Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

HALUSINASI

Diampu Oleh:
Heru Wahyudi, S.Kep.,Ns.,M.Kes.

Disusun Oleh:
1. Muklas Budi Utomo (201914401031)
2. Monika Pawestri (201914401029)
3. Nilo Putri Aprilia (201914401032)
4. Nurjanah Shifi Dinar (201914401033)
5. Nurul Shafika (201914401034)
6. Putri Afifah (201914401035)
7. Yekti Fitria Ardian (201914401050)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


STIKes SATRIA BHAKTI NGANJUK
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat untuk membantu
mahasiswa memahami materi Kasus Halusinasi Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat di perlukan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam makalah ini masih banyak kesalahan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca, serta menjadi pintu
gerbang ilmu pengetahuan khususnya Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Nganjuk,10 Oktober2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Halusinasi....................................................................... 3
a. Defisi Halusinasi.............................................................. 3
b. Etilogi Halusinasi............................................................. 3
c. Rentang respon Halusinasi.............................................. 5
d. Jenis-jenis Halusinasi....................................................... 6
e. Tanda-tanda dannGrjala Halusinasi................................. 8
f. Komplikasi....................................................................... 9
g. Pemeriksaan Penunjang................................................... 9
h. Penatalaksanaan............................................................... 9
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
B. Konsep Pengkajian.................................................................... 11
a. Identitas.......................................................................... 11
b. Alasan Masuk................................................................ 11
c. Riwayat Penyakit Sekarang........................................... 11
d. Pemeriksaan atau Keadaan fisik.................................... 11
e. Psikosial......................................................................... 11
f. Status Mental................................................................. 11
g. Kebutuhan Perencanaan Pulang.................................... 12

iii
h. Mekanisme Koping........................................................ 14
i. Masalah Psikosial dan Lingkungan............................... 14
j. Askep Pengetahuan........................................................ 14
k. Askep medis................................................................... 14
l. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan................ 14
m. NCP (American Dietetic Association)........................... 17
n. Implementasi.................................................................. 20
o. Evaluasi.......................................................................... 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 21
B. Saran.......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa
bukansekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di
butuhkanoleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampumengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya.
Sertamempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.(Mankes,2005)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. $ada study
terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara)negara berkembang, sekitar
76-85% kasusgangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun
utama(Hardian,2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang demikiantinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada
dimasyarakat.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan sesuatu
yang sebenernya tidak terjadi.Halusinasi benar-benar nyata dirasakan oleh klien yang
mengalaminya,seperti mimpi saat tidur.Klien mungkin tidak punya cara untuk
menentukan presepsi tersebut nyata,sama halnya seseorang seperti mendengarkan siaran
ramalan cuaca dan tidak lagi meragukan orang yang berbicara tentang cuaca
tersebut.Penyebab dari halusinasi meliputi respon metabolik terhadap stres,gangguan
neurokimiawi,lesi otak,usaha tidak sadar untuk mempertahankan ego dan ekspresi
simbolis dan fikiran yang terpisah (Nurlaili, Nurdin,& Putri,2019)
Keliat,2012 mengatakan pasien halusinasi dapat diberikan asuhan keperawatan
dengan cara menggunakan strategis pelaksanaan SP 1 sampai dengan SP 4.SP 1
pasien:membantu pasien mengenali halusinasi,menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi,mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu
menghardik halusinasi.SP 2 pasien:melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
kedua yaitu minum obat secara teratur dengan menggunakan prinsip 5 benar.SP 3 yaitu

1
bercakap-cakap dengan orang lain.SP 4 pasien:ajarkan pasien cara mengontrol halusinasi
dengan cara melakukan aktivitas kegiatan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
B. Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawtan Jiwa.
2. Agar para pembaca dapat lebih mengetahui tentang Konsep Dasar dan Asuhan
Keperawatan.
C. Manfaat
1. Daapat menambah ilmu bagi penulis dan peran pembaca.
2. Dapat mengetahui tentang perlunya ilmu Halusinasi.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Halusinasi
a. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata
Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi sensori yang
salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L
Vidheak, (2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya kemampuan
manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari
pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia,
2013). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi
adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui
panca indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi,
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi
pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus
internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.
b. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2005) faktor-faktor yang menyebabkan klien
gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih

3
dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote,
peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang
tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka
peluangnya menjadi 35%.
b) Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi
otak yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak
normal, khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan,
tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan
dapat menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor
predisposisi skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan
oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak
berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
anaknya.
2. Faktor Presipitasi
c) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima
dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
d) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
e) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat

4
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
f) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah
di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan
kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam
hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan
sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja,
stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
g) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali
diri, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak
tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan,
rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif,
ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan
gejala.
c. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang
berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 20013) dalam Yusalia
2015. Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya
akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan,
penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada.Diantara kedua
respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainan
persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut
sebagai ilusi.

