DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPUH:
NS.AMELIA SUSANTI,M.KEP,SP.KEP,MB
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I. Makalah ini berisikan tentang
informasi mengenai masalah Keperawatan kesehatan jiwa, diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Dea Fitriani
2
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................
Kesimpulan ......................................................................................
Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... .
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan
mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem
pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas.
American Nurses’ Association mendefenisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu
bidang spesialisasi bidang keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya(Stuart,2013).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2010,tidak kurang dari 450 juta
orang di seluruh dunia manderita gangguan jiwa. .Pada tahun 2016 rencana WHO
(Kesehatan Mental Action 2013-2020), disahkan oleh Majelis Kesehatan Dunia pada
tahun 2013, mengakui peran penting dari kesehatan jiwa dalam mencapai kesehatan bagi
semua orang. Rencana tersebut meliputi 4 tujuan utama :
kepemimpinan yang lebih efektif dan pemerintahan untuk kesehatan jiwa,
penyediaan komprehensif,
kesehatan jiwa dan kepedulian sosial layanan terpadu dalam pengaturan berbasis
masyarakat,
pelaksanaan strategi promosi dan pencegahan dansistem informasi diperkuat,
bukti dan penelitian.
B. Rumusan Masalah Bagaimana menganalisis sejarah keperawatan jiwa dan trend isu
dalam keperawatan jiwa global ?
C. Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum Mahasiswa/i dapat mengembangkan pola pikir dan menganalisis
mengenai sejarah keperawatan jiwa dan trend isu dalam keperawatan jiwa global.
2.Tujuan Khusus Agar mahasiswa/ (i) mampu mengetahui dan memahami tentang
a.Pengertian kesehatan jiwa.
b.Sejarah keperawatan jiwa.
4
c.Trend dan isu dalam keperawatan jiwa global.
d. Manfaat
1. Bagi Penulis Diharapkan agar penulis mampu meningkatkan wawasan dan
pengetahuan dalam menganalisis sejarah keperawatan jiwa dan rend isu dalam
keperawatan jiwa global.
3.Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan keperawatan dalam menganalisis sejarah keperawatan jiwa dan trend
isu dalam keperawatan jiwa global.
4.Bagi Masyarakat Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan wawasan
dan pengetahuan dalam menganalisis sejarah keperawatan jiwa dan trend isu dalam
keperawatan jiwa global.
E. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan makalah ini dibagi dalam beberapa bab,
yaitu:
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa”. Ayat 2,
“Upaya kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas preventif,
promotif, kuratif, rehabilitatif pasien gangguan jiwa, dan masalah psikososial”.
Batasan ini pun sulit dipenuhi, sehingga semua kriteria dapat dipertimbangkan dalam
menilai kesehatan jiwa. Oleh karenanya, orang yang sehat jiwanya adalah orang yang
sebagai beriku :
1.Melihat setiap hari adalah baik, tidak ada satu alasan sehingga pekerjaan harus ditunda,
karena setiap hari adalah baik.
2.Hari besok adalah hari yang baik.
3.Tahu apa yang diketahui dan tahu apa yang tidak diketahui.
4.Bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan membuat lingkungan menjadi lebih
baik.
5.Selalu dapat mengembangkan usahanya.
6.Selalu puas dengan hasil karyanya.
7.Dapat memperbaiki dirinya dan tidak menganggap dirinya selalu benar.
Revolusi Kesehatan Jiwa II Dengan diterima gangguan jiwa sebagai suatu penyakit,
maka terjadilah perubahan orientasi pada organo biologis. Pada saat ini, Qubius menuntut
agar gangguan jiwa masuk dalam bidang kedokteran. Oleh karena itu, ganguan jiwa
dituntut mengikuti paradigma natural sciences, yaitu ada taksonomi (penggolongan
penyakit) dan nosologi (ada tanda/gejala penyakit). Akhirnya, Emil Craepelee mampu
membuat penggolongan dari tanda-tanda gangguan jiwa. Sejak saat itu, kesehat
jiwa terus berkembang dengan berbagai tokoh dan spesifikasinya masingmasing.
Revolusi Kesehatan Jiwa III Pola perkembangan pada Revolusi Kesehatan Jiwa II
masih berorientasi pada berbasis rumah sakit (hospital base), maka pada perkembangan
berikutnya dikembangkanlah basis komunitas (community base) dengan adanya upaya
pusat kesehatan mental komunitas (community mental health centre) yang dipelopori
oleh J.F. Kennedy. Pada saat inilah disebut revolusi kesehatan jiwa III.
