Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA I
“Proses Terjadinya Gangguan Jiwa dalam Perspektif Keperawatan Jiwa”

Dosen Pengampu: Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep.J

Disusun Oleh:

Yola Yolanda 2114201052


Keperawatan 3A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES ALIFAH PADANG
Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah Proses Terjadinya Gangguan Jiwa dalam Perspektif
Keperawatan Jiwa tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua teman yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis hanya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
diri sendiri maupun kepada pembaca umumnya.
Penulis menyadari dengan keterbatasan yang saya miliki sebagai manusia
biasa, namun karena tugas ini adalah amanah, maka tersususnlah hasil pemikiran
saya yang mungkin masih jauh dari sutu kesempurnaan untuk itu saya
mengharapkan kritik dan pesan demi menyempurnakan makalah ini.

Padang, 24 September 2022

Yola Yolanda
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................


DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB 1 : PENDAHULUAN.............................................................................
1. Latar Belakang...............................................................................
2. Rumusan Masalah..........................................................................
3. Tujuan Penulisan............................................................................

BAB 2: PEMBAHASAN................................................................................
1. Defenisi Gangguan Jiwa.................................................................
2. Perspektif Keperawatan jiwa .........................................................
3. Faktor Yang Menyebabkan Gagguan Jiwa.....................................
4. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa..................................................
5. Konsep Stres...................................................................................
6. Rentang Sehat Sakit Jiwa ...............................................................
7. Koping ...........................................................................................

BAB 3: PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang bisa terjadi pada
semua orang dan tanpa mengenal ras,budaya,anak-anak,dewasa miskin
ataupun kaya,ganguan jiwa merupakan salah satu gangguan mental yang
di sebabkan oleh beragam faktor yang berasal dari dalam maupun luar.
Gangguan mental ini dapat dikenali dengan perubahan pola pikir, tingkah
laku dan emosi yang berubah secara mendadak tanpa disertai alasan yang
jelas. Stres yang menjadi pemicu awal terjadinya gangguan jiwa akan
membuat seseorang tidak mampu beraktivitas secara normal. Jika stres ini
tidak ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala gangguan
kejiwaan. Faktor Lingkungan juga bisa berpengaruh terhadap penyakit
medis ganguan jiwa tersebut.

2. Rumusan Masalah
1) Apa defenisi gangguan jiwa?
2) Bagaimana proses terjadinya gangguan jiwa dalam perspektif
keperawatan jiwa?
3) Bagaimana konsep stres, rentang sehat sakit jiwa, koping?

3. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian gangguan jiwa
2) Untuk mengetahui proses terjadinya gangguan jiwa dalam perspektif
keperawatan jiwa
3) Untuk mengetahui konsep stres, rentang sehat sakit jiwa, koping
BAB II
PEMBAHASAN

1. Defenisi Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu
atau lebih fungsi penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku,
biologik, gaangguan tersebut mempengaruhi hubungan antara dirinya
sendiri dan juga masyarakat (Maramis, 2010).
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami
gangguan dalam pikiran,perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam
bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta
dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi
orang sebagai manusia ( UU.RI No.18, 2014).
Gangguan jiwa adalah sekumpulan keadaan-keadaan yang tidak
normal baik yang berhubungan dengan keadaan secara fisik maupun
secara mental. Namun, ketidaknormalan tersebut bukan disebabkan oleh
sakit atau rusaknya bagian anggota badan tertentu meskipun
terkadanggejalanya dapat terlihat dengan keadaan fisik.
Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau
perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan jiwa yang
tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia.
Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku,
komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu
pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial
manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan jiwa telah
berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini
masih terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi,
meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari
sepertiga orang di sebagian besar negaranegara melaporkan masalah pada
satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau
beberapa tipe umum dari kelainan jiwa (Ardani 2007).

