Anda di halaman 1dari 73

EVIDENCE BASED NURSING

PEMBERIAN TERAPI MUROTAL TERHADAP


PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dalam Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

DISUSUN OLEH :
1. Al Amin : 21222001
2. Amelia : 21222002
3. Nani Zuyinah : 21221090
4. Ricka Damayanti : 21221169
5. Riri Andriani : 21222009
6. Vebrima Y : 21221092

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


PRODI PROFESI NERS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan Hidayah-Nya, salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan dengan judul “Evidence Based Nursing: Pemberian Terapi
Murotal Terhadap Pasien Skizofrenia Dengan Halusinasi Pendengaran”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Program Profesi Ners STIKes Pertamedika. Dalam pembelajaran dan penyusunan
makalah ini, kami banyak mendapatkan bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai
pihak.
Banyak literature yang membahas teori dan penerapan dari sistem farmakologi
dan telah kami klasifikasikan sesuai perkembangan yang ada, baik dari penerapan dan
capaian yang telah teraplikasi dalam dunia keperawatan, khususnya di lapangan.
Kemudian kami coba untuk menelaah dan menarik kesimpulan serta saran dari
pembahasan yang ada. Namun kami merasa masih ada kekurangan sehingga kritik dan
saran sangat diharapkan.

Penulis

(KELOMPOK)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................................. 2
BAB II ANALISA JURNAL .................................................................................. 4
A. Jurnal Utana ....................................................................................................... 4
B. Jurnal Pendukung ................................................................................................ 5
1. Jurnal Pendukung 1 ....................................................................................... 5
2. Jurnal Pendukung 2 ....................................................................................... 6
C. Jurnal Pembanding .............................................................................................. 7
1. Jurnal Pembanding 1 ..................................................................................... 7
2. Jurnal Pembanding 2 ..................................................................................... 8
D. Analisa PICO ...................................................................................................... 9
BAB III Landasan Teori ....................................................................................... 11
A. Konsep Halusinasi .............................................................................................. 11
B. Konsep Terapi Murotal ...................................................................................... 15
BAB IV Analisa SWOT .......................................................................................... 17
BAB VI PENUTUP ................................................................................................. 18
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. iv
Lampiran .................................................................................................................. v

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
WHO (World Health Organization) memperikarakan 450 juta jiwa atau
26% dari jumlah penduduk dunia mengalami gangguan jiwa, sekitar 10%
orang mengalami gangguan jiwa ketika dewasa dan 25% penduduk
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama
hidupnya. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2018
adalah 14 juta jiwa atau 6% dari jumlah penduduk dan prevalensi seperti
gangguan jiwa berat. Skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau
sebanyak 1,7% per 1000 penduduk (World Health Organization, 2018).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2018 jumlah
gangguan jiwa pada tahun 2018 masih 121.962 orang dan pada tahun 2019
meningkat menjadi 260.247 orang. Halusinasi pendengaran merupakan salah satu
masalah gangguan jiwa yang seringmuncul pada pasien skizofrenia, klien
skizofrenia 90% mengalami halusinasi. Sekitar 70% halusinasi pendengaran
dialami oleh pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia (Mamnu’ah,
2020).
Halusinasi pendengaran atau akustik adalah persepsi yang seolah-olah
mendengar suara padahal suara tersebut sebenarnya tidak ada. Isi suara
halusinasi dapat berupa suatu perintah tentang perilaku klien sendiri dan klien
merasa yakin bahwa suara ini ada (Trimelia dalam Raba, 2018). Klien yang
mengalami halusinasi pendengaran disebabkan oleh ketidakmampuan klien
dalam mengenal dan mengontrol halusinasi pendengaran tersebut (Maramis,
2015).
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi
pendengaran adalah kehilangan kontrol dirinya, dimana pasien mengalami panik
dan perilakunya di kendalikan oleh halusinasinya. Dalam situasi ini pasien
dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide),
bahkan sampai merusak lingkungan (Retno dan Amelia, 2018).
Cara memperkecil dampak yang ditimbulkan pada pasien
halusinasi pendengaran yaitu dibutuhkan penanganan halusinasinya yang tepat

1
(Hawari, 2009). Ada beberapa cara mengatasi pasien halusinasi pendengaran
yaitu psikofarmakologi, psikoterapi, terapi spiritual, dan rehabilitasi (Hawari
2009 dalam Septiana 2017).
Gangguan halusinasi dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan
nonfarmakologi. Salah satu terapi nonfarmakologi yang efektif adalah
terapi murrotal. Al-Qur’an dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam
penyakit jasmani dan rohani. Al-qur’an dapat menjadi penerapis dalam mengubah
pikiran, kepribadian pasien secara bertahap, dan sebagai penyembuh pasien dengan
gangguan kejiwaan.
Terapi AlQur’an terbukti mengaktifkan sel-sel tubuh, suara yang didengarkan
masuk melalui telinga diteruskan hingga koklea, stimulus suara ditransmisikan
kearea serebral, sistem limbik, dan korpus kolosum. Ketika suara diperdengarkan,
seluruh daerah sistem limbik dirangsang menghasilkan sekresi feniletilamin yang
merupakan suatu neuro yang bertanggung jawab pada perasaan. Pada saraf otonom,
stimulasi suara menyebabkan sistem saraf parasimpatis berada di atas sistem saraf
simpatis sehingga merangsang gelombang otak alfa yang menghasilkan kondisi
rileks. Terapi suara seperti mendengarkan murottal Al-Qur’an juga menyebabkan
pelepasan endorphin oleh kelenjar pituitary, sehingga akan mengubah keadaan mood
atau perasaan. Keadaan psikologis yang tenang akan mempengaruhi sistem limbik
dan saraf otonom yang menimbulkan rileks, aman, dan menyenangkan sehingga
merangsang pelepasan zat kimia gamma amino butric acid, enchepalin dan beta
endhorphin yang akan mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri maupun kecemasan
(Wahida, 2015). Kelebihan dari terapi murrotal adalah Kekuatan dari intervensi
terapi murotal adalah dapat dilakukan untuk jangka panjang dan tidak
menimbulkan efek samping.
Berdasarkan peneletian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terkait
dengan penerapan terapi murottal dalam menurunkan tingkat halusinasi
pendengaran menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap skor
halusinasi setelah diberikan intervensi terapi murottal.

B. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi murotal untuk menurunkan tanda
gejala halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia.

2
C. Manfaat
Hasil laporan kasus ini bagi bidang keilmuan keperawatan jiwa, diharapakan dapat
memberi refrensi dan data base yang berkaitan dengan terapi murotal pasien
skizofrenia dengan halusinasi pendengaran. Sehingga dapat dijadikan rekomendasi
terapi non farmakologi untuk menurunkan tanda gejala halusinasi pendengaran
pada pasien skizofrenia.

3
BAB II
ANALISA JURNAL

A. Jurnal Utama
1. Judul Jurnal
Pengaruh Terapi Murattal Al-Quran Terhadap Tingkat Skala Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Di RSU Dr.H.Koesnadi Bondowoso
2. Peneliti
Agung Riyadi, Handono, Baitus Sholehah (2022)
3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel
Total sampel sejumlah 11 pasien penderita skizofrenia dengan menggunakan
teknik purposive sampling.
4. Desain Penelitian
Penelitian kuantitatif dengan rancangan pra eksperimental desaign dengan
pendekatan pre-post desaign.
5. Instrumen Yang Digunakan
 Lembar kuesioner data demografi tentang karakteristik subyek
 Lembar observasi dari Gillian Haddock, University of Manchester, 1994
berupa Auditory Hallucinations Rating Scale.
6. Uji Statistik Yang Digunakan
Pengolahan data uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon.
7. Hasil penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara responden diberikan terapi murattal Al-
Quran dengan mendengarkan surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nass,
AlKafirun, dan Ayat Kursi, surat -surat tersebut dipilih karena merupakan ayat-
ayat Ruqyah yang sering digunakan sebagai pengobatan dalam islam.
Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh setelah dilakukan Terapi
Murattal Al-Quran yaitu dengan mendengarkan dimulai pada hari ke 5 dengan P
value 0,043, hari ke 6 dengan P value 0,026 dan hari ke 7 dengan P Value 0,011.
Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara Terapi Murottal Al-Quran
terhadap tingkat skala halusinasi pendengaran pasien skizofrenia di Rawat Inap
Pav. Seroja RSU dr.H.Koesnadi Bondowoso.

4
B. Jurnal Pendukung
1. Jurnal Pendukung 1
a. Judul Jurnal
Terapi Al-Quran Dalam Mengontrol Halusinasi Pendengar Pada Pasien
Skizofrenia
b. Peneliti
Yeni Devita, Hendriyani (2020)
c. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 46 responden yang dibadi
menjadi 2 yaitu 23 responden untuk kelompok intervensi dan 23 responden
untuk kelompok kontrol.
d. Desain Penelitian
Penelitian ini mengggunakan desain Quasy Experiment dengan rancangan Pre-
Post With Control Group
e. Instrumen Yang Digunakan
 Lembar kuesioner data demografi tentang karakteristik subyek
 Instrument Auditory Hallucinations Rating Scale (AHRS) yang
dikembangkan oleh Haddock (2009).
f. Uji Statistik Yang Digunakan
Uji statistik paired T-test dan Independent T-test
g. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara responden diberikan terapi murattal Al-
Quran dengan mendengarkan beberapa ayat al-qur’an dan terjemahannya yang
terdiri dari QS:AL-Fatihah: 1-7, QS:Al-Isra: 82, QS:Yunus: 57, dan QS:Al-
Ra’d:11. Surat AL fatihah dipilih karena merupakan induk dari seluruh
alqur’an dan memiliki kedudukan yang tinggi. Surat al-fatihah juga merupakan
surat yang popular dan menjadi obat untuk segala penyakit. Surat Al-Isra: 82
dan Yunus: 57dipilih karena surat tersebut menjelaskan bahwa segala penyakit
yang ada pada manusia yang salah satunya sakit kejiwaan dapat disembuhkan
dengan membaca Al-qur’an. Dan surat AL-Ra’d:11 berisikan tentang
motivasi untuk merubah nasib.
Setelah dilakukan penelitian tentang efektivitas terapi alqur’an dalam
mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia maka dapat ditarik

5
kesimpulan bahwa terjadi penurunan rerata skor halusinasi pendengaran pada
pasien setelah diberikan terapi berupa membaca beberapa ayat al-qur’an yang
terdiri dari QS:AL-Fatihah: 1-7, QS:Al-Isra: 82, QS:Yunus: 57, dan QS:Al-
Ra’d:11 yaitu dari 26,26 menjadi 7,61. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terapi al-qur’an efektif dalam mengontrol halusinasi pendengaran pada
pasien skizofrenia.
2. Jurnal Pendukung 2
a. Judul Jurnal
Efektivitas Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Skor Halusinasi Pasien
Halusinasi
b. Peneliti
Mimi Aisyah, Jumaini, Safri (2019)
c. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 33 responden yang dibadi
menjadi 2 yaitu 17 responden untuk kelompok intervensi dan 16 responden
untuk kelompok kontrol. Sampel dipilih dengan teknik pengambilan sampel
purposive sampling.
d. Desain Penelitian
Desain penelitian quasi eksperimental berupa rancangan penelitian pre-post test
with design control group.
e. Instrumen Yang Digunakan
 Lembar kuesioner data demografi tentang karakteristik subyek
 Instrument Hallucination Rating Scale (HRC)
f. Uji Statistik Yang Digunakan
Analisis bivariat dengan uji dependent sample T test dan Independent sample T
test.
g. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara responden diberikan terapi murattal Al-
Quran dengan mendengarkan surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nass,
AlKafirun, dan Ayat Kursi, surat -surat tersebut dipilih karena merupakan ayat-
ayat Ruqyah yang sering digunakan sebagai pengobatan dalam islam.
Intervensi terapi murottal Al-Qur’an dengan uji Dependent sample T test
kelompok eksperimen menunjukkan hasil yang signifikan terhadap penurunan

6
skor halusinasi karena didapatkan p value (0,000) < (α=0,05) dan pada
kelompok kontrol menunjukan hasil yang tidak signifikan terhadap skor
halusinasi karena didapatkan p value (0,130) > (0,05). Hasil Uji Independent
sample T test didapatkan p value (0,000) < (α=0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan efektivitas terapi murottal Al- Qur’an
terhadap skor halusinasi pada pasien halusinasi.
C. Jurnal Pembanding
1. Jurnal Pembanding 1
a. Judul Jurnal
Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap Pasien Skizofrenia Dengan Masalah
Keperawatan Halusinasi
b. Peneliti
Madepan Mulia, Meilisa, Dewi Damayanti (2021)
c. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel
Penelitian melibatkan 2 orang pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan
halusinasi di Klinik Gangguan Jiwa Aulia Rahma Kota Bandar Lampung
d. Desain Penelitian
Penelitian kualitatif dengan desain studi kasus (case report).
e. Instrumen Yang Digunakan
Kuesioner tanda dan gejala halusinasi untuk mengukur tingkat halusinasi dan
Standar Operasioal Prosedur (SOP) terapi musik klasik.
f. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara responden diberikan terapi musik klasik
dengan mendengarkan musik dari Haydn dan Mozart. Menurut Campbell
(2001) dalam Mulia dkk (2021), Musik klasik dari Haydn dan Mozart mampu
memperbaiki konsentrasi, ingatan dan persepsi spasial.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebelum diberikan terapi musik
klasik, skor halusinasi Tn. R adalah 8, sesudah diberikan terapi musik klasik
skor halusinasi adalah 3 dengan selisih penurunan 5 skor. Sedangkan pada Tn.
A sebelum diberikan terapi musik klasik skor halusinasi Tn. A adalah 9,
sesudah diberikan terapi musik klasik skor kecemasan adalah 4 dengan selisih
penurunan 5 skor. Dapat disimpulkan bahwa terapi musik klasik menurunkan

7
tingkat halusinasi pada pasien skizofrenia dengan diagnosa keperawatan
halusinasi.
2. Jurnal Pembanding 2
a. Judul Jurnal
Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tanda dan Gejala pada
Pasien Halusinasi Pendengaran
b. Peneliti
Wuri Try Wijayanto, Marisca Agustina (2019)
c. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel
Sampel yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Sampel diambil
dari total populasi karena jumlah populasi kurang dari 100 dan seluruh
populasi dijadikan sampel penelitian.
d. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan pre and post test
without control.
e. Instrumen Yang Digunakan
 Lembar kuesioner data demografi tentang karakteristik subyek
 Lembar observasi berisikan tentang tanda dan gejala halusinasi. Dalam hal
ini lembar observasi diisi sebelum dilakukan terapi musik klasik dan setelah
dilakukan terapi musik klasik.
f. Uji Statistik Yang Digunakan
Analisa bivariat menggunakan uji Paired Sampel T-Test
g. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara responden diberikan terapi musik klasik
dengan mendengarkan musik klasik Mozart. Musik klasik Mozart
memberikan ketenangan, memperbaiki persepsi spasial dan
memungkinkan pasien untuk berkomunikasi baik dengan hati maupun
pikiran. Musik klasik Mozart juga memiliki irama, melodi, dan frekuensi
tinggi yang dapat merangsang dan menguatkan wilayah kreatif dan
motivasi di otak.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat nilai mean perbedaan skor antara
sebelum dan sesudah adalah 6,200 dengan standar deviasi 2,882. Hasil uji
statistik menggunakan Uji Paired T-Tes menunjukkan p value sebesar 0,000

8
(p < 0,05), artinya dapat disimpulkan ada perbedaan antara tanda dan
gejala halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi pendengaran sebelum
dan sesudah terapi musik klasik atau ada efektivitas terapi musik klasik
terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada pasien
halusinasi pendengaran.

D. Analisa PICO
1. Problem
Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia
2. Intervention
Intervensi yang dilakukan berupa pemberian terapi murattal Al-Quran dengan
mendengarkan ayat-ayat Ruqyah (surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-
Nass, AlKafirun, dan Ayat Kursi) sebanyak 2 kali sehari selama 7 hari selama
15-20, sebelum minum obat pada pasien skizofrenia dengan halusinasi
pendengaran.
3. Comparison
Jurnal pembanding 1 berjudul “Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap
Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Halusinasi”, menunjukan
sebelum diberikan terapi musik klasik, skor halusinasi Tn. R adalah 8, sesudah
diberikan terapi musik klasik skor halusinasi adalah 3 dengan selisih penurunan
5 skor. Sedangkan pada Tn. A sebelum diberikan terapi musik klasik skor
halusinasi Tn. A adalah 9, sesudah diberikan terapi musik klasik skor kecemasan
adalah 4 dengan selisih penurunan 5 skor. Dapat disimpulkan bahwa terapi
musik klasik menurunkan tingkat halusinasi pada pasien skizofrenia dengan
diagnosa keperawatan halusinasi.
Jurnal pembanding 2 berjudul “Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tanda dan Gejala pada Pasien Halusinasi Pendengaran”, menunjukan
nilai mean perbedaan skor antara sebelum dan sesudah adalah 6,200
dengan standar deviasi 2,882. Hasil uji statistik menggunakan Uji Paired T-Tes
menunjukkan p value sebesar 0,000 (p < 0,05), artinya dapat disimpulkan
ada perbedaan antara tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada pasien
halusinasi pendengaran sebelum dan sesudah terapi musik klasik atau ada

9
efektivitas terapi musik klasik terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi
pendengaran pada pasien halusinasi pendengaran.
4. Outcome
Jurnal utama berjudul “Pengaruh Terapi Murattal Al-Quran Terhadap Tingkat
Skala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Di RSU Dr.H.Koesnadi
Bondowoso ”, menunjukan adanya pengaruh setelah dilakukan Terapi Murattal
Al-Quran dimulai pada hari ke 5 dengan P value 0,043, hari ke 6 dengan P value
0,026 dan hari ke 7 dengan P Value 0,011. Maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh antara Terapi Murottal Al-Quran terhadap tingkat skala halusinasi
pendengaran pasien skizofrenia di Rawat Inap Pav. Seroja RSU dr.H.Koesnadi
Bondowoso.

10
BAB III
LANDASAN TEORI

A. Konsep Halusinasi
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo,
2017). Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa
stimulus atau rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016).
Halus inasi pendengaran paling sering terjadi ketika klien mendengar suara-
suara. Halusinasi ini sudah melebur dan pasien merasa sangat ketakutan,
panik dan tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan yang
dialaminya (Hafizudiin, 2021).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
halusinasi di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
halusinasi adalah persepsi klien yang salah melalui panca indra terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan
halusinasi pendengaran adalah kondisi di mana pasien mendengar suara,
terutama suara-suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

2. Etiologi Halusinasi
Menurut Keliat, 2016 dalam jurnal (Nazela Nanda Putri, 2022) faktor penyebab
yang di bagi menjadi dua, yaitu:
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri
2) Faktor Sosial dan Budaya
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi sehingga
akan merasa kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya (Zelika

11
& Dermawan, 2015). Berdasarkan beberapa defenisi diatas social dan
budaya dalam lingkungan masyarakat dan keluarga yang sering
dikucilkan dan akan merasa kesepian dan tidak percaya pada lingkungan.
3) Biokimia
Hal tersebut berdampak pada terjadinya gangguan jiwa jika seseorang
mengalami sosial yang berlebihan, tubuh menghasilkan zat kimia
saraf yang dapat menyebabkan halusinasi, seperti buffalophenone dan
dimethyltransferase halini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa
(DMP) (Sutejo, 2020).
Adanya stress berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh
akan menghasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya
neurotransmitter otak misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylchoin
(Zelika & Dermawan, 2015).
Berdasarkan beberapa defenisi diatas Sosial biokimia merupakan yang
dimana stress berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya
neurotransmitter otak misalnya ketidak seimbangan acetychoin
dopamine.
4) Psikologis
Hubungan interpersonal tidak harmonis, dan biasanya seseorang
menerima berbagai peran yang kontradiktif, yang akan menimbulkan
banyak Sosial dan kecemasan, serta berujung pada hancurnya orientasi
realitas (Sutejo, 2020).
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih suka
memilih kesenangan sesaat dari lari dari alam nyata menuju alam khayal
(Zelika & Dermawan, 2015). Berdasarkan beberapa defenisi diatas
sosial psikologi terlalu banyak stress dan kecemasan serta berujung pada
hancurnya orientasi realitas.
5) Sosial Genetik
Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak sehat yang dirawat oleh
orang tua pasien skizofrenia lebih mungkin mengembangkan

12
skizofrenia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sosial keluarga
memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap penyakit ini (Dermawan,
2016).
b. Faktor Presipitasi
Menurut Keliat bahwa faktor presipitasi adalah faktor pemungkin
timbulnya gangguan jiwa atau secara umum adalah timbulnya gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan social ekstra
untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkunagan, seperti
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek
yang ada di lingkungan, dan juga suasana Sosial terisolasi seringg menjasi
pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan Social dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik (Stuart,
Keliat & Pasaribu 2016).

