KELOMPOK 6
Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada pasien
RPK (Risiko Perilaku Kekerasan) yang dibimbing oleh dosen Heru Wahyudi, S.Kep.Ns., M.Kes.
Penulis sadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis
membutuhkan kritik dan saran.
Nganjuk,
Penulis
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian................................................................................... 3
B. Etiologi........................................................................................ 3
C. Manifestasi Klinis ...................................................................... 6
D. Patofisilogi ................................................................................. 7
E. Pathway ...................................................................................... 8
F. Masalah keperawatan ................................................................. 9
G. Penatalaksanaan.......................................................................... 9
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian................................................................................. 11
B. Diagnosa Keperawatan............................................................. 16
C. Perencanaan.............................................................................. 16
BAB IV
A. Kesimpulan............................................................................... 20
B. Saran......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan dan merupakan
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara
optimal dan yang selaras dengan perkembangan orang lain. Seseorang yang “sehat jiwa”.
(UUD NO.3 1996)
Gangguan jiwa adalah syndrome pola perilaku dan psikologik seseorang
yang secara klinis cukup bermakna, dimana terjadi disfungsi dalam segi perilaku,
psikologik atau biologik. (Departemen kesehatan RI). Gangguan Skizofrenia merupakan
suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan
komunikasi, gangguan realitas (halusinasiatau waham), afek tidak wajar atau tumpul,
gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan
aktivitas sehari-hari (Budi Anna keliat, 2011)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tintadakan
yang dapat membahayakan fisik baik terhadap diri sendiri, oranglain maupun lingkungan.
( Gail W. stuart, edisi 5 2008). Perasaan marah normal bagi individu, namun perilaku
yang dimanifestasikan oleh perasaan marah seperti berfluktuasi sepanjang rentang adaptif
dan maladiptif. (Budi Anna keliat, 2011)
Proyek integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas dan rumah sakit menunjukkan
adanya kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa yang lebih terkoordinasi dengan baik di
semua unsur kesehatan. Hakekat pembangunan kesehatan merujuk pada penyelengaraan
pelayanan kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk.
Survei badan kesehatan dunia menunjukkan bahwa satu dari setiap 1.000
penduduk dunia mengalami gangguan jiwa (Word Health Organisation). Direktur
Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Indonesia menyatakan, bahwa
dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen
atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa
berupa gangguan kecemasan dan depresi (Reza, 2008)
1
Dalam masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan melaksanakan
hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan sosialnya. Tapi
dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan yang
menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan emosi yang dimilikinya,
sehingga respon yang dilakukan kearah maladaptif. Jika individu mengalami kegagalan
maka gangguan jiwa yang muncul adalah Resiko Prilaku Kekerasan (RPK). Perilaku
kekerasan kadang bernilai negative tetapi marah juga berguna yaitu untuk meningkatkan
energi dan membuat seseorang lebih berfokus/bersemangat mencapai tujuan. Kemarahan
yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu
hubungan intra personal (Harnawati, 2008)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut makan Bagaimana penerapan
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada masalah keperawatan Resiko
Perilaku Kekerasan (RPK).
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana penerapan Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada masalah keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan (RPK).
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, pengungkapan marah yang
konstruktif dapat membuat perasaan lega. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan
suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Riyadi & Purwanto, 2009). Perilaku kekerasan menurut Kusumawati dan
Hartono (2011) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan
amuk dan aduh, gelisah yang tidak terkontrol.
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi seseorang
yang ditunjukan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri,
orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowits, 2000 dalam Yosep, 2011). Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayakan diri sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang
(Maramis, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa perilaku kekerasan
adalah suatu tindakan dengan tenaga yang dapat membahyakan diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan yang bertujuan untuk melukai yang disebabkan karena adanya
konflik dan permasalahan pada seseorang baik secara fisik maupun psikologis.
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang mendasari atau mempermudah
terjadinya perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai kepercayaan
maupun keyakinan berbagai pengalaman yang dialami setiap orang merupakan faktor
predisposisi artinya mungkin terjadi mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan (Direja,
2011).
3
a) Faktor biologis
Beberapa hal yang dapat mmpengaruhi seseorang melakukan perilaku
kekerasan yaitu sebagai berikut:
a) Pengaruh neurofisiologi, beragam komponen sistem neurulogis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif.
b) Pengaruh biokimia yaitu berbagai neurotransmiter (epineprin,
noreineprin,dopamin, asetil kolin dan serotonin sangat berperan dalam
menfasilitasi dan mengahambat impuls negatif).
c) Pengaruh genetik menurut riset Murakami (2007) dalam gen manuasia
terdapat doman (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun
jika terstimulasi oleh aktor eksternal.
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan gangguan
sistem
e) serebral, tumor otak, trauma otak, penyakit enchepalits epilepsi
terbukti
f) berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b) Faktor psikologis menurut Direja (2011)
a) Terdapat asumsi bahwa sesorang untuk mencapai tujuan mengalami
hambatan akan timbul serangan agresif yang memotivasi perilau
kekerasan.
b) Berdasarkan mekanisme koping individu yang masa kecil tidak
menyenangkan.
c) Rasa frustasi
d) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga, atau lingkungan.
e) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengkibatkan tidak berkembangnya
ego dan dapat membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan
kekerasan dapat memberikan kekuatan yang dapat meningkatkan citra
diri serta memberi arti dalam kehidupan.
4
f) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupak perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku
kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran
eksternal dibanding anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
c) Faktor sosio kultural
a) Social environment theory (teori lingkungan) Lingkungan sosial akan
mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Budaya
tertutup dan membalas terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan di terima.
b) Social learning theory (teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi.
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetus perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan :
1) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidarotas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal, dan lain-lain.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak mampuan
menempatkan diri sebagai seorang yang dewasa.
4) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
3. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain. Mekanisme koping
klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping
5
yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang
umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displancement,
sublimasi, proyeksi, depresi, dan reaksi formasi.
1) Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu
seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi.
2) Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.
3) Depresi
Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari kesadaran
yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
4) Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan
apa yang benar-benar di lakukan orang lain.
C. Manifetasi Klinis
1) Fisik
Mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wjah merah dan
tegang, serta postur tubuh kaku.
2) Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, bicara dengan nada keras, kasar,
dan ketus.
3) Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan jarang mengeluarkan kata-
kata bernada sarkasme.
6) Spiritual
6
Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, ejekan, dan sindiran.
8) Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.
D. Patofisiologi
Stres, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan marah.
Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif maupun destruktif.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan kata-kata yang dapat di
mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati otrang lain. Selain akan memberikan rasa
lega, ketegangan pun akan menurun dan akhirnya perasaan marah dpat teratasi. Ras
marah diekspresikan secara destruktif, mislanya dengan perilaku agresif, menantang
biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat
menimbulkan amuk yang di tunjukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
(Yosep, 2011).
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak kuat,
individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya, sehingga
rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikan akan menimbulkan rasa bermusuhan
yang lama, pada suatu saat dapat menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada
suatu saat dpat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang di anjurkan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Dermawan & Rusdi, 2013).
7
E. Pathway
Ancamanterhadapkebutuhan
Stress
Cemas
Menantang
Menjagakeutuhan orang Menarikdiri
lain
Masalahtidakselesai
Lega Mengingkarimarah
Marah
berkepanjangan Keteganganmenurun Marah
tidakterungkap
Marah pada
Rasa marahteratasi
orang lain
Marah pada
dirisendiri
Muncul rasa
bermusuhan
Depresipsikosomatik
Agresif/amuk
8
F. Masalah keperawatan
1) Risiko Perilaku kekerasan
2) Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3) Harga diri rendah
4) Isolasi sosial .
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien perilaku kekerasan bukan hanya meliputi pengobatan
dengan farmakoterapi, tetapi juga pemberian psikoterapi, serta terapi modalitas yang
sesuai dengan gejala pada perilaku kekerasan. Pada terapi ini juga perlu dukungan
keluarga dan sosial akan memberikan peningkatan kesembuhan klien. Penatalaksanaa
pada kasus perilaku kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Penatalaksanaan Medik
1) Farmakoterapi
Salah satu farmakoterapi yang digunakan pada klien dengan peilaku kekerasan
biasanya diberikanan tipsikotik. Antipsikotik dibagi menjadi dua yaitu
antipsikotik tipikal dan antipsikotika tipikal dengan perbedaan pada efek
sampingnya. Antipsikotik tipikal terdiri dari ( butirofenon, haloperidol,
fenotiazine, chlorpromazine, perphenazine, trifuoperazin) sedangkan untuk
antipsikotika tipikal terdiri dari ( clozapine, risperidone,). Efek samping yang
ditimbulkan berupa rigiditasototkaku, kaku atau tebal disertai kesulitan menelan.
2) Terapi Somatis
Adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptive menjadi perilaku yang adeptif dengan
melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien. Meskipun yang
diberikan perilaku adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien.
Jenis terapi somatic meliputi pengikat, ECT, isolasi, dan fototerapi.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Strategi pelaksanaan dapat dilakukan berupa komunikasi terapeutik kepada pasien
perilaku kekrasan maupun pada keluarga. Tindakan keperawatan terhadap pasien
dapat dilakukan minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan
9
keluarga dapat mengontrol dan mengendalikan perilaku kekerasan. Pada masing-
masing pertemuan dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan strategi
pelaksanaan.
2) Terapi modalitas
Terapi modalitas dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap klien
agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar
dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga,
teman dan sistem pendukung yang ada ketika menjalani terapi.
3) Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian:
a) Bina hubungan saling percaya
b) Jangan memancing emosi klien
c) Libatkan klien dengan kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
d) Memberikan kesempatakan pada klien dalam mengemukakan pendapat
e) Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dihadapi
f) Mendengarkan keluhan klien
g) Mambantu memecahkan maslaah yang dialami klien
h) Hindari kata-kata yang dapat menyinggung perasaan klien
10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. H (P) Tanggal MRS /Jam : 5 juni 2021
Umur : 55 Tanggal Pengkajian / Jam : 6 juni 2021
Alamat : Sukomoro, Nganjuk
Pendidikan : SMA
Agama : Islam Ruang Rawat : Melati
Status : Menikah
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Jenis Kel. : Perempuan
No RM : 562021
11
Berhasil
Kurangberhasil
Tidakberhasil
Jelaskan:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…
3. a.Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
Ya
√ Tidak
b. Pernah ada riwayat NAPZA
Narkotika
Penyalahgunaan Psikotropika
Zat aditif : kafein, nikotin, alkohol
Dll
c. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik 35 istri suami anak
2. Aniaya seksual ………… ………… ………… …………
3. Penolakan ………… ………… ………… …………
4. Kekerasan dalam keluarga ………… ………… ………… …………
5. Tindakan kriminal ………… ………… ………… …………
6. Usaha Bunuh diri ………… ………… ………… ……….
Jelaskan: Ny. H melakukan kekerasan kepada suaminya
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
Perubahan pertumbuhan dan √ Resiko perilaku kekerasan
perkembangan Ketidak efektifan penatalaksanaan
Berduka antisipasi regiment terapeutik
Berduka disfungsional Lain-lain, jelaskan ..................
Responpaska trauma
Sindroma trauma perkosaan
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
12
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
Ada
√ Tidak
Kalauada :
Hubungan keluarga : ………………………………………………………………
Gejala : ……………………………………………………………...
Riwayat pengobatan : ……………………………………………………………...
V. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Keadaan umum :
Klien tampak tenang dan kooperatif saat diajak berbicara
2. Tanda vital:
TD: 120/80 mm/Hg
N: 84 x/i
S : 26,3 °C
P……..x/m
3. Ukur: BB 55 kg TB : 162 cm
Turun
Naik
4. Keluhan fisik:
Nyeri (PQRST) : Skala nyeri : Tidak ada nyeri ( 0 ), ringan (1 2 3), sedang (4 5 6)
Berat terkontrol (7 8 9), Berat tidak terkontrol (10)
Keluhan lain
√ Tidak ada keluhan
13
Jelaskan:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………
Masalah / Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
Risiko tinggi perubahan suhutubuh Perubahan Nutrisi: Lebih dari
Defisit Volume Cairan kebutuhan Tubuh
Kelebihan Volume Cairan Kerusakan Menelan
Resiko Tinggi terhdap Infeksi Perubahan Eliminasi faeses
Risiko Tinggi terhadap Transmisi Infeksi Perubahan Eliminasi urine
Perubahan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan Kerusakan integritas kulit
Tubuh Lain-lain, jelaskan...........
Keterangan Gambar :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
Jelaskan:
Pasien anak ke 2 dari 8 bersaudara dan pasien
14
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Klien tubuhnya baik-baik saja
b. Identitas :
Klien kurang puas terhadap dirinya
c. Peran :
Klien anak ke dua dari 8 bersaudara
d. Ideal diri :
Klien menginginkan keluarga dan orang lain menghargainya
e. Harga diri :
Kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien meyakini agama yang dianutnya dengan melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinannya
15
b. Kegiatan ibadah
Klien dengan resiko perilaku kekerasan kurang (jarang) melakukan ibadah sesuai
dengan keyakinannya
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Distress spiritual
Lain-lain, jelaskan..........
VII.STATUS MENTAL
1. Penampilan
√ Tidak rapi
√ Penggunaan pakaian tidak sesuai
√ Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan:
Klien tidak berpenampilan rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti biasanya.
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
2. Pembicaraan
√ Cepat
√ Keras
Gagap
Apatis
Lambat
Membisu
Tidakmampumemulaipembicaraan
Lain-lain………..
Jelaskan:
Klien berbicara dengan cepat dan sangat keras
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Kerusakan komunikasi
Kerusakan komunikasi verbal
Lain-lain, jelaskan..........
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
16
Kelambatan : lesu, gangguan kesadaran, gelisah, gerakan otot muka yang berbubah-
ubah tidak dapat dikontrol.
Hipokinesia, hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitasserea
Jelaskan:
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……
Peningkatan :
Hiperkinesia, hiperaktifitas Grimace
Gagap Otomatisma
Stereotipi Negativisme
GaduhGelisahKatatonik Reaksikonversi
Mannarism Tremor
Katapleksi Verbigerasi
Tik Berjalankaku/rigid
Ekhopraxia Kompulsif :sebutkan …………
Command automatism
Jelaskan:
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
Perilaku kekerasan Risiko tinggi cidera
Resiko tinggi kekerasan Defisit aktivitas deversional / hiburan
Intoleransi aktivitas Lain-lain, jelaskan..........
Kerusakan mobilitas fisik
17
Risiko tinggi cidera Kerusakan interaksi sosial
Kerusakan komunikasi Isolasi sosial
Kerusakan komunikasi verbal Lain-lain, jelaskan..........
b. Emosi
Merasa Kesepian
√ Apatis
Marah
Anhedonia
Eforia
Depresi/sedih
Cemas (Ringan, Sedang,Berat danPanik)
Jelaskan:
Klien dengan resiko perilaku kekerasan biasanya memiliki emosi yang tinggi.
Masalah / DiagnosaKeperawatan
6. Persepsi – Sensorik
Halusinasi
18
√ Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
Ilusi
Ada
Tidak ada
Depersonalisasi
Ada
√ Tidak ada
Derealisasi
Ada
√ Tidak ada
Jelaskan:
Klien mengalami halusinasi pendengaran, klien mengatakan seolah-olah ada yang
membisikkan klien untuk melakukan perilaku kekerasan.
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
Koheren
Inkoheren
Sirkumstansial
Neologisme
Tangensial
Logorea
Kehilangan asosiasi
Flight of idea
Irrelevansi
Main kata-kata
Blocking
√ Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
Afasia
Asosiasi bunyi
19
Jelaskan:
Perlu menjelaskan secara berulang-ulang baru klien mengerti.
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
b. Isi Pikir
Obsesif
Ekstasi
Fantasi
√ Alienasi
Pikiran Bunuh Diri
Preokupasi
Pikiran Isolasisosial
Ide yang terkait
PikiranRendahdiri
Pesimisme
Pikiran magis
√ Pikiran curiga
Fobia, sebutkan…………..
Waham:
Agama
Somatik/hipokondria
Kebesaran
√ Kejar / curiga
Nihilistik
Dosa
Sisip pikir
Siar piker
Kontrol pikir
c. Bentuk Pikir
Realistik
Non Realistik
√ Rasional
Irrasional
Dereistik
Otistik
Jelaskan:
biasanya klien akan menunjukkan curiga.
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
20
Gangguan proses pikir : ........................... (jelaskan)
Lain-lain, jelaskan..........
8. Kesadaran
Kwantitatif
Compos mentis
Sopor
√ Apatis/sedasi
Subkoma
Somnolensia
Koma
Kwalitatif
Tidak Berubah
Berubah
Meninggi
√ Hipnosa
Disosiasi: ……………….
Gangguan perhatian
Jelaskan :
Klien Nampak acuh tak acuh, lamanya pusat perhatian berkurang, dan daya konsentrasi
terganggu.
Masalah / Diagnosa Keperawatan:
9. Orientasi
Waktu
Tempat
Orang
Jelaskan:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
10. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
21
Amnesia
Paramnesia:
Konfabulasi
Dejavu
Jamaisvu
Fause reconnaissance
hiperamnesia
Jelaskan:
Klien tidak bisa mengingat kejadian 1 bulan yang lalu.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan proses pikir :............... (jelaskan)
Lain-lain, jelaskan.....................