2. Perspektif Keperawatan jiwa


Perspektif keperawatan jiwa adalah pandangan dasar tentang
hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadi kerangka dasar
dalam praktik keperawatan jiwa. Setiap individu memiliki harkat dan
martabat, sehingga masing masing individu perlu dihargai. Tujuan
individu meliputi : tumbuh, sehat, otonomi dan aktualisasi diri. Masing
masing individu berpotensi untuk berubah, karena kita tahu bahwa
manusia adalah makhluk holistik yang kebutuhannya berbeda. Semua
prilaku individu itu bermakna meliputi : pikiran, persepsi, perasaan dan
tindakan.
Beberapa keyakinan mendasar yang digunakan dalam keperawatan jiwa
antara lain sebagai berikut (Depkes RI, 1998).
a. Individu memiliki harkat dan martabat, sehingga setiap individu perlu
dihargai.
b. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi, dan aktualisasi diri.
c. Setiap individu mempunyai potensi untuk berubah.
d. Manusia adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan sebagai manusia yang utuh.
e. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.
f. Semua perilaku individu adalah bermakna.
g. Perilaku individu meliputi persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.
h. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi, yang dipengaruhi
oleh kondisi genetik, lingkungan, kondisi stres, dan sumber yang
tersedia.
i. Sakit dapat menumbuhkan dan mengembangkan psikologis bagi
individu.
j. Setiap orang mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sama.
k. Kesehatan mental adalah komponen kritis dan penting dari pelayanan
kesehatan yang komprehensif.
l. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan untuk kesehatan fisik dan mentalnya.
m. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahteraan,
memaksimalkan fungsi (meminimalkan kecacatan/ketidakmampuan),
dan meningkatkan aktualisasi diri.
n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan
pertumbuhan pada individu.

3. Faktor Yang Menyebabkan Gagguan Jiwa


Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor
pada ketiga unsur yang terus-menerus saling mempengaruhi (Yosep,2007)
yaitu:
1) Faktor – factor somatic (somatogenik) atau organobiologis
a. Neroanatomi
b. Nerofisiologi
c. Nerokimia
d. Tingkat kematangan dan perkembangan organic.
2) Faktor – faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif
a. Interaksi ibu-anak: normal(rasa percaya dan rasa aman) atau
abnormal bedasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang
terputus(perasaan tak percaya dan kebimbangan)
b. Peranan ayah
c. Persaingan antara saudara kandung
d. Intelegensi
e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
f. Kehilangan yang menngakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu
atau rasa salah
g. Konsep diri, pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang
tidak menentu
h. Keterampilan, bakat, dan kreatifitas
i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
j. Tingkat perkembangan emosi
3) Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik) atau sosiokultural
4) Kestabilan keluarga
5) Pola mengasuh anak
6) Tingkat ekonomi
7) Perumahan : perkotaan lawan pedesaan

Gejala yang paling utama pada gangguan jiwa terdapat pada unsur
kejiwaan, biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat
beberapa penyebab dari beragai unsur yang saling mempengaruhi atau
kebetulan terjadi bersamaan, lalu muncul gangguan kejiwaan. Menurut
Maramis 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa, sumber penyebab
gangguan jiwa dapat dibedakan atas :
a. Faktor Somatik (Somatogenik), yaitu akibat gangguan pada
neuroanatomi, neurofisiologi,dan nerokimia, termasuk tingkat
kematangan dan perkembangan organik, serta faktorpranatal dan
perinatal.
b. Faktor Psikologik (Psikogenik), yaitu keterkaitan interaksi ibu dan
anak, peranan ayah,persaingan antara saudara kandung, hubungan
dalam keluarga,pkerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor
intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan pola
adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi
masalah. Apabila keadaan tersebut kurang baik, maka dapat
menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang
berlebihan.
c. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola
mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok
minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan
kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh mengenai
keagamaan.
Sedangkan Menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab
gangguan jiwa diantaranya:
1) Usia
Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini merupakan usia
yang produktif, dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya
sendiri secara mandiri, masalah yang dihadapi juga semakin banyak,
bukan hanya masalah dirinya sendiri tetapi juga harus memikirkan
anggota keluarganya.
2) Tidak bekerja
Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang tidak
mempunyai penghasilan dan gagal dalam menunjukan aktualisasi
dirinya, sehingga seseorang tidak bekerja tdak mempunyai kegiatan
dan memungkinkan mengalami harga diri rendah yang berdampak
pada gangguan jiwa.
3) Kepribadian yang tertutup
Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup cenferung
menyimpan permasalahannya sendiri sehingga masalah yang dihadapi
akan semakin menumpuk. Hal ini yang membuat seseorang tidak bisa
menyelesaikan permasalahan dan enggan mengungkapkan sehingga
menimbulkan depresi dan mengalami gagguan jiwa.
4) Putus obat
Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan
gangguan jiwa harus minum obat seumur hidup, terkadang klien
merasa bosan, dan kurang pengetahuan akan menghentikan minum
obat dan merasa sudah sembuh.
5) Pengalaman yang tidak menyenangkan
Pengalaman tidak menyenangkan yang daialami misalnya adanya
aniaya seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian
lain akan memicu seseorang mudah mengalami ganguan jiwa
6) Konflik dengan teman atau keluarga
Seseorang yang memepunyai konflik dengan keluarga misalnya
karena harta warisan juga dapat membuat seseorang mengalami
gangguan jiwa. Konflik yang tidak terselesaikan dengan teman atau
keluarga akan memicu stressor yang berlebihan. Apabila seseorang
mengalami stressor yang berlebihan namun mekanisme kopingnya
buruk, maka kemungkinan besar sesorang akan mengalami gangguan
jiwa.

4. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa


Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan gangguan jiwa
menurut Maramis tahun 2010 diantaranya:
1) Normal dan Abnormal
Abnormal berarti menyimpang dari yang normal. Seseuatu
dikatakan abnormal apabila terdapat suatu norma, dan seseorang
tersebut telah menyimpang dari batas-batas norma
2) Gangguan Kesadaran
Kesadaran merupakan kemampuan individu dalam mengadakan
pembatasan terhadap lingkungannya serta dengan dirinya sendiri
(melalui panca inderanya).apabila kesadaran tersebut baik maka
orientasi (waktu, tempat, dan orang) dan pengertian yang baik serta
pemakaian informasi yang masuk secara efektfif (melalui ingatan dan
pertimbangan). Kesadaran menurun adalah suatu keadaan dengan
kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang secara
keseluruhan (secara kwantitatif). Kesadaran yang berubah atau tidak
normal merupakan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan
dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf tidak sesuai
kenyataan.
3) Gangguan Ingatan
Ingatan berdasarkan tiga proses yaitu, pencatatan atau regristasi
(mencatat atau meregristasi sesuatu pengalaman didalam susunan saraf
pusat); penahanan atau retensi (menyimpan atau menahan catatan
tersebut) ; dan pemanggilan kembali atau “recall” (mengigat atau
mengeluarkan kembali catatan itu). Gangguan ingatan terjadi apabila
terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga unsur diatas.
4) Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi atau Disorientasi timbul sebagai akibat
gangguan kesadarandan dapat menyangkut waktu, tempat, atau orang.
Gangguan Afek dan Emosi. Afek ialah nada perasaan, menyenangkan
atau tidak (seperti kebanggan, kekecewaan, kasih sayang) yang
menyertai suatu pikiran dan biasanya bermanifestasi afek ke luar dan
disertai oleh banyak komponen fisiologik. Emosi adalah manifestasi
fek ke luar dan dsertai oleh banyak komponen fisiologi dan berlansung
relatif tidak lama. Seseorang dikatakan telah mengalami gangguan afek
atau emosi yaitu dapat berupa depresi, kecemasan, eforia, anhedonia,
kesepian, kedangkalan, labil, dan ambivalensi.
5) Gangguan Psikomotor
Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi oleh
keadaan jiwa, gangguan psikomotor dapat berupa:
a. Hipokinesia atau hipoaktivitas : gerakan atau aktivitas berkurang
b. Stupor Katatonic : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang,
gerakan dan aktivitas menjadi sangat lambat.
c. Katalepsi : mempertahankan posisi tubuh secara kaku posisi badan
tertentu.
d. Fleksibilitas serea : memetahankan posisi badan yang dibuat
padanya oleh orang lain.
e. Hiperkinesia : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan
f. Gaduh gelisah katatonik : aktivtas motorik yang kelihatannya tidak
bertujuan, yang berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi
oelh rangsangan dari luar
g. Berisikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau posisi
badan yang tidak wajar
h. Grimas : miik yang aneh dan berulang-ulang
i. Stereotype : gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali
dan tidak bertujuan.
6) Gangguan proses berfikir Proses berfikir meliputi proses
pertimbangan, pemahaman, ingatan serta penalaran.
7) Gangguan persepsi
8) Gangguan intelegensi
9) Gangguan kepribadian.

5. Konsep Stres
a. Definisi Stres
Stres adalah satu kondisi ketika individu berespons terhadap
perubahan dalam status keseimbangan normal (Kozier, 2011).
Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik
mengharuskan seorang individu berespon dan melakukan tindakan
(Selye, 1976 dalam Potter dan Perry, 2005).
Stressor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan
individu mengalami stres. Ketika seseorang menghadapi stressor,
responnya disebut sebagai strategi koping, respon koping, atau
mekanisme koping.

b. Macam-macam Stres
Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di
antaranya:
1) Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena
temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising,
sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.
2) Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat
beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena
pengaruh senyawa kimia.
3) Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri
atau parasit.
4) Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh
diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ
dan lain-lain.
5) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan
perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut
usia.
6) Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri
seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor
keagamaan (Alimul, 2008).