5
Klien mengalami 7 jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca
indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut sebagai
berikut:
Respon adatif Respon maladaptif

a) Pikiran logis
 persepsi akurat
 Emosi konsisten
b) Dengan pengalaman
 perilaku sesuai
 Hubungan social harmonis
c) Kadang-kadang proses pikir terganggu (distorsi pikiran )
 Ilusi
 Menarik diri
 Reaksi emosi
 Perilaku tidak biasa
d) waham
 Halusinasi
 Sulit berespon
 perilaku disorganisasi
 isolasi social
d. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2013) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1) Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara –
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.

6
2) Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu
bau.
4) Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat.
5) Halusinasi pengecap (gustatory)
6) Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dan menjijikan. Merasa mengecap seperti rasa darah, urin atau feses.
7) Halusiansi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine
8) Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakn sementara berdiri tana bergerak
harum.Biasanaya berhubungan dengan stroke, tumor kjang dan
dementia.

7
e. Tanda dan Gejala Halusinasi
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum
atautertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan
pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas
rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan

Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden dalam
Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteristik dan tanda gejala
1. Halusiansi pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan, paling sering
suara kata yang jelas, berbicara dengan klien
bahkan sampai percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar jelas dimana klien mendengar perkataan
bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan

2. Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya,


gambar giometris, gambar karton dan atau
panorama yang luas dan komplek. Penglihatan
berupa sesuatu yang menyenangkan/ sesuatu yang
menakutkan seperti monster.

3. Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah, urine, feses


dll
4. Pengecapan Merasakan pengecap seperti rasa darah
5. Perabaan Merasakan nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
disertai stimulus yang jelas
6. Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah divera

8
7. Kinestetik Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa
bergerak

f. Komplikasi Halusinasi
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa klien melakukan tindakan
perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya perintah sehingga rentan
melakukan perilaku yang tidak adaptif. Perilaku kekerasan yang timbul pada
klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak berharga, takut dan
ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan menyingkir dari hubungan
interpersonal dengan orang lain,komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
masalah utama gangguan sensori persepsi: halusinasi, antara lain: resiko prilaku
kekerasan, harga diri rendah dan isolasi sosial (Keliat, 2014).
g. Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui struktur otak, jenis alat yang dapat digunakan yaitu
Elektroencephalogram (EEG), CT scan, Single Photon Emission Tomography
(SPECT), Magnetic Resonance Imaging (MRI) (Direja, 2011)
Pemeriksaan Magnetik Resonance Imaging (MRI), Positif Emission
Tomography (PET), dan Tomography Terkomputerisasi (CT) telah
memperlihatkan abnormalitas dalam simetrisitas, kepadatan jaringan, atrofi
sebagian serebral dan pelebaran ventrikel serebral lateral didalam otak penderita
skizofrenia (Stuart, 2007)
h. Penatalaksanaan
1. Psikofarmakolog
Terapi termasuk identifikasi kondisi medis umum atau medis tertentu yang
terlibat.Pada saat tersebut terapi diarahkan kepada kondisi yang mendasari dan
pengendalian perilaku pasien dengan segera.Perawatan dirumah sakit mungkin
diperlukan untuk menilai pasien secara menyeluruh dan untuk memastikan
keamanan pasien.Obat anti psikotik atau perilaku agresif dengan segera dan
jangka pendek, walaupun Benzodiasepindapat juga berguna
untukmengendalikan agitasi dan kecemasan.

9
Pemakaian anti depresan dalam pengobatan gangguan depresif pasca
psikotik dari skizofrenia telah dilaporkan dalam beberapa penelitian. Kira-kira
setengah penelitian telah melaporkan adanya efek dari hilangnya gejala depresif
pada beberapa pasien, tetapi hasil campuran dari beberapa penelitian
mencerminkan ketidakmampuan sekarang ini untuk membedakan pasien yang
mana akan berespon dan pasien mana yang tidak berespon terhadap anti
depresan.
Obat-obatan antipsikotik konvensional (seperti Klorpromazin, Flufenzin,
Haloperidol, Loksapin, Prefenzin, Trifluoperazin, Tiotiksen, dan Tioridaksin)
terbukti mengurangi gejala positif skizofrenia dan secara signifikan menurunkan
risiko relaps simtomatik dan dirawat inap pulang. Namun, efek samping
neurologis yang serius menyebabkan obat ini sulit ditoleransi oleh banyak pasien
skizofrenia.
Kelompok obat-obatan antipsikotik terbaru (seperti Klozapin,
Risperidon, Olanzapin, Quetiapin, Ziprasidon) telah menunjukan efektivitas
yang dapat dibandingkan atau lebih baik untuk mengatasi gejala skizofrenia
yang secara signifikan menurunkan resiko gangguan neurologis yang merugikan.
Obat-obat ini terutama efektif dalam mengatasi gejala negative skizofrenia
(Stuart, 2007)