1. Kesehatan Jiwa Dimulai Sejak Masa Konsepsi Dahulu bila berbicara masalah
kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset terjadinya sampai klien mengalami
gejala-gejala. Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun
dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan
terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari
masa konsepsi atau bahkan harus dimulai dari masa pranikah. Banyak penelitian
yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan
fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut
membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada pada
trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang leih tinggi untuk menderita
skizofrenia di kemudian hari.
2. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa Masalah jiwa akan meningkat di era
globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita sakit jiwa di provinsi lain dan Daerah
Istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita tidak lagi didominasi masyarakat
kelas bawah, kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas juga
tersentuh gangguan psikotik dan depresif. Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang
ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa
tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang mengalami
tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain itu
kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan
meningkat.Neurosis adalah mengakibatkan penderitanya bentuk gangguan kejiwaan
yang mengalami stress,kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan
penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan merosotnya
kinerja individu.
9
dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan,
paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa.
4.Kecenderungan situasi di era globalisasi Perkembangan IPTEK yang begitu cepat
dan perdagangan bebas sebagai ciri globalisasi, akan berdampak pada semua faktor
termasuk kesehatan. Perawat dituntut mampu memberikan askep yang profesional
dan dapat mempertanggung jawabkan secara ilmiah. Perawat dituntut senantiasa
mengembangkan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan khususnya keperawatan
jiwa.
5.Perubahan Orientasi Sehat Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan pelayanan
kesehatan termasuk keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan
persaingan penyelenggaraan pelayanan. (persaingan kualitas). Tenaga kesehatan
(perawat “jiwa”) harus mempunyai standar global dalam memberikan pelayanan
kesehatan, jika tidak ingin ketinggalan. Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator
kesehatan jiwa di masa mendatang bukan lagi masalah klinis seperti prevalensi
gangguan jiwa, melainkan berorientasi pada konteks kehidupan sosial.
Penangan kesehatan jiwa bergeser dari hospital base menjad community base. Empat
Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat ;
a.Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg diperalat oleh
orang lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang diperalat/ memperalat diri sendiri,
dimana manusia itu menjadi pusat dari semua aktivitas ekonomi maupun politik
diturunkan pada tujuan perkembangan diri manusia.
b.Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya, merangsang
perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu membuat manusia untuk
mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan perilaku normatif kolektif.
c.Masyarakat terhindar dari sifat-sifat rakus, eksploitatif, pemilikan berlebihan, narsisme,
tidak mendapatkan kesempatan meraup keuntungan material tanpa batas.
d.Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam dimensi-dimensi yang
dapat dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan
masyarakat. Untuk mewujudkan struktur masyarakat sehat, kuncinya.
10
Kecenderungan Penyakit Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan
of disease“ (Michard & Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan bagi ”Public
Health Policy” yang secara tradisional memberi perhatian yang lebih pada penyakit
infeksi. Standar pengukuran untuk kebutuhan kesehatan global secara tradisional adalah
angka kematian akibat penyakit. Ini telah menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah bukan
masalah. Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty Adjusted Lfe Year)
diketahuilah bahwa gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan utama secara
internasional.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah Keperawatan mental psikiatri muncul sebagai sebuah profesi pada awal abad
ke-19. Kemudian sejak tahun 1940 keperawatan mental psikiatri mulai berkembang
pesat, tetapi pelayanan masih terpusat di Rumah Sakit. Hal ini terjadi sejalan dengan
program deinstitusionalisasi.
Deinstitusionalisasi adalah suatu program pembebasan klien gangguan jiwa kronik
dari institusi rumah sakit dan mengembalikan mereka ke lingkungan rehabilitas di
masyarakat. Angka kejadian gangguan jiwa dapat diminimalkan dengan menggunakan
cara-cara preventif seperti menemukan kasus-kasus secara dini, diagnosa dini dan
intervensi krisis.
B. Saran Perawat/mahasiswa
keperawatan perlu untuk mengetahui mengenai sejarah keperawatan jiwa dan
mengkaji serta mempelajari trend dan isu keperawatan jiwa global agar dapat mengetahui
dan menangani masalah kesehatan jiwa yang terjadi di masyarakat sehingga dapat
diterapkan dalam pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan
12
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Depkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta: Depkes RI. Katona, C., Cooper C., dan Robertson M.
(2012). At a Glance Psikiatri 4th. Jakarta: Penerbit Erlangga. Keliat, B. A. & Akemat.
(2011). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta: EGC. Maramis, W.F. (2010).
Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. Notosoedirjo, M.
Latipun. (2001). Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press. Stuart
dan Laraia. (2008). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th Edition. St Louis:
Mosby. World Health Organization. (2008). Investing in Mental Health. Geneva: WHO
Yusuf, AH., PK, Rizky Fitryasari., Nihayati, Hanik Endang. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
13