i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian.............................................................................................................4
2. Tujuan Komunikasi Teraupetik...............................................................4
7. Kesadaran Intrapersonal.......................................................................21
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan.............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus
dimiliki oleh perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis
yang digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan
pendidikan atau informasi kesehatan-mempengaruhi klien untuk
mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan caring, memberikan rasa
nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien.
Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat
yang berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam
mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan (intervensi),
mengevaluasi pelaksanaan dari intervensi yang telah dilakukan,
melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah
terjadinya masalah- masalah legal yang berkaitan dengan proses
keperawatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2
Mampu mengetahui gambaran tentang Komunikasi Terapeutik
Dalam Ilmu keperawatan.
2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien (Stuart G.W, 1998). Komunikasi terapeutik adalah
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis, belajar
dan bagaimana berhubungan dengan orang lain (Northouse, 1998).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien (Depkes RI, 1997).
a. Kesadaran diri.
b. Klarifikasi nilai.
4
c. Eksplorasi perasaan.
e. Motivasi altruistik.
5
Hubungan Perawat dan Klien/Helping Relationship
a. Kejujuran
c. Bersikap positif
8
a. Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan merupakan dasar dalam komunikasi yang
akan mengetahui perasaan klien. Teknik mendengarkan dengan
cara memberi kesempatan klien untuk berbicara banyak dan
perawat sebagai pendengar aktif. Menurut Ellis (1998),
menjelaskan bahwa mendengarkan orang lain dengan penuh
perhatian akan menunjukkan pada orang lain bahwa apa yang
dikatakannya adalah penting dan dia adalah orang yang penting.
Mendengarkan juga menunjukkan pesan “anda bernilai untuk
saya” dan “saya tertarik padamu”. Mendengarkan dengan penuh
perhatian Perawat berusaha mengerti klien dengan cara
mendengarkan masalah yang disampaikan klien Sikap perawat ;
▫ Pandang klien saat sedang berbicara ▫ Tidak menyilangkan
kaki dan tangan ▫ Hindari gerakan yang tidak perlu ▫ Anggukkan
kepala jika klien membicarakan hal yang penting atau
memerlukan umpan balik ▫ Condongkan tubuh kearah lawan
bicara
c. Mengulang ( Restating)
Merupakan teknik yang digunakan dengan cara mengulang
pokok pikiran yang diungkapkan klien, yang berguna untuk
menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat
untuk mengikuti pembicaraan. Teknik ini bernilai terapeutik
ditandai dengan perawat mendengarkan dan melakukan validasi,
mendukung klien dan memberikan respon terhadap apa yang
baru saja dikatakan oleh klien.
d. Penerimaan ( Acceplance)
Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi
dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak
menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan
penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan
keraguan atau ketidaksetujuan. Dikarenakan hal tersebut,
9
perawat harus sadar terhadap ekspresi non verbal. Bagi perawat
perlu menghindari memutar mata ke atas, menggelengkan
kepala, mengerutkan atau memendang dengan muka masam
pada saat berinteraksi dengan klien. Menunjukkan penerimaan
Untuk membangun rasa percaya dan mengembangkan empati
Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah dan gerakan
tubuh yang menyatakan tidak setuju : mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala Sikap : ▫ Mendengarkan tanpa
memutuskan pembicaraan ▫ Memberikan umpan balik verbal
tanpa memutuskan pembicaraan ▫ Menghindari perdebatan,
ekspresi keraguan atau usaha untuk mengubah pikiran klien
Misalnya : Klien : “ Saya telah melakukan beberapa kesalahan “
Perawat : “ Saya ingin mendengarkannya. Tidak apa-apa jika
anda ingin mendiskusikan hal ini dengan saya “.
e. Klarifikasi
Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan bila perawat
ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu
mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami
situasi yang digambarkan klien.
f. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa reflex isi dengan cara
memvalidasikan apa yang didengar, refleksi perasaan dengan
cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Teknik ini akan membantu perawat untuk memelihara
pendekatan yang tidak menilai (Boyd &Nihart, 1998), dikutip
oleh Nurjanah (2001).
g. Asertif
Menurut smith(1992) dalam Nurjanah (2001) asertif adalah
kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap
menghargai hak orang lain. Tahap – tahap menjadi lebih asertif
menurut Lindberg (1998) dalam Nurjanah (2001) antara lain
menggunakan kata “tidak” sesuai dengan kebutuhan ,
mengkomunikasikan maksud dengan jelas, mengembangkan
kemampuan mendengar, pengungkapan komunikasi disertai
dengan Bahasa tubuh yang tepat, meningkatkan kepercayaan
diri dan gambaran diri dan menerima kritikan dengan ramah.
10
h. Memfokuskan
Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang
telah dipilih dengan menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan
yang lebih spesifik, lebih jelas dan berfokus pada reakitas.