22
1. Makan
√ Bantuan Minimal
Bantuan total
Jelaskan:
Klien biasanya makan sendiri dan biasanya dibantu
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi : potensial lebih dari kebutuhan tubuh
Lain-lain, jelaskan ..........................
2. BAB/BAK
Bantuan minimal
Bantuan total
√ mandiri
Jelaskan:
Klien melakukan BAB/BAK sendiri
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
3. Mandi
Bantuan minimal
Bantuan total
√ Mandiri
Jelaskan:
Klien mandi sendiri
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
4. Berpakaian/berhias
Bantuan Minimal
Bantuan total
√ Mandiri
Jelaskan:
23
Klien berpakaian dan berhias sendiri.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Jelaskan:
Frekuensi tidur normal
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
6. Penggunaan obat
Bantuan Minimal
Bantuan total
√ Mandiri
Jelaskan :
Klien minum obat sendiri
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Perubahan pemeliharaan kesehatan
Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
Ketidakpatuhan
Lain-lain, jelaskan ..........................
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan √
24
Teman sejawat √
Kelompok sosial √
Jelaskan :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
Jelaskan :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
25
IX. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladap
√ Bicara dengan orang lain Minum alkhohol
Mampu menyelesaikan masalah √ Reaksi lambat/berle
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
√ Aktifitas konstruktif Menghindar
Olah raga √ Menciderai diri
Lain-lain……………. Lain-lain…………
Jelaskan :
…………………………………………………………………………………………............
......Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
√ Kegiatan penyesuaian
Koping individu tidak efektif
Koping individu tidak efektif (koping defensif)
Koping individu tidak efektif (menyangkal)
Lain-lain, jelaskan ..........................
26
Perubahan pada eliminasi urine Ketidak berdayaan
Gangguan konsep diri (Gangguan citra tubuh) Keputusasaan
Gangguan konsep diri (Gangguan identitas pribadi) Perubahan kinerja
√ Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri) peran
Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri rendah kronis) Sindrom stres relokasi
Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri rendah Lain-lain, jelaskan......
situasional
Perilaku mencari bantuan kesehatan
XII.ASPEK MEDIS
Diagnosis medik : Axis 1 :
Axis 2 :
Axis 3 :
Axis 4 :
Axis 5 :
Terapi medik :
Biasanya pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
dengan pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya.
27
XIII. ANALISA DATA
N MASALAH / DIAGNOSA
DATA
O KEPERAWATAN
1. DS: Perilaku kekerasan
Mayor
Mengancam
Mengumpat dengan kata-kata kasar
Suara keras
Minor : -
DO:
Mayor
Menyerang orang lain
Melukai diri sendiri/orang lain
Merusak lingkungan
Perilaku agresif/amuk
Minor
Mata melotot atau pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Wajah memerah
2. DS: Harga diri rendah kronis
Mayor
Merasa malu/bersalah
Meremehkan kemampuan mengatasi
masalah
Merasa tidak memiliki kelebihan atau
kemampuan positif
Melebih-lebihkan penilaian negatif
tentang diri sendiri
Menolak penilaian positif tentang diri
sendiri
Minor
Merasa sulit konsentrasi
28
Sulit tidur
Mengungkapkan keputusasaan.
DO:
Mayor
Mayor
Enggan mencoba hal baru
Postur tubuh menunduk
Minor
Kontak mata kurang
Lesu dan tidak bergairah
Pasif
Perilaku tidak asertif
Perilaku Kekerasan/Amuk
29
XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
____________________________
NIM/NIRM: …………………….
30
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Nama : Ny. H
Ruangan : Melati
RM No. : 562021
NO Tanggal IMPLEMENTASI
EVALUASI
Dx & Jam KEPERAWATAN
a. S : respons subyektif
pasien terhadap
tindakan keperawatan
31
yang telah
dilaksanakan. Dapat
diukur dengan
menanyakan
“bagaimana perasaan
ibu dan bapak setelah
dilakukan nafas
dalam”.
b. :Respons objektif
pasien terhadap
tindakan keperawatan
yang telah
dilaksanakan. Dapat
diukur dengan
mengobservasi
perilaku pasien pada
saat tindakan
dilakukan.
c. A : Analisis ulang atas
data subjektif dan
objektif untuk
menyimpulkan apakah
masalah masih tetap
atau muncul masalah
baru atau ada data
yang kontrakdiksi
dengan masalah yang
ada.
d. P : perencanaan atau
tindak lanjut
32
berdasarkan hasil
analisis pada respons
pasien yang terdiri dari
tindakan lanjut pasien
dan tindakan lanjut
oleh perawat.
Rencana tindakan lanjut dapat
berupa :
a. Rencana diteruskan
jika masalah tidak
berubah.
b. Rencana dimodifikasi
jika masalah tetap,
semua tindakan sudah
di jalankan tetapi hasil
belum memuaskan.
c. Rencana dibatalkan
jika ditemukan
masalah baru dan
bertolak belakang
dengan masalah yang
ada serta diagnosa
yang lama dibatalkan.
d. Rencana atau diagnosa
selesai jika tujuan
sudah tercapai dan
yang diperlukan adalah
memelihara dan
mempertahankan
kondisi yang baru
33
(Prabowo, 2014).