3. Tanda dan Gejala


Menurut Azizah (2016), tanda dan gejala halusinasi terdiri dari :
a. Berbicara sendiri
b. Bersikap seolah-olah mendengar sesuatu
c. Respon tidak sesuai
d. Respon verbal yang lambat
e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi
f. Cepat berubah pikiran

Sedangkang menurut Yuanita (2019), tanda dan gejala halusinasi terdiri dari :
a. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain sehingga menyebabkan klien sulit berhubungan dengan
orang lain. Hal ini terjadi ketika pasien mulai merasa tidak mampu lagi
mengontrol halusinasinya dan mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya
dengan objek yang dipersepsikan sehingga klien mulai menarik diri dari orang
lain.

13
b. Tersenyum sendiri, tertawa sendiri duduk terpukau (berkhayal), bicara
sendiri dan memandang suatu arah, menggerakan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat. Tanda dan gejala
ini masuk kedalam golongan non psikotik dimana klien mengalami stress,
cemas, kesepian yang memuncak dan tidak dapat diselesaikan sehingga
membuat klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan dan
menyebabkan hal ini terjadi
c. Tiba-tiba marah, curiga, bemusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungan), menyerang, gelisah, ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
dan jengkel. Dimana hal ini disebabkan karena halusinasi dari pasien tadi
berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Sehingga
klien menjadi takut, tidak berdaya dan hilang control dari situlah
sehingga menyebabkan hal ini terjadi.

4. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Muhith 2016 dalam Jur nal (Nazela Nanda Putri 2022), jenis halusinasi
terbagi menjadi 4 yaitu :
a. Halusinasi pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, seperti suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang keras sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang
klien, bahkan sampai percakapan lengkap antara dua orang atau lebih. Pikiran
yang didengar klien dimana pasien disuruh untuk melakukan sesuatu yang
kadang-kadang membahayakan (Muhith, 2016).
b. Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya gambaran geometris,
gambaran kartun, banyangan yang rumit dan kompleks. Bayangan
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster (Muhit, 2016).
Halusinasi penglihatan adalah yang dimana kontak mata kurang, senang
menyendiri, terdiam dan memandang kesuatu sudut dan sulit berkonsentrasi
(Erviana & Hargiana, 2018)
c. Halusinasi Penghirup
Membaui bau-bauan tertentu seperti darah, urin, atau feses, umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan. Karakteristik ditandai dengan adanya

14
bau busuk, amis dan bau yang menjijikan seperti darah,urine atau fases
kadang tercium bau harum (Yusalia, 2018). Berdasarkan beberapa defenisi
diatashalusinasi penghirup merupakan gangguan penciuman bau yang
biasanya ditandai dengan membaui aroma seperti darah, urine dan fases
terkadang membaui aroma segar.
d. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine atau feses
(Muhith, 2015).

B. Konsep Dasar Audio Terapi Murottal


1. Pengertian Terapi Murottal Al-Quran
Murottal adalah rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang
qori’ atau pembaca Al-Qur’an. Bacaan Al-Qur’an yang dilagukan secara murottal
mempunyai irama yang konstan, teratur, dan tidak ada perubahan yang
mendadak. Tempo Al-Qur’an juga berada antara 60-70/menit serta nadanya
rendah sehingga mempunyai efek relaksasi (Hagi Ardo, 2019).
2. Manfaat Terapi Murottal Al-Qur’an
Mendengar murottal Al-Qur’an mempunyai beberapa manfaat dimana terapi
murottal dapat memberikan stimulan yang baik terhadap otak. Ketika
seseorang mendengarkan ayat suci Al-Qur’an dapat memberikan respons
rileks, tenang, dan rasa nyaman, membantu mengendalikan emosi serta
menyembuhkan gangguan psikologi (Shella Febrita, 2021).
3. Indikasi Terapi Murottal
Terapi murottal diberikan kepada klien yang mengalami kesehatan jiwa
berupa halusinasi pendengaran, klien yang mengalami kecemasan, nyeri,
kesedihan, dan digunakan untuk berbagai macam penyakit serta meningkatkan
kesehatan jiwa (Hidayat, 2013)
4. Kontraindikasi Terapi Murotal
Terapi murottal tidak dapat diberikan kepada klien yang beragama non
muslim, tidak kooperatif dan mengalami gangguan pendengaran

15
5. Mekanisme Terapi Murottal Al-Qur’an
Dalam Menurunkan Halusinasi Terapi dengan alunan bacaan Al-Qur’an dapat
dijadikan alternatif terapi baru sebagai terapi relaksasi bahkan lebih baik
dibandingkan dengan terapi audio lainnya karena stimulan Al-Qur’an
dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% (Abdurrachman &
Andhika, 2008) dalam (Zainuddin & Hashari, 2019).
Ketika klien di dengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an gelombang suara
yang masuk menciptakan sekelompok frekuensi yang mencapai telinga
kemudian bergerak ke sel-sel otak dan mempengaruhinya melalui medan-
medan elektromagnetik, frekuensi ini yang dihasilkan dalam sel-sel ini akan
merespon medan-medan tersebut dan memodifikasi getaran-getarannya.
Perubahan pada getaran inilah yang mampu membuat otak menjadi rileks
dan tenang sehingga dapat mengurangi halusinasi (Zainuddin & Hashari, 2019).
6. Teknik Terapi Murottal Al-Qur’an
Tehnik pemberian murottal Al-Qur.an menurut Nurjamiah
sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Memperkenalkan diri
2) Persiapan pasien bina hubungan saling percaya diberi penjelasan tentang
hal-hal yang akan dilakukan tujuan terapi.
3) Persiapan alat Earphone dan MP3/ tablet berisikan murottal.
4) Persiapan perawat menyiapkan alat dan melakukan ke arah pasien
5) Perawat mencucci tangan dan menutupi tirai memastikan privacy pasien
terjaga
6) Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
b. Pelaksanaan
Cara melakukan murottal adalah :
1) Menanyakan kesiapan pasien untuk pemberian terapi.
2) Menghubungkan Earphone dengan MP3/tablet berisikan murottal Letakan
earphone di telinga kiri dan kanan
3) Dengarkan murottal selama 15-20 menit.

16
BAB IV
ANALISA SWOT
A. Analisa SWOT
1. Strength:
Kekuatan dari intervensi terapi murotal adalah dapat dilakukan untuk jangka
panjang, tidak menimbulkan efek samping, dan alat yang digunakan mudah
didapatkan. Terapi ini juga dapat dilakukan baik secara perorangan atau
kelompok.
2. Weakness :
Tidak semua orang bisa atau mau melakukan terapi murotal, hanya dilakukan oleh
kalangan tertentu yaitu umat muslim.
3. Opportunity :
Peluang untuk intervensi ini adalah terapi yang murah, mudah, dan dapat
dilakukan jangka panjang. Pasien dapat memilih sendiri surat yang akan
didengarkan, pasien juga dapat memilih ingin mendengaran murrotal tanpa
terjemahan atau beserta terjemahannya.
4. Treat :
Terapi murotal dilakukan 2 kali sebelum minum obat, selama 15-20 menit. Pada
penelitian ini intervensi dilakukan selama 7 hari. Pada saat dilakukan terapi
murotal pasien bisa saja mengalami gelisah, pasien kadang tidak konsisten
dengan kontrak dan menghentikan terapi secara tiba-tiba.

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari EBN yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terapi
murotal dapat menurunkan tanda dan gejala halusinasi pendengaran pasa pasien
dengan skizofrenia, sehingga terapi murotal dapat digunakan untuk
mengembangkan artikel penelitian dan juga dapat menjadi salah satu pedoman
inovasi dalam menangani masalah halusinasi pendengaran pada pasien dengan
skizofrenia. Terapi murotal juga dapat dilakukan untuk jangka panjang, tanpa
efek samping, dan dapat dilakukan baik secara perorangan atau kelompok.

B. Saran
Hasil dari penelitian ini menjadi referensi perawat dalam memberikan
intervensi yang bersifat non farmakologis terapi murotal dapat dijadikan salah satu
alternatif dalam menurunkan tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada pasien
dengan skizofrenia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Riyadi dkk. 2022. Pengaruh Terapi Murattal Al-Quran Terhadap Tingkat Skala
Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Di RSU Dr.H.Koesnadi
Bondowoso. Jurnal Ilmu Keperawatan Al-Asalmiya Nursing Volume 11, Nomor 1.

Aisyah, Mimi dkk. 2019. Efektivitas Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Skor
Halusinasi Pasien Halusinasi. Jurnal Kesehatan JOM FKp, Vol. 6 No. 1.

Devita, Yeni dkk. 2020. Terapi Al-Quran Dalam Mengontrol Halusinasi Pendengar Pada
Pasien Skizofrenia. Jurnal Kesehatan IKESPNB Volume 11 Nomor 02 (2020) 111
– 114.

Hafizudiin.“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.a Dengan Masalah Halusinasi


Pendengaran.” OSF Preprints, 15 Mar. 2021

Hashari, R. Z. 2019. Efektivitas Murottal Terapi Terhadap Kemandirian


Mengontrol Halusinasi Pendengaran . Jurnal Keperawatan

Keliat B, dkk. 2016. Proses Keperawatan Jiwa Edisi II.Jakarta : EGC

Mimi Aisyah, Jumani, Safitri . 2019. Efektivitas Terapi murottal Al-Quran


Terhadap Skor Halusinasi Pasien Halusinasi

Muhith, Abdul. 2016. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori Dan


Aplikasi.Yogyakarta : CV Andi Offset

Mulia, Madepan dkk. 2021. Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap Pasien Skizofrenia
Dengan Masalah Keperawatan Halusinasi. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
(JIKPI) ISSN: 746-2579 Vol. 2, No. 2

Sutejo. 2020. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

World Healt Organization. 2018. gangguan jiwa fakta dan angka.


http://www.depkes.go.id > info datin-gangguan jiwa

Wijayanto Tri, Wuri dkk. 2019. Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan
Tanda dan Gejala pada Pasien Halusinasi Pendengaran. Jurnal Ilmu Keperawatan
Indonesia Edisi Maret 2019 Vol 7 No 01

iv
Yanti, Dian A dkk. 2020. Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat
Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Ganguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr.M. Ildrem. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830 Vol. 3
No.1 Edisi Mei

Yuanita, T. 2019. Asuhan Keperawatan Klien Skizofrenia Dengan Gangguan


Persepsi Halusinasi Pendengaran Di Rsjd Dr. Arif Zainudin Solo Surakarta
(Doctoral dissertation,Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

v
AUDITORY VOCAL HALLUCINATION RATING SCALE (AVHRS)1,2
(Jenner and Van de Willige, 2002)

The AVHRS is a structured interview to obtain detailed information about a patient’s auditory
vocal hallucinations in the past month.

For clinical and/or research purposes it is possible to evaluate one or more other time
periods, e.g. past week, past year, lifetime, etc.

Below, one period is given: past month (mth), plus an opportunity to choose another period.

 Rate the highest score that ever occurred in the time period, but if in doubt
between two scores select the lowest.
 Rate ‘8’ if the answer remains unclear, even after thorough probing.
 Rate ‘9’ in case the question was not asked.

 Mandatory questions (Mq) are in bold.


 Optional questions (Oq) are in italic.

Name: ____________________________________ Gender: M/ F

Date of birth: ____________________________________

Diagnosis: ____________________________________

Date of administration: __________________ Interviewer: ____________________

Duration of hearing voices: _______________ months / years

Hallucinations in other modalities:


(month) visual / olfactory / taste / tactile
(……...) visual / olfactory / taste / tactile

1
Translation into English: A.A. Bartels-Velthuis, G. van de Willige (both University Medical Center Groningen, University Center
for Psychiatry, University of Groningen) and F.J. Nienhuis (WHO Training and Reference Center for SCAN and CIDI/University
Medical Center Groningen, University Center for Psychiatry, University of Groningen).
2
Bartels-Velthuis AA, Van de Willige G, Jenner JA, Wiersma D (2012). Consistency and reliability of the Auditory Vocal
Hallucination Rating Scale (AVHRS) (2012). Epidemiology and Psychiatric Sciences, 21, 305-310.

© J.A. Jenner and G. van de Willige, University Medical Center Groningen, University Center for Psychiatry,
P.O. Box 30.001 (CC72), 9700 RB Groningen, the Netherlands, e-mail: rgoc@umcg.nl
AVHRS: interview

1a. Number of voices

Mq: How many voices did you hear in the past month, was it always just one voice or were
there more voices?
Specify number of voices (past month:…………… / other period:.…….…… )

Note: If the patient heard only one voice, the next question can be skipped, but tick 1 at question
1b.
Remember to ask about ‘the voice’ instead of ‘the voices’ in the following questions.

1b. Separately or simultaneously

In case of multiple voices, ask:

Mq: Are these voices speaking separately (one by one) or together at the same time?

mth
0 0 no voices in the given time period, or less than once a month
1 1 always one voice
2 2 several voices, always speaking separately; number of voices: …
3 3 several voices, (occasionally) speaking simultaneously; number of voices: …
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

2. Hypnagogic and/or hypnopompic voices

Mq: At what time of day are you hearing the voice(s)?


Note: Ask all item responses.

mth
1 1 there are only voices when falling asleep
2 2 there are only voices during waking up
3 3 there are voices when falling asleep and during waking up, but not at other times
4 4 the voices may occur at all times; when falling asleep, during waking up and at other
times
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

3. Frequency

Mq: How often do you hear voices?


Note: If the response is unclear, present all response options.

mth
0 0 no voices in the given time period, or less than once a month (specify frequency: ...….)
1 1 at least once a week
2 2 at least once a day
3 3 at least once an hour
4 4 continuously, or with occasional interruptions of a few minutes *)
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked
*) Scoring 4 on this question, implies a score of 4 on the next question also. In this case question 4 can be
skipped. (Note: tick 4 for ‘duration’.)

© J.A. Jenner and G. van de Willige, University Medical Center Groningen, University Center for Psychiatry,
P.O. Box 30.001 (CC72), 9700 RB Groningen, the Netherlands, e-mail: rgoc@umcg.nl
2
AVHRS: interview

4. Duration

Mq: When you hear voices, how long do they go on for?


Note: If the response is unclear, present all response options.

mth
0 0 no voices in the given time period, or less than once a month
1 1 only a few seconds, a transient experience
2 2 a few minutes
3 3 at least one hour
4 4 several hours, consecutively or continuously
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

5. Location

Mq: When you hear voices, where does the sound seem to come from?
Oq: From inside or outside your head?

mth
0 0 no voices in the given time period, or less than once a month
1 1 only from inside the head
2 2 both from inside and outside the head
3 3 only from outside the head, but close to the ears
4 4 only from outside the head, further away
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

6. Loudness

Mq: How loud are your voices?


Note: If the response is unclear, present all response options.

mth
0 0 no voices in the given time period, or less than once a month
1 1 more quiet than patient’s own voice, e.g. whispering
2 2 about the same as patient’s own voice
3 3 louder than patient’s own voice
4 4 very loud; shouting or screaming
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

© J.A. Jenner and G. van de Willige, University Medical Center Groningen, University Center for Psychiatry,
P.O. Box 30.001 (CC72), 9700 RB Groningen, the Netherlands, e-mail: rgoc@umcg.nl
3
AVHRS: interview

7. Origin of the voices

Mq: What do you think causes your voices?


Oq: Are the voices caused by something that is related to yourself (for instance your own
thoughts, your own feelings, or by stress or anxiety), or are the voices caused by something
outside yourself (other persons, spirits, extraterrestrial beings or something like that?
If the patient refers to external cause, then ask:
Mq: You told me that the voices might be caused by ……... How sure are you about that?

mth
0 0 no voices in the given time period, or less than once a month
1 1 patient thinks that the voices are caused by internal factors only (they are associated
with him/herself)
2 2 patient thinks that the voices are caused mainly internal (≥ 50%), but there may also
be external causes
3 3 patient thinks that the voices are caused mainly external (> 50%), but there may also
be internal causes
4 4 patient thinks that the voices are caused by external factors only
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked
Note: Scoring of question 7: take the average in reference period.

8. Negative content

Mq: Do your voices say unpleasant, negative or annoying things? Or are they mostly
neutral?
Mq: Do your voices also say positive things?
Mq: How often do your voices say negative things and how often do they say positive (or
neutral) things?
Oq: Could you give me some examples of what the voices are saying? (Make a note of these
examples.)
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

mth
0 0 the voices never say unpleasant, negative or annoying things
1 1 the voices only occasionally say unpleasant, negative or annoying things
2 2 more than occasionally but less than half of what the voices say is unpleasant,
negative or annoying
3 3 half or more of what the voices say is unpleasant, negative or annoying
4 4 every time the voices say unpleasant, negative or annoying things
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked
Note: If it is clear from question 8 that the voices are not unpleasant, negative or annoying, score 0 on question 9,
and continue with question 10.

© J.A. Jenner and G. van de Willige, University Medical Center Groningen, University Center for Psychiatry,
P.O. Box 30.001 (CC72), 9700 RB Groningen, the Netherlands, e-mail: rgoc@umcg.nl
4
AVHRS: interview

9. Severity of negative content

Mq: You told me that the voices are unpleasant, negative or annoying. Do they say
unpleasant, negative or annoying things about you or your family or only about
other people? Or do they say only annoying things like cursing?
Mq: Do the voices forbid you to do certain things, like: “Don't do this or that” or “Don't tell
or say this or that”?
Mq: Do the voices threaten you, or do they say that you have to hurt yourself or other
people?

mth
0 0 the voices are not unpleasant, negative or annoying
1 1 the voices are unpleasant, negative or annoying to a certain extent, but not
unpleasant about the patient or his/her family (e.g. voices cursing or making
remarks about other people)
2 2 the voices are saying unpleasant, negative or annoying things about the behaviour of
the patient or his/her family, but not about the patient (e.g., “You’re acting crazy or
stupid.” or “Your family doesn’t want to see you any more”).
3 3 the voices are saying unpleasant, negative or annoying things about the patient or
his/her family themselves (e.g., “You are ugly, disturbed, mad, …” or “Your parents
are mad …”).
4 4 the voices are threatening the patient and/or are giving orders (e.g., instructions to
hurt him/herself or others, to injure or grieve his/herself or his/her family)
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

10. Frequency of distress or suffering

Mq: How often do you suffer from the voices?


Note: If the response is unclear, present all response options.

mth
0 0 the voices never cause distress or suffering
1 1 the voices sometimes cause distress or suffering, but less than 50% of the time
2 2 half of the time the voices cause distress or suffering
3 3 most of the time the voices cause distress or suffering
4 4 the voices always cause distress or suffering
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked
Note: Scoring 0 on question 10, implies a score of 0 on question 11. In this case please tick 0 on the next
question.

11. Intensity of distress or suffering

Mq: You just said you suffer from the voice(s). Could you tell me to what extent this
affects you? How much do you suffer emotionally from them?
Note: If the response is unclear, present all response options.

mth
0 0 the voices do not cause distress or suffering
1 1 the voices cause some distress or suffering
2 2 the voices cause serious distress or suffering
3 3 the voices cause severe distress or suffering, but it could be worse
4 4 the voices cause extreme distress or suffering, the worst that one could imagine
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

© J.A. Jenner and G. van de Willige, University Medical Center Groningen, University Center for Psychiatry,
P.O. Box 30.001 (CC72), 9700 RB Groningen, the Netherlands, e-mail: rgoc@umcg.nl
5
AVHRS: interview

12. Interference with daily functioning

Mq: To what extent do the voices interfere with your daily life?
Oq: Do your voices interfere with chores and daily activities like work, study, housekeeping,
shopping or other activities?
Oq: Do you get into trouble with your family or friends because of the voices? Can you give me an
example?
Oq: Have the voices kept you from proper self-care, like washing or getting properly dressed, etc.

mth
0 0 no interference with daily functioning
Patient is capable of living independently, without problems in daily activities.
Patient is able to maintain social and family relationships (if any).
1 1 limited interference with daily functioning
The voices may affect concentration, but everyday activities and social and family
relationships can be maintained. Patient can live without additional support.
2 2 moderate interference with daily functioning
Some restrictions in everyday activities and/or social and family relationships.
Patient is able to live at home, but needs support and/or coaching with everyday
activities or supported employment.
3 3 severe interference with daily functioning
Patient is frequently on sick leave and/or has job support. Day treatment or outpatient
treatment may often be required.
Patient keeps some everyday activities, self-care and social relationships.
4 4 complete interference with daily functioning
Because of the voices hospitalization is required. Inability to maintain everyday
activities and relationships.
Self-care is severely disrupted.
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

13. Control

Mq: Do you feel that you can manage or control your voices?
Oq: For instance, can you evoke them or let them disappear? Do they listen to you and do they
do what you want them to do?

mth
0 0 patient has full control over the voices;
he/she can evoke them and let them disappear whenever he/she wants to.
1 1 patient has some control over the voices most of the time
2 2 patient has some control over the voices half of the time
3 3 patient has some control over the voices only occasionally
4 4 patient has no control over the voices;
he/she can never evoke them, nor let them disappear.
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

© J.A. Jenner and G. van de Willige, University Medical Center Groningen, University Center for Psychiatry,
P.O. Box 30.001 (CC72), 9700 RB Groningen, the Netherlands, e-mail: rgoc@umcg.nl
6
AVHRS: interview

14. Anxiety

Mq: Do the voices make you anxious?


Note: If the response is unclear, present all response options.

mth
0 0 the voices never cause anxiety
1 1 the voices hardly ever cause anxiety
2 2 the voices sometimes cause anxiety
3 3 the voices cause anxiety most of the time
4 4 sometimes patient gets completely into a panic because of the voices
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

15. Interference with thinking

Mq: Do the voices interfere with your thoughts and thinking?


Note: If the response is unclear, present all response options.

mth
0 0 no, the voices never interfere with thinking
1 1 no, the voices hardly ever interfere with thinking
2 2 yes, the voices sometimes interfere with thinking
3 3 yes, most of the time the voices interfere with thinking
4 4 yes, always interfere with thinking
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

16. 1st, 2nd or 3rd person voices

Explanation:
Voices representing aloud patient’s own thoughts are called 1st person voices.
Voices talking to the patient or giving him instructions are called 2nd person voices.
Voices talking with each other about the patient are called 3rd person voices.
All three kinds of voices may be present, so rate all that apply.

Mq: Do the voices say aloud what you are thinking? For instance, “Oh, I am stupid”. (If yes,
score 1st person)
Mq: Are the voices talking to you? For instance, “You are stupid” (If yes, score 2nd person)
Mq: Are the voices talking with each other about you? For instance, “Look, he/she is doing
the same stupid things again”. (If yes, score 3rd person)

© J.A. Jenner and G. van de Willige, University Medical Center Groningen, University Center for Psychiatry,
P.O. Box 30.001 (CC72), 9700 RB Groningen, the Netherlands, e-mail: rgoc@umcg.nl
7
AVHRS: interview

mth
0 0 no voices in the given time period, or less than once a month

0 0 no voices in the 1st person


1 1 yes, there are voices in the 1st person; number: …
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

0 0 no voices in the 2nd person


1 1 yes, there are voices in de 2nd person; number: …
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked
rd
0 0 no voices in the 3 person
1 1 yes, there are voices in de 3rd person; number: …
8 8 not clear, even after probing
9 9 not asked

© J.A. Jenner and G. van de Willige, University Medical Center Groningen, University Center for Psychiatry,
P.O. Box 30.001 (CC72), 9700 RB Groningen, the Netherlands, e-mail: rgoc@umcg.nl
8
AVHRS: SCORING FORM

id patient: ……………………………………. date: ……………………………


rater: …………………………………….

……………
past month
1a Number of voices
1b Separately or simultaneously
2 Hypnagogic and/or hypnopompic voices
3 Frequency
4 Duration
5 Location
6 Loudness
7 Origin of the voices
8 Negative content
9 Severity of negative content
10 Frequency of distress or suffering
11 Intensity of distress or suffering
12 Interference with daily functioning
13 Control
14 Anxiety

15 Interference with thinking

16 1st, 2nd or 3rd person voices 1st


2nd
3rd

Duration of hearing voices: ______________ months / years

Hallucinations in other modalities: (mth) visual / olfactory / taste / tactile


(………) visual / olfactory / taste / tactile

© J.A. Jenner and G. van de Willige, University Medical Center Groningen, University Center for Psychiatry,
P.O. Box 30.001 (CC72), 9700 RB Groningen, the Netherlands, e-mail: rgoc@umcg.nl
Al-Asalmiya Nursing
Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of Nursing Sciences)
https://jurnal.stikes-alinsyirah.ac.id/index.php/keperawatan/
Volume 11, Nomor 1, Tahun 2022
p-ISSN: 2338-2112
e-ISSN: 2580-0485

PENGARUH TERAPI MURATTAL AL-QURAN TERHADAP TINGKAT


SKALA HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA
DI RSU Dr.H.KOESNADI BONDOWOSO

Riyadi, Agung(1), Handono, F.R(2), Sholehah, Baitus(3)

Universitas Nurul Jadid, Probolinggo


(1,2,3)

Corresponding Author : agungriyadi0582@gmail.com

ABSTRAK
Kesehatan jiwa masih menjadi permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia. Pasien
gangguan jiwa yang dirawat di Bondowoso cukup banyak hal ini dipengaruhi beberapa
faktor diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor rumah tangga, pekerjaan, asmara dan
masih banyak lagi. Gejala yang muncul berbeda setiap pasien yaitu perubahan perilaku,
gangguan tidur, stress, perilaku agresif dan dapat munculnya halusinasi pada pasien.
Tujuan dari peneltian ini adalah menganalisa pengaruh terapi murattal al-quran terhadap
tingkat skala halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia. Penelitan ini
menggunakan pre- experimental design One grup. Dengan sampel pasien yang ada di
rawat inap paviliyun seroja pada pasien halusinasi pendengaran sebanyak 11 responden.
Analisa data menggunakan uji korelasi wilcoxon, dan didapatkan hasil penelitian bahwa
adanya pengaruh setelah dilakukan Terapi Murattal Al-Quran dimulai pada hari ke 5
dengan P value 0,043, hari ke 6 dengan P value 0,026 dan hari ke 7 dengan P Value
0,011. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada pengaruh terapi murattal al-quran untuk
menurunkan tingkat skala halusinasi pendengaran pasien skizofrenia.
Kata kunci : Halusinasi Pendengaran, Terapi Murottal Al-Quran

ABSTRACT
Mental health is still a significant health problem in the world. Mental disorders
patients treated in Bondowoso are quite a lot this is influenced by several factors
including economic factors, household factors, work, romance and many more.
Symptoms that appear are different for each patient, namely changes in behavior, sleep
disturbances, stress, aggressive behavior and the appearance of hallucinations in
patients. The purpose of this study was to analyze the effect of murattal al-quran
therapy on the level of auditory hallucinations scale in schizophrenic patients. This
study uses a pre-experimental design One group. With a sample of patients who were
hospitalized at the Seroja Pavilion, 11 respondents had auditory hallucinations. Data
analysis used the Wilcoxon correlation test, and the results showed that there was an
effect after Murattal Al-Quran Therapy started on day 5 with a P value of 0.043, day 6
with a P value of 0.026 and day 7 with a P value of 0.011. The conclusion of this study
is that there is an effect of murattal al-quran therapy to reduce the level of the auditory
hallucination scale in schizophrenic patients
Keywords: Auditory Hallucinations, Murottal Al-Quran Therapy

Page | 90
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

PENDAHULUAN halusinasi , resiko perilaku kekerasan


Kesehatan jiwa masih menjadi orang, defisit perawatan diri, isolasi
permasalahan kesehatan yang signifikan sosial, harga diri rendah, waham, dan
di dunia, termasuk di Indonesia. resiko bunuh diri. Dari data didapatkan
Menurut data WHO (2016), terdapat bahwa yang paling banyak masalah
sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 keperawatannya adalah halusinasi
juta orang terkena bipolar, 21 juta pendengaran yang terjadi pada pasien
terkena skizofrenia, serta 47,5 juta rawat inap. Kemudian dari hasil
terkena dimensia. Indonesia, dengan wawancara kepada Kepala Paviliyun
berbagai faktor biologis, psikologis, dan Seroja dan observasi yang dilakukan
sosial dengan keanekaragaman peneliti pada Bulan Juni Tahun 2021
penduduk, maka jumlah kasus bahwa terapi murottal Al-Qur’an belum
gangguan jiwa terus bertambah yang pernah dilakukan di RSU
berdampak pada penambahan beban dr.H.Koesnadi Bondowoso ruang rawat
negara dan penurunan produktivitas inap jiwa dan waktu kesembuhan pasien
manusia untuk jangka panjang relatif lama rata-rata 3 minggu - 1 bulan,
(Kemenkes, 2016). Hasil Riskesdas untuk itu peneliti tertarik melakukan
tahun 2018, menunjukkan prevalensi penelitian dengan memberikan terapi
rumah tangga dengan anggota yang murottal Al-Qur’an dalam penurunan
menderita skizofrenia/psikosis sebesar frekwensi halusinasi pada pasien
7/1000 dengan cakupan pengobatan skizofrenia.
84,9%. Sementara itu prevalensi Terapi Al-Qur.an merupakan
gangguan mental emosional pada salah satu bentuk dari terapi modalitas
remaja berumur >15 tahun sebesar 9,8%. keperawatan jiwa yang efektif dalam
Angka ini meningkat dibandingkan mengurangi gejala halusinasi pada
tahun 2013 yaitu sebesar 6%. pasien skizofrenia, sehingga dapat
Studi pendahuluan yang menurunkan frekuensi halusinasi pada
dilakukan peneliti dengan metode penderitanya (Hawari, 2010)..
wawancara kepada kepala paviliyun dan Sebagaimana dalam Al-Quran surah
perawat di Rumah Sakit Umum dr. Yunus (10):57 Allah berfirman :
H.Koesnadi Bondowoso Ruang Rawat
Inap Jiwa Pav.Seroja , didapatkan data
bahwa masih banyak pasien yang belum
mampu mengontrol halusinasinya
dengan baik dengan rentang waktu
rawat inap yang cukup lama antara 1
bulan perawatan. Frekuensi halusinasi
masih sangat sering terjadi pada pasien Artinya: Wahai manusia !
yang dirawat. Sungguh, telah datang kepadamu
Jumlah kunjungan pasien pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu,
gangguan jiwa dari laporan rekam penyembuh bagi penyakit yang ada
medik Rumah Sakit Umum dr. dalam dada dan petunjuk serta rahmat
H.Koesnadi Bondowoso Ruang Rawat bagi orang yang beriman.
Inap Jiwa Pav.Seroja pada tahun 2019, Psikoterapi merupakan salah
2020 dan September 2021 adalah 362, satu bentuk dari terapi modalitas
328 dan 303 pasien yang rawat inap. keperawatan jiwa yang berupa
Masalah yang timbul diantaranya pemberian praktek lanjutan oleh
adalah masalah keperawatan jiwa perawat jiwa.

Page |91
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

Banyak peneliti telah Skizofrenia ditandai dengan


membuktikan terapi Al-Quran dalam distorsi dalam pemikiran, persepsi,
kesehatan jiwa. Penelitian yang emosi, bahasa, kesadaran diri dan
dilakukan oleh M. Darabinia pengalaman umum termasuk
menunjukkan hasil bahwa terapi mendengar suara-suara atau yang
mendengarkan Al-Quran dapat disebut dengan halusinasi (WHO, 2016).
meningkatkan kesehatan mental Hasil Riskesdas tahun 2018,
masyarakat dan dapat digunakan menunjukkan prevalensi rumah tangga
sebagai psikoterapi. Penelitian yang dengan anggota yang menderita
dilakukan oleh (F. S. Fatimah and Z. skizofrenia/psikosis sebesar 7/1000
Noor, “Efektivitas Mendengarkan dengan cakupan pengobatan 84,9%.
Murotal Al-Qur ’ an terhadap Derajat Sementara itu prevalensi gangguan
Insomnia pada Lansia di Selter mental emosional pada remaja
Dongkelsari Sleman Yogyakarta berumur >15 tahun sebesar 9,8%.
menunjukkan hasil bahwa terapi Al- Angka ini meningkat dibandingkan
Qur’an efektif dalam menurunkan tahun 2013 yaitu sebesar 6%
derajat insomnia pada lansia. Penelitian (Kementerian Kesehatan Republik
yang dilakukan oleh menunjukkan Indonesia, 2018).
hasil bahwa kecemasan pasien yang Skizofrenia merupakan penyakit
akan menjalani operasi dapat menurun yang mudah kambuh dan bisa menetap
dengan mendengarkan Al-Qur’an dan dalam jangka waktu yang cukup
terjemahannya. Al-Qur’an dapat panjang. Bisa saja penyakit ini menetap
digunakan untuk mengobati berbagai pada penderita seumur hidupnya. Bila
macam penyakit jasmani dan rohani. dibiarkan, penyakit ini dapat
Al-qur’an dapat menjadi penerapis mengakibatkan kemunduran dalam
dalam mengubah pikiran, kepribadian berbagai aspek kehidupan sosial
pasien secara bertahap, dan sebagai penderita. Meski serius, penyakit ini
penyembuh pasien dengan gangguan dapat disembuhkan, terutama bila
kejiwaan (Mas’udi, “Terapi Qur ’ ani diobati dengan sungguh-sungguh. Ada
Bagi Penyembuhan Gangguan berbagai cara pendekatan dalam
Kejiwaan ( Analisis Pemikiran pengobatan skizofrenia. Semua
Muhammad Utsman Najati tentang pendekatan dan pengobatan skizofrenia
Spiritualitas al-Qur ’ an bagi tergantung dari kebutuhan penderita,
Penyembuhan Gangguan Kejiwaan ),” J. karena setiap penderita memiliki
Bimbing. Konseling Islam, vol. 8, no. 1, pengobatan yang berbeda sesuai dengan
pp. 133–150, 2017). jenis skizofrenia yang dideritanya.
Salah satu tanda dan gejala (Fausiah dan Widury, 2006).
nyata dari skizofrenia adalah halusinasi Skizofrenia merupakan salah satu
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk gangguan jiwa yang umum
gejala yang sangat umum terjadi pada terjadi yang dapat mempengaruhi otak
pasien skizofrenia. Sekitar 50%-70% sehingga menyebabkan timbulnya
pasien skizofrenia mengalami pikiran dan perilaku yang aneh
halusinasi pendengaran. Pasien yang (Videbeck, 2008). Penderita skizofrenia
mengalami halusinasi pendengaran di Indonesia terus meningkat.
tidak mampu mengendalikan pikiran Data Riskesdas 2018
mereka ketika suara-suara itu datang menunjukkan bahwa proporsi penderita
menghampiri. skizofrenia adalah 7% dari total
penduduk sedangkan data riskesdas

Page |92
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

2013 proporsi penderita skizofrenia dan bivariat. maka selanjutnya


hanya 1,7% dari total penduduk. dilakukan pengolahan data uji statistik
(Kemenkes RI, 2018). Gejala umum dengan menggunakan uji wilcoxon.
yang paling sering terjadi pada pasien
skizofrenia adalah gangguan sensori HASIL
persepsi yang sering disebut dengan 1. Data Umum
halusinasi. Orang yang mengalami Varia Mean Median Min- 95%C
bel ± SD Maks I
halusinasi tidak mampu membedakan 30,45 22,09
antara rangsangan internal dan Usia 26 19-56
± 3,7 – 38,82
rangsangan eksternal.
Hasil analisis tentang usia
METODE responden didapatkan rata-rata usia
Jenis penelitian kuantitatif yang 30,45 tahun dengan usia terendah
berbentuk penelitian dengan rancangan adalah 19 tahun dan usia tertinggi
pra eksperimental desaign dengan adalah 56 tahun. Dari hasil estimasi
pendekatan pre-post desaign. Lokasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%,
penelitian di Ruang Rawat Inap Jiwa diyakini rata-rata usia responden pada
Paviliyun Seroja RSU dr.H.Koesnadi rentang 22,09 sampai dengan 38,82
Bondowoso yang dilakukan pada tahun.
tanggal 15 Oktober – 22 Oktober 2021 Variabel Jumlah Persentase (%)
dengan populasi seluruh pasien dengan Laki-laki 8 72.7
skizofrenia. Total sampel sejumlah 11 Perempuan 3 27.3
pasien penderita skizofrenia dengan Total 11 100
menggunakan teknik purposive
sampling. Pengumpulan data dilakukan Pada tabel diatas menunjukkan
menggunakan lembar observasi dari bahwa responden dengan jenis kelamin
Gillian Haddock, University of laki-laki sebanyak 8 orang dan
Manchester, 1994 berupa Auditory responden berjenis perempuan
Hallucinations Rating Scale. Etika sebanyak 3 orang. Hasil analisis jenis
penelitian mendapat persetujuan dari kelamin responden dengan halusinasi
Rumah Sakit Umum dr.H.Koesnadi pendengaran sebagian besar adalah
Bondowoso. Subjek yang memenuhi berjenis kelamin laki-laki yaitu (72.7%).
kriteria maka keluarga diberikan
edukasi, menandatangani informed 2. Hasil Pretest Responden Tingkat
consent dan pengambilan data Skala Halusinasi Pendengaran
demografi karakteristik responden. Hari Ke-1
Sebelumnya responden akan di nilai Variabe Mean Median Min- 95%
l ± SD Maks CI
tingkat skala halusinasi kemudian Pretest 10,6 ± 11 5-17 8,28 –
responden diberikan terapi murattal Al- Murottal 1,05 12,99
Quran sebanyak 2 kali sehari selama 7
hari, sebelum minum obat. Setelah itu, Hasil analisis tentang pretest
responden di nilai kembali tingkat skala responden sebelum dilakukan perlakuan
halusinasi . Data dalam penelitian terapi murotal Al-Quran didapatkan
ini diolah dengan menggunakan rata-rata nilai 10,06 dengan nilai
komputer dan dianalisa dengan uji terendah adalah 5 dan nilai tertinggi
paired t test.Dari hasil kuesioner, tingkat skala halusinasi pendengaran
wawancara dan lembar observasi diolah adalah 17. Dari hasil estimasi interval
dan dilakukan uji analisa data univariat dapat disimpulkan bahwa 95%, diyakini

Page |93
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

rata-rata tingkat skala halusinasi 5. Hasil Posttest hari 2 dengan


pendengaran berada pada rentang nilai menggunakan uji Wilcoxon
8,28 sampai dengan 12,99 sebelum dan sesudah terapi
murottal Al-Quran
3. Hasil Postest Responden Tingkat
Skala Halusinasi Pendengaran
Hari Ke-7

Negative

P. Value
Variabel

Positive
Selisih

Ranks

Ranks
Mean

Mean
Variabel Mean Med Min- 95%CI
± SD ian Maks
Postest 8,82 ± 8 5-13 6,70 – Pre 10,6
Murottal 0,95 10,94 Murottal
1,78 4 6 0,794
Post 8,82
Murottal
Hasil analisis tentang postest
responden setelah dilakukan perlakuan Berdasarkan tabel diatas
terapi murotal Al-Quran didapatkan diperoleh hasil uji statistik Wilcoxon,
rata-rata nilai tingkat skala halusinasi bahwa dengan perlakuan terapi murottal
pendengaran adalah 8,82 dengan nilai Al-quran tidak ada pengaruh signifikan
terendah adalah 5 dan nilai tertinggi tingkat skala halusinasi pendengaran
tingkat skala halusinasi pendengaran yang ditandai nilai negative ranks
adalah 13. Dari hasil estimasi interval adalah 4 dan positive ranks 6 , Nilai P
dapat disimpulkan bahwa 95%, diyakini value 0,794 > 0,05.
rata-rata tingkat skala halusinasi
pendengaran berada pada rentang nilai 6. Hasil Posttest hari 3 dengan
6,70 sampai dengan 10,94. menggunakan uji Wilcoxon
sebelum dan sesudah terapi
4. Hasil Posttest hari 1 dengan murottal Al-Quran
menggunakan uji Wilcoxon
sebelum dan sesudah terapi
murottal Al-Quran
Negative

P. Value
Variabel

Positive
Selisih

Ranks

Ranks
Mean

Mean
Negative

P. Value
Variabel

Positive
Selisih

Ranks

Ranks

Pre 10,6
Mean

Mean

Murottal
1,78 5 5 0,797
Post 8,82
Pre 10,6 Murottal
Murottal
1,78 3 4 0,865
Post 8,82
Murottal Berdasarkan tabel diatas
diperoleh hasil uji statistik Wilcoxon,
Berdasarkan tabel diatas bahwa dengan perlakuan terapi murottal
diperoleh hasil uji statistik Wilcoxon, Al-quran tidak ada pengaruh signifikan
bahwa dengan perlakuan terapi murottal tingkat skala halusinasi pendengaran
Al-quran tidak ada pengaruh signifikan yang ditandai nilai negative ranks
tingkat skala halusinasi pendengaran adalah 5 dan positive ranks 5, Nilai P
yang ditandai nilai negative ranks value 0,797 > 0,05.
adalah 3 dan positive ranks 4, Nilai P
value 0,865 > 0,05. 7. Hasil Posttest hari 4 dengan
menggunakan uji Wilcoxon
sebelum dan sesudah terapi
murottal Al-Quran

Page |94
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

Negative
Variabel

P. Value
Positive

Negative
Variabel

P. Value
Positive
Selisih

Ranks

Ranks

Selisih
Mean

Mean

Ranks

Ranks
Mean

Mean
Pre 10,6 Pre 10,6
Muro Muro
ttal ttal
1,78 7 3 0,101 1,78 8 1 0,026
Post 8,82 Post 8,82
Muro Muro
ttal ttal

Berdasarkan tabel diatas Berdasarkan tabel diatas


diperoleh hasil uji statistik Wilcoxon, diperoleh hasil uji statistik Wilcoxon,
bahwa dengan perlakuan terapi murottal bahwa dengan perlakuan terapi murottal
Al-quran tidak ada pengaruh signifikan Al-quran ada pengaruh signifikan
tingkat skala halusinasi pendengaran tingkat skala halusinasi pendengaran
yang ditandai nilai negative ranks yang ditandai nilai negative ranks
adalah 7 dan positive ranks 3, Nilai P adalah 8 dan positive ranks 0. Nilai P
value 0,101 > 0,05. value 0,026 < 0,05
8. Hasil Posttest hari 5 dengan 10. Hasil Posttest hari 7 dengan
menggunakan uji Wilcoxon menggunakan uji Wilcoxon
sebelum dan sesudah terapi sebelum dan sesudah terapi
murottal Al-Quran murottal Al-Quran
Negative

P. Value
Variabel

Positive

Negative
Variabel

P. Value
Selisih

Positive
Ranks

Ranks
Mean

Mean

Selisih

Ranks

Ranks
Mean

Mean

Pre 10,6 Pre 10,6


Muro Muro
ttal ttal
1,78 8 1 0,043 1,78 8 0 0,011
Post 8,82 Post 8,82
Muro Muro
ttal ttal

Berdasarkan tabel 5.9 Berdasarkan tabel diatas


diperoleh hasil uji statistik Wilcoxon, diperoleh hasil uji statistik Wilcoxon,
bahwa dengan perlakuan terapi murottal bahwa dengan perlakuan terapi murottal
Al-quran ada pengaruh signifikan Al-quran ada penurunan tingkat skala
tingkat skala halusinasi pendengaran halusinasi pendengaran yang ditandai
yang ditandai nilai negative ranks nilai negative ranks adalah 8 dan
adalah 8 dan positive ranks 1 . Nilai P positive ranks 0. Nilai P value 0,011 <
value 0,043 < 0,05. 0,05.
9. Hasil Posttest hari 6 dengan PEMBAHASAN
menggunakan uji Wilcoxon 1. Tingkat Skala Halusinasi
sebelum dan sesudah terapi Pendengaran Sebelum dilakukan
murottal Al-Quran Terapi Murottal Al-Quran

Page |95
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

Berdasarkan tabel 5.3 Hasil Indonesia sebanyak 6,1% dan di


analisis tentang pretest responden wilayah Jawa Timur mencapai 4,8%.
sebelum dilakukan perlakuan terapi Sedangkan prevalensi gangguan jiwa
murotal Al-Quran didapatkan rata-rata berat, seperti skizofrenia sebanyak 3%
nilai 10,06 dengan nilai terendah adalah dari jumlah penduduk atau sekitar 1,2
5 dan nilai tertinggi tingkat skala juta orang. Penderita gangguan
halusinasi pendengaran adalah 17. Dari kesehatan jiwa sering mendapatkan
hasil estimasi interval dapat stigma dan diskriminasi yang lebih
disimpulkan bahwa 95%, diyakini rata- besar dari masyarakat di sekitarnya
rata tingkat skala halusinasi dibandingkan individu yang menderita
pendengaran berada pada rentang nilai penyakit medis, diantaranya:
8,28 sampai dengan 12,99. dikeluarkan dari sekolah, diberhentikan
Skizofrenia merupakan salah dari pekerjaan, diceraikan oleh
satu gangguan jiwa berat yang ditandai pasangan, hingga dilantarkan oleh
dengan distorsi dalam pemikiran, keluarga, bahkan dipasung serta
persepsi, emosi, bahasa, kesadaran diri dirampas harta bendanya. Mereka
dan pengalaman umum termasuk sering kali disebut sebagai orang gila
mendengar suara-suara atau yang (insanity atau madness) sehingga
disebut dengan halusinasi. Pengontrolan mereka kehilangan peran sosialnya
halusinasi bisa dilakukan dengan terapi dalam keluarga dan masyarakat.
psikoreligius: membaca Al Fatihah. Perlakuan ini disebabkan karena
Skizofrenia adalah gangguan psikotik ketidaktahuan atau pengertian yang
yang ditandai dengan gangguan utama salah dari keluarga atau anggota
dalam pikiran, dimana berbagai masyarakat mengenai gangguan jiwa
pemikiran tidak saling berhubungan (Kemenkes RI, 2014).
secara logis, terjadinya kekeliruan Penderita skizofrenia di
persepsi dan perhatian, afek yang datar, Indonesia terus meningkat. Data
tidak sesuai dan berbagai gangguan Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa
aktifitas motorik yang aneh (Davison, proporsi penderita skizofrenia adalah
Naele & Kring, 2006). Skizofrenia 7% dari total penduduk sedangkan data
ditandai dengan distorsi dalam riskesdas 2013 proporsi penderita
pemikiran, persepsi, emosi, bahasa, skizofrenia hanya 1,7% dari total
kesadaran diri dan pengalaman umum penduduk. (Kemenkes RI, 2018).
termasuk mendengar suara-suara atau Gejala umum yang paling sering
yang disebut dengan halusinasi (WHO, terjadi pada pasien skizofrenia adalah
2016). gangguan sensori persepsi yang sering
Data Riskesdas Tahun 2018 disebut dengan halusinasi. Orang yang
terjadi peningkatan proporsi gangguan mengalami halusinasi tidak mampu
jiwa yang cukup signifikan jika membedakan antara rangsangan internal
dibandingkan dengan data Riskesdes dan rangsangan eksternal. Halusinasi
sebelumnya, yang sebelumnya dapat terjadi pada 5 panca indera yaitu
sebanyak 1,7% mengalami peningkatan pendengaran, penglihatan, perabaan,
menjadi 7%, untuk wilayah Jawa Timur pengecap, dan penciuman. Namun yang
di dapatkan sebanyak 2% yang paling sering terjadi pada pasien
menderita gangguan kesehatan jiwa. skizofrenia adalah halusinasi
Gejala depresi dan kecemasan pendengaran (Keliat, 2010). Sekitar
sudah diidap orang Indonesia sejak usia 50% - 70% dari semua pasien yang
15 tahun. Persentase depresi di terdiagnosa skizofrenia mengalami

Page |96
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

halusinasi pendengaran (Brunelin et al, stimulus suara itu muncul (Price, 2016).
2012). Sering kali pasien halusinasi
Gangguan jiwa merupakan pendengaran mengalami kesulitan
gangguan dalam berpikir (cognitive), dalam mengontrol halusinasinya. Salah
kemauan (volition), emosi (affective), satu tindakan yang dapat membantu
tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). pasien dalam mengontrol halusinasinya
Menurut Malim (2002) Gangguan jiwa adalah dengan memberikan pengobatan
merupakan deskripsi sindrom dengan dan perawatan kepada pasien. Pasien
variasi penyebab. Umumnya ditandai sebaiknya di rawat di Rumah Sakit
adanya penyimpangan yang untuk mendapatkan berbagai terapi
fundamental, karakteristik dari pikiran dalam membantu pasien mengontrol
dan persepsi, adanya afek yang tidak halusinasinya. Pasien halusinasi yang
wajar atau tumpul (Yusuf, dkk, 2015). tidak mendapatkan pengobatan dan
Seseorang mengalami gangguan perawatan akan berdampak terhadap
jiwa apabila ditemukan adanya perilaku seperti agresi,bunuh diri,
gangguan pada fungsi mental, yang menarik diri dari lingkungan, serta
meliputi emosi, pikiran, perilaku, dapat mencelakai diri sendiri dan orang
perasaan, motivasi, kemauan, keinginan, lain (Stuart, 2016).
daya tilik diri, dan persepsi sehingga Halusinasi adalah gangguan atau
mengganggu dalam proses hidup di perubahan persepsi dimana pasien
masyarakat dan timbulah perasaan mempersepsikan sesuatu yang
tertekan. Hal ini ditandai dengan sebenarnya tidak terjadi. Suatu
menurunnya kondisi fisik akibat penerapan panca indra tanpa ada
gagalnya pencapaian sebuah keinginan rangsangan dari luar, suatu penghayatan
yang akan menurunnya semua fungsi yang dialami suatu persepsi melalui
kejiwaan. Perasaan tertekan atau panca indra tanpa stimulus ekstren atau
depresi akibat gagalnya seseorang persepsi palsu (Prabowo, 2014).
dalam memenuhi sebuah tuntutan akan Halusinasi adalah kesalahan sensori
mengawali terjadinya penyimpangan persepsi yang menyerang pancaindera,
kepribadian yang merupakan awal dari hal umum yang terjadi yaitu halusinasi
terjadinya gangguan jiwa (Nasir, 2011). pendengaran dan pengelihatan
Gejala skizofrenia dibagi walaupun halusinasi pencium, peraba,
menjadi dua yaitu gejala negatif dan dan pengecap dapat terjadi (Townsend,
gejala positif. Gejala negatif yaitu 2010).
menarik diri, tidak ada atau kehilangan Halusinasi adalah suatu keadaan
dorongan atau kehendak. Gejala positif dimana klien mengalami perubahan
yaitu halusinasi, waham, pikiran yang sensori persepsi yang disebabkan
tidak terorganisir, dan perilaku yang stimulus yang sebenarnya itu tidak ada
aneh (Videbeck, 2008). Dari gejala (Sutejo, 2017). Halusinasi adalah
tersebut, halusinasi merupakan gejala persepsi klien terhadap lingkungan
yang paling banyak ditemukan, lebih tanpa stimulus yang nyata, sehingga
dari 90% pasien skizofrenia mengalami klien menginterpretasikan sesuatu yang
halusinasi (Yosep, 2013). tidak nyata tanpa stimulus atau
Kemudian Pasien skizofrenia rangsangan dari luar (Stuart dalam
yang mengalami halusinasi Azizah, 2016). Berdasarkan pengertian
pendengaran tidak memiliki halusnasi itu dapat diartikan bahwa,
kemampuan untuk mengendalikan halusinasi adalah gangguan respon yang
pikiran dan perilaku mereka ketika diakibatkan oleh stimulus atau

Page |97
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

rangsangan yang membuat klien nilai tingkat skala halusinasi


mempersepsikan sesuatu yang pendengaran adalah 8,82 dengan nilai
sebenarnya tidak ada. terendah adalah 5 dan nilai tertinggi
Ketika mengalami halusinasi tingkat skala halusinasi pendengaran
biasanya klien akan mengalami marah adalah 13. Dari hasil estimasi interval
tanpa sebab, bicara atau tertawa sendiri, dapat disimpulkan bahwa 95%, diyakini
ketakutan kepada sesuatu yang tidak rata-rata tingkat skala halusinasi
jelas, maka perawat harus mempunyai pendengaran berada pada rentang nilai
cukup pengetahuan tentang strategi 6,70 sampai dengan 10,94.
pelaksanaan yang tersedia, tetapi Terapi modalitas adalah terapi
informasi ini harus digunakan sebagai kombinasi dalam keperawatan jiwa,
satu bagian dari pendekatan holistik berupa pemberian praktek lanjutan oleh
pada asuhan klien. Menurut Keliat, perawat jiwa untuk melaksanakan terapi
strategi pelaksanaan pada klien yang digunakan oleh pasien gangguan
halusinasi mencakup kegiatan mengenal jiwa (Videbeck, 2008). Salah satu jenis
halusinasi, mengajarkan klien terapi modalitas yang efektif untuk
menghardik halusinasi, minum obat mengurangi gejala halusinasi adalah
dengan teratur, bercakap-cakap dengan psikoterapi agama atau terapi
orang lain saat halusinasi muncul, serta psikoreligius (Hawari, 2010) seperti
melakukan aktivitas terjadwal untuk sholat, dzikir, membaca ayat Al-Quran
mencegah halusinasi (Afnuhazi, 2015). atau mendengarkan murrotal bagi
Menurut peneliti bahwa pasien pasien yang beragama Islam.
jiwa merupakan manusia unik yang Membaca Al-Qur’an dapat
kondisinya dapat berubah sewaktu- mendatangkan kesembuhan
waktu. Banyak faktor yang (Wiradisuria, 2016). Mengingat Allah
mempengaruhi kesembuhan pasien akan membuat tubuh rileks dengan cara
diantaranya pengetahuan, perawatan di mengaktifkan kerja system saraf
faskes, pengobatan rutin, niat dari diri parasimpatik dan menekan kerja system
sendiri untuk sembuh, dukungan saraf simpatik. Hal ini akan membuat
keluarga dan terapi yang dilakukan. keseimbangan antara kerja dari kedua
Tidak jarang bahwa pasien mengalami system saraf otonom tersebut sehingga
kekambuhan. Biasanya karena faktor mempengaruhi kondisi tubuh. Sistem
ekonomi, pekerjaan, keluarga, dan kimia tubuh akan diperbaiki sehingga
kondisi lingkungan masyarakat. Hal tekanan darah akan menurun,
tersebut ditandai dengan pasien marah- pernafasan jadi lebih tenang dan teratur,
marah, mondar-mandir, keluyuran, metabolisme menurun, memperlambat
tidak mau minum obat, tidak mau denyut jantung, denyut nadi, dan
kontrol, tidak mau interaksi sosial, mempengaruhi aktivitas otak seperti
melukai orang sekitar, dan bicara mengalihkan perhatian dari rasa takut,
sendiri. cemas, tegang
Penelitian yang dilakukan oleh
2. Tingkat Skala Halusinasi Fanada (2012) tentang penerapan terapi
Pendengaran Setelah dilakukan psikoreligius mendapatkan kesimpulan
Terapi Murottal Al-Quran bahwa dengan melakukan kegiatan
Berdasarkan tabel 5.4 Hasil shalat dapat membantu menurunkan
analisis tentang postest responden tingkat stress pada pasien halusinasi.
setelah dilakukan perlakuan terapi Penelitian lain yang dilakukan oleh
murotal Al-Quran didapatkan rata-rata Hidayati (2014) tentang pengaruh terapi

Page |98
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

religius zikir menyatakan bahwa Terapi modalitas merupakan


kemampuan mengontrol halusinasi terapi utama dalam keperawatan jiwa
pendengaran pasien meningkat setelah karena bertujuan untuk
dilakukan terapi zikir. mengembangkan pola gaya atau
Menurut KBBI (2018) jiwa kepribadian secara bertahap (Direja,
adalah seluruh hal yang terjadi dalam 2011). Salah satu terapi modalitas
batin, sedangkan hati adalah tempat adalah terapi psikoreligius. Terapi
menyimpan segala perasaan batin. psikoreligius kini dianjurkan untuk
Ketenangan jiwa adalah kondisi dimana dilakukan di rumah sakit karena
seseorang merasa kehidupan batinnya berdasarkan riset menunjukkan bahwa
tidak gelisah sehingga merasa aman dan terapi psikoreligius mampu mencegah
tentram yang dapat terukur dari dan melindungi kejiwaan,
ketenangan hatinya. Secara tidak meningkatkan proses adaptasi,
langsung, ketenangan jiwa seseorang mengurangi kejiwaan, dan
akan mempengaruhi kondisi fisik dan penyembuhan. Terapi psikoreligius
psikologis. Konflik-konflik itu sendiri biasanya menggunakan AlQur’an,
menjadikan dirinya cemas, stres, kesembuhan dengan menggunakan Al-
depresi, dan sebagainya yang akhirnya Qur’an dapat dilakukan dengan cara
membuat emosi seseorang menjadi membacanya, berdekatan dengannya,
tidak stabil pula. Rusdi (2016) maupun mendengarkannya (murottal
mengatakan bahwa ketenangan hati Al-Qur’an) .
seseorang itu bergantung pada dua Menurut peneliti dengan adanya
aspek, yaitu keyakinan dan kedamaian. terapi murottal Al-Quran yang
Individu yang memiliki ketenangan dilakukan kepada pasien skizofrenia,
jiwa baik akan memiliki keyakinan maka akan memberikan dampak positif
yang tinggi dan perasaan damai pada ketenangan jiwa dan menurunkan
dirinya. tingkat skala halusinasi pendengaran.
Menurut Sa’dulloh, menyatakan Terapi yang mudah untuk dilakukan,
bahwa murottal adalah rekaman suara dan manfaatnya dirasa sangat luar biasa
AlQur’an yang dilagukan oleh seorang dampaknya bagi pasien skizofrenia.
qori. Al-Qur’an yang dilagukan dapat
menimbulkan ketenangan dan memiliki 3. Perbandingan Tingkat Skala
efek terhadap proses penyembuhan Halusinasi Pendengaran Sebelum
(Kartika, 2015). Menurut Safri dkk dan sesudah dilakukan Terapi
(2014) murottal Al-Qur’an efektif Murottal Al-Quran
dalam memberikan respon individu baik Berdasarkan tabel diatas
secara psikologis maupun secara diperoleh hasil uji statistik Wilcoxon,
fisiologis. bahwa dengan perlakuan terapi murottal
Al-Quran adalah kitab suci dan Al-quran ada pengaruh signifikan
kitab suci yang ditujukan untuk tingkat skala halusinasi pendengaran
bimbingan spiritual manusia (Sadeghi, yang ditandai nilai negative ranks
2011). Terapi mendengarkan murotal adalah 8 dan positive ranks 1 Nilai P
Alqur’an dapat dilakukan hanya dengan value 0,043 < 0,05.
memutar rekaman-rekaman murotal, Berdasarkan tabel diperoleh
tidak perlu mengganggu aktivitas yang hasil uji statistik Wilcoxon, bahwa
sedang dilakukan sehingga mudah dengan perlakuan terapi murottal Al-
dilakukan, serta tidak memerlukan quran ada pengaruh signifikan tingkat
biaya yang terlalu banyak. skala halusinasi pendengaran yang

Page |99
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

ditandai nilai negative ranks adalah 8 pengobatan yang bisa dilakukan dengan
dan positive ranks 0. Nilai P value surah Al Fatihah (Alcaff, 2014).
0,026 < 0,05. Membaca surah Al Fatihah
Berdasarkan tabel Hasil Analisis sebanyak 70 kali mampu
Postest hari ke-7 diperoleh hasil uji menyembuhkan tremor atau biasa
statistik Wilcoxon, bahwa dengan disebut gemetaran (Pedak, 2009).
perlakuan terapi murottal Al-quran ada Membaca al-qur’an dapat menstabilkan
pengaruh signifikan tingkat skala getaran neuron. Telah banyak hasil
halusinasi pendengaran yang ditandai penelitian ynag membuktikan bahwa al-
nilai negative ranks adalah 8 dan qur’an bermanfaat untuk pengobatan
positive ranks 0. Nilai P value 0,01 < dan penyembuhan penyakit fisik dan
0,05. kejiwaan [22]. Seperti yang telah
Sehingga dari hasil analisis terbukti dalam penelitian ini bahwa
tersebut terdapat pengaruh signifikan membaca beberapa ayat al-qur’an
terapi murottal al-quran terhadap efektif dalam mengontrol halusinasi
tingkat skala halusinasi pendengaran di pendengaran dan sebagai terapi dalam
mulai pada hari ke 5, 6 dan 7. penatalaksanaan halusinasi pendengaran
Hal ini sesuai dengan penelitian pada pasien skizofrenia.
Sari (2016) tentang efektifitas Adapun pokok kandungan surat
mendengarkan murottal Al-Quran Ar-Rahman menurut Departemen
mendapatkan hasil bahwa murottal Al- Agama RI, Al-Qurán dan terjemahan
Quran dengan surah Ar Rahman efektif (Mudhiah, 2014), adalah sebagai
dalam menurunkan skor halusinasi berikut: 1) Dari segi keimanan, surat
pasien. Selain surah Ar Rahman surah Ar-Rahman mencatat beberapa aspek,
lain yang sering digunakan untuk terapi yaitu: pertama, dalamsurat Ar-Rahman
dalam kesehatan adalah surah Al Mulk, Allah mengajarkan manusia agar pandai
Al Falaq, AL Ikhlas, An Nas, Al berbicara (ayat 3 – 4). Kedua, semua
Baqarah, dan Al Fatihah.Berdasarkan jenis pepohonan dan tumbuh-tumbuhan
penelitian yang dilakukan oleh Julianto tunduk kepada hukum Allah (ayat 5 –
dan Subandi (2015) didapatkan hasil 7). Ketiga, semua makhluk akan hancur
bahwa membaca Al Fatihah dapat kecuali Allah (ayat 26 – 27). Keempat,
menurunkan depresi dengan Allah selalu dalam kesibukan (ayat 29).
menurunkan produksi hormon kortisol Kelima, manusia diciptakan dari tanah
yang dipengaruhi oleh thalamus melalui dan jin dari api (ayat 14 – 15). 2) Dari
coliculus superior dan coliculus inferior segi hukum, dalam surat Ar-Rahman
dan hipothalamus dengan merangsang Allah mewajibkan kepada manusia
sistem endokrin. untuk berlaku adil dalam mengukur,
Surah Al Fatihah memiliki menakar, dan menimbang (ayat 9). 3)
kedudukan yang tinggi dengan sebutan Dalam surat Ar-Rahman Allah juga
Ummul Kitab yang artinya induk dari menyatakan bahwa manusia dan jin
seluruh Al-Qur’an. Surah Al Fatihah ini tidak dapat melepaskan diri dari kuasa
terdiri dari 7 ayat dan merupakan surah Allah.
yang popular dan paling dihafal oleh Tambahan penjelasan oleh Al-
umat muslim (Ridha, 2007). Surah Al Hadis lain (Surin, 1978), yakni: Suatu
Fatihah merupakan obat dari segala ketika Rasulullah SAW membaca ayat
penyakit dan Rasulullah Saw. Telah 29 surat Ar-Rahman dihadapan para
mencontohkan berbagai macam sahabat. Lalu, para sahabat bertanya:
Äpakah yang dimaksud dengan

Page |100
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

kesibukan itu ya Rasulullah?” Beliau (2017) juga mendapatkan hasil yang


menjawab: ”Mengampuni dosa, sama bahwa mendengarkan murottal al-
meringankan kesukaran, mengangkat qur’an dapat meningkatkan kualitas
derajat suatu kaum, dan membiarkan hidup pasien gagal ginjal. Al-Quran
yang lain”. Berdasarkan pemaparan di yang dilagukan dapat menimbulkan
atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketenangan dan memiliki efek terhadap
Allah menegaskan segala kesukaran, proses penyembuhan (Kartika, 2015).
ketegangan, ketakutan, dan kegelisahan Menurut Safri dkk (2014) murottal al-
yang dirasakan manusia merupakan qur’an efektif dalam memberikan
bagian dari nikmat allah dan hanya respon individu baik secara psikologis
kepada Allah tempat untuk kembali maupun secara fisiologis.
serta memohon kemudahan atas segala Ar-rahmaan. Allamal
kesukaran. qur’aan’{Tuhan yang maha pemurah.
Diantara sekian surat dalam Al- Yang telah menciptakan Al-Qur’an.
Qurán, surat Ar-Rahman memiliki (QS.Ar-Rahman 55:1-2) }
pengulangan terbanyak. Bentuk gaya Ayat tersebut menjelaskan
bahasanya yaitu terdapat 31 ayat yang bahwa Allah maha pengasih, Allah
diulang-ulang. Pengulangan ayat telah menciptakan al-quran sebagai
tersebut untuk menekankan keyakinan pedoman hidup umat manusia . Al-
yang sangat kuat terhadap Allah SWT Quran merupakan kitab suci dan kitab
(Wirakhmi, 2016). Mudhiah (2014) suci yang ditujukan untuk bimbingan
juga menjelaskan bahwa pengulangan spiritual manusia (Sadeghi, 2011).
ayat dalam Al-Qurán erat hubungannya Allah juga melalui al-quran telah
dengan penegasan dan kemantapan memberi petunjuk agar hati menjadi
keyakinan terhadap Allah SWT. tenang. Hal tersebut terdapat pada
Penegasan tersebut merupakan faktor firman Allah melalui Al quran surah
untuk mengokohkan makna dalam jiwa Ar-ra’ad ayat 28, bahwa dengan
dan pikiran bagi yang membacanya, mengingat Allah hati menjadi tenang.
sehingga dapat membentuk suatu Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa
keyakinan dalam hati manusia. satu faktor yang mempengaruhi
Hal tersebut sejalan dengan hasil ketenangan jiwa seseorang adalah
penelitian dari Heru (2008) bahwa suara keimanan. Adapun salah satu hal yang
murottal dapat menurunkan hormon- dapat menguatkan iman seseorang
hormon stres; mengaktifkan endorphin adalah mendengarkan ayat-ayat Allah
alami; meningkatkan perasaan rileks; (Al-Qur’an).
mengalihkan perhatian dari rasa takut, Terapi Religi Melalui Dzikir
cemas, dan tegang; memperbaiki sistem pada Penderita Gangguan Jiwa, hasil
kimia tubuh sehingga menurunkan dari penelitian ini menggunakan terapi
tekanan darah; serta memperlambat religi dzikir pada penderita gangguan
pernafasan, detak jantung, denyut nadi, jiwa cukup maksimal karena sudah
dan aktivitas gelombang otak. menampakkan keberhasilan nyata
Adapun penelitian lainnya yang berdasarkan rehabilitan yang mampu
menunjukkan pengaruh dari terapi kembali hidup normal di masyarakat.
mendengarkan murottal al-qur’an Terapi religi melalui dzikir telah
adalah penelitian dari Ashar, dkk (2017) mengantarkan kita pada sebuah ilmu
bahwa mendengarkan murottal al- baru bahwa penyembuhan terhadap
qur’an dapat meningkatkan kualitas penyakit itu adalah keyakinan,
hidup pasien dengan HIV. Rizqiea keyakinan tentang pertolongan Tuhan.

Page |101
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

Sedangakan dari jurnal saraf otonom, stimulasi suara


Pengaruh Teknik Distraksi Menghardik menyebabkan sistem saraf parasimpatis
dengan Spiritual terhadap Halusinasi berada di atas sistem saraf simpatis
Pasien, hasil dari penelitian ini ada sehingga merangsang gelombang otak
pengaruh teknik distraksi menghardik alfa yang menghasilkan kondisi rileks.
dengan spiritual terhadap penurunan Terapi suara seperti
halusinasi yang dinilai dari karakteristik mendengarkan murottal Al-Qur’an juga
frekuensi, durasi, lokasi, kenyaringan, menyebabkan pelepasan endorphin oleh
kepercayaan asal usul suara, jumlah isi kelenjar pituitary, sehingga akan
suara negatif, tingkat isi suara negatif, mengubah keadaan mood atau perasaan.
jumlah tekanan, intensitas tekanan, Keadaan psikologis yang tenang akan
gangguan akibat suara dan kemampuan mempengaruhi sistem limbik dan saraf
mengontrol halusinasi. Pengaruh Terapi otonom yang menimbulkan rileks, aman,
Murottal terhadap Perubahan Perilaku dan menyenangkan sehingga
Kekerasan Klien Skizofrenia, hasil merangsang pelepasan zat kimia gamma
penelitian terdapat perbedaan yang amino butric acid, enchepalin dan beta
signifikan antara perilaku kekerasan endhorphin yang akan mengeliminasi
klien skizofrenia sebelum dan sesudah neurotransmitter rasa nyeri maupun
pemberian terapi murottal. Pemberian kecemasan (Wahida, 2015). Beberapa
terapi murottal dapat merubah perilaku penelitian telah menggunakan beberapa
kekerasan pada klien skizofrenia sangat ayat yang ada didalam Al-Qur’an, tetapi
bermakna dan terjadi perubahan yang belum ada yang menggunakan ayat-ayat
sangat efektif. Ruqyah (surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas,
Hasil Penelitian yang dilakukan Al-Falaq, An-Nass, AlKafirun, dan
oleh Sari, Jumaini & Utami (2016) Ayat Kursi) untuk pasien halusinasi.
tentang efektivitas mendengarkan Di dalam AL-Qur'an begitu
murottal Al-Qur’an dengan surah Ar- banyak di jelaskan tentang cara-cara
Rahman terhadap skor halusinasi pada menangani masalah kejiwaan tersebut
pasien halusinasi pendengaran bahkan sebagian manusia menggunakan
diperoleh bahwa terapi murottal Al- Al-Quran untuk menyembuhkan
Qur’an efektif terhadap penurunan skor permasalahannya. Pendekatan dengan
halusinasi. Hal ini dikarenakan terapi terapi keagamaan untuk gangguan
audio murratal AlQur’an dapat kejiwaan ini sesuai dengan firman Allah
menghasilkan gelombang tinggi yang dalam Surat Yunus ayat 57 :
mempengaruhi batang otak sehingga
akan berdampak pada peningkatan
fungsi.
Terapi AlQur’an terbukti
mengaktifkan sel-sel tubuh, suara yang
didengarkan masuk melalui telinga
diteruskan hingga koklea, stimulus
suara ditransmisikan kearea serebral, Artinya “ Hai manusia,
sistem limbik, dan korpus kolosum. Sesungguhnya telah datang kepadamu
Ketika suara diperdengarkan, seluruh pelajaran dari Tuhanmu dan
daerah sistem limbik dirangsang penyembuh bagi penyakit-penyakit
menghasilkan sekresi feniletilamin yang (yang berada) dalam dada dan petunjuk
merupakan suatu neuro yang serta rahmat bagi orang-orang yang
bertanggung jawab pada perasaan. Pada beriman.

Page |102
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

Seseorang yang mengalami dan kegiatan lain untuk mengusir dan


gangguan kejiwaan dapat diketahui mengontrol halusinasinya.
melalui sikap, perilaku atau
penampilannya. Dengan melihat kondisi KESIMPULAN
tersebut seseorang dapat dinilai bahwa Tujuan dari peneltian ini adalah
kondisi kejiwaannya dalam keadaan menganalisa pengaruh terapi murattal
baik, sehat atau tidak. Ciri-ciri orang al-quran terhadap tingkat skala
yang mengalami masalah kejiwaan bisa halusinasi pendengaran pada pasien
berbeda namun gejala umum bisa skizofrenia. Analisa data menggunakan
diamati, seperti mood yang tadinya uji korelasi wilcoxon, dan didapatkan
buruk kemudian dapat menjadi senang hasil penelitian bahwa adanya pengaruh
maupun sebaliknya. Ciriciri lainnya setelah dilakukan Terapi Murattal Al-
yang begitu terlihat adalah seseorang Quran dimulai pada hari ke 5 dengan P
yang sangat marah kemudian value 0,043, hari ke 6 dengan P value
dilampiaskan dengan melakukan 0,026 dan hari ke 7 dengan P Value
kekerasan, menarik dirinya dari 0,011. Maka dapat disimpulkan bahwa
kehidupan sosial, memiliki perasaan ada pengaruh antara Terapi Murottal
takut yang berlebihan, serta mengalami Al-Quran terhadap tingkat skala
delusional. halusinasi pendengaran pasien
Menurut peneliti bahwa pasien skizofrenia di Rawat Inap Pav. Seroja
gangguan jiwa sering terjadi RSU dr.H.Koesnadi Bondowoso.
kekambuhan dan tidak sekali dua kali
mereka MRS, sehingga mereka DAFTAR PUTAKA
mendapatkan terapi berulang seperti Abdullah Al Mazid, 2020 Dahsyatnya
terapi farmakologi, psikoterapi, terapi Terapi AL-Quran Yogyakarta :
supportif, dan terapi modalitas. Hal Pustaka Pesantren
tersebut bisa menjadi faktor Ah, Y., Endang, N. H.,
bertambahnya pengetahuan, terbiasa Miranti.Florencia, I., & Fanni, O.
dengan kondisi perawatan dan semakin (2016). Kebutuhan Spiritual
efektif mereka mengontrol Konsep Dan Aplikasi dalam
halusinasinya. Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Adanya pengaruh terapi Mitra Wacana Media.
murottal Al-Quran terhadap pasien Akhmad, Askrening, Hadi I, Ismail.
halusinasi pendengaran dipengaruhi Efektivitas Terapi Spritual Shalat
oleh faktor internal dan faktor eksternal. dan Dzikir Terhadap Kontrol Diri
Faktor internal yaitu keinginan dan Klien Penyalahgunaan Napza
motivasi dari pasien untuk sembuh serta Deden, D. (2017). Pengaruh Terapi
koping yang adaptif serta respon klien Psikoreligius Dzikir Pada Pasien
terhadap halusinasi. Menurut hasil Halusinasi Pendengaran, 15(1)..
obervasi peneliti selama penelitian Dellazizzo, L., Potvin, S.,
didapatkan diantara pasien halusinasi Phraxayavong, K., Lalonde, P.,
pendengaran sudah pernah beberapa Dumais, A., & Heidelberg, U.
kali MRS (masuk rumah sakit) sehingga (2018). Terapi avatar untuk terus-
mereka segera beradaptasi dengan menerus pendengaran Verbal
lingkungan dan terapi lanjutan, mau Halusinasi pada pasien
ketika disuruh untuk mengontrol skizofrenia Ultra-Resistant :
halusinasinya, namun juga ada pasien Laporan Kasus, 9(April), 1–7.
yang malas untuk melakukan aktivitas

Page |103
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

Handono, 2019. Buku Pedoman Nurlaili, Nurdin AE, Putri DE.


Penulisan Skripsi, Program Studi Pengaruh Tehnik Distraksi
Keperawatan Fakultas Kesehatan Menghardik Dengan Spiritual
UNUJA; 9 Terhadap Halusinasi Pasien. J
Herniyanti R, Malini H, Netrida. Keperawatan Indones.
Pengaruh Terapi Murottal 2019;11(3):177–90
Terhadap Perubahan Perilaku Nurhalimah, 2015, Praktikum
Kekerasan Klien Skizofrenia. J Keperawatan Jiwa, Jakarta :
Keperawatan. 2019;11(3):199– Pusdik SDMK
208 Nurhalimah, 2015, Keperawatan Jiwa,
Indra ruswadi, 2020, Keperawatan Jakarta : Pusdik SDMK
Jiwa .Indramanyu: CV Adanu Putra, P. S., Gumilar, R., Kusuma, S. R.,
Abimata Purnomo, H., & Basumerda, C.
Ibnu Al-Jauzi, 2012, Terapi Spiritual (2018). The effect of Quran m
Parangtritis : Pustaka Pesantren urottal ’ s audio on short term
Lee, T. Y., Lee, J., Kim, M., & Kwon, J. memory, 1060, 2–5.
S. (2017). The effect of Setyo adi N, Handono Fatkhur R M
transcranial sdirect current hasanah. Studi Fenomenologi :
stimulation on auditory Pengalaman Spiritualitas Klien
hallucination in patients with Perempuan Dengan Chronic
schizophrenia. Schizophrenia Kidney Desease ( CKD ) Yang
Research, 1–2. Menjalani Hemodialisys Di
Lilik Ma’rifatul dkk,2016 Buku Ajar RSUD Dr . 2019
Keperawatan Jiwa Yogjakarta : Songwathana, P. (2011). Spirituality
Indomedia Pustaka Intervention and Outcomes :
Massuhartono, Mulyanti. Terapi Religi Corner stone of Holistic Nursing
Melalui Dzikir Pada Penderita Practice, (January), 117–127.
Gangguan Jiwa. J Islam Gudance Suliswati, 2020, Praktik Klinik
Couns. 2018;2(June):1–8. Keperawatan Jiwa, Jakarta :
Mahjoob, M., Nejati, J., & Hosseini, A. Pusdik SDMK
(2016). The Effect of Holy Quran Triyani FA, Dwidiyanti M, Suerni T.
Voice on Mental Health. Journal Gambaran Terapi Spiritual Pada
of Religion and Health, 38–42. Pasien Skizofrenia : Literatur
https://doi.org/10.1007/s10943- Review. J Ilmu Keperawatan Jiwa.
014-9821-7 2019;2(1):6
Miftahuddin, Zatrahadi MF, Suhaimi, Wuryaningsih, E. W., Anwar, A. D.,
Darmawati. Psikoterapi spiritual Wijaya, D., & Kurniyawan, E. H.
untuk mengatasi sakit jiwa. J (2015). Murottal al-quran therapy
Madaniyah. 2020;10:147–58 to increase sleep quality in
Munandar A, Irawati K, Prianto Y. nursing students, 7–14.
Terapi Psikoreligius Dzikir Wintari ST. Studi Kasus Dinamika
Menggunakan Jari Tangan Kanan Psikologis dengan Gangguan
Pada Orang Dengan Gangguan Mental Psikotik Skizoafektif. J
Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Keperawatan Jiwa. 2020;13(1):1–
Grhasia Daerah Istimewa 7. 11
Yogyakarta. Din Kesehat J Yusuf A, Iswari MF, Nihayati HE,
Kebidanan Dan Keperawatan Okviasanti F. Kebutuhan Spiritual
Konsep Dan Aplikasi Dalam

Page |104
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 11, No. 1, Tahun 2022

Keperawatan. penerbit Mitra


Wacana Media. 2016
Zahnia S, Wulan Sumekar D. Kajian
Epidemiologis Skizofrenia.
Majority [Internet].
2016;5(5):160–6

Page |105
JURNAL KESEHATAN – VOLUME 11 NOMOR 02 (2020) 111 - 114

Available online at : http://ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id/

Jurnal Kesehatan
| ISSN (Print) 2085-7098 | ISSN (Online) 2657-1366 |

Artikel Penelitian

TERAPI AL-QURAN DALAM MENGONTROL HALUSINASI PENDENGAR


PADA PASIEN SKIZOFRENIA
Yeni Devita 1, Hendriyani 2
1
Program Studi S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru, Riau, Indonesia
2
Program Studi S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru, Riau, Indonesia

ARTICLE INFORMATION A B S T R A C T
Received: November 14, 2019
Revised: February 17, 2020 Halusinasi merupakan salah satu gangguan jiwa yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Halusinasi di RSJ Tampan Provinsi Riau selalu menempati urusan pertama dibandingkan
Available online: July 01, 2020
dengan jenis gangguan jiwa lainnya. Salah satu dari jenis halusinasi adalah halusinasi
pendengaran, dan jenis halusinasi ini juga selalu menempati urutan pertama dibandingkan
dengan jenis halusinasi lainnya seperti halusinasi penglihatan, perabaan, perasa, dan halusinasi
KEYWORDS penciuman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi Al-Qur’an dalam
mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini mengggunakan desain Quasy Experiment dengan
Halusinasi Pendengaran; Skizofrenia, Terapi rancangan Pre-Post With Control Group. Desain ini memberikan intervensi terapi Al-Qur’an
Al-Quran pada kelompok intervensi dan memberikan intervensi generalis pada kelompok kontrol.
Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah instrument Auditory Hallucinations
Rating Scale (AHRS) yang dikembangkan oleh Haddock (2009). Analisa yang digunakan pada
CORRESPONDENCE penelitian ini adalah analisa bivariat dengan menggunakan uji statistik paired T-test dan
E-mail: yenidevita@payungnegeri.ac.id Independent T-test.hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya penurunan rerata skor
halusinasi pendengaran sebelum dan sesudah diberikan terapi al-qur’an yaitu dari 26,26 menjadi
7,61. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi al-qur’an eektif dalam mengontrol halusinasi
pendengaran pada pasien skizofrenia dengan p value 0,000. Berdasarkan hasil penelitian ini
disarankan kepada perawat jiwa di RSJ Tampan Provinsi Riau untuk dapat mempraktikkan
terapi al-qur’an sebagai salah satu intervensi bagi pasien skizofrenia dengan halusinasi
pendengaran.

Hallucination is a mental disease that is increased in prevalence by years. Hallucination case


in Psychiatric Hospital Tampan, Riau Province, is the highest among mental diseases. An
auditory hallucination is one of the hallucination types and the uppermost case rather than
other types; visual hallucination, olfactory hallucination, tactile hallucination, and gustatory
hallucination. This study aimed to distinguish the effect of Al- Qur’an therapy in controlling
schizophrenia patients’ auditory hallucinations in Psychiatric Hospital Tampan, Riau
Province. This study was a Quasy Experiment with Pre- Post Control Group. The participant
in this study was divided into two groups. The intervention group was being treated with Al-
Qur’an therapy while the control group with comprehensive treatment. Before and after
treatment, both groups were being tested with Auditory Hallucinations Rating Scale (AHRS),
which is developed by Haddock (2009). The bivariate analysis was done by paired T-test and
Independent T-test. The result showed that auditory hallucination score average lessening
before and after Al-Qur’an therapy, from 26,26 to 7,61. It can be concluded that Al- Qur’an
therapy is effective in controlling schizophrenia patients’ auditory hallucinations with p-value
0.000. Based on this research, nurses in Psychiatric Hospital Tampan, Riau Province, should
apply Al-Qur’an therapy as one of the interventions for schizophrenia patients with auditory
hallucinations.

PENDAHULUAN Salah satu tanda dan gejala nyata dari skizofrenia adalah

Skizofrenia merupakan masalah serius dalam kesehatan halusinasi [3]. Halusinasi pendengaran merupakan gejala yang

jiwa yang butuh perhatian penuh. Sekitar 1% penduduk didunia sangat umum terjadi pada pasien skizofrenia [4]. Sekitar 50%-70%

telah menderita skizofrenia pada saat hidup dalam suatu waktu [1]. pasien skizofrenia mengalami halusinasi pendengaran [5]. Pasien
Data WHO tahun 2016 menunjukkan bahwa terdapat 21 juta jiwa yang mengalami halusinasi pendengaran tidak mampu

terkena skizofrenia. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi mengendalikan pikiran mereka ketika suara-suara itu datang

skizofrenia mencapai 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1000 menghampiri [6]. Terapi yang dapat dilakukan untuk mengurangi

penduduk [2]. halusinasi menurut National Institute Mental Health of United

DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v11i2.429 Attribution-NonCommercial 4.0 International. Some rights reserved


DEVITA, Y, ET AL / JURNAL KESEHATAN - VOLUME 11 NOMOR 02 (2020) 111 - 114

States (2007) adalah dengan pemberian terapi medis dan QS:Yunus: 57, dan QS:AL-Ra’d:11. Klien diminta untuk membaca
psikoterapi [7]. surat tersebut beserta artinya. Pelaksanaan terapi Al-Qur’an ini
Terapi Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk psikoterapi terdiri dari 8 kali pertemuan. Pertemuan dilakukan perhari. Dalam
yang dapat menjaga kesehatan jiwa seseorang [8]. Psikoterapi sehari dilakukan hanya sekali pertemuan. Instrument yang
merupakan salah satu bentuk dari terapi modalitas keperawatan digunakan pada penelitian ini adalah instrument Auditory
jiwa yang berupa pemberian praktek lanjutan oleh perawat jiwa [9]. Hallucinations Rating Scale (AHRS) yang dikembangkan oleh
Banyak peneliti telah membuktikan terapi Al-Quran dalam Haddock (2009). Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah
kesehatan jiwa. Penelitian yang dilakukan oleh [10] menunjukkan analisa bivariat dengan menggunakan uji statistik Paired T-test dan
hasil bahwa terapi mendengarkan Al-Quran dapat meningkatkan Independent T-test.
kesehatan mental masyarakat dan dapat digunakan sebagai
psikoterapi. Penelitian yang dilakukan oleh [11] menunjukkan hasil HASIL DAN PEMBAHASAN
bahwa terapi Al-Qur’an efektif dalam menurunkan derajat
Berikut akan dijelaskan tentang hasil penelitian tentang
insomnia pada lansia. Penelitian yang dilakukan oleh [12]
efektifitas terapi al-qur’an dalam mengontrol halusinasi
menunjukkan hasil bahwa kecemasan pasien yang akan menjalani
pendengaran pada pasien skizofrenia.
operasi dapat menurun dengan mendengarkan Al-Qur’an dan
Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada
terjemahannya. Al-Qur’an dapat digunakan untuk mengobati
Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi Sebelum Dan
berbagai macam penyakit jasmani dan rohani [13]. Al-qur’an dapat
Sesudah Diberikan Terapi
menjadi penerapis dalam mengubah pikiran, kepribadian pasien
Kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran sebelum
secara bertahap, dan sebagai penyembuh pasien dengan gangguan
dan sesudah kelompok intervensi dilakukan terapi Al-Qur,an
kejiwaan [14].
dianalisis dengan menggunakan uji paired T-test. Hasilnya dapat
Jumlah kunjungan pasien gangguan jiwa dari laporan
dilihat sebagai berikut :
rekam medik RSJ Tampan Provinsi Riau pada bulan Oktober 2018
sebanyak 125 pasien yang dirawat inap. Diantaranya adalah Tabel 1: Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran
masalah keperawatan jiwa halusinasi 69 orang, resiko perilaku Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi Sebelum
Dan Sesudah Diberikan Terapi
kekerasan 38 orang, defisit perawatan diri 4 orang, isolasi sosial 4
orang, harga diri rendah 7 orang, waham 1 orang, dan resiko bunuh Kelompok Keterangan N Mean SD SE P
value
diri 2 orang. Dari data tersebut jelas terlihat bahwa masalah Kontrol Sebelum 23 24,78 4,264 0,889
keperawatan halusinasi merupakan masalah keperawatan tertinggi Terapi
Sesudah 23 20,35 5,060 1,055 0,000
yang terjadi pada pasien. Hasil wawancara dan observasi yang Terapi
dilakukan peneliti pada bulan April tahun 2018 didapatkan bahwa Selisih 4,43
Intervensi Sebelum 23 26,26 8,698 1,814
terapi Al-Qur’an belum pernah dilakukan, untuk itu peneliti tertarik Terapi
melakukan penelitian dengan memberikan terapi Al-Qur’an dalam Sesudah 23 7,61 6,720 1,401 0,000
Terapi
mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia.
Selisih 18,65

METODE Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata


kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada kelompok
Penelitian ini mengggunakan desain Quasy Experiment
kontrol sebelum diberikan terapi generalis adalah 24,78 dan
dengan rancangan Pre-Post With Control Group. Desain ini
sesudah diberikan terapi generalis adalah 20,35. Terdapat rata-rata
memberikan intervensi terapi Al-Qur’an pada kelompok intervensi
perbedaan skor kemampuan mengontrol halusinasi pada kelompok
dan memberikan intervensi generalis pada kelompok kontrol.
kontrol sesudah diberikan terapi generalis sebesar 4,43. Hasil uji
Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 46 responden yang
statistik didapatkan p value = 0,000, maka dapat disimpulkan
dibadi menjadi 2 yaitu 23 responden untuk kelompok intervensi dan
bahwa ada perbedaaan kemampuan mengontrol halusinasi
23 responden untuk kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan di
pendengaran pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah
RSJ Tampan Provinsi Riau pada bulan Maret – Mei 2019.
diberikan terapi generalis.
Pelaksanaan terapi Al-Quran pada kelompok intervensi ini
Hasil analisis pada tabel 1 juga menunjukkan bahwa rata-
dilakukan dengan cara meminta klien untuk membaca surat dalam
rata kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada
Al-Qur’an yang terdiri dari QS:AL-Fatihah: 1-7, QS:Al-Isra: 82,
kelompok intervensi sebelum diberikan terapi Al-Qur’an adalah
112 Devita, Y, Et Al. DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v11i2.429
DEVITA, Y, ET AL / JURNAL KESEHATAN - VOLUME 11 NOMOR 02 (2020) 111 - 114

26,26 dan sesudah diberikan terapi Al-Qur’an adalah 7,61. Terdapat psikoreligius : membaca al-fatihah terhadap skor halusinasi pasien
rata-rata perbedaan skor kemampuan mengontrol halusinasi pada skizofrenia. Terapi Al-Qur.an merupakan salah satu bentuk dari
kelompok kontrol sesudah diberikan terapi generalis sebesar 18,65. terapi modalitas keperawatan jiwa yang efektif dalam mengurangi
Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,000, maka dapat gejala halusinasi pada pasien skizofrenia [16]. Terapi modalitas
disimpulkan bahwa ada perbedaaan kemampuan mengontrol merupakan terapi non farmakologi dalam keperawatan jiwa yang
halusinasi pendengaran pada kelompok intervensi sebelum dan diberikan oleh perawat jiwa bagi penderita skizofrenia [9].
sesudah diberikan terapi Al-Qur’an. Terapi psikoreligius yang salah satunya adalah terapi al-
Hasil analisis menunjukkan bahwa selisih rata-rata qur’an sangat dianjurkan oleh beberapa ahli kejiwaan karena dapat
kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada kelompok menyembuhkan seseorang dari penyakit kejiwaan [17]. Al-Qur’an
kontrol adalah 4,43 dan pada kelompok intervensi adalah 18,65. juga memiliki pengaruh terhadap aspek fisiologi dan psikologis
Hal ini menunjukkan bahwa selisih rata-rata pada kelompok seseorang. Al-Qur’an mampu merelaksasi ketegangan urat-urat
intervensi yang diberikan terapi Al-Qur’an lebih tinggi dari pada saraf dan menurunkan voltase listrik otot [14]. Al-Qur’an
kelompok kontrol yang diberikan terapi generalis. Hal ini merupakam media penyembuhan gangguan kejiwaan manusia di
menunjukkan bahwa terapi Al-Qur’an lebih efektif dalam masa modern. Al-Qur’an dapat mengubah tingkah laku dan pikiran
mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia manusia. Al-Qur’an adalah obat penyembuh berbagai penyakit baik
dibandingkan dengan hanya memberikan terapi generalis saja. penyakit fisik maupun penyakit jiwa. Hal ini sesuai dengan arti dari
salah satu ayat al-qur’an yang dibaca oleh responden yaitu surat Al-
Perbedaan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Isra ayat 82 yang artinya “Dan kami turunkan dari al-qur’an suatu
Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi Sesudah yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
Diberikan Terapi dan al-qur’an tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
Perbedaan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran selain kerugian”, dan surat Yunus ayat 52 yang artinya “ Wahai
sebelum dan sesudah kelompok intervensi diberikan terapi manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran al-qur’an dari
dianalisis dengan menggunakan uji Independent T-test. Hasilnya tuhanmu. Penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan
dapat dilihat sebagai berikut: petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”. Dari terjemahan
Tabel 2: Analisis Peningkatan Kemampuan Mengontrol surat dalam al-qur’an tersebut jelaslah bahwa segala penyakit yang
Halusinasi Pendengaran Sebelum Dan Sesudah Kelompok
ada pada manusia yang salah satunya sakit kejiwaan dapat
Intervensi Dilakukan Terapi Al-Qur’An
disembuhkan dengan membaca Al-qur’an.
Kelompok N Mean SD SE P
Penelitian yang dilakukan oleh [18] tentang efektifitas
value
Kontrol 23 20,35 5,060 1,055 mendengarkan murotal al-quran terhadap skor halusinasi pada
0,048
Intervensi 23 7,61 6,720 1,401 pasien halusinasi pendengaran diperoleh hasil bahwa terdapat
penurunan skor halusinasi yang signifikan pada kelompok
Hasil analisis pada tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata eksperimen, hal ini menunjukkan bahwa terapi murotal al-quran
kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada kelompok efektif dalam menurunkan skor halusinasi pada pasien halusinasi
kontrol sesudah diberikan terapi generalis adalah 20,35 dan dan pendengaran. Penelitian lain juga dilakukan oleh [19] yang
rata-rata kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
kelompok intervensi sesudah diberikan terapi Al-Qur’an adalah antara tingkat depresi lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi
7,61. Hasil uji statistik didapatkan p value 0,048, maka dapat al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa terapi Al-Qur’an
disimpulkan bahwa ada perbedaan kemampuan mengontrol berpengaruh terhadap tingkat depresi pada lansia. [20] berpendapat
halusinasi pada pasien skizofrenia antara kelompok kontrol yang bahwa membaca Al-Qur’an merupakan salah satu intervensi yang
diberikan terapi generalis saja dan kelompok intervensi yang dapat diberikan kepada pasien, karena al-qur’an dapat
diberikan terapi Al-Qur’an. menghilangkan perasaan takut, marah, gelisah, depresi, dan putus
asa.
Pembahasan Mendengar dan membaca Al-Qur’an terbukti dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi Al-Qur’an meningkatkan kondisi mental seseorang. Hal ini diperkuat dengan
efektif dalam mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien hasil penelitian yang dilakukan oleh [10] tentang efek membaca al-
skizofrenia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang qur’an untuk kesehatan mental para staff medis di Iran yang
dilakukan oleh [15] yang menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi menunjukkan bahwa rerata kesehatan mental kelompok eksperimen
DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v11i2.429 Devita, Y, Et Al. 113
DEVITA, Y, ET AL / JURNAL KESEHATAN - VOLUME 11 NOMOR 02 (2020) 111 - 114

lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol setelah membaca dan 2016.


[3] Stuart, Keperawatan Kesehatan Jiwa. Indonesia: Elsevier
mendengarkan beberapa ayat al-qur’an setiap memulai kerja. Pada
Ltd, 2016.
penelitian ini responden juga diminta untuk membaca surat al- [4] C. Aynsworth, D. Collerton, and R. Dudley, “Measure of
visual Hallucinations,” Clin. Psychol. Rev., 2017, doi:
fatihah ayat 1-7. Surat al-fatihah merupakan induk dari seluruh al-
10.1016/j.cpr.2017.05.001.
qur’an dan memiliki kedudukan yang tinggi. Surat al-fatihah [5] Brunelin et al, “Examining Transcranil Direc-Current
Stimulation (tD C S) asa Treatment for Hallucinations in
merupakan surat yang popular dan menjadi obat untuk segala
Schzophrenia,” Am J Psychiartry, pp. 719–724, 2012.
penyakit. Rasulullah SAW telah benyak mengobati berbagai [6] Price, “Hallucinations: insights and supportive first care,”
Contin. Prof. Dev. Ment. Heal., vol. 30, no. 21, pp. 49–58,
penyakit dengan surat al-fatihah. Dengan membaca surat al-fatihah
2016.
seseorang akan merasa lebih tenang, fokus, dan bisa berkonsentrasi. [7] S. Chaudhury, “Hallucinations : Clinical aspects and
management,” Ind. Psychiatry J., vol. 19, no. 1, 2012, doi:
Hal ini terjadi karena adanya proses formation retikularis dalam
10.4103/0972-6748.77625.
otak. Pada saat membaca al-qur’an thalamus akan dipengaruhi [8] I. Fuad, “Menjaga Kesehatan Mental Perspektif Al- Qur ‟
an dan Hadits,” J. An-nafs, vol. 1, no. 1, pp. 31–50, 2016.
melalui dua coliculus yaitu coliculus superior dan coliculus inferior
[9] S. . Videbeck, “Buku Ajar Keperawatan Jiwa,” Jakarta:
[21]. EGC, 2008.
[10] M. Darabinia, “The effect of the Quran recitation on
Membaca al-qur’an dapat menstabilkan getaran neuron.
mental health of the Iranian medical staff,” J. Nurs. Educ.
Telah banyak hasil penelitian ynag membuktikan bahwa al-qur’an Pract., vol. 7, no. 11, pp. 30–36, 2017, doi:
10.5430/jnep.v7n11p30.
bermanfaat untuk pengobatan dan penyembuhan penyakit fisik dan
[11] F. S. Fatimah and Z. Noor, “Efektivitas Mendengarkan
kejiwaan [22]. Seperti yang telah terbukti dalam penelitian ini Murotal Al-Qur ’ an terhadap Derajat Insomnia pada
Lansia di Selter Dongkelsari Sleman Yogyakarta Elderly
bahwa membaca beberapa ayat al-qur’an efektif dalam mengontrol
Insomnia Level in Shelter Dongkelsari , Sleman ,
halusinasi pendengaran dan sebagai terapi dalam penatalaksanaan Yogyakarta,” vol. 3, no. 1, pp. 5–9, 2015.
[12] S. A. Mirsane, D. Kheirkhah, S. Shafagh, N. M. Ajorpaz,
halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia.
and J. Aminpour, “The effect of listening to Vaghe’a Surah
and its translation on the state and trait anxiety before
general surgeries: a Randomized Controlled Clinical
SIMPULAN Trial,” Heal. Spiritual. Med. Ethics, vol. 3, no. 3, pp. 12–
Setelah dilakukan penelitian tentang efektivitas terapi al- 17, 2016.
[13] D. Ramadhan, “Mengatasi Depresi dengan Psikoterapi
qur’an dalam mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien Islami ( Membaca dan Mengkaji Al-Qur ’ an ),” no. 2005,
skizofrenia maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi penurunan pp. 19–20, 2016.
[14] Mas’udi, “Terapi Qur ’ ani Bagi Penyembuhan Gangguan
rerata skor halusinasi pendengaran pada pasien setelah diberikan Kejiwaan ( Analisis Pemikiran Muhammad Utsman Najati
terapi berupa membaca beberapa ayat al-qur’an yang terdiri dari tentang Spiritualitas al-Qur ’ an bagi Penyembuhan
Gangguan Kejiwaan ),” J. Bimbing. Konseling Islam, vol.
QS:AL-Fatihah: 1-7, QS:Al-Isra: 82, QS:Yunus: 57, dan QS:AL- 8, no. 1, pp. 133–150, 2017.
Ra’d:11 yaitu yaitu dari 26,26 menjadi 7,61. Dengan demikian [15] F. Mardiati, Sri., Elita, Veny., Sabrian, “Pengaruh Terapi
Psikoreligius : Membaca AL Fatihah Terhadap Skor
dapat disimpulkan bahwa terapi al-qur’an efektif dalam mengontrol Halusinasi pasien Skizofrenia,” J. Ners Indones., vol. 8,
halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia. no. 1, pp. 79–88, 2017.
[16] D. Hawari, “Manajemen Stres, Cemas dan Depresi,”
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010.
UCAPAN TERIMA KASIH [17] I. Yosep, “Keperawatan Jiwa,” Bandung: Pt Revika
Aditama, 2011.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset [18] S. Sari, A., Jumaini, Utami, “Efektifitas Mendengarkan
Murotal Alquran Terhadap Skor Halusinasi Pada Pasien
dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset
Halusinasi Pendengaran,” 2016.
dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan [19] A. Uprianingsih, “Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an
Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia di Kelurahan Batua
Tinggi yang telah membiayai penelitian ini. Ucapan terima kasih
Kecamatan Manggala Kota Makassar,” 2013.
juga diucapkan kepada semua pihak Rumah Sakit Jiwa Tampan [20] S. Awa, “EFFECTS OF HOLY QURAN LISTENING ON
PHYSIOLOGICAL STRESS RESPONSE AMONG
Provinsi Riau yang telah memberikan izin penelitian dan semua
MUSLIM PATIENTS IN INTENSIVE CARE UNIT,” E-
pihak yang telah membantu dalam proses penelitian. proceedings Conf. Manag. Muamalah, no. May, pp. 978–
983, 2014.
[21] V. Julianto, “Membaca Al Fatihah Reflektif Intuitif untuk
Menurunkan Depresi dan Meningkatkan Imunitas,” vol.
DAFTAR PUSTAKA 42, no. 1, pp. 34–46, 2015.
[22] A. Kaheel, Sembuhkan Sakitmu Dengan Al-QUr’an.
Yogyakarta: Laras Media Prima, 2013.
[1] et. al. Mohammed, I.K.E, “Catha Edults Chewing Effect
On Treatment OF Paranoid Schizophrenic Patient,” J.
Neuropschiatric Dis. Treat., p. 11, 2015.
[2] Depkes, “Profil Kesehatan Indonesia,” Kemenkes RI,

114 Devita, Y, Et Al. DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v11i2.429


EFEKTIVITAS TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP SKOR HALUSINASI
PASIEN HALUSINASI

Mimi Aisyah1, Jumaini2, Safri3


Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Email: mimiaisyahmakmur@gmail.com

Abstract

Hallucinations are disorders or changes in perception where patients perceive something that actually doesn't happen.
An appreciation experienced by a perception through the external senses of stimulus: false perception. Hallucinatory
control can be done with one of the therapeutic modalities, namely psychiatric therapy. One of the psychological
therapies that can be used is the media of the Qur'an, especially the verses of the Qur'an which are common to
meruqyah, namely surah Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq, and An-Nas . This study aims to
determine the effectiveness of murottal Al-Qur'an therapy on hallucinatory scores. This study uses a pretest-posttest
design with control groups. The sample of this study was 33 respondents who were divided into 17 respondents in the
experimental group and 16 respondents in the control group were taken based on inclusion criteria using a purposive
sampling technique. Each experimental group was given intervention for 6 consecutive days. The measuring instrument
used is the Hallucination Rating Scale (HRC) that has been standardized. The analysis used was univariate analysis
using the Dependent sample T test and bivariate analysis using the Independent sample T test. Statistical results were
obtained p value (0,000) < (α = 0,05) so it can be concluded that there were significant differences between the
experimental group and the control group after murottal Al-Qur'an therapy on hallucination scores. Therefore, the
Murottal Al-Qur'an therapy intervention is effective in reducing hallucinatory scores. The suggestions from researchers
for nurses to apply murottal Al-Qur'an therapy to all mental disorders, because it has been proven in this study
murottal Al-Qur'an therapy provides meaningful results on hallucinatory patients hallucination scores.

Keywords: hallucination score, murottal Al-Qur'an, psychiatric therapy

PENDAHULUAN skizofrenia merupakan sekumpulan gejala


Gangguan jiwa merupakan keadaan yang terjadi secara terus menerus selama
dimana individu dalam tingkat stress yang paling sedikit 6 bulan dengan ciri-ciri seperti
tinggi dan tidak mampu atau gagal dalam munculnya gejala negatif (afektif yang datar,
mengatasi masalah baik masalah dari keadaan alogia, pengagungan); kemorosotan dalam
sosial, rendahnya harga diri, rendahnya tingkat berhubungan sosial, hubungan interpersonal,
kompetensi, dan sistem pendukung yang pekerjaan, dan delusi serta halusinasi (Black &
berinteraksi (Thedore, 2015). Menurut Nasir Andreasen, 2014).
dan Muhith (2011) gangguan jiwa yang sering Halusinasi merupakan gangguan atau
ditemukan dimasyarakat adalah perubahan persepsi dimana pasien mengalami
penyalahgunaan narkotika dan HIV/AIDS, penghayatan dan mempersepsikan sesuatu
bunuh diri, depresi, cemas, dan skizofrenia. yang sebenarnya tidak terjadi melalui panca
Data World Health Organization indra tanpa stimulus eksteren persepsi palsu
(WHO, 2016) menyatakan bahwa skizofrenia (Prabowo, 2014). Penyebab pasien mengalami
merupakan gangguan mental parah yang halusinasi adalah ketidakmampuan pasien
mempengaruhi lebih dari 21 juta orang dalam menghadapi stressor dan kurangnya
diseluruh dunia. Prevalensi gangguan jiwa kemampuan dalam mengontrol halusinasi.
berat seperti skizofrenia mencapai sekitar Pada pasien halusinasi dampak yang akan
400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1000 terjadi adalah munculnya histeria, rasa lemah,
orang penduduk Indonesia. Prevalensi pikiran buruk, ketakutan yang berlebihan dan
tertinggi dari seluruh wilayah Indonesia berada tidak mampu mencapai tujuan (Hidayat,
diwilayah Yogyakarta dan Aceh dimana 2014).
masing-masing berjumlah 2,7 per 1000 Penatalaksanaan yang dapat diberikan
penderita. Sedangkan untuk wilayah Riau pada pasien halusinasi ada 2 yaitu farmakologi
termasuk wilayah dengan penderita skizofrenia dan non farmakologi (Prabowo, 2014). Terapi
yang cukup banyak yaitu 0,9 per 1000 farmakologi berupa penggunaan obat-obatan
penderita (Riskesdas, 2013). Menurut DSM 5 dan terapi non farmakologi berupa terapi
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 141
modalitas. Terapi modalitas merupakan terapi suara yang didengarkan masuk melalui telinga
utama dalam keperawatan jiwa karena diteruskan hingga koklea, stimulus suara
bertujuan untuk mengembangkan pola gaya ditransmisikan kearea serebral, sistem limbik,
atau kepribadian secara bertahap (Direja, dan korpus kolosum. Ketika suara
2011). Salah satu terapi modalitas adalah diperdengarkan, seluruh daerah sistem limbik
terapi psikoreligius. Terapi psikoreligius kini dirangsang menghasilkan sekresi feniletilamin
dianjurkan untuk dilakukan di rumah sakit yang merupakan suatu neuro yang
karena berdasarkan riset menunjukkan bahwa bertanggung jawab pada perasaan. Pada saraf
terapi psikoreligius mampu mencegah dan otonom, stimulasi suara menyebabkan sistem
melindungi kejiwaan, meningkatkan proses saraf parasimpatis berada di atas sistem saraf
adaptasi, mengurangi kejiwaan, dan simpatis sehingga merangsang gelombang otak
penyembuhan (Yosep & Sutini, 2016). Terapi alfa yang menghasilkan kondisi rileks
psikoreligius biasanya menggunakan Al- (Faradisi, 2012).
Qur’an, kesembuhan dengan menggunakan Terapi suara seperti mendengarkan
Al-Qur’an dapat dilakukan dengan cara murottal Al-Qur’an juga menyebabkan
membacanya, berdekatan dengannya, maupun pelepasan endorphin oleh kelenjar pituitary,
mendengarkannya (murottal Al-Qur’an) sehingga akan mengubah keadaan mood atau
(Yazid, 2008). Murottal merupakan salah satu perasaan. Keadaan psikologis yang tenang
musik dengan intensitas 50 desibel yang akan mempengaruhi sistem limbik dan saraf
membawa pengaruh positif bagi pendengarnya otonom yang menimbulkan rileks, aman, dan
(Wijaya, 2009). menyenangkan sehingga merangsang
Berdasarkan hasil data laporan rekam pelepasan zat kimia gamma amino butric acid,
medik Rumah Sakit Jiwa Tampan bulan enchepalin dan beta endhorphin yang akan
Januari-Desember 2018 halusinasi merupakan mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri
masalah keperawatan tertinggi dengan maupun kecemasan (Wahida, 2015). Bebrapa
persentase sebesar 67,4% (RSJ Tampan, penelitian telah menggunakan beberapa ayat
2018). Hasil studi pendahuluan pada 7 januari yang ada didalam Al-Qur’an, tetapi belum ada
2019 melalui metode wawancara kepada 3 yang menggunakan ayat-ayat Ruqyah (surah
orang perawat di Ruang Siak, Ruang Indragiri, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nass, Al-
Ruang Kampar serta 3 kepala ruangan di Kafirun, dan Ayat Kursi) untuk pasien
Ruang Rokan, Ruang Sebayang, dan Ruang halusinasi. Rumah sakit Jiwa Tampan sendiri
Kuantan bahwa terapi tindakan keperawatan belum pernah menerapkan terapi murottal Al-
yang selama ini dilakukan pada pasien Qur’an khususnya ayat-ayat Ruqyah untuk
halusinasi adalah terapi aktivitas kelompok pasien halusinasi, maka hal inilah yang
dalam 2 kali seminggu dan intervensi sesuai
membuat peneliti tertarik untuk melakukan
SOP yaitu strategi pelaksanaan pada pasien
penelitian mengenai efektivitas terapi murottal
halusinasi setiap harinya. Murottal Al-Qur’an
Al-Qur’an terhadap skor halusinasi pasien
didefinisikan sebagai rekaman suara Al-
halusiansi.
Qur’an yang dilagukan oleh seorang qori
(Siswantinah, 2011). Tujuan umum penelitian ini adalah
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh untuk mengetahui efektivitas terapi murottal
Sari, Jumaini & Utami (2016) tentang Al-Qur’an terhadap skor halusinasi pasien
efektivitas mendengarkan murottal Al-Qur’an halusinasi. Manfaat penelitian ini bagi
dengan surah Ar-Rahman terhadap skor perkembangan ilmu keperawatan diharapkan
halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
diperoleh bahwa terapi murottal Al-Qur’an menambah pengetahuan dan wawasan serta
efektif terhadap penurunan skor halusinasi. dapat menjadi salah satu terapi pilihan dalam
Hal ini dikarenakan terapi audio murratal Al- melakukan tindakan keperawatan pada pasien
Qur’an dapat menghasilkan gelombang tinggi halusinasi dan juga bisa diterapkan untuk
yang mempengaruhi batang otak sehingga pasien dengan masalah keperawatan lainnya
akan berdampak pada peningkatan fungsi seperti Resiko Perilaku Kekerasan, Harga diri
serotonin (Tumiran et al, 2013). Terapi Al- Rendah, Isolasi social dan lainnya terutama
Qur’an terbukti mengaktifkan sel-sel tubuh, oleh perawat jiwa.
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 142
METODOLOGI PENELITIAN Pernikahan
Penelitian ini menggunakan desain Menikah 6 35,3 7 43,8 13 39,4 0,243
Belum 1 58,8 8 50,0 18 54,5
penelitian quasi eksperimental berupa Menikah 0
rancangan penelitian pre-post test with design Cerai 1 5,9 1 6,3 2 6,1
control group. Penelitian ini dilakukan di Lama
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau di Rawat
Ruang Siak, Kuantan, Kampar, Indragiri, 14-28 hari - - 2 12,5 2 6,1 0,359
Sebayang, dan Rokan dengan teknik
> 28 hari 1 100,0 1 87,5 31 93,9
pengambilan sampel purposive sampling. 7 4
Penelitian ini dimulai dari bulan Februari-Juni Lama Sakit
2018. Pada penelitian ini peneliti < 1 tahun 3 17,6 3 18,8 6 18,2 0.274
menggunakan analisis univariat dan dan 1-3 tahun 6 35,3 7 43,8 13 38,4
analisis bivariat dengan uji dependent sample > 3 tahun 8 47,1 6 37,5 14 42,4
T test dan Independent sample T test.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
HASIL PENELITIAN dari 33 responden yang diteliti, distribusi
Berdasarkan penelitian didapatkan responden menurut usia pada kelompok
hasil sebagai berikut: eksperimen dan kelompok kontrol sebagian
1. Karakteristik Responden besar adalah dewasa awal dengan jumlah 7
Pada table 1 dibawah ini dapat dilihat orang (41,2 % dan 43,8%), jenis kelamin
data distribusi karakteristik respoden sebagai responden sebagian besar adalah laki-laki
berikut berjumlah 12 orang (70,6%) pada kelompok
Tabel 1 eksperimen dan 11 orang (68,8%) pada
Distribusi Karakteristik Responden dan Uji kelompok kontrol, pendidikan terakhir
Homogenitas responden pada kelompok eksperimen
Karakterist Kelom Kelom Jumlah P sebagian besar adalah SMP berjumlah 6 orang
ik pok pok (N=33) value (37,5%) dan pada kelompok kontrol sebagian
Ekspe kontr besar adalah SMA berjumlah 6 orang
rimen ol
(37,5%), status pernikahan sebagian besar
(n=17) (n=16)
n % n % N % adalah belum menikah berjumlah 10 orang
Usia (58,8%) pada kelompok eksperimen dan 8
Remaja 2 11,8 2 12,5 4 12,1 0,095 orang (50,0%) pada kelompok kontrol, lama
akhir (17-25 rawat terbanyak adalah lebih dari 28 hari
tahun) berjumlah 17 orang (100,0%) pada kelompok
Dewasa 7 41,2 7 43,8 14 42,4
Awal (26-35 eksperimen dan 14 orang (87,5%) pada
tahun) kelompok kontrol, dan lama sakit responden
Dewasa 5 29,4 4 25,0 9 27,3 pada kelompok eksperimen sebagian besar
Akhir adalah > 3 tahun sebanyak 8 orang (47,1%)
(36-45 dan pada kelompok kontrol sebagian besar
tahun)
Lansia Awal adalah 1-3 tahun berjumlah 7 orang (43,8%).
(46-55 3 17,5 3 18,8 6 18,2 Pada karakteristik usia, jenis kelamin,
tahun) pendidikan, status pernikahan, lama rawat, dan
Jenis lama sakit masing-masing p value > (α=0,05).
Kelamin Maka disimpulkan bahwa semua karakteristik
Laki-laki 1 70,6 1 68,8 23 69,7 1.000
2 1
responden adalah Homogen.
Perempuan 5 29,4 5 31,3 10 30,3
Pendidikan 2. Rata-Rata Skor Halusinasi Sebelum
Terakhir Terapi Murottal Al-Qur’an pada
SD 5 31,3 5 31,3 13 33,3 0,243 Kelompok Eksperimen dan Kelompok
SMP 6 37,5 5 25,0 9 27,3
SMA 5 31,3 37,5 12 36,4
Kontrol
Perguruan 1 6,3 1 3,0 Pada tabel 2 dibawah ini dapat dilihat
Tinggi distribusi rata-rata skor halusinasi dan uji
Status homogenitas sebelum dilakukan terapi
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 143
murottal Al-Qur’an pada kelompok Tabel 4
eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan Rata-Rata Skor Halusinasi Sebelum
Tabel 2 dan Sesudah Intervensi Pada kelompk eksperimen
Distribusi Rata-Rata Skor Halusinasi dan Uji dan kelompok control
Homogenitas Sebelum Dilakukan terapi murottal Variabel N Mean SD P
Al-Qur’an value
Variabel Mean SD Min Max p Kelompok Pretest 17 17,96 2,256 0,000
value Eksperimen
Kelompok 17,96 2,256 14 21 0,362 Posttest 17 13,10 1,980
Eksperimen
Kelompok Pretest 16 17,04 2,839 0,130
Kelompok 17,04 2,839 13 23
Kontrol
Kontrol
Posttest 16 18,27 2,167
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
rata-rata skor halusinasi sebelum dilakukan Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-
intervensi pada kelompok eksperimen adalah rata pretest kelompok eksperimen adalah
17,96 dengan standar deviasi 2,256. Pada 17,96 dengan standar deviasi 2,256 dan nilai
kelompok kontrol didapatkan rata-rata 17,04 rata-rata pretest kelompok kontrol adalah
dengan standar deviasi 2,839. Berdasarkan 17,04 dengan standar deviasi 2,839. Nilai rata-
hasil uji statistik didapatkan pula p value rata posttest kelompok eksperimen adalah
(0,362) > (α=0,05) maka dapat disimpulkan 13,10 dengan standar deviasi 1,980 dan nilai
bahwa kelompok eksperimen dan kelompok rata-rata posttest kelompok kontrol adalah
kontrol adalah homogen. 18,27 dengan standar deviasi 2,167.
Berdasarkan hasil analisis bahwa kelompok
3. Rata-Rata Skor Halusinasi Sesudah eksperimen diperoleh p value (0,000) <
Terapi Murottal Al-Qur’an pada (α=0,05) dan kelompok kontrol diperoleh p
Kelompok Eksperimen dan Kelompok value (0,130) > (α=0,05), maka dapat
Kontrol disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
Pada tabel 3 dibawah ini dapat dilihat signifikan skor halusinasi sebelum dan
rata-rata skor halusinasi sesudah terapi sesudah intervensi.
murottal Al-Qur’an pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. 5. Perbedaan rata-rata skor halusinasi
Tabel 3 sesudah terapi murottal Al-Qur’an pada
Distribusi Rata-Rata Skor Hausinasi Sesudah kelompok eksperimen dan kelompok
Terapi Murottal Al-Qur’an kontrol
Variabel Mean SD Min Max Pada tabel 5 dibawah ini dapat dilihat
Kelompok 13,10 1,980 10 16 rata-rata skor halusinasi sesudah terapi
Eksperimen murottal Al-Qur’an pada kelompok
Kelompok Kontrol 18,27 2,167 12 22 eksperimen dan kelompok kontrol.
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat Tabel 5
bahwa rata-rata skor halusinasi sesudah Perbedaan Rata-Rata Skor Halusinasi Sesudah
dilakukan intervensi pada kelompok Terapi Murottal Al-Qur’an
eksperimen adalah 13,10 dengan standar Variabel n Mean SD p value
deviasi 1,980. Pada kelompok kontrol Kelompok 17 13,10 1,980 0,000
didapatkan rata-rata 18,27 dengan standar Eksperimen
deviasi 2,167. Kelompok 16 18,27 2,167
Kontrol
4. Perbedaan rata-rata skor halusinasi
sebelum dan sesudah terapi murottal Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji
Al-Qur’an pada kelompok eksperimen statistik didapatkan nilai rata-rata posttest
dan kelompok control kelompok eksperimen adalah 13,10 dengan
Pada tabel 4 dibawah ini dapat dilihat standar deviasi 1,980 dan nilai rata-rata
perbedaan rata-rata skor halusinasi sebelum posstest kelompok kontrol adalah 18,27
dan sesudah terapi murottal Al-Qur’an pada dengan standar deviasi 2,167. Berdasarkan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. hasil analisis diperoleh p value (0,000) <
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 144
(α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada kelompok kontrol. Hasil penelitian ini tidak
perbedaan yang signifikan skor halusinasi sejalan dengan Mardiati (2017) bahwa
sesudah diberikan intervensi pada kelompok mayoritas pasien halusinasi berada pada
eksperimen dan kelompok kontrol tingkat pendidikan Sekolah Dasar yaitu 15
orang (44.1%).
PEMBAHASAN Ngapiyem dan Sari (2018) menyatakan
Analisis Univariat bahwa semakin tingginya pendidikan
1. Karakteristik Responden seseorang maka semakin baik mekanisme
a. Usia koping dalam menyelesaikan masalah. Hal ini
Hasil penelitian terhadap 33 responden dikarenakan pengetahuan merupakan faktor
didapatkan bahwa usia terbanyak adalah penting yang menunjang kemampuan
dewasa awal (26-35 tahun) sebanyak 7 orang seseorang karena semakin cukupnya tingkat
(42,4%) pada kelompok eksperimen dan 7 pengetahuan dan kekuatan seseorang maka ia
orang (43,8%) pada kelompok kontrol. Pieter akan lebih matang dalam berfikir dan
(2011) menjelaskan bahwa pada masa dewasa menerima informasi (Sulastri, 2018).
awal dianggap sebagai fase penyesuaian diri d. Status Pernikahan
terhadap kehidupan dan harapan sosial baru. Hasil penelitian didapatkan bahwa
Menyesuaikan diri dalam kehidupan baru, mayoritas pasien halusinasi yang dirawat di
berarti mulai memainkan peran baru sebagai RSJ Tampan adalah belum menikah dengan
suami atau istri, orang tua, pekerja atau jumlah 10 orang (58,8%) pada kelompok
pencari nafkah. Menyesuaikan diri sesuai eksperimen dan 8 orang (50,0%) pada
harapan sosial, berarti mengembangkan sikap kelompok kontrol. Penelitian ini sejalan
baru, keinginan baru, dan nilai-nilai baru dengan penelitian Damayanti (2014) bahwa
sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya. mayoritas responden yang belum menikah 16
Kesulitan menyesuaikan diri menjadikan orang (47,1%). Pasien yang belum menikah
periode dewasa awal sebagai masa yang tidak mempunyai orang yang dapat
menyulitkan, yang bisa menyebabkan individu memberikan motivasi, yang dapat membantu
mengalami masalah termasuk maslah memenuhi kebutuhannya dan dapat berbagi
psikologis. perasaan yang dialami individu tersebut.
b. Jenis Kelamin Orang lain yang dianggap penting adalah
Hasil penelitian didapatkan bahwa
orang-orang yang memberi harapan dan
pasien halusinasi terbanyak yang dirawat di
motivasi bagi setiap permasalahan, tingkah
RSJ Tampan adalah berjenis kelamin laki-laki
laku dan opini seperti suami/istri (Ariyansyah,
pada kelompok eksperimen sebanyak 12 orang
2011).
(70,6%) dan pada kelompok kontrol sebanyak
11 orang (68,8%). Penyebabnya adalah ketika e. Lama Rawat
laki-laki mengalami depresi maka yang akan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
dilakukan adalah melakukan strategi bahwa mayoritas lama rawat pasien halusinasi
pertahanan untuk melawannya dengan adalah pasien yang dirawat selama lebih dari
melakukan penolakan bahwa dirinya sedang 28 hari. Pada kelompok eksperimen sebanyak
sakit dan menolak untuk meminum obat 17 orang (100,0%) dan klompok kontrol
karena dirinya merasa mampu untuk sebanyak 14 orang (87,4%). Berdasarkan hasil
mengatasi depresinya, akibatnya dirinya akan wawancara kepada perawat ruangan dan data
sering kambuh dan dirawat inap (Zilinska & sekunder yang dilakukan oleh peneliti bulan
Smitkova, 2017). Mei 2019 bahwa mayoritas pasien lama
c. Pendidikan dirawat di rumah sakit disebabkan rumah
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan keluarga pasien berasal dari luar kota sehingga
bahwa pendidikan pada Sekolah Menengah menyebabkan pasien harus menunggu
Pertama (SMP) merupakan status pendidikan keluarga menjemputnya. Selain itu, beberapa
tertinggi dengan jumlah 6 orang (37,5%) pada pasien yang dirawat inap merupakan pasien
kelompok eksperimen dan Sekolah Menengah yang diantar oleh dinas sosial yang berada di
Atas (SMA) merupakan status pendidikan luar kota ke rumah sakit jiwa Tampan
tertinggi dengan jumlah yang sama pada sehingga pasien harus menunggu.
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 145
f. Lama Sakit (Tumiran et al., 2013). Hal ini dikarenakan
Hasil penelitian didapatkan bahwa ketika seseorang mendengarkan pembacaan
kelompok eksperimen mayoritas pasien Al-Qur’an maka akan terjadi peningkatan
halusinasi sudah mengalami sakit lebih dari gelombang alpha diotak sehingga dapat
tiga tahun sebanyak 8 orang (47,1%) dan pada menimbulkan relaksasi dan ketenangan
kelompok kontrol mayopritas pasien yang (Zulkurnaini, Kadir, Murat, & Isa, 2012).
sudah mengalami sakit selama 1-3 tahun 2. Perbedaan rata-rata skor halusinasi
sebanyak 7 orang (43,8%). Menurut Kasper sesudah terapi murottal Al-Qur’an pada
dan Papadimitriou (2010) bahwa skizofrenia kelompok eksperimen dan kelompok
merupakan penyakit seumur hidup. Hal ini kontrol
disebabkan karena pada pasien skizofrenia Berdasarkan uji statistik dengan uji
terjadi perubahan sistem neurotransmitter otak Independent sample T test didapatkan bahwa
yang membawa pesan dari ujung sambungan rata-rata posttest kelompok eksperimen adalah
sel ke sel lainnya (Yosep dan Sutini, 2016). 13,10 dengan standar deviasi 1,980, pada
Selain itu, riset secara konsisten telah kelompok kontrol adalah 18,27 dengan standar
menunjukkan bahwa adanya penurunan deviasi 2,167. Pada hasil analisis didapatkan p
volume otak dan fungsi otak yang abnormal value (0,000) < (α=0,05), maka dapat
pada area temporal dan frontal (Videbeck, disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti
2008). Penelitian ini sejalan dengan Yuli, adanya perbedaan yang signifikan antara skor
Jumaini, dan Hasneli (2015) yang menjelaskan halusinasi kelompok ekpserimen dan
bahwa pasien dengan waktu sakit yang lama kelompok kontrol, hal ini berarti terapi
mengindikasikan bahwa pasien sudah lama murottal Al-Qur’an efektif terhadap skor
menderita, sehingga waktu untuk kesembuhan halusinasi.
memerlukan waktu yang lama juga. Tumiran, et. al. (2013) menjelaskan
bahwa efek teraupetik ini dapat dihasilkan
Analisis Bivariat karena ketika mendengarkan terapi audio
1. Perbedaan rata-rata skor halusinasi murrotal Al-Qur’an akan dihasilkan
sebelum dan sesudah terapi murottal Al- gelombang alpha yang lebih tinggi sehingga
Qur’an pada kelompok eksperimen dan akan berpengaruh pada kognitif, emosional,
kelompok kontrol dan sosial individu. Penelitian yang dilakukan
Berdasarkan uji statistik dengan uji oleh Nugroho (2011) tentang konsep jiwa
Dependent sample T test didapatkan bahwa dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa Al-
rata-rata skor halusinasi sebelum dilakukan
Qur’an sangat berkaitan erat dengan kesehatan
intervensi mendengarkan murottal Al-Qur’an
jiwa seseorang. Hady, Wahyuni, dan
pada kelompok eksperimen adalah 17,96
Purwaningsih (2012) dalam penelitiannya
dengan standar deviasi 2,256 dan sesudah
dengan judul perbedaan efektifitas terapi
dilakukan intervensi mendengarkan murottal
musik klasik dan terapi murottal Al-Qur’an
Al-Qur’an terjadi perubahan skor halusinasi
terhadap perkembangan kognitif anak autis
menjadi 13,10 dengan standar deviasi 1,980.
Hasil analisis didapatkan p value (0.000) < menunjukan terapi murottal Al-Qur’an
(α=0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada mempunyai pengaruh jauh lebih baik dari pada
perbedaan yang signifikan terhadap skor terapi musik klasik, karena terapi murottal Al-
halusinasi setelah dilakukan intervensi terapi Qur’an dapat memberikan dampak positif bagi
murottal Al-Qur’an. tubuh manusia.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Berdasarkan uraian diatas peneliti
yang dilakukan oleh Faradisi dan Aktifah menyimpulkan bahwa terapi murottal Al-
(2018) bahwa terjadi perubahan yang Qur’an dapat memberikan pengaruh yang baik
signifikan sebelum dan sesudah terapi murotal pada pasien halusinasi sehingga terapi
terhadap skor kecemasan post operasi dengan murottal Al-Qur’an ini dapat digunakan
p value (0,000) < (α=0,05). Suara melodi dari sebagai terapi tambahan kepada pasien
terapi Al-Qur’an mempuyai efek terapeutik halusinasi, hanya saja efek yang ditimbulkan
yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah mungkin akan berbeda karena bergantung
emosional, kognitif, dan sosial individu kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 146
SIMPULAN http//www.scrib.com/doc/43302/Penge
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rtian-Sikap-dan-Perilaku
karakteristik responden yang terdiri dari 33 Black, D. W., & Andreasen, N. C. (2014).
responden didapatkan bahwa usia terbanyak Introductory Textbook of Psychiatry.
adalah dewasa awal (26-35 tahun) (42,4%), (6th ed). Washington DC: American
jeniskelamin terbanyak adalah laki-laki Psychiatric Publishing.
(69,7%), pendidikan terbanyak adalah Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan
pendidikan SMA (36,4%), status pernikahan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
terbanyak adalah belum menikah (54,5%), Medika.
lama rawat terbanyak adalah lebih dari 28 hari Faradisi, F. (2012). Efektivitas Terapi Murottal
(93,9%), dan lama sakit tertinggi adalah lebih dan Terapi Musik Klasik Terhadap
dari 3 tahun (42.4%). Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien
Intervensi terapi murottal Al-Qur’an Operasi Di Pekalongan. Jurnal ilmiah
dengan uji Dependent sample T test kelompok kesehatan. Vol V No. 2.. Diakses pada
eksperimen menunjukkan hasil yang signifikan tanggal 18 januari 2019.
terhadap penurunan skor halusinasi karena Hidayat, A. A. A. (2011). Riset Keperawatan
didapatkan p value (0,000) < (α=0,05) dan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2.
pada kelompok kontrol menunjukan hasil Jakarta: Salemba Medika
yang tidak signifikan terhadap skor halusinasi Kasper, S., & Papadimitriou, G. N. (2010).
karena didapatkan p value (0,130) > (0,05). Schizophrenia. (2nd ed). Boca Raton:
Hasil Uji Independent sample T test Informa Healthcare.
didapatkan p value (0,000) < (α=0,05), maka Mardiati, S. (2017). Pengaruh Terapi
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang Psikoreligius: Membaca Al-Faihah
signifikan efektivitas terapi murottal Al- Terhadap Skor Halusinasi Pasien
Qur’an terhadap skor halusinasi pada pasien Skizofrenia. Skripsi Psik Unri. Tidak
halusinasi. dipublikasikan.
Ngapiyem, R., & Sari, A. L. K. (Januari,
SARAN 2018). Pengaruh terapi senam aerobik
Bagi bidang ilmu keperawatan low impact terhadap tingkat depresi
khususnya perawat jiwa diharapkan dapat pada pasien skizofrenia di rsjd dr.
menjadi ini sebagai salah satu terapi pilihan soedjarwadi provinsi jawa tengah.
bagi pasien yang mengalami halusinasi dan Jurnal Kesehatan. Vol. 5 No. 2: 37-43.
juga masalah keperawatan jiwa lainnya. Diakses pada tanggal 18 Juni 2019 dari
httpjurnal.stikesbethesda.ac.idindex.ph
UCAPAN TERIMAKASIH pjurnalkesehatanarticleview94
Penulis mengucapkan terimakasih Nugroho, A. M. (2011). Konsep Jiwa dalam
kepada Pembimbing I dan II yang telah Al-Qur’an (solusi Qur’ani untuk
memberikan arahan dan bimbingan serta menciptakan kesehatan jiwa dan
segala motivasinya. implikasinya terhadap pendidikan
islam). Tesis: Universitas Islam Negeri
1
Mimi Aisyah: Mahasiswa Fakultas Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Diperoleh
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia tanggal 25 desember 2018 dari
2 http://diglib.uin-suska.ac.id
Ns. Jumaini, M.Kep., Sp.Kep.J: Dosen
Bidang Keilmuan Keperawatan Jiwa Fakultas Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M.
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia (2011). Pengantar Psikopatologi Untuk
3 Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Ns. Safri, M.Kep., Sp.Kep.M.B: Dosen
Bidang Keilmuan Medikal Bedah Fakultas Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia Asuhan Keperawatan
Jiwa.Yogyakarta: Medikal Book.
DAFTAR PUSTAKA Riskesdas.(2013).http://www.depkes.go.id/res
Ariansyah, D. (2011). Pembentukan Sikap ources/download/general/Hasil%20Ris
(attitude). Didapat tanggal 21 Juni kesdas%202013. Diperolehpadatanggal
2019, dari 28 desember 2018.
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 147
Rumah Sakit Jiwa Tampan. (2018). Laporan Yosep, I., & Sutini, T. (2016). Buku Ajar
Diagnosa Penyakit Rawat Inap Rumah Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Sakit Jiwa Tampan (tidak Aditam
dipublikasikan). Pekanbaru: RM RSJ Yuli, R. D. S., Jumaini, & Hasneli, Y.
Tampan. (Oktober, 2015). Efektivitas senam
Sulastri. (2018). Kemampuan keluarga dalam aerobic low impact terhadap penurunan
merawat orang dengan gangguan jiwa. skor halusinasi. Jurnal Online
Jurnal Kesehatan. Vol.9 No. 1. Mahasiswa. Vol. 2 No.2. diakses pada
Diakses pada tanggal 22 Januari 2019 tanggal 23 Juni 2019 dari
dari httpejurnal.poltekkes- httpsmedia.neliti.commediapublication
tjk.ac.idindex.phpJKarticleview72165. s188968-ID-none.pdf.
Thedore, D. D. (2015). Textbook of Mental Zilinska, M., & Smitkova., H. (2017). Boys
Health Nursing, Vol. 2. India: Elsevier. don’t cry: male depression through
Tumiran, M. A., Mohamad, S. P., Saat, R. M., gender lens. Psychologie a jeji kontexty
Yusoff, M. Y. Z. M., Rahman, N. N. 8 (1), 2017, 87-97. Diakses pada
tanggal 22 juni 2019 dari
A., & Adil, D. S. H. (2013).
http://psychont.osu.cz/fulltext/2017/20
Addressing sleep disorder of autistic
17_1_7_zilinska-V.pdf
children with qur’anic sound therapy. Zulkurnaini, N. A., Kadir, R. S. S. A., Murat, Z.
Health. Vol.5, No.8A2: 73-79. Diakses H., & Isa, R. M. (2012) The comparison
pada tanggal 25 Januari 2018 dari between listening to al- quran and listening
httprepository.um.edu.my323881Healt to classical music on the brainwave signal
h_Published.pdf. for the alpha band. 3rd International
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Conference on Intelligent Systems
Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC. Modelling and Simulation, Kinabalu, 8-10
WHO. (2016). Februari 2012, 181-186.
doi:10.1109/ISMS.2012.60. Diakses pada
http://www.who.int/mentalhealth/mana tanggal 23 Februari 2019 dari
gement/schizophrenia/en/. Diperoleh http://ieeexplore.ieee.org/document/61696
pada tanggal 28 desember 2018. 96/?reload=true.

JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 148


Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia (JIKPI)
ISSN: 746-2579
Vol. 2, No. 2, September 2021 9

PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PASIEN


SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HALUSINASI

Madepan Mulia1, Meilisa2, Dewi Damayanti3


1,2,3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panca Bhakti, Lampung, Indonesia
Email: madepan@pancabhakti.ac.id

Abstract
Hallucinations are mental disorders in the form of a five-sensory response, namely sight, hearing,
smell, touch and taste to unreal sources. This mental disorder is caused by biological,
psychological and socio-cultural factors that affect thought processes and can lead to stimulus
confusion. The purpose of this study was to determine the level of hallucinations in schizophrenic
patients before and after being given therapy of music classic at Aulia Rahma Mental Disorders
Clinic Bandar Lampung. The method in this study used nursing action in the form therapy of
music classic on 2 schizophenic patients with hallucinatory nursing problems reported in the form
of case studies. The results showed that after being given nursing action in the form therapy of
music classic to the two participants, there was a decrease in the level of hallucinations. The
conclusion of this study is that nursing action in the form therapy of music classic can reduce
hallucinations in schizophrenic patients.

Keywords: Hallucinations, Schizophrenic, Therapy of Music Classic

Abstrak
Halusinasi adalah gangguan jiwa berupa respons panca-indera yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan dan pengecapan terhadap sumber yang tidak nyata. Gangguan jiwa ini
disebabkan oleh faktor biologi, psikologi dan sosial budaya sehingga mempengaruhi proses pikir
dan dapat menyebabkan terjadinya kekacauan stimulus. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui tingkat halusinasi pada pasien skizofrenia sebelum dan sesudah diberikan terapi musik
klasik di Klinik Gangguan Jiwa Aulia Rahma Kota Bandar Lampung. Metode dalam penelitian
menggunakan tindakan keperawatan berupa terapi musik klasik terhadap 2 orang pasien skizofenia
dengan masalah keperawatan halusinasi yang dilaporkan dalam bentuk studi kasus. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan tindakan keperawatan berupa terapi musik klasik
pada kedua partisipan terjadi penurunan tingkat halusinasi. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
tindakan keperawatan berupa terapi musik klasik dapat menurunkan halusinasi pada pasien
skizofrenia.

Kata Kunci: Halusinasi, Skizofrenia, Terapi Musik Klasik

1. PENDAHULUAN
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial
(Keliat, Akemat, Daulima & Nurhaeni, 2012). Salah satu diagnosis gangguan jiwa
yang sering dijumpai adalah Skizofrenia (Keliat, Wiyono & Susanti, 2011).
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya penyimpangan
yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai dengan adanya ekspresi
emosi yang tidak wajar (Sutejo, 2017). Skizofrenia merupakan penyakit atau
gangguan jiwa kronis yang dialami oleh 1% penduduk. Pasien yang dirawat dengan
gangguan skizofrenia di rumah sakit jiwa sekitar 80% dari total keseluruhan pasien
(Keliat, Wiyono & Susanti, 2011).

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa 25% dari penduduk dunia
pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa
berat. Potensi seseorang terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta

Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan
Halusinasi | Madepan Mulia
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia (JIKPI)