c. Tahap-Tahap Stress
1) Reaksi waspada (alarm reaction stage)Adalah persepsi terhadap
stresor yang muncul secara tiba-tiba akan munculnya reaksi
waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk mempertahankan
diri.Diawali oleh otak dan diatur oleh sistem endokrin dan cabang
simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini disebut juga reaksi
berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight reaction).
2) Reaksi Resistensi (resistance stage)Adalah tahap di mana tubuh
berusaha untuk bertahan menghadapi stres yang berkepanjangan
dan menjaga sumber-sumber kekuatan (membentuk tenaga baru
dan memperbaiki kerusakan). Merupakan tahap adaptasi di mana
sistem endokrin dan sistem simpatis tetap mengeluarkan hormon-
hormon stres tetapi tidak setinggi pada saat reaksi waspada.
3) Reaksi Kelelahan (exhaustion stage)Adalah fase penurunan
resistensi,meningkatnya aktivitas para simpatis dan kemungkinan
deteriorasi fisik. Yaitu apabila stresor tetap berlanjut atau terjadi
stresor baru yang dapat memperburuk keadaan.

d. Cara Mengatasi Stres


Stres dapat diatasi atau diringankan dampaknya dengan cara:
1) mengkonsultasikan masalah yang sedang dihadapi kepada psikiater
atau rekan kerja atau teman dekat
2) melakukan olahraga ringan
3) mengkonsumsi bahan makanan kaya gizi
4) menonton acara komedian atau lawak

6. Rentang Sehat Sakit Jiwa


Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan
sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.( WHO, 1947)
Sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas
sehari-hari baik itu dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial. (Perkins)
Sakit jiwa adalah gangguan mental yang berdampak kepada mood, pola
pikir,hingga tingkah laku secara umum.
Kesehatan jiwa yaitu Suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh
dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi
kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan
dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar , mampu bekerja
produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam
lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan
merasa nyaman bersama dengan orang lain.

7. Koping
a. Pengertian Koping
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah,menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi
yang mengancam. Koping merupakan suatu proses dimana individu
mencoba mengelola jarak yang ada antara tuntuna-tuntunan (baik itu
tuntunan yang berasal dari individu maupun itu tuntunan yang berasal
dari lingkungan).

b. Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Koping


1) Kesehatan fisik
2) Keyakinan atau pandangan positif
3) Keterampilan memecahkan masalah
4) Keterampilan sosial
5) Dukungan sosial
6) Materi

c. Bentuk – Bentuk Koping


Koping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping)
adalah strategi untuk penanganan stress atau coping yang berpusat
pada sumber masalah, individu berusaha langsung menghadapi sumber
masalah, mencari sumber masalah, mengubah lingkungan yang
menyebabkan stress dan berusaha menyelesaikannya sehingga pada
akhirnya stress berkurang atau hilang.Coping yang berfokus pada
emosi (emotion-focused coping) adalah strategi penanganan stress
dimana individu memberi respon terhadap situasi stress dengan cara
emosional.

d. Fungsi Coping Stres


Folkman dan Lazarus (Rahmatus Sa‟adah, 2008 ; 65-66), coping
yang berpusat pada emosi (emotion-focused coping) berfungsi untuk
meregulasi respon emosional terhadap masalah.Sedangkan coping
yang berpusat pada masalah (problem-focused coping) berfungsi untuk
mengatur dan merubah masalah penyebab stres.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau
perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan jiwa yang
tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia.
Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku,
komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu
pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial
manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan jiwa telah
berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini
masih terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi,
meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari
sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada
satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau
beberapa tipe umum dari kelainan jiwa.

B. Saran
Calon perawat harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik
pada pasien terutama pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat & Mustikasari. (2013) Gambaran Klien Perilaku Kekerasan di

Rumah Sakit Jiwa. Pusat Jakarta: Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan.

Keperawatan Jiwa.

Budiman. (2010). Jumlah Gangguan Jiwa. http://www.suarabandung.com.

Diakses pada tanggal 23 September 2022.

Djamaludin. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Dwi Isyani. (2012) Gambaran Karakteristik Klien Yang Dirawat di Rumah Sakit

Khusus Dadi Makassar. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan.

Kusumawati, F & Hartono Y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:

Salemba Medika.

Maramis, W.F. (2010). Ilmu kedokteran jiwa, Erlangga Universitas Press.

Wahyu, S. (2012). Buku saku keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wahyuni, Sri. (2011). “Hubungan Lama Hari Rawat Dalam Kemampuan Pasien

Mengontrol Halusinasi” Jurnal Ners Indonesia. Vol. 1. No.2.

Wanadadi. (2014). Pengertian Pekerjaan Profesi dan Profesional. Diakses pada

tanggal 27 Juli 2016

Anda mungkin juga menyukai