1. Perencanaan Keperawatan
Dalam (Budiana, Keliat, 1999) penatalaksanaan tindakan keperawatan pada
pasien gangguan Resiko Perilaku Kekerasan dapat dilakukan dengan strategi
penatalaksanaan (SP) adalah sebagai berikut :
STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)
Pertemuan 1 (SP1)
Hari /tanggal : Senin, 8 Juni 2021
Dx : Resiko perilaku kekerasan
Ruangan : Melati
Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien Data Subjektif Data Objektif
- Klien mengatakan merasa orang
- Klien terlihat lain mengancam
- Matanya merah, pandangan tajam Klien mengatakan orang lain
- Nada jahat suara tinggi, keras dan berteriak
- Klien mengatakan ingin memukul
- Klien terlihat wajah tegang atau merusak apapun didekatnya
- Klien terlihat mengepalkan tangan jika marah
- Klien mengatakan dendam dan jengkel
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2. Diagnosa : Keperawatan Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
34
b. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dialaminya
d. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasanya
e. Tindakan Keperawatan (sesuai SP)
Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Assalamualaikum/Selamat pagi ibu ’S”, masih ingat bu dengan
saya? Baiklah karena ibu lupa saya perkenalkan lagi nama saya Rischa
desy pratiwi biasa dipanggil perawat rischa, saya mahasiswi keperawatan
dari Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang akan berjaga pada hari
ini pukul 08.00 sampai 14.00.
b. Evaluasi/ validasi Bagaimana kabar ibu hari ini? dan bagaimana perasaan
ibu saat ini ? Apakah tidur ibu “S” nyenyak?
c. Kontrak dan Tujuan Baiklah seperti janji kita kemarin hari ini kita akan
berbincang-bincang kembali tentang perasaan marah yang ibu rasakan. Ibu
ingin berbincang - bincang dimana? Baiklah disini saja ya. Berapa lama
ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? Baiklah ibu
tujuan kita berbincang bincang hari ini adalah untuk mengetahui penyebab
dan tanda-tanda ibu marah dan belajar latihan cara mengontrol marah ibu .
2. Fase Kerja
Sebelumnya saya ingin mengetahui apa yang menyebabkan ibu marah?
Apakah sebelumnya ibu selalu ingin marah marah seperti saat ini? Terus apa yang
menyebabkan ibu selalu ingin marah? Apakah sama dengan yang sekarang?
Apakah ibu merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot, dan
tangan mengepal dan ingin melukai diri sendiri atauorang lain? Ketika perasaan
35
marah ibu muncul apa yang ibu lakukan? Apakah dengan ibu marah-marah,
keadaan jadi lebih baik? Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain
marah-marah? Maukah ibu belajar mengungkapkan rasa marah dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian? Baiklah ibu ada beberapa cara untuk mengendalikan rasa
marah yaitu dengan latihan fisik, minum obat, latihan berbicara dengan baik dan
spriritual. Nah hari ini kita belajar cara-cara mengendalikan rasa marah dengan
latihan fisik. Begini bu, kalau tanda-tanda dan perasaan marah ibu muncul, cara
yang pertama yaitu ibu duduk dengan rileks lalu tarik nafas dari hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti mengeluarkan
kemarahan, coba sekarang ibu ikuti dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali ibu
sudah dapat melakukan nya.
Cara yang kedua yaitu melampiasakan rasa marah dengan memukul bantal
atau kasur, nah disaat rasa marah ibu muncul ibu bisa melampiaskannya dengan
cara memukul bantal dan kasur, sepeti ini saya contohkan dan bisa ibu ulangi ?
bagus sekali ibu bisa melakukannya. Nah sebaiknya latihan ini ibu lakukan secara
rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa
melakukannya. Baiklah latihan hari ini kita masukan ke jadwal kegiatan untuk
latihan fisik ya bu.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang
dan belajar cara mengendalikan marah ibu?
b. Evaluasi Objektif Baiklah ibu masih ingat tidak kita tadi berbincang
bincang dan belajar apa? Coba ibu sebutkan penyebab ibu marah dan apa
yang ibu lakukan untuk mengendalikan rasa marah ibu? Coba contohkan
kembali bagaimana cara mengontrol rasa marah ibu ? Bagus sekali ibu,
ibu masih mengingatnya dan bisa melakukannya.
c. RTL Sekarang kita buat jadwal latihan nya ya bu, berapa kali sehari ibu
mau latihan nafas dalam ? dan jika rasa marah ibu muncul ibu bisa
melakukan tarik nafas dalam dan melampiaskannya dengan memukul
kasur dan bantal ya bu.
36
d. Kontrak yang akan datang Baiklah bagaimana kalau besok kita mengobrol
kembali dan latihan cara kedua untuk mengontrol marah yaitu dengan
minum obat? Besok saya akan kembali lagi sekitar pukul 09.00, tempatnya
ibu mau dimana? baiklah disini saja ya bu. Waktunya ibu mau berapa
lama bagaimana sama sepert tadi 15 menit. Kalau begitu saya permisi dulu
ya bu.
Pertemuan : 2 (SP 2)
Hari /tanggal : Selasa, 9 Juni 2021
Dx : Resiko perilaku kekerasan
Ruang : Melati
Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien Data subjektif Data objektif
- Klien mengatan sudah bisa
- Klien terlihat lebih tenang mengontrol marah
- Klien mengatakan sudah
- Mengetahui penyebab perasaan marah nada suara tinggi dan keras Kontak
mata perawat dan klien terjalin
- Klien tampak kooperatif
2. Diagnosa : Keperawatan Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan : Mampu mengontrol/mencegah perilaku kekerasan dengan minum obat
4. Tindakan Keperawatan (sesuai SP) : Mengevaluasi kegiatan latihan fisik dan
Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat.
Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Assalamualaikum/Selamat pagi ibu ’S”, masih ingat dengan saya
kan? Coba siapa? Iyaa benar sekali.
b. Evaluasi/ validasi Bagaimana perasaan ibu saat ini ? Apakah tidur ibu “S”
nyenyak? Bagaimana bu, sudah makan siang apa sudah minum obat?
Apakah ibu sudah melakukan cara yang saya ajarkan kemarin untuk
37
mengontrol marah ibu ? ibu masih ingat cara latihan fisik yang kemarin
kan?
c. Kontrak dan Tujuan Baiklah bu seperti janji kita kemarin hari ini kita
mengobrol kembali ya bu dan latihan tentang cara lain mengontrol rasa
marah ibu yaitu dengan minum obat. Dimana enaknya kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau ditempat yang kemarin kita mengobrol? ibu
mau berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
2. Fase Kerja
Sebelumnya saya ingin bertanya apakah ibu masih ingat dan sudah
melakukan cara yang saya ajarkan kemarin untuk mengontrol rasa marah ibu? Ibu
sudah melakukannya berapa kali? Coba ibu praktikan kembali cara mengontrol
marah ibu dengan latihan fisik? Bagus sekaliai bu , ibu suda bisa melakukannya.
Baiklah ada cara lain yang dapat mengontrol rasa marah ibu yaitu dengan minum
obat. Sebelumnya ibu sudah dapat obat dari dokter atau perawat? Berapa macam
obat yang ibu minum? warnanya apa saja? Bagus, jam berapa di minum? Bagus.
Baiklah ibu cara lain mengontrol rasa marah bisa dengan minum obat. Obatnya
ada 3 macam, yang warnanya orange namanya CPZ (Chlopromazine) gunanya
agar pikiran tenang, yang putih namanya THP (Trihexyphenidile) gunanya agar
rileks dan tidak tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP (Haloperidol)
gunanya agar rasa marah berkurang. Semuanya ini harus diminum 3x sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti setelah minum obat mulut bapak
terasa kering, untuk membantu mengatasinya ibu bias makan permen, dan bila
terasa berkunang-kunang ibu sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu.
Nanti sebelum minum obat minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah
benar obatnya. Nah coba sekarang ibu sebutkan lagi obat apa saja yang diminum,
gunanya untuk apa saja, berapa kali diminum dalam sehari dan bagaimana cara
minumnya? Bagus sekali ibu . Sekarang kita masukkan waktu minum obat
kedalam jadwal ya.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan ibu setelah mengobrol dan belajar
cara mengontrol marah dengan cara minum obat?
38
b. Evaluasi Objektif Baiklah ibu masih ingat tidak kita tadi berbincang
bincang dan belajar apa? Coba ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang
dimunim, bagaiman cara minum obat yang benar? Bagus sekali, ibu masih
mengingatnya. Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang
kita pelajari?”
c. RTL Sekarang kita tambahkan ke jadwal kegiatan dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya bu.
d. Kontrak yang akan datang Baiklah cukup sampai disini dulu kita
mengobrol, besok kita ketemu lagi besok kita akan belajar latihan cara
yang ketiga untuk mengontrol rasa marah ibu yaitu dengan verbal atau
berbicara dengan mengungkapkan, menolak dan meminta dengan baik.
Besok saya akan kembali lagi sekitar jam 09:00, bagaimana kalo besok
kita berbincangbincang lagi disini? Waktunya sama seperti yang tadi 15
menit?
Pertemuan : 3 (SP 3)
Hari /tanggal : Rabu, 10 Juni 2021
Dx : Resiko perilaku kekerasan
Ruang : Melati
Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien Data Subjektif
- Klien mengatakan pernah ingin
Data Objektif
- Klien tampak tegang saat melukai sesorang
- Klien mengatakan jengkel dan kesal bercerita
- Klien tampak, pandangan tajam
- Nada suara keras dan tinggi
2. Diagnosa : Keperawatan Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan
a. Klien dapat mengevaluasi latihan nafas , pukul bantal dan minum obat
39
b. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan cara ke ketiga yaitu
Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
c. Klien dapat memasukan jadwal pada kegiatan fisik, minum obat dan
verbal
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan obat
b. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal yaitu dengan
mengungkapkan, menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, dan
verbal.
Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Assalamualaikum/Selamat pagi ibu ’S”, sesuai dengan janji saya
kemarin sekarang kita ketemu lagi, masih ingat nama saya bu? Coba
siapa? Iyaa benar sekali.
b. Evaluasi/ validasi Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah
melakukan latiahan fisik untuk mengontrol rasa marah ibu seperti yang
saya ajarkan? Ayo sudah berapa cara yang sudah diajarkan untuk
mengontrol marah ibu? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur bu? Apakah ibu masih ingat dengan macam-macam obat bu?
c. Kontrak dan Tujuan Baiklah bu seperti janji kita kemarin hari ini belajar
cara ke tiga mengontrol rasa marah ibu yaitu dengan latihan cara bicara
yang baik untuk mencegah marah. Dimana enaknya kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau ditempat yang kemarin kita mengobrol? Ibu
mau berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
Tujuan kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah ibu
adalah mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
40
2. Fase Kerja
Sebelum kita belajar cara latihan bicara yang baik saya ngin bertanya
apakah ibu masih ingat ada berapa cara yang sudah diajarkan untuk mengontrol
rasa marah ibu ? coba sebutkan apa saja? Bagus sekali ibu, ternyata ibu masih
mengingatnya dan melakukannya, kemudian apa ibu masih ingat dengan cara cara
minum obat dan jenis-jenis obat untuk megurangi rasa marah ibu? Sebutkan
apasaja obat yang diminum? Iya hebat sekali, bu masih mengingatnya. Sekarang
kita latihan cara bicara baik untuk mencegah marah ya bu? Kalau marah sudah
disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega,
maka kita perlu bicara baik dengan orang yang membuat kita marah.
Ada tiga caranya:
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah dengan kata
tolong serta tidak menggunakan kata-kata yang kasar. Contohnya seperti “
Tolong ambilkan barang itu”. Coba ibu praktekkan? Bagus sekali ibu.
b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin
melakukannya bisa dengan kata maaf, contohnya “maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan”. Coba ibu praktekkan ? Bagus
ibu.
c. Mengungkapkan perasaan kesal ibu dengan baik, jika ada perlakuan orang
lain yang membuat kesal contohnya ibu dapat mengatakan “ Saya jadi
ingin marah karena perkataan mu itu”. Coba praktekkan. Bagus sekali ibu.
Kita masukan ke jadwal latihan verbal ya bu?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan ibu setelah mengobrol dan belajar
cara mengontrol marah dengan latihan verbal berbicara yang baik?
b. Evaluasi Objektif Baiklah ibu masih ingat tidak cara bicara yang baik nah
coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.
Bagus sekali ibu sekarang mari kita masukkan dalam jadwal ya bu.
c. RTL Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat
jadwalnya? Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya
meminta obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu
41
d. Kontrak yang akan datang Baiklah cukup dulu kita mengobrol, bagaimana
kalau besok kita latihan cara mengatasi rasa marah ibu yang ke empat
yaitu dengan ibadah. Besok saya akan kembali lagi sekitar jam 10:00, mau
dimana bu? Disini lagi? Baik sampai bertemu besok ya bu, kalu begitu
saya permisi dulu ya bu.
Pertemuan : 4 (SP 4)
Hari /tanggal : Kamis, 11 Juni 2021
Dx : Resiko perilaku kekerasan
Ruang : Melati
Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien Data Subjektif
a. Klien mengatakan Data Objektif sudah
b. Klien tampak tenang melakukan cara nafas dalam memperagakan
c. Klien mengatakan sudah bisa mengontrol amarahnya dengan mengontrol
emosi cara nafas dalam
d. Klien mengatakan lebih tenang
e. Klien tampak dan lebih tenang dan lega cara nada suara keras tetapi tidak
tinggi
f. Klien kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan
a. Klien dapat mengontrol mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
verbal
b. Klien dapat mengontrol marah dengan latihan berdoa/ sholat
c. Klien dapat memasukan jadwal kegiatan berdoa / sholat
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi kegiatan latihan fisik, obat dan verbal
b. Latihan cara mengontrol marah dengan spiritual yaitu berdoa dan sholat
c. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat,verbal dan
spiritual.
42
Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Assalamualaikum/Selamat pagi ibu ’S”, masih ingat nama saya bu?
Coba siapa? Iyaa benar sekali.
b. Evaluasi/ validasi Bagaiman bu, latihan apa saja yang sudah dilakukan?
Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus
sekali, bagaiman rasa marahnya? Coba masih ingat tidak berbicara yang
baik untuk mengntrol marah ibu?
c. Kontrak dan Tujuan Baiklah bu seperti janji kita kemarin hari ini belajar
cara ke empat mengontrol rasa marah ibu yaitu dengan beribadah. Dimana
enaknya kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau ditempat biasa seperti
kemarin? Berapa lama mau kita berbincang-bincang bu? Bagaimana kalau
15 menit? mari bu. Tujuan kita latihan mengontrol marah ibu dengan
beribadah adalah agar ibu lebih bisa dekat dengan Allah SWT dengan cara
sholat, bias lebih tenang dan selalu meminta perlindungan dengan berdoa
dalam keadaan apapaun.
2. Fase Kerja
Sebelum kita belajar cara mengontrol marah dengan beribadah, nah saya
mau tanya apa ibu masih ingat ada berapa cara yang sudah diajarkan untuk
mengontrol rasa marah ibu ? coba sebutkan apa saja? Bagus sekali ibu, ternyata
ibu masih mengingatnya dan melakukannya, dan apa ibu masih ingat kemarin kita
latihan apa? Coba ibu sebutkan ? Iya bagus sekali, bu masih mengingatnya. Coba
ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan. Nah, baikalh sekarang ibu bias
megontrol rasa marah ibu dengan beribadah yaitu bias dengan sholat. Kalu ibu
sedang marah coba langsung duduk dan langsung tarik nafas dalam. Jika tidak
reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air
wudhu kemudian sholat. Ibu bisa melakukan sholat secara teratur untuk
meredakan kemarahan. Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang
mana? Coba sebutkan caranya? Bagus sekali bu. Kemudian ibu bisa
mengontrolmarah dengan cara berdoa , ibu tau gimna caranya? Iyabagus sekali
43
bu. nah cara ini bisa mengurangi marah ibu dan membuat ibu lebih tenang.
Baiklah kita masukan ke jadwal kegiatan beribadahya bu.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan ibu setelah mengobrol dan belajar
cara mengontrol marah dengan cara yang keempat ini yaitu dengan
beribadah?
b. Evaluasi Objektif Baiklah coba ibu sebutkan lagidan ulangi cara ibadah
yang ibu lakukan bila sedang marah, bagus sekali bu. Jadi sudah berapa
cara mengontrol marah yang kita pelajari? Wah hebat sekali ibu.
c. RTL Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau
berapa kali ibu sholat dan berdoa. Setelah ini coba ibu lakukan sholat
sesuai jadwal yang telah kita buat tadiya bu. d. Kontrak yang akan datang
Baiklah besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana ibu
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.
Besok saya akan kembali lagi sekitar jam 10:00, mau dimana bu? Disini
lagi ya? Baik sampai bertemu besok ya bu, kalu begitu saya permisi dulu
ya bu.
44
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Perencanaan
Tgl No Dx Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
TUK:
1. Klien dapat
membina 1. Setelah … X pertemuan klien menunjukkan 1. Bina hubungan saling percaya dengan:
hubungan tanda-tanda percaya kepada perawat: Beri salam setiap berinteraksi.
saling percaya o Wajah cerah, tersenyum Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
o Mau berkenalan perawat berinteraksi
o Ada kontak mata Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
o Bersedia menceritakan perasaan Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi
Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
Buat kontrak interaksi yang jelas
Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan
klien
2. Klien dapat 2. Setelah … X pertemuan klien menceritakan 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya:
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau
1
penyebab dilakukannya: jengkelnya
perilaku Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap
o Menceritakan penyebab perasaan ungkapan perasaan klien
kekerasan yang
jengkel/kesal baik dari diri sendiri
dilakukannya
maupun lingkungannya
3. Klien dapat 3. Setelah … X pertemuan klien menceritakan 3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan
mengidentifikasi tanda-tanda saat terjadi perilaku kekerasan yang dialaminya:
tanda-tanda
o Tanda fisik : mata merah, tangan Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda
perilaku
mengepal, ekspresi tegang, dan lain- fisik) saat perilaku kekerasan terjadi
kekerasan Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda
lain.
o Tanda emosional : perasaan marah, emosional) saat terjadi perilaku kekerasan
jengkel, bicara kasar. Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan
o Tanda sosial : bermusuhan yang dialami orang lain (tanda-tanda sosial) saat terjadi perilaku
saat terjadi perilaku kekerasan. kekerasan
4. Klien dapat 4. Setelah … X pertemuan klien menjelaskan: 4. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya
mengidentifikasi selama ini:
o Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang
jenis perilaku
selama ini telah dilakukannya Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan
kekerasan yang
o Perasaannya saat melakukan kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya.
pernah Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak
o Efektivitas cara yang dipakai dalam
dilakukannya kekerasan tersebut terjadi
menyelesaikan masalah
Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang
dilakukannya masalah yang dialami teratasi.
5. Klien dapat 5. Setelah … X pertemuan klien menjelaskan 5. Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang
mengidentifikasi akibat tindak kekerasan yang dilakukannya dilakukan pada:
akibat perilaku
o Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dll Diri sendiri
kekerasan
o Orang lain/keluarga : luka, tersinggung, Orang lain/keluarga
ketakutan, dll Lingkungan
o Lingkungan : barang atau benda rusak
dll
2
6. Klien dapat 6. Setelah … X pertemuan klien : 6. Diskusikan dengan klien:
mengidentifikasi
o Menjelaskan cara-cara sehat Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan
cara konstruktif
mengungkapkan marah marah yang sehat
dalam Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan
mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien.
kemarahan Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah:
Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah
raga.
Verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal
kepada orang lain.
Sosial: latihan asertif dengan orang lain.
Spiritual: sembahyang/doa, zikir, meditasi, dsb sesuai
keyakinan agamanya masing-masing
7. Klien dapat 7. Setelah … X pertemuan klien memperagakan 7. 1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien
mendemonstrasi cara mengontrol perilaku kekerasan: memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan
kan cara kemarahan.
o Fisik: tarik nafas dalam, memukul
mengontrol
bantal/kasur 7.2. Latih klien memperagakan cara yang dipilih:
perilaku
o Verbal: mengungkapkan perasaan
kekerasan Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih.
kesal/jengkel pada orang lain tanpa
menyakiti Jelaskan manfaat cara tersebut
o Spiritual: zikir/doa, meditasi sesuai Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan.
Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum
agamanya
sempurna
7.3. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
8. Klien mendapat 8. Setelah … X pertemuan keluarga: 8.1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai
dukungan pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan.
o Menjelaskan cara merawat klien dengan
keluarga untuk
perilaku kekerasan 8.2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
mengontrol
o Mengungkapkan rasa puas dalam perilaku kekerasan
perilaku
merawat klien
kekerasan 8.3. Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga.
3
8.4. Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan)
8.5.Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang
8.6. Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan
8.7. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang
dilatihkan
9. Klien 9.1. Setelah ...X pertemuan klien menjelaskan: 9.1. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan
menggunakan kerugian jika tidak menggunakan obat
o Manfaat minum obat
obat sesuai
o Kerugian tidak minum obat 9.2. Jelaskan kepada klien:
program yang
o Nama obat
telah ditetapkan Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat)
o Bentuk dan warna obat
Dosis yang tepat untuk klien
o Dosis yang diberikan kepadanya
Waktu pemakaian
o Waktu pemakaian Cara pemakaian
o Cara pemakaian Efek yang akan dirasakan klien
o Efek yang dirasakan 9.3. Anjurkan klien:
9.2. Setelah … X pertemuan klien
menggunakan obat sesuai program Minta dan menggunakan obat tepat waktu
Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak
biasa
Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.
4
5
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi seseorang
yang ditunjukan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang
lain secara fisik maupun psikologis (Berkowits, 2000 dalam Yosep, 2011). Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayakan diri sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis,
2009).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa perilaku kekerasan
adalah suatu tindakan dengan tenaga yang dapat membahyakan diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan yang bertujuan untuk melukai yang disebabkan karena adanya konflik
dan permasalahan pada seseorang baik secara fisik maupun psikologis.
B. Saran
Dengan dibuatnya Laporan Pendahuluan ini diharapakan nantinya akan memberikan
manfaat bagi para pembaca terutana pemahaman yang berhubungan dengan bagimana
melakukan sebuah proses asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Resiko
Perilaku Kekerasan (RPK). Namun, kami juga menyadari bahwa Laporan Pendahuluan ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan Laporan Pendahuluan ini, dengan demikian
Laporan Pendahuluan ini bisa bermanfaat bagi kami atau pihak lainnya yang membutuhkan.
1
DAFTAR PUSTAKA
Frisch, N.C. & Frisch , L.E. (2006) Psychiatric Mental Health Nursing. (3th Ed.). Canada :
Thompson corporation
Issacs, A. (2005). (Lippincott’s Review Series : Mental Health Nursing and Psychiatric
Nursing (3 rd ed). Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Townsend, M.C. (2005). Essentials of Psychiatric of Mental Health Nursing. 3rd ed.
Philadelphia : F.A. Davis Company.
Videback, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGS.Wahyuni, D. (2009)
File:///C:/Users/vic/Downloads/DWI%2520YUNI%2520KRISNAWATI%2520BAB
%2520II(1).pdf (Diakses pada tanggal 4 Oktober 2021)