Memfokuskan juga untuk membatasi bahan pembicaraan
sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti
Usahakan untuk tidak memutuskan pembicaraan ketika klien
menyampaikan masalah yang penting Misalnya : “ Hal ini
tampak penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi “ Apa yang
sudah kita sepakai untuk dibicarakan “
i. Membagi persepsi
Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta
pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan.
j. Identifikasi “tema”
Merupakan teknik dengan mencari latar belakang masalah
klien yang muncul dan berguna untuk meningkatkan pengertian
dan eksplorasi maslah yang penting.
k. Diam
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir
pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat
bersedia untuk menunggu respon. Diam tidak dilakukan dalam
waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien menjadi
khawatir. Diam juga dapat diartikan sebagai mengerti atau
marah. Diam disini juga menunjukkan kesediaan seseorang
untuk menanti orang lain untuk berpikir, meskipun begitu diam
yang tidak tepat dapat menyebabkan orang lain merasa cemas
(Myers, 1999), dikutip oleh Nurjanah (2001).
l. Informing
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk
mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari
menawarkan informasi adalah akan memfasilitasi komunikasi,
mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien untuk
mengmbil keputusan (stuart & Sundeen, 1995). Kurangnya
pemberi informasi yang dilakukan saat klien membutuhkan akan
mengakibatkan klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh
11
dilakukan adalah menasehati klien pada saat memberikan
informasi.
m. Humor
Dugan (1998) mengatakan bahwa tertawa membantu
mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh
stress, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan
Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi
catecholamines dan hormone yang menimbulkan perasaan
sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengirangi
ansietas, menfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan
humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi
ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
Sedangkan menurut Nurjanah (2001) humor sebagai hal yang
penting dalam komunikasi verbal dikarenakan tertawa
mengurangi stress ketegangan dan rasa sakit akibat stress, serta
meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan.
n. Saran
Teknik yang bertujuan memberi alternative ide untuk
pemecahan masalah. Teknik ini tidak tepat dipakai pada fase
kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
a. Tahap Persiapan/Pra-interaksi
12
mungkin dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi
terapeutik dengan klien.
b. Tahap Perkenalan/Orientasi
13
3. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien
yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi
pertanyaan terbuka.
c. Tahap Kerja
d. Tahap Terminasi
14
terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh
proses keperawatan.
5. Bersikap tenang
7. Kesadaran Intrapersonal
1. Kesadaran Diri
2. Klarifikasi Nilai
3. Eksplorasi Perasaan
16
Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan
mengontrolnya agar ia dapat menggunakan dirinya secara
terapeutik (Stuart & Sundeen, 1987, h.102).
5. Atruisme
18
9. Kriteria Keberhasilan Komunikasi Terapeutik (potter dan
perry,1992)
Jika hasil yang diharapkan belum tercapai dan pasien merasa tidak
puas perawat harus menevaluasi rencana yan telah dibuat dan
memodifikasinya.
19
Item –item yang terdapat dalam instrument observasi pelaksanaan
komunikasi terapeutik menurut SAK antara lain ;
2) Memperkenalkan diri.
BAB III
DIALOG KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PERAWAT, PASIEN dan
KELUARGA
1. Fase Prainteraksi :
Pada Rumah sakit X kamar > terdapat seorang pasien yang
bernama : Nn. Ratna.umur 21 Tahun, dimana ia sekarang sedang
menempuh pendidikan tinggi di salah satu Universitas Swasta yang
berada di daerah Z, dirumah sakit tersebut ia ditemani oleh ibunya
yang bernama indah, dimana Nn. Ratna tersebut sedang menjalani
perawatan luka kecelakaan,di sana dia di rawat oleh Zr.Mia.
20
2. Fase Orientasi :
Pagi hari pukul 07.30 Wit
21
Perawat : Iya nona Ratna baiklah saya permisi dulu, silahkan nona
Ratna beristirahat kembali, nanti saya akan dating lagi
sekitar jam 08:00 pagi untuk melakukan tindakan
perawatan luka, mengganti perban yang membalut luka
ade Ratna dengan yang baru,tidak lama nona Ratna kira-
kira 5 menit saja dan kita mel;akukannya disini……
Apakah nona bersedia :
Pasien : Iya suster ( menganggukan kepala)
Perawat : nona Ratna tenang saja,kerahasiaan tentang apa yang
nona Ratna Alami juga tetap saya jaga.
Pasien : Iya suster terima kasih (merasa lega).
Perawat : Apabila nona Ratna memerlukan bantuan saya silahkan
nona panggil saya di ruang perawat.
Baik terimkasih, selamat pagi (tersenyum)
Pasien : Iya , selamat pagi (tersenyum)
Keluarga : (masuk menghampiri pasien),menanyakan keadaan
anaknya
3. Fase Kerja :
Tidak lama kemudian perawat mengahampiri pasien kembali
4. Fase Terminasi :
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses keperawatan merupakan suatu metode untuk
mengorganisasikan dan memberikan tindakan keperawatan dari perawat
kepada klien. Komponen proses keperawatan (pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi) sebagai sarana untuk mencapai
tujuan yang hendak dicapai melalui pendekatan proses keperawatan.
Komunikasi merupakan suatu bentuk kegiatan yang selalu dan dapat
dilakukan pada setiap tahap atau komponen proses keperawatan. Perawat
tidak dapat melakukanproses keperawatan dengan baik tanpa
mengetahui kebutuhan klien. Disinilah komunikasi dibutuhkan sebagai
sarana untuk menggali kebutuhan klien.
Komunikasi melalui sentuhan kepada klien merupakan metode dalam
mendekatkan hubungan antara klien dan perawat. Sentuhan yang
diberikan oleh perawat juga dapat sebagai therapy bagi klien khususnya
klien dengan depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam mengambil
keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Taylor, Lilis & LeMone.(1993). Fundamental of Nursing; the art and science of nursing
care. Third edition. Philadelphia: Lippincot-Raven Publication
23
Stuart, G.W & Sundeen S.J.(1995). Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St.
Louis: Mosby Year Book
Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 1998. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Edisi 3.
EGC. Jakarta
24