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
B. Konsep Pengkajian
a. Identitas
Pasien adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan,pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus
yang sebenarnya tidak ada.(Keliat,2011)
b. Alasan Masuk
Data primer : pasien pada gangguan halusinasi biasanya merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan dan pengecapan
Data Sekunder :pada pasien halusinasi terkadang sering berbicara sendiri,
tertawa bahkan terlihat Nampak melakukan gerakan-gerakan aneh yang
disebabkan adanya gangguan persepsi sensori yang ada pada dirinya
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan , tekanan isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. (Keliat,2006).
d. Faktor Prediposisi
Menurut faktor prediosisi halusinasi terdiri atas
faktor biologis : adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala atau pengguanaan
narkotika/napza. (Surya,2011)
e. Pemeriksaan atau Keadaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien penderita halusinasi secara umum sama
seperti pemeriksaan pada umunya yaitu terdiri dari pemeriksaan Tanda-tanda
vital antara lain : Tekanan darah, Nadi, Respiratory rate dan suhu badan.
f. Psikososial
Pada pengkajian aspek psikososial pada pasien dengan gangguan
halusinasi ditemukan adanya permasalahan berupa isolasi social dari lingkungan
sekitar.

11
g. Status Mental
1) Penampilan
Pada pasien dengan gangguan halusinasi biasanya cenderung acak-acakan,
penggunaan pakaian tidak sesuai, tidak rapi.
2) Pembicaraan
Pada pasien dengan gangguan halusinasi terkadang mengalami keracauan
dalam berbicara
3) Aktivitas Motorik
Dengan pasien gangguan halusinasi ringan terkadang masih mampu
melakukan aktivitas mandiri, seperti menggerak-gerakan tangannya.
4) Alam perasaan
pada pasien dengan gangguan halusinasi yang belum pernah mendapat
penanganan perawat sebelumnya terkadang masih merasakan, mendengarkan
gangguan bisikan sehingga menjadikan peraan klien menjadi cemas (Winarno
, 2009)
5) Afek dan Emosi
Saat diwawancarai terkadang pasien Nampak masih mendengar sesuatu ,
respon emosional klien sudah stabil pasien tenang saat dilakukn intraksi
6) Intraksi selama wawancara
Aspek yang dinilai dari intraksi dan wawancra antra lain : mamu tidaknya
pasien menjawab pertanyaan dari perawat,
7) Persepsi
Pada pasien dengan gangguan halusinasi pendengaran terkadang sering
mendengar suara pada saat tertentu,namun tidak disertai dengan halusinasi
penglihatan, perabaan dan lain-lain.(Isi,waktu,frekuensi,respon). Pasien
mengatakan mendengar suara seseorang laki-laki yang menurunya
marah,suara itu datang menjelang tidur atau saat sedang melamun, suara itu
datang tidak tentu bisa 2 kali sehari atau lebih, bisa suara datang saya
ketakutan.
7. Proses pikir

12
Pada pasien dengan gangguan halusinasi terkadang sering merasakan trauma,
ketakutan dan cemas.
8) Memori
Pada kasus pasien halusinasi mungkin saja mengalami gangguan memori
jangka panjang, jangka pendek bahkan memori saat in.
9) Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Pada asien dengan gangguann halusinasi mungkin saja terjadi gangguan
konsentrasi berhitung seperti mudah beralih,tidak mampu berkonsentrasi, dan
tidak mamu berhitung sederhana
10) Daya tilik diri
Keadaan pada pasien halusinasi mengenai kesadaran berupa mengingkari
penyakit yang diderita ataukah menyalahkn hal hl diluar dirinya.
h. Kebutuhan Perencanaan Pulang
Data ini bermanfaat agar pasien dapat dibuatkn suatu rencana keperawatan
atau implementasi. Data ini terdiri dari :
a) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Kemampuan klien untuk menyediakan kebutuhan berupa pakaian,
makanan dll
b) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
 Perawatan diri
Kemampuan klien untuk merawat dirinya sendiri seperti
mandi, ganti pakaian , berdndan dan lain sebagainya.
 Nutrisi
Kepuasan pasien dengan pola makannya berupa frekwensi
makan dn frekwensi kudapan dalam sehari. Nafsu makan
meningkat, menurun ataukah berlebihan.
 Tidur
Kaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur seperti
sulit untuk tidur,somnabulisme dll.

13
c) Kemampuan klien lain-lain.
Mengkaji Apakah klien mampu mengantisipasi kebutuhan
hidupnya, membuat keputusan berdasar keinginannya, mengatur minum
obat dan lin lain
d) Klien memiliki sistm pendukung
Dalam pasien dengan gnggun halusinasi hadirnya atau adanya
sistem pendukung teramat penting. Yaitu untuk membangkitkan keinginan
pasien untuk keluar dari zona kecemasannya.
e) Klien menikmati saat bekerja/ kegiatan produktif atau hobi
Pada pasien dengan gangguan halusinasi bila mana sudah
mendapat perawatan akan mampu untuk melakukan kegiatan produktif
sesuai edukasi perawat.
i. Mekanisme Koping
Suatu pola untuk menahan ketegangan yang mengancam dirinya atau
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi pada pasien dengan gangguan
halusinasi biasanya mengalami penarikan diri atau upaya untuk menghilangkan
sumber sumber ancaman secara fisik. (Bagus,2014)
j. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pada pasien halusinasi terkadang pasien tidak mampu berinteraksi dengan
oranglain.
k. Aspek Pengetahuan
Pada pasien dengan gangguan halusinasi terkadang mengalami masalah
dengan lingkungan, sehingga mengakibatkan pasien tidak mau atau sukar
berbicara dengan orang lain (Sujojo,2012)
l. Aspek Medis
Diagnosa medis : Axis 1 :F.20.12
 Axis 2 : Kepribadian
 Axis 3 :-
 Axis 4: Psikososial
 Axis 5 :GAF

14
m. Analisa Data

N MASALAH / DIAGNOSA
DATA
O KEPERAWATAN
1. DS: Halusinasi pendengaran
Mayor
 Mendengar suara bisikan atau
bayangan
Minor :
 Respon tidak sesuai
 Bersikap seolah melihat dan
mendengar
DO:
Mayor
 Menyatakan kesal
Minor
 Menyendiri
 Melamun
 Melihat kesatu arah
 Konsentrasi buruk
2. DS: Isolasi soial
Mayor
 Merasa ingin sendirian
 Merasa tidak aman ditempat umum
Minor
 Menarik diri
 Tidak berminat berinteraksi dengan
orang lain atau lingkungan.
DO:
Mayor
 Merasa berbeda dengan orang lain
 Merasa tidak mempunyai tujuan yang
jelas
 Merasa asyik dengan pikiran sendiri

15
Minor
 Afek datar
 Afek sedih
 Tidak mampu memenuhi harapan
orang lain
 Tindalan tidak berati

n. Daftar Maslah/ Diagnosa Keperawatan


1. Halusinasi pendengaran
2. Isolasi sosial

o. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan

Halusinasi pendengaran

Isolasi sosial

16
p. Tindakan Keperawatan pada Pasien
1) Tujuan
Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien meliputi: pasien mengenali
halusinasi yang dialaminya, pasien dapat mengontrol halusinasinya, dan pasien
mengikuti program pengobatan secara optimal (Keliat, 2014).
2) Tindakan keperawatan SPTK
 SP 1 Pasien: Bantu pasien mengenali halusinasinya dengan cara diskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadi halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, respons
pasien saat halusinasi muncul, dan ajarkan pasien untuk mengontrol
halusinasinya dengan cara pertama yaitu dengan menghardik
halusinasinya. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi
yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya.
 SP 2 Pasien: Berikan pasien pendidikan kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur. Untuk mengontrol halusinasi, pasien harus dilatih
untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.
 SP 3 Pasien: Ajarkan pasien untuk mengontol halusinasinya dengan cara
kedua yaitu dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien
bercakapcakap dengan orang lain makan akan terjadi distraksi, fokus
perhatian pasien akan teralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan
dengan orang lain.
 SP 4 Pasien: Ajarkan pasien untuk mengontrol halusinasinya dengan cara
melakukan aktivitas yang terjadwal. Dengan beraktivitas secara terjadwal,
pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali
mencetuskan halusinasi.

17
PERCAKAPAN (SPTK) PERAWAT KEPADA PASIEN HALUSINASI

SP 1
1. Fase Orientasi
Perawat: Selamat pagi,assalamualikum.Boleh saya kenalan dengan mbak
Pasien: Waalikumsalam,boleh sus
Perawat: Nama saya perawat rita nur jannah,boleh panggil saya rita saya
mahasiswa Stikes Satria Bhakti Nganjuk, saya sedang praktek di sini dari
pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang .Kalau boleh tau
nama mbak siapa dan senang di panggil siapa?
Pasien: Nama ku dian siti senang di panggil mbak.
Perawat: Bagaimana perasaan mbak hari ini.Bagaimana tidurnya tadi
malam,ada keluhan tidak?
Pasien: Saya takut Sus, saya sering mendengar suara yang memanggil-
manggil nama saya.Kemaren tidurnya tidak nyenyak karena takut sus
Perawat:Baik mbak ,Apakah mbak tidak keberatan untuk ngobrol dengan
saya.Bagaimana kalo kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama
ini ibu dengar dan lihat tapi tidak terwujud?
Pasien:Baik sus
Perawat:Berapa lama kita berbicara.Bagaimana kalau 10 menit?
Pasien: Baik sus
Perawat:Dimana mbak kita akan berbincang-bincang.Bagaiaman kalau
di ruang tamu?
Pearawat:Baik sus
2. Fase Kerja
Perawat:Apakah mbak mendengar suara tanpa ada wujudnya?
Pasien:iya sus
Perawat: Apakah yang di katakan suara itu?
Pasien: Memanggil-mangil nama saya terus sus
Perawat: Saya percaya Mbak mendengar suara tersebut, tetapi belum
tentu orang lain termasuk saya mendengar suara yang sama seperti yang

18
Mbak dengarkan. Apakah Mbak menedengar suara itu terus menerus atau
hanya sewaktu-waktu saja?
Pasien: Sewaktu-waktu Sus
Perawat: Kapan waktu yang paling sering Mbak mendengar suara itu dan
berapa kali dalam sehari Mbak mendengarnya?
Pasien: Paling sering malam hari, tapi terkadang juga muncul tiba-tiba.
Kadang sekali, tapi kadang-kadang bisa dua kali Sus
Perawat: Apa yang Mbak rasakan atau bagaimana perasaan Mbak ketika
mendengar suara itu?
Pasien: Saya merinding Sus. Saya takut sekali dan merasa terancam,
Perawat: Kemudian apa yang Mbak lakukan?
Pasien: Ketika suara itu muncul, saya berteriak kepada suara itu dan lari
sus dan saya takut akan dibunuh
Perawat: Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?
Pasien: Tidak Sus. Suaranya malah semakin terdengar jelas dan selalu
mengikuti saya sus. Saya benar-benar takut”
Pearawat: Apa yang Mbak alami itu namanya Halusinasi. Bagaimana
kalau sekarang kita belajar cara-cara untuk mencegah suara itu muncul,
apa Mbak bersedia?
Pasien: Baik Sus. Tapi bagaimana caranya?
Perawat: Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik,
minum obat, bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah Mbak bersedia?
Pasien:Baik sus
Perawat: Baik, kita mulai sekarang ya Mbak. Saya akan mempraktekan
terlebih dahulu, kemudian baru Mbak mempraktekkan kembali apa yang
telah saya lakukan. Begini... jika suara itu muncul, katakan dengan keras
“pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup
kedua telinga Mbak. Lakukan terus hal itu sampai suaranya hilang. Seperti

19
itu ya mbak, coba sekarang  Mbak ulangi lagi seperti yang saya lakukan
tadi?
Pasien: Baik Sus. “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu”
Perawat: Bagus sekali Mbak, coba lakukan sekali lagi
Pasien: (mengangguk) “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara
palsu”
Perawat: Wah... bagus sekali Mbak. Mbak sudah bisa melakukannya
Pasien:Tersenyum
Perawat: Bagaimana perasaan Mbak setelah kita kita bercakap-cakap?
Pasien: Sekarang saya lebih lega dan tenang Sus
Perawat: Syukurlah Mbak. Apakah Mbak masih ingat pembicaraan kita
mengenai permasalahan Mbak dan cara mengatasinya?”
Pasien:Iya Sus. Saya mengalami halusinasi, sering muncul kalau saya lagi
sendirian. Kalau suaranya muncul, saya bisa mengatasinya dengan
menghardik seperti yang mbak ajarkan.
Perawat: Mbak masih ingat caranya?
Pasien: Iya Sus. Kalau ada suara itu, saya harus menutup telinga dan
mengatakan “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu”
sampai suaranya hilang
Perawat: Bagus sekali karena Mbak sudah mengerti. Jika hal tersebut itu
muncul lagi, tolong Mbak praktekkan cara yang sudah saya ajarkan , dan
masukkan dalam jadwal harian Mbak. Mbak bisa melakukannya 2 hingga
3 kali sehari pada pukul 09:00, 14:00 dan jam 20:00 ?
Pasien: Baik Sus, akan saya lakukan”
3. Fase Terminasi
Perawat: Baiklah Mbak. Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang cara yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-
suara itu muncul, apakah Mbak bersedia?
Pasien: Ya. Saya bersedia Sus
Perawat: Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang di taman saja
dan waktunya pukul 09.00?

20
Pasien: Iya nggak apa-apa Sus
Perawat: Kalau begitu saya pamit dulu Mbak, sampai bertemu besok.

SP 2
1. Fase Orientasi
Perawat:Selamat pagi, mbak? Masih ingat saya ???
Pasien:Pagi,masih sus
Perawat:Mbak tampak segar hari ini.Bagaimana perasaannya hari
ini?
Pasien:baik sus
Perawat: Sudah siap kita berbincang bincang ? apakah mbak masih
mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin.
Pasien:Sudah siap sus, dan masih mendengar dan saya melakukan
seperti sus yang di bilang kemaren.
Perawat:Baik mbak,seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang
berbincang- bincang tentang obat-obatan yang mbak minum.”
Pasien:Baik sus
Perawat:dimana tempat yang menurut mbak cocok untuk kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalu di ruang tamu?
Pasien:Baik sus setuju
Perawat:kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit,
bagaimana mabak setuju?”
Pasien:Setuju sus
2. Fase kerja
Perawat:ini obat yang harus diminum oleh mbak setiap hari. Obat
yang warnanya oren ini namanya Chorpromazine diminum 3 kali
sehari setiap jam dan yang warna merah yaitu Haloperidol obat ini di
minum 3 kali sehari setiap jam diminum sehari pagi,siang dan malam.
Obat yang warnanya oren ini berfungsi untuk mengendalikan suara
yang sering mbak dengar sedangkan yang warnanya merah agar
membuat fikiran mbak tenag. Kedua obat ini mempunyai efek

21
samping diantaranya mulut kering, mual, mengantuk, ingin meludah
terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas mbak? Tolong nanati mbak
sampaikan ke dokter apa yang mbak rasakan setelah minum obat ini.
Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Kemudian mbak jangan berhenti minum obat tanpa
sepengetahuan dokter, gejala seperti yang mbak alami sekarang akan
muncul lagi, jadi ada lima hal yang harus diperhatikan oleh mbak pada
saat mionum obat yaitu beanr obat, benar dosis, benar cara, benar
waktu dan benar frekuensi. Ingat ya mbak..?!!
Pasien: Baik sus akan saya ingat
3. Fase Terminasi
Perawat: Tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya
senag sekali mbak mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana
perasaan mbak setelah berbincang-bincang?
Pasien:Enak sus, saya merasa faham dengan obat yang saya minum
Perawat:Coba mbak jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi?
Kemudian berapa kali minumnya?
Pasien: yang warna oren yaitu Chorpromazine diminum 3 kali sehari
setiap jam dan yang warna merah yaitu Haloperidol obat ini di minum
3 kali sehari setiap jam diminum sehari pagi,siang dan malam.
Perawat:Tolong nanti mbak minta obat ke perawat kalau saatnya
minum obat.
Pasien:Baik sus,makasih
Perawat:Bagaimana kalo besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara
mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu menyibukkan diri dengan
kegiatan yang bermanfaat?
Pasien:Baik sus
Perawat:Jam berapa mbak bisa? Bagaimana kalau besuk jam
09.00,apakah setuju?
Pasien:Setuju sus
Pasien:Besok kita berbincang-bincang disini atau ditempat lain?

22
Perawat:Disini aja sus
Pasien:Baik mbak,sampai ketemu besok.

SP 3
1. Fase Orientasi
Perawat:Selamat pagi.Bagaimana kabarnya hari ini mbak?Masih ingat
saya,ibu sudah makan belum?
Pasien:Pagi sus.Masih ingat dan sudah makan
Perawat:Bagaimana perasaan mbak hari ini? Kemaren kita sudah
berdiskusi tentang cara cara minum obat ,apakah mbak bisa menjelaskan
kepada saya?
Pasien:Obat yang warnanya oren ini namanya Chorpromazine
diminum 3 kali sehari setiap jam dan yang warna merah yaitu
Haloperidol obat ini di minum 3 kali sehari setiap jam diminum sehari
pagi,siang dan malam.
Perawat:Baik mbak bagus,sesuai kontrak kita kemaren,kita akan
berbincang-bincang diruang tamu mengenai cara-cara mengontrol suara
yang sering mbak dengar dulu agar suara itu tidak muncul lagi dengan
cara yang kedua yaitu betcakap-cakap dengan orang lain?
Pasien: Baik sus
Perawat: Berapa lama kita akan berbincang bincang ,bagaimana kalo 10
menit saja,bagaimna mbak setuju?
Pasien:Baik sus
Perawat:Bagaimana kalo tempanya di ruang tamu saat berbincang?
Pasien:Baik susu
2. Fase Kerja
Perawat:Cara yang kedua adalah mbak langsung pergi ke perawat.
Katakan pada perawat bahwa mas mendengar suara. Nanti perawat akan
mengajak mbak mengobrol sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.
Pasien:Baik sus

23
3. Terminasi
Perawat: Tidak terasa kita sudah berbincang-binang lama. Saya senang
sekali mbak mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan
mbak setelah kita berbincang binvang?
Pasien: Enakan sus
Perawat:Jadi seperti yang katakan tadi ,cara untuk mengontrol halusinasi
adalah pergi ke perawat. Katakan pada perawat bahwa saya mendengar
suara. Nanti perawat akan mengajak mbak mengobrol sehingga suara itu
hilang dengan sendirinya.
Pasien:Baik sus
Perawat:Bagaimana kalo besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara
mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu menyibukkan diri dengan
kegiatan yang bermanfaat?
Pasien:Baik sus
Perawat:Jam berapa mbak bisa? Bagaimana kalau besuk jam
09.00,apakah setuju?
Pasien:Setuju sus
Perawat:Besok kita berbincang-bincang disini atau ditempat lain?
Perawat:Disini aja sus
Pasien:Baik mbak,sampai ketemu besok.

SP 4
1. Fase Orientasi
Perawat:Selamat pagi mbak,masih ingat saya.
Pasien:Pagi sus,masih
Perawat:mbak tampak segar hari ini,bagaimana persaan hari ini,apkah
sudah siap berbincang-bincamg
Pasien:baik sus,saya sudah siap
Perawat:Apakah mbak masih mendengar suara-suara yang kita bicarakan
kemaren?
Pasien:Masih sus

24
Perawat:Baik mbak,seperti janji kita,bagaimana kalau kita sekarang
berbincang-bincang tentang suara-suara yang sering mabak dengar agar
bisa dikendalikan dengan cara melakukan aktifitas kegiatan harian?
Pasien:Baik sus
Perawat:Dimana tempatnya menurut mbak yang cocok untuk kita
berbincang-bincang. Bagaimana kalo ruang tamu?
Pasien:Baik sus setuju
Perawat:Kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit,bagaimana
mbak setuju?
Pasien:Iya sus
2. Fase Kerja
Perawat:Cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah
berdiskusi tentang cara pertama, kedua dan krtiga , cara lain dalam
mengontrol halusinasi yaitu cara keempat mbak menyembunyikan diri
dengan berbagi kegiatan yang bermanfaat,jangan biarkan waktu luang
untuk melamun saja.seperti olahraga bersih-bersih dan lain sebaginya.Jika
mas mulai mendengar suara-suara , segera menyembunyikan diri dengan
kegiatan .
Pasien:Baik sus, saya faham
3. Fase Terminasi
Perawat:Tidak terasa kita sudah berbincang sudah cukup lama,saya senag
sekali mbak mau berbincang-bincang dengan saya.Bagaimana perasaan
mbak setelah berbincang-bincang?
Pasien:Alhamdulillah enak sus,bisa bercerita cerita.
Perawat:Coba sekarang jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi seperti
yang sudah saya jelaskan.
Pasien: caranyanya menyembunyikan diri dengan berbagi kegiatan yang
bermanfaat seperti olahraga atau bersih-bersih sus.
Perawat:Bagus mbak,tolong nanti mbak praktekkan lagi cara mengontrol
halusinasi yang keempat.
Pasien:Baik sus

25
Perawat:bagaimana mbak kalau kita besok akan mengikuti kegiatan
TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) yaitu menggambar sambil
mendengarkan musik.
Pasien:iya sus saya mau.
Perawat:jam berapa mabak bisa? Bagaimana kalau jam 09.00 setuju?
Pasien:Setuju sus
Perawat:Besok kita akan melakukan kegiatan di ruang makan.
Terimakasih mbak sudah mau berbincang-bincang dengan saya.
Sampai ketemu besok pagi.”

26
27
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATANKLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

Nama Klien :Ny.F DX. Medis : Gangguan sensori persepsi halusinasi


RM.NO :562021 Ruangan :Tulip
RSMM Bogor

No Diagnosa Perencanaan
Tgl
DX Keperawtan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Kamis Gangguan sensoriT UM: Klien dapat


28 persepsi:halusinasi 1. Setelah….. x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
Septem (lihat/dengar/penghid mengontrol halusinasi menunjukkan tanda – tanda percaya terapeutik :
ber u/raba/kecap) kepada perawat :  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2021 yang dialaminya
 Ekspresi wajah bersahabat.  Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
 Menunjukkan rasa senang.  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
Tuk 1 :  Ada kontak mata.  Buat kontrak yang jelas
 Mau berjabat tangan.  Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
Klien dapat membina  Mau menyebutkan nama.  Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
hubungan saling  Mau menjawab salam.  Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
percaya  Mau duduk berdampingan dengan  Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
perawat.  Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
 Bersedia mengungkapkan masalah
yang dihadapi.

TUK 2 : 2. Setelah ….. x interaksi klien 2.1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
menyebutkan : 2.2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (* dengar /lihat
Klien dapat mengenal
o Isi /penghidu /raba /kecap), jika menemukan klien yang sedang halusinasi:
halusinasinya  Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu ( halusinasi dengar/ lihat/
o Waktu

1
o Frekunsi penghidu /raba/ kecap )
o Situasi dan kondisi yang  Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya
menimbulkan halusinasi  Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut, namun
perawat sendiri tidak mengalaminya ( dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi)
 Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.
 Katakan bahwa perawat akan membantu klien
Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien :
 Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, siang, sore,
malam atau sering dan kadang – kadang )
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi
2. Setelah…..x interaksi klien menyatakan 2.3. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan ber
perasaan dan responnya saat mengalami kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
halusinasi : 2.4. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaa
 Marah tersebut.
 Takut 2.5. Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikma
 Sedih halusinasinya.
 Senang
 Cemas
 Jengkel
TUK 3 : 3.1. Setelah….x interaksi klien 3.1. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
menyebutkan tindakan yang biasanya halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll)
Klien dapat mengontrol
dilakukan untuk mengendalikan 3.2. Diskusikan cara yang digunakan klien,
halusinasinya halusinasinya  Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.
3.2. Setelah …..x interaksi klien  Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut
menyebutkan cara baru mengontrol 3.3. Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi :
halusinasi  Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata ( “saya tidak mau dengar/
lihat/ penghidu/ raba /kecap pada saat halusinasi terjadi)
 Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk menceritakan
3.3. Setelah….x interaksi klien dapat
tentang halusinasinya.
memilih dan memperagakan cara
 Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari hari yang telah di
mengatasi halusinasi
susun.
(dengar/lihat/penghidu/raba/kecap )
2
 Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika sedang berhalusinasi.

3.4 Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya.
3.4. Setelah ……x interaksi klien 3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.
melaksanakan cara yang telah dipilih 3.6. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih , jika berhasil beri pujian
untuk mengendalikan halusinasinya 3.7. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita,
3.5. Setelah … X pertemuan klien stimulasi persepsi
mengikuti terapi aktivitas kelompok

TUK 4 : 4.1. Setelah … X pertemuan keluarga, 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan ( waktu, tempat dan topik )
keluarga menyatakan setuju untuk 4.2 Diskusikan dengan keluarga ( pada saat pertemuan keluarga/ kunjungan
Klien dapat dukungan
mengikuti pertemuan dengan perawat rumah)
dari keluarga dalam 4.2. Setelah ……x interaksi keluarga  Pengertian halusinasi
mengontrol menyebutkan pengertian, tanda dan  Tanda dan gejala halusinasi
halusinasinya gejala, proses terjadinya halusinasi dan  Proses terjadinya halusinasi
tindakan untuk mengendali kan  Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
halusinasi  Obat- obatan halusinasi
 Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah ( beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, memantau oba
– obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi )
 Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak tidak dapat diatasi di rumah
TUK 5 : 5.1. Setelah ……x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
menyebutkan; nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan oba
Klien dapat
o Manfaat minum obat 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat
memanfaatkan obat 5.3 Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
o Kerugian tidak minum obat
dengan baik 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
o Nama,warna,dosis, efek terapi dan
efek samping obat 5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal – hal
yang tidak di inginkan .
3
5.2. Setelah ……..x interaksi klien
mendemontrasikan penggunaan obat
dgn benar
5.3. Setelah ….x interaksi klien
menyebutkan akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi dokter

4
a. Iplementasi
Pada tahap implementasi, penulis mengatasi masalah
keperawatan yakni: diagnosa keperawatan halusinasi
pendengaran. Pada diagnosa keperawatan gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran dilakukan strategi pertemuan yaitu
mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, perasaan, respon
halusinasi. Kemudian strategi pertemuan yang dilakukan yaitu
latihan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Strategi
pertemuan yang kedua yaitu anjurkan minum obat secara teratur,
strategi pertemuan yang ke tiga yaitu latihan dengan cara
bercakap-cakap pada saat aktivitas dan latihan strategi pertemuan
ke empat yaitu melatih klien melakukan semua jadwal kegiatan.
Untuk melakukan implementsi pada keluarga, pada tahap-tahap
diagnosa tidak dapat dilaksanakan karena penulis tidak pernah
berjumpa dengan keluarga klien (keluarga tidak pernah
berkunjung)

b. Evalasi
Pada tinajauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah:
Pasien mempercayai perawat sebagai terapis, pasien menyadari
bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya, dapat
mengidentifikaasi halusinasi, dapat mengendalikan halusinasi
melalui mengahrdik, latihan bercakap-cakap, melakukan aktivitas
serta menggunakan obat secara teratur. 43 Pada tinjauan kasus
evaluasi yang didapatkan adalah: Klien mampu mengontrol dan
mengidentifikasi halusinasi, Klien mampu melakukan latihan
bercakap-cakap dengan orang lain, Klien mampu melaksanakan
jadwal yang telah dibuat bersama, Klien mampu memahami
penggunaan obat yang benar: 5 benar. Selain itu, dapat dilihat dari
setiap evalusi yang dilakukan pada asuhan keperawatan, dimana
terjadi penurunan gejala yang dialami dari hari kehari selama
proses interaksi

5
BAB III

SIMPULAN

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien


mempersiapkan sesuatu yang sebenernya tidak terjadi.Halusinasi
benar-benar nyata dirasakan oleh klien yang mengalaminya,seperti
mimpi saat tidur.Klien mungkin tidak punya cara untuk
menentukan presepsi tersebut nyata,sama halnya seseorang seperti
mendengarkan siaran ramalan cuaca dan tidak lagi meragukan
orang yang berbicara tentang cuaca tersebut.Penyebab dari
halusinasi meliputi respon metabolik terhadap stres,gangguan
neurokimiawi,lesi otak,usaha tidak sadar untuk mempertahankan
ego dan ekspresi simbolis dan fikiran yang terpisah

6
DAFTAR PUSTAKA

Arief SI.2006.Skizofernia. Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung:


Rafika Aditama

Budiman, M.A.2010.Stigmasisasi Gangguan Jiwa Larangtueqro’s Weblog: Opini

Notoadmojo,2003. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC, Jakarta

Agusnam (2008).contoh KTI Jiwa Halusinasi. From

Bared(2008) Askep Halusinasi dan Waham From http://wordpress.com/html


tembolok miri.03.04.2011

Anda mungkin juga menyukai