merupakan akar dari asuhan yang diindividualisasi atau asuhan
yang sesuaidengan spesifikasi klien. Banyak hal yang dipelajari
perawat yang h arus digabungkan,disesuaikan, dan dikerjakan
ulang untuk menyesuaikan dengan situasi klien yang unik .
5. K -> knowing how you thing (mengetahui bagaimana anda
berpikir), berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Membuat
seseorang berpikir, mungkin lebih baik tidak dilakukan jika orang
tersebut tidak mengetahui darimana ia harus memulai. Salah satu
c ara untuk mengidentifikasi dan memulai mengeksplorasi
bagaimana anda berpikir adalah denganmenggunakan refleksi
diri. Perawat yang reflektif mempertimbangkan segala sesuatu
dalam pikiran mereka dan berupaya keras untuk meningkatkan
bagaimana mereka berpikir dan apa yang akan diputuskan.

H. Langkah-Langkah Berfikir Kritis Dalam Keperawatan


Langkah-langkah dalam berpikir kritis
1. Mengenali masalah (defining and clarifying problem) meliputi
mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok,
membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan,
memilih informasi yang relevan, merumuskan masalah.
2. Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta
maupun opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi
asumsi, mengenali kemungkinan emosi maupun salah
penafsiran kalimat, mengenali kemungkina perbedaan
orientasi nilai dan ideologi. 3. Pemecahan masalah atau
penarikan kesimpulan yang meliputi mengenali data-data
yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang mungkin
terjadi dari keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang
diambil.
I. Penerapan Konsep Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
Ada empat hal pokok dalam penerapan berfikir kritis dalam
keperawatan, yaitu :
1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun
nonverbal dalam mengekspresikan idea, pikiran, informasi,
fakta, perasan, keyakinan, dan sikapnya terhadap klien,
sesama perawat, profesi lain ataupun secara nonverbal pada
saat melakukan pendokumentasian keperawatan. Dalam hal
ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa
secara reflektif
Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis
:
a. Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative
use of language)
b. Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of
language)
c. Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide
dalam tindakan keperawatan (directive use of language)
d. Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi,
mengekspresikan keraguan dan keheranan (interrogative
use of language)
e. Mengekspresikan pengandaian (conditional use of
language)
2. Argumentasi dalam keperawatan
Badman (1988) mengemukakan beberapa pengertian
argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam
keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Berhubungan dengan situasi perdebatan atau
pertengkaran (dalam bahasa sehari-hari)
b. Debat tentang suatu isu
c. Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk
berbuat suatu dalam rangka merubah perilaku sehat
d. Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional
dimana memerlukan serangkaian alasan perlunya suatu
keyakinan dan pengambilan keputusan atau tindakan.
3. Pengambilan keputusan
Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu
dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan
dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam interaksi teman
sejawat profesi lain dan terutama dalam penyelesaian
masalah manajemen di ruangan.
4. Penerapan dalam proses keperawatan.
a. Pada tahap pengkajian
Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data
dan memvalidasinya dengan hasil observasi. Perawat
harus melaksanakan observasi yang dapat dipercaya dan
membedakannya dari data yang tidak sesuai. Hal ini
merupakan keterampilan dasar berfikir kritis. Lebih jauh
perawat diharapakan dapat mengelola dan
mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan. Untuk
memiliki keterampilan ini, perawat harus memiliki
kemampuan dalam mensintesa dan menggunakan
ilmuilmu seperti biomedik, ilmu dasar keperawatan, ilmu
perilaku, dan ilmu sosial.
b. Perumusan diagnose keperawatan
Tahap ini adalah tahap pengambilan keputusan
yang paling kritikal. Dimana perawat dapat menentukan
masalah yang benar-benar dirasakan klien, berikut
argumentasinya secara rasional. Semakin perawat terlatih
untuk berfikir kritis, maka ia akan semakin tajam dalam
menentukan masalah atau diagnose keperawatan klien,
baik diagnose keperawatan yang sifatnya possible, resiko,
ataupun actual. Berfikir kritis memerlukan konseptualisasi
dan ketrampilan ini sangat penting dalam perumusan
diagnose, karena taksonomi diagnose keperawatan pada
dasarnya adalah suatu konsep (NANDA, 1998).
c. Perencanaan keperawatan
Pada saat merumuskan rencana keperawatan,
perawat menggunakan pengetahuan dan alas an untuk
mengembangkan hasil yang diharapkan untuk
mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan. Hal ini
merupakan keterampilan lain dalam berfikir kritis,
pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Untuk
hal ini dibutuhkan kemampuan perawat dalam mensintesa
ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan
sosiologi, untuk dapat memilih tindakan keperawatan yang
tepat berikut alasannya. Kemudian diperlukan pula
keterampilan dalam membuat hipotesa bahwa tindakan
keperawatan yang dipilih akan memecahkan masalah klien
dan dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan.

d. Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap ini perawat menerapkan ilmu yang
dimiliki terhadap situasi nyata yang dialami klien. Dalam
metode berfikir ilmiah, pelaksanaan tindakan keperawatan
adalah keterampilan dalam menguji hipotesa. Oleh karena
itu pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan suatu
tindakan nyata yang dapat menentukan apakah perawat
dapat berhasil mencapai tujuan atau tidak.
e. Evaluasi keperawatan
Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana
efektifitas tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat
mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar kien.
Pada proses evaluasi, standar dan prosedur berfikir kritis
sangat memegang peranan penting karena pada fase ini
perawat harus dapat mengambil keputusan apakah semua
kebutuhan dasar klien terpenuhi, apakah diperlukan
tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien,
atau bahkan harus mengulang penilaian terhadap tahap
perumusan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
J. Aspek-Aspek Berpikir Kritis
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat
penampilan dari beberapa perilaku selama proses berpikir kritis
itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat
dari beberapa aspek:
1. relevance relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang
dikemukan.
2. Importance Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran
yang dikemukaan.
3. Novelty Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-
ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima
adanya ide-ide orang lain.
4. Outside material Menggunakan pengalamanya sendiri atau
bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan
5. Ambiguity clarified Mencari penjelasan atau informasi lebih
lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan
6. Linking ideas Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau
pandangan serta mencari data baru dari informasi yang
berhasil dikumpulkan.
7. justification memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi
terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya.
Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan
mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi atau
solusi
PENUTUP
BAB III
A. KESIMPULAN
Berpikir kritis merupakan proses berfikir dalam
menyelesaikan masalah melalui pertimbangan dengan
merumuskan kesimpulan dan berbagai kemungkinan,
sehingga keputusan yang diambil bersifat efektif. Untuk
berpikir kritis dalam keperawatan melalui beberapa model dan
penerapan, seperti penggunaan bahasa keperawatan,
penerapan proses keperawatan serta pengkajian,sehingga
berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar
dalam mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas
perawat.
B. SARAN
Mahasiswa keperawatan harus belajar berpikir kritis
dari saat ini, agar ketika terjun kemasyarakat mereka mampu
mengambil suatu keputusan dan menylesaikan suatu
masalah. Kami mengharapkan agar mahasiswa mengerti
tentang berpikir kritis terutama dalam keperawatan, dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai