Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

“PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA DALAM


PERSPEKTIF KEPERAWATAN JIWA”

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I

DISUSUN OLEH:

DEA FITRIANI (2114201012)


III A KEPARAWATAN

DOSEN PENGAMPUH:

NS.AMELIA SUSANTI,M.KEP,SP.KEP,MB

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


YAYASAN ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I. Makalah ini berisikan tentang
informasi mengenai masalah Keperawatan kesehatan jiwa, diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua.

Dalam menyelesaikan masalah ini, banyak kesulitan yang saya hadapi.


Namun berkat bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.

Saya menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum


seberapa dan masih banyak belajar dalam membuat makalah. Oleh karena itu,
saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berdaya guna. Harapan saya, mudah-mudahan makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua

Padang, 27 September 2022

Dea Fitriani

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................


DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................


Pengertian kesehatan jiwa ................................
Sejarah keperawatan jiwa...........................................
Trend dan issu dalam keperawatan jiwa...........................................

BAB 3 PENUTUP..............................................................................................
Kesimpulan ......................................................................................
Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... .

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan
mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem
pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas.
American Nurses’ Association mendefenisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu
bidang spesialisasi bidang keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya(Stuart,2013).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2010,tidak kurang dari 450 juta
orang di seluruh dunia manderita gangguan jiwa. .Pada tahun 2016 rencana WHO
(Kesehatan Mental Action 2013-2020), disahkan oleh Majelis Kesehatan Dunia pada
tahun 2013, mengakui peran penting dari kesehatan jiwa dalam mencapai kesehatan bagi
semua orang. Rencana tersebut meliputi 4 tujuan utama :
 kepemimpinan yang lebih efektif dan pemerintahan untuk kesehatan jiwa,
 penyediaan komprehensif,
 kesehatan jiwa dan kepedulian sosial layanan terpadu dalam pengaturan berbasis
masyarakat,
 pelaksanaan strategi promosi dan pencegahan dansistem informasi diperkuat,
bukti dan penelitian.  

B. Rumusan Masalah Bagaimana menganalisis sejarah keperawatan jiwa dan trend isu
dalam keperawatan jiwa global ?

C. Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum Mahasiswa/i dapat mengembangkan pola pikir dan menganalisis
mengenai sejarah keperawatan jiwa dan trend isu dalam keperawatan jiwa global.

2.Tujuan Khusus Agar mahasiswa/ (i) mampu mengetahui dan memahami tentang
a.Pengertian kesehatan jiwa.
b.Sejarah keperawatan jiwa.

4
c.Trend dan isu dalam keperawatan jiwa global.
d. Manfaat
1. Bagi Penulis Diharapkan agar penulis mampu meningkatkan wawasan dan
pengetahuan dalam menganalisis sejarah keperawatan jiwa dan rend isu dalam
keperawatan jiwa global.

2. Bagi Institusi Pelayanan Menjadi acuan dalam memberikan wawasan dalam


menganalisis sejarah keperawatan jiwa dan trend isu dalam keperawatan jiwa global.

3.Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan keperawatan dalam menganalisis sejarah keperawatan jiwa dan trend
isu dalam keperawatan jiwa global.

4.Bagi Masyarakat Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan wawasan
dan pengetahuan dalam menganalisis sejarah keperawatan jiwa dan trend isu dalam
keperawatan jiwa global.

E. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan makalah ini dibagi dalam beberapa bab,
yaitu:

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kesehatan Jiwa


Menurut Keliat (2011), kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera
yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagian yang utuh dari kualitas
hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri
menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan
dengan wajar, mampu bekerja dengan produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya,
dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada
dirinya dan merasa nyaman dengan orang lain. World Health Organization (WHO) pada
tahun 2008 menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat
melakukan hal berikut;
1.Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk.
2.Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
3.Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4.Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
5.Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.
6.Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
7.Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.
8.Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.

Pada perundangan terdahulu, UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 tentang


Upaya Kesehatan Jiwa, memberikan batasan bahwa upaya kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi dapat menciptakan keadaan yang memungkinkan atau mengizinkan
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal pada seseorang, serta
perkembangan ini selaras dengan orang lain.

Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Bab IX tentang


kesehatan jiwa menyebutkan Pasal 144 ayat 1 “Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk
menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari

6
ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa”. Ayat 2,
“Upaya kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas preventif,
promotif, kuratif, rehabilitatif pasien gangguan jiwa, dan masalah psikososial”.

Batasan ini pun sulit dipenuhi, sehingga semua kriteria dapat dipertimbangkan dalam
menilai kesehatan jiwa. Oleh karenanya, orang yang sehat jiwanya adalah orang yang
sebagai beriku :
1.Melihat setiap hari adalah baik, tidak ada satu alasan sehingga pekerjaan harus ditunda,
karena setiap hari adalah baik.
2.Hari besok adalah hari yang baik.
3.Tahu apa yang diketahui dan tahu apa yang tidak diketahui.
4.Bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan membuat lingkungan menjadi lebih
baik.
5.Selalu dapat mengembangkan usahanya.
6.Selalu puas dengan hasil karyanya.
7.Dapat memperbaiki dirinya dan tidak menganggap dirinya selalu benar.

B. Sejarah Keperawatan Jiwa 1.


Zaman Mesir Kuno Pada zaman ini, gangguan jiwa dianggap disebabkan karena
adanya roh jahat yang bersarang di otak. Oleh karena itu, cara menyembuhkannya dengan
membuat lubang pada tengkorak kepala untuk mengeluarkan roh jahat yang bersarang di
otak tersebut. Hal ini terbukti dengan ditemukannya lubang di kepala pada orang yang
pernah mengalami gangguan jiwa.
Selain itu, ditemukan pada tulisan Mesir Kuno tentang siapa saja yang pernah kena
roh jahat dan telah dilubangi kepalanya.Tahun-tahun berikutnya, pasien yang mengalami
gangguan jiwa diobati dengan dibakar, dipukuli, atau dimasukkan dalam air dingin
dengan cara diajak jalan melewati sebuah jembatan lalu diceburkan dalam air dingin
dengan maksud agar terkejut, yakni semacam syok terapi dengan harapan agar
gangguannya menghilang.
Zaman Yunani (Hypocrates) Pada zaman ini, gangguan jiwa sudah dianggap suatu
penyakit. Upaya pengobatannya dilakukan oleh dokter dan orang yang berdoa untuk
mengeluarkan roh jahat.Sementara orang kaya yang mangalami gangguan jiwa dirawat di
rumah sendiri. Pada tahun 1841, Dorothea Line Dick melihat keadaan perawatan
7
gangguan jiwa. Ia tersentuh hatinya, sehingga berusaha memperbaiki pelayanan
kesehatan jiwa. Bersamaan dengan itu, Herophillus dan Erasistratus memikirkan apa
yang sebenarnya ada dalam otak, sehingga ia mempelajari anatomi otak pada binatang.
Zaman Vesalius Vesalius tidak yakin hanya dengan mempelajari anatomi hewan saja,
sehingga ia ingin mempelajari otak dan sistem tubuh manusia.
Namun, membelah kepala manusia untuk dipelajari merupakan hal yang mustahil,
apalagi mempelajari seluruh sistem tubuh manusia. Akhirnya, ia berusaha mencuri mayat
manusia untuk dipelajari. Sayangnya kegiatannya tersebut diketahui masyarakat,
sehingga ia ditangkap, diadili, dan diancam hukuman mati (pancung). Namun, ia bisa
membuktikan bahwa kegiatannya itu untuk kepentingan keilmuan, maka akhirnya ia
dibebaskan. Versailus bahkan mendapat penghargaan karena bisa menunjukkan adanya
perbedaan antara manusia dan binatang. Sejak saat itu dapat diterima bahwa gangguan
jiwa adalah suatu penyakit. Namun kenyatannya, pelayanan di rumah sakit jiwa tidak
pernah berubah. Orang yang mengalami gangguan jiwa dirantai, karena petugasnya
khawatir dengan keadaan pasien.

Revolusi Kesehatan Jiwa II Dengan diterima gangguan jiwa sebagai suatu penyakit,
maka terjadilah perubahan orientasi pada organo biologis. Pada saat ini, Qubius menuntut
agar gangguan jiwa masuk dalam bidang kedokteran. Oleh karena itu, ganguan jiwa
dituntut mengikuti paradigma natural sciences, yaitu ada taksonomi (penggolongan
penyakit) dan nosologi (ada tanda/gejala penyakit). Akhirnya, Emil Craepelee mampu
membuat penggolongan dari tanda-tanda gangguan jiwa. Sejak saat itu, kesehat
jiwa terus berkembang dengan berbagai tokoh dan spesifikasinya masingmasing.

Revolusi Kesehatan Jiwa III Pola perkembangan pada Revolusi Kesehatan Jiwa II
masih berorientasi pada berbasis rumah sakit (hospital base), maka pada perkembangan
berikutnya dikembangkanlah basis komunitas (community base) dengan adanya upaya
pusat kesehatan mental komunitas (community mental health centre) yang dipelopori
oleh J.F. Kennedy. Pada saat inilah disebut revolusi kesehatan jiwa III.

C. Trend dan Isu dalam Keperawatan


Jiwa Global Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-
masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah
tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada
8
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa trend
penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai
berikut :

1. Kesehatan Jiwa Dimulai Sejak Masa Konsepsi Dahulu bila berbicara masalah
kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset terjadinya sampai klien mengalami
gejala-gejala. Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun
dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan
terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari
masa konsepsi atau bahkan harus dimulai dari masa pranikah. Banyak penelitian
yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan
fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut
membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada pada
trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang leih tinggi untuk menderita
skizofrenia di kemudian hari. 
2.  Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa Masalah jiwa akan meningkat di era
globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita sakit jiwa di provinsi lain dan Daerah
Istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita tidak lagi didominasi masyarakat
kelas bawah, kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas juga
tersentuh gangguan psikotik dan depresif. Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang
ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa
tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang mengalami
tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain itu
kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan
meningkat.Neurosis adalah mengakibatkan penderitanya bentuk gangguan kejiwaan
yang mengalami stress,kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan
penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan merosotnya
kinerja individu.

3.Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa Terjadinya perang, konflik, lilitan


krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan
stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data
World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh

9
dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan,
paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa.
4.Kecenderungan situasi di era globalisasi Perkembangan IPTEK yang begitu cepat
dan perdagangan bebas sebagai ciri globalisasi, akan berdampak pada semua faktor
termasuk kesehatan. Perawat dituntut mampu memberikan askep yang profesional
dan dapat mempertanggung jawabkan secara ilmiah. Perawat dituntut senantiasa
mengembangkan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan khususnya keperawatan
jiwa.
5.Perubahan Orientasi Sehat Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan pelayanan
kesehatan termasuk keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan
persaingan penyelenggaraan pelayanan. (persaingan kualitas). Tenaga kesehatan
(perawat “jiwa”) harus mempunyai standar global dalam memberikan pelayanan
kesehatan, jika tidak ingin ketinggalan. Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator
kesehatan jiwa di masa mendatang bukan lagi masalah klinis seperti prevalensi
gangguan jiwa, melainkan berorientasi pada konteks kehidupan sosial.

Penangan kesehatan jiwa bergeser dari hospital base menjad community base. Empat
Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat ;
a.Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg diperalat oleh
orang lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang diperalat/ memperalat diri sendiri,
dimana manusia itu menjadi pusat dari semua aktivitas ekonomi maupun politik
diturunkan pada tujuan perkembangan diri manusia.
b.Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya, merangsang
perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu membuat manusia untuk
mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan perilaku normatif kolektif.
c.Masyarakat terhindar dari sifat-sifat rakus, eksploitatif, pemilikan berlebihan, narsisme,
tidak mendapatkan kesempatan meraup keuntungan material tanpa batas.
d.Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam dimensi-dimensi yang
dapat dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan
masyarakat. Untuk mewujudkan struktur masyarakat sehat, kuncinya.

10
Kecenderungan Penyakit Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan
of disease“ (Michard & Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan bagi ”Public
Health Policy” yang secara tradisional memberi perhatian yang lebih pada penyakit
infeksi. Standar pengukuran untuk kebutuhan kesehatan global secara tradisional adalah
angka kematian akibat penyakit. Ini telah menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah bukan
masalah. Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty Adjusted Lfe Year)
diketahuilah bahwa gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan utama secara
internasional. 

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah Keperawatan mental psikiatri muncul sebagai sebuah profesi pada awal abad
ke-19. Kemudian sejak tahun 1940 keperawatan mental psikiatri mulai berkembang
pesat, tetapi pelayanan masih terpusat di Rumah Sakit. Hal ini terjadi sejalan dengan
program deinstitusionalisasi.
Deinstitusionalisasi adalah suatu program pembebasan klien gangguan jiwa kronik
dari institusi rumah sakit dan mengembalikan mereka ke lingkungan rehabilitas di
masyarakat. Angka kejadian gangguan jiwa dapat diminimalkan dengan menggunakan
cara-cara preventif seperti menemukan kasus-kasus secara dini, diagnosa dini dan
intervensi krisis.

B. Saran Perawat/mahasiswa
keperawatan perlu untuk mengetahui mengenai sejarah keperawatan jiwa dan
mengkaji serta mempelajari trend dan isu keperawatan jiwa global agar dapat mengetahui
dan menangani masalah kesehatan jiwa yang terjadi di masyarakat sehingga dapat
diterapkan dalam pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan

12
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Depkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta: Depkes RI. Katona, C., Cooper C., dan Robertson M.
(2012). At a Glance Psikiatri 4th. Jakarta: Penerbit Erlangga. Keliat, B. A. & Akemat.
(2011). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta: EGC. Maramis, W.F. (2010).
Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. Notosoedirjo, M.
Latipun. (2001). Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press. Stuart
dan Laraia. (2008). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th Edition. St Louis:
Mosby. World Health Organization. (2008). Investing in Mental Health. Geneva: WHO
Yusuf, AH., PK, Rizky Fitryasari., Nihayati, Hanik Endang. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

13

Anda mungkin juga menyukai