Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPEARAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2
1. Hendrawan Febriyanto NIM: 42010120B347
2. Henggar Seta Pinuji NIM: 42010120B348
3. Hermanto NIM: 42010120B349
4. Ihsanul Fahrull Huda NIM: 42010120B350
5. Iis Marlina Damayanti NIM: 42010120B351
6. Ilham Akbar Saputra NIM: 42010120B352
7. Imron Rosyadi NIM: 42010120B353
8. Ipan Padilah NIM: 42010120B354
9. Iwan Atdi Yana NIM: 42010120B355
10. Khamin Faoji NIM: 42010120B356
11. Linda Sari NIM: 42010120B357
12. Muhamad Rifky Fauzyan NIM: 42010120B358
13. Muhammad Rian Natal Rius NIM: 42010120B359
14. Nachril Faridy Sutirman NIM: 42010120B360
15. Nadlirotus Sa’diyah NIM: 42010120B361
16. Nana Sutisna NIM: 42010120B362

Program studi S1 Keperawatan Stikes Cirebon


Tahun Ajaran 2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " KONSEP ASUHAN KEPEARAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI" dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Keperawatan Jiwa bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Karawang, 17 Oktober 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2

DAFTRA ISI .............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................ 5
D. Manfaat .......................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

A. Konsep Dasar Halusinasi ............................................................................... 6


1. Pengertian Halusinasi............................................................................... 6
2. Proses Terjadinya Halusinasi ................................................................... 6
3. Mekanisme Koping Halusinasi ................................................................ 8
4. Rentang Respon Halusinasi ..................................................................... 9
5. Tanda dan Gejala Halusinasi ................................................................... 10
6. Penata Laksanaan Halusinasi ................................................................... 11
B. Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................................ 13
1. Pengkajian Keperawatan .......................................................................... 13
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 19
3. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 19
4. Implementasi Keperawatan...................................................................... 30
5. Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 30

BAB II KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 32

A. Kesimpulan .................................................................................................... 32
B. Saran .............................................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 34

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan
antara hal ini melalui proses menagamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca
inderanya mendapat rangsang. Jadi persepsi dapat terganggu oleh gangguan otak , seperti
kerusakan otak, keracunan, obat halusinogenik dan oleh gangguan jiwa, seperti emosi
tertentu dapat mengakibatkan ilusi, psikosa dapat menimbullkan halusinasi atau oleh
pengaruh lingkungan sosiobudaya, hal ini akan memengaruhi persepsi karena penilaian yang
berbeda dan orang dari lingkungan sosiobudaya yang berbeda juga (Trimelia,2011)
Halusianasi adalah gangguan persepsi yang dapat timbul pada klien skizofrenia,
psikosa,pada sindroma otak organik, epilepsi, nerosa histerik, intoksikasi atropine atau
kecubung dan zat halusinogenik. (Trimelia,2011). Keyakinan tentang halusinasi adalah
sejauh manakah klien itu yakin bahwa halusinasinya merupakan kejadian yang benar.
Diperkirakan lebih 90% klien dengan skizofrenia mengalami halusinasi (Trimelia,2011).
Jenis halusinasi yang dialami klien yang mengalami skizofrenia berbagai macam. Tetapi
sebagian besar halusinasi yang dialami klien skizofrenia di Rumah sakit Jiwa yaitu
mengalami halusinasi pendengaran.( Trimelia,2011). Isi suara dapat memerintahkan sesuatu
pada klien atau seringnya tentang perilaku klien sendiri dank lien sendiri merasa yakin bahwa
suara itu ada.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian halusinasi ?
2. Bagaimana rentang respon dari neurobiologis ?
3. Bagaimana tahapan proses terjadinya halusinasi?
4. Apa saja jenis-jenis dari halusinasi ?
5. Bagaimana proses keperawatan terhadap klien dengan halusinasi?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian halusinasi
2. Untuk mengetahui rentang respon dari neurobiologis
3. Untuk mengetahui tahapan proses terjadinya halusinasi
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari halusinasi
5. Untuk mengetahui proses keperawatan terhadap klien dengan halusinasi

D. Manfaat
Manfaat penulisan tugas ini agar mahaswa mampu memenuhi tugas serta memahami
secara langsung mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi
sensori : Halusinasi

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Halusinasi


1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua
sistem penginderaan ( Dalami, dkk, 2014).
Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2012).
2. Proses Terjadinya Halusinasi
Menurut Stuart (2007) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor
predisposisi dan faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014) :
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami,
dkk, 2014) :
1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter mengalami
gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.

6
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis,ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum)
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien adanya kegagalan yang berulang, kurangnya kasih sayang, atau overprotektif
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang
terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo,
2014) :
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku
c) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

7
3. Mekanisme Koping Halusinasi
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiology termasuk (Dalami, dkk, 2014 ) :
a) Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti pada
perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk menanggulangi ansietas.
b) Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain
karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan
keracunan persepsi).
c) Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis,
reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor, misalnya
menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan reaksi psikologis
individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai
rasa takut dan bermusuhan.
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut (Kusumawati, 2012) :
a. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah
kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan
memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cari ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal
yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka
menyendiri.
b. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan
yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.

8
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan
realitas.
c. Fase Ketiga
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
d. Fase Keempat
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk
dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku klien : perilaku
teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau
katakonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu
berespon lebih dari satu orang.
4. Rentang Respon Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia (2005) halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif
individu yang berada dalan rentang respon neurobiologis. Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra
(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, peraban), klien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak
ada. Rentang respon tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini ( Muhith, 2015 ) :

9
Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Gangguan


1. Distorsi pikiran
2. Persepsi akurat pikir/delusi
ilusi
3. Emosi konsisten 2. Halusinasi
2. Reaksi emosi
dengan 3. Sulit merespon
berlebihan
pengalaman emosi
3. Perilaku aneh
4. Perilaku sesuai 4. Perilaku
atau tidak biasa
5. Berhubungan disorganisasi
4. Menarik diri
sosial 5. Isolasi sosial

Sumber : Muhith, 2015


5. Tanda dan gejala Halusinasi
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai berikut
( Dalami, dkk, 2014 ) :
1) Halusinasi Pengciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman adalah :
a) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
b) Mencium bau tubuh
c) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
d) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
e) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang memadamkan
api.
2) Halusinasi Pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati
a) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda mati atau
stimulus yang tidak tampak.
b) Tiba-tiba berlari keruangan lain
3) Halusinasi Penglihatan
a) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja yang sedang
dibicarakan.

10
b) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak berbicara
atau pada benda seperti mebel.
c) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak.
d) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.
4) Halusinasi Pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan halusinasi
pengecapan adalah :
a) Meludahkan makanan atau minuman.
b) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
c) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
5) Halusinasi Perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan adalah :
a) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
6. Penatalaksanaan Halusinasi
Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien dinyatakan
boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal
merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas
minum obat (Prabowo, 2014).
a. Penatalaksanaan Medis
1) Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran
yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti psikosis.
Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :

Kelas kimia Nama Generik Dosis Harian


Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-40 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldod) 1-100 mg

11
2) Terapi Kejang Listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang
pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi dosis terapi kejang
listrik 4-5
joule/detik
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Penerapan Strategi Pelaksanaan
Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya ditujukan untuk
klien tetapi juga diberikan kepada keluarga , sehingga keluarga mampu
mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.
a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam merawat klien
halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien dengan menghardik
b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien halusinasi
dengan enam benar minum obat
c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien halusinasi
dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag memnafaatkan fasilitas
kesehatan untuk follow up klien halusinasi
2) Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena klien
kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien
bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien
tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi
modalitas yang terdiri dari :
a) Terapi aktivitas
Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi relaksasi, terapi sosial,
terapi kelompok , terapi lingkungan

12
B. Konsep Asuhan Keperawatan Halusinasi
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes keperawatan terdiri
dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokkan data
pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor,
sumber koping, dan kemampuan yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, nomor rekam
medis.
2) Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar atau
melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah, menarik
diri.
3) Faktor predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
c) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat penyakit
infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam keluarga, atau
adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan
dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta konflik
antar masyaraka
5) Fisik
Tidak Mengalami Keluhan Fisik

13
6) Psikososial
a) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami kelainan
jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan
dan pola asuh.
b) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien biasanya mampu
menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat
peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien memilki harga
diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
c) Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
d) Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan ibadah di
rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
7) Mental
a) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan berubah dari
biasanya
b) Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak logis,
berbelit-belit
c) Aktifitas motoric
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang abnormal.
d) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya
sedih dan putus asa disertai apatis.
e) Efek : apek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.

14
f) Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-kamit, tertawa
sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.
g) Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang halusinasi
lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar
dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat
memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak, takut, ekspresi muka tegang,
dan mudah tersinggung.
h) Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis dan
koheren, tidak berhubungan, berbelit. Ketidakmampuan klien ini sering membuat
lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
i) Isi pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan eksternal melalui
proses informasi dapat menimbulkan waham.
j) Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
k) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek, mudah lupa,
klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati, tidak mudah
tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah tugasnya
sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap realitas eksternal, sukar
menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan mudah
mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam memberikan perhatian.

15
m) Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai, dan
mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan keputusan yang
telah disepakati. Sering tidak merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.
n) Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan. Menilai dan
mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan stimulus, membuat
rencana termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan yang telah disepakati.
Klien yang sama seklai tidak dapat mengambil keputusan merasa kehidupan sangat
sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif klien
8) Kebutuhan persiapan klien pulang
a) Makan
Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak memperhatikan
diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki minat dan kepedulian.
b) BAB atau BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta kemampuan klien untuk
membersihkan diri.
c) Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali.
d) Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
e) Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam : biasanya istirahat klien
terganggu bila halusinasinya datang.
f) Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan sistem pendukung
sangat menentukan.
g) Aktifitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam rumah seperti menyapu.

16
9) Aspek medis
a) Diagnosa medis : Skizofrenia
b) Terapi yang diberikan
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya diberikan antipsikotik
seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine (CPZ), Triflnu perazin (TFZ), dan anti
parkinson trihenski
phenidol (THP), triplofrazine arkine.
c) Skema Masalah Halusinasi

Gangguan jiwa ringan


Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa berat

Skizofrenia

gejala positif Gejala negatif

Perilaku Waham HALUSINASI Harga diri


Isolasi sosial
kekerasan rendah

Faktor presipitasi: biologis,


Faktor predisposisi biologis,
stress lingkungan, sumber
psikologis, sosialbudaya
koping

mekanisme koping tidak mengeluh adanya suara Terbiasa


efektif lain, takut, menutup telinga, menghayal
bicara dan tertawa sendiri

Pengalaman sensori
berlanjut

17
Berfikir Negatif MK : Gangguan merasa malu
persepsi sensori dengan pengalaman
sendiri

menyalahkan diri
menarik diri
sendiri
motivasi perawatan
diri menurun
kesulitan
MK : Harga diri berhubungan
rendah dengan orang lain
MK: deficit
Perawatan

MK: Isolasi sosial


MK: Resiko perilaku
kekerasan Halusinasi mengancam,
memerintah

Sumber : Yusuf, dkk, 2015

d) Pohon Masalah
Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai
berikut (Prabowo, 2014).

Effect
Resiko Perilaku Kekerasan

Perubahan sensori : Halusinasi core Problem

cause
Isolasi Sosial

Sumber : Prabowo, 2014

18
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi sosial
3. Intervensi Keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi
Tujuan tindakan untuk klien meliputi (Dermawan & Rusdi, 2013) :
1) Klien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Klien dapat mengontrol halusinasinya
3) Klien mengikuti progam pengobatan secara optimal
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :
a) Membantu klien mengenali halusinasi
Membantu klien mengenali halusinasi dapat melakukan dengan cara berdiskusi
dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar Effect Perubahan
sensori persepsi : Halusinasi Core problem Cause atau dilihat), waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi
muncul dan respon klien saat halusiansi muncul
b) Melatih klien mengontrol halusinasi
1. Strategi Pelaksanaan 1 : Menghardik halusinasi Upaya mengendalikan diri
terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Klien
dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya, ini dapat dilakukan klien dan mampu
mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul, mungkin
halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini klien tidak akan larut
untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan
meliputi : menjelaskan cara meghardik halusinasi, memperagakan cara
menghardik, meminta klien memperagakan ulang, memantau penerapan
cara ini, menguatkan perilaku klien.

19
2. Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur Mampu
mengontrol halusinasi klien juga harus dilatih untuk menggunakan obat
secara teratur sesuai dengan progam. Klien gangguan jiwa yang dirawat di
rumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya klien
mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk itu klien
perlu dilatih menggunakan obat sesuai progam dan berkelanjutan.
3. Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain Mengontrol
halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika
klien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi fokus
perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan
dengan orang lain tersebut, sehingga salah satu cara yang efektif untuk
mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal Mengurangi
risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan
aktivitas yang teratur. Beraktivitas secara terjadwal klien tidak akan
mengalami banyak waktu luang sendiri yangs eringkali mencetuskan
halusinasi. Untuk itu klien yang mengalmai halusinasi bisa dibantu untuk
mengatasi halusinasi dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun
pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga klien halusinasi Menurut Pusdiklatnakes (2012)
tindakan keperawatan tidak hanya ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada
keluarga, sehingga keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.
Tujuan : keluarga mampu :
1) Merawat masalah halusinasi dan masalah yang dirasakan dalam merawat klien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi
3) Merawat klien halusinasi
4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan untuk mengontrol halusinasi
5) Mengenal tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke
fasilitas kesehatan
6) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up klien secara teratur.

20
21
22
23
24
25
26
27
28
Sumber : Nursing Intervention Classification (NIC). 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC). 2016. NANDA. 2016.

29
7) Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang harus diperhatikan
ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan yang akan dilakukan
implementasi pada klien dengan
halusinasi dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan tindakan
keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan (Afnuhazi, 2015):
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi waktu, frekuensi, situasi, respon klien terhadap halusinasi
c. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
d. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
e. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
f. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan kegiatan terjadwal

Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering
pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and now).
Perawat juga menilai diri sendiri, apakah kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal
sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan (Dalami, dkk, 2014).
8) Evaluasi Keperawatan.
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif,
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan
(Afnuhazi, 2015).

30
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir,
dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada yang
kontradiksi dengan masalah yang ada
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien

31
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan hasil KONSEP ASUHAN KEPEARAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI yang disusun pada tanggal 17 oktober
2021 maka dapat disimpulkan menurut teori :
A. Kesimpulan
1. Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian penulis menemukan keluhan partisipan berupa mendengar suara-
suara yang mengajak bercakap-cakap, menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
Faktor predisposisi partisipan dengan halusinasi adanya faktor biologis dari keluarga,
faktor psikologis dan sosial budaya seperti kegagalan dalam hubungan sosial.
Pemeriksaan fisik tidak ditemukan keluhan dan kelainan pada kedua partisipan. Status
mental kedua partisipan mengalami gangguan pada persepsi, isi pikir dan proses pikir.
Terapi medis yang diberikan antipsikotik seperti Haloperidol, Chlorpromazine anti
parkinson seperti Trihenski phenidol.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua partisipan yaitu pada diagnosa
keperawatan pertama adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan
diagnosa keperawatan kedua yaitu resiko perilaku kekerasan. Untuk diagnosa ketiga
partisipan satu mengalami deficit perawatan diri dan partisipan dua mengalami isolasi
sosial. Dalam mengumpulkan data dan menegakkan diagnosa penulis tidak
menemukan hambatan karena partisipan cukup kooperatif dan keluarga partisipan
terbuka dengan penulis.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan untuk masalah keperawatan yang ditemukan pada kedua
partisipan sesuai dengan teori. Diagnosa pertama halusinasi untuk kedua partisipan
yaitu membuat intervensi mengacu pada prinsip strategi
4. Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat sebelumnya untuk ketiga masalah keperawatan yang
ditemukan untuk kedua partisipan. Implementasi meliputi strategi pelaksanaan
halusinasi, resiko perilaku kekerasan , defisit perawatan dan isolasi sosial.

32
Dengan harapan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah
ditetapkan.
5. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan sudah dapat teratasi. Dibuktikan dengan
kedua partisipan mampu mengetahui dan melakukan latihan strategi pelaksanaan
untuk mengontrol halusinasi telah diajarkan dengan dilakukan secara mandiri dan
dimasukkan ke dalam jadwal harian. Partsipan mampu mengetahui dan melakukan
latihan strategi pelaksanaan untuk mengontrol marah yang telah diajarkan dengan
dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian. Partsipan mampu
menjaga kebersihan diri dengan mandi, gosok gigi, cuci rambu, berdandan yang benar,
makan/minum, BAB/BAK yang benar dengan dilakukan secara mandiri dan
dimasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu berkenalan dan berinteraksi
dengan orang lain dan melakukan kegiatan sosial dilakukan secara mandiri dan
dimasukkan ke dalam jadwal harian.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Bagi Penulis agar dalam penerapan asuhan keperawatan pada partisipan dengan
halusinasi tidak hanya tertuju kepada klien, tetapi juga kepada keluarga dan orang
terdekat partisipan sebagai wujud asuhan keperawatan yang komprehensif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan dapat memberikan gambaran dan wawasan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien dengan halusinasi di klinik
maupun di komunitas masyarakat.
3. Penulis Selanjutnya
Dapat mengembangkan penulisan lebih lanjut mengenai asuhan keperawatan pada
klien halusinasi. Selain itu peneiti selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi proses
asuhan keperawatan yang berbasis klien dan keluarga pada masalah kesehatan
gangguan jiwa.

33
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Bagyono, Tuntas. 2013. Kunci Praktis Untuk Metodelogi Penelitian Kesehatan
Promotif- Preventif. Yogyakarta: Ombak.
Budiman. 2013. Penelitian Kesehatan. Bandung: PT Refika Aditama.
Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka
Kerja asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Data Progam Kesehatan Jiwa Dinas
Kesehatan Kota Padang.
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Halawa, Aristina. 2015. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi
Sesi 1-2 Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada
Herdman, T. Heather. 2017. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan
Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

34

Anda mungkin juga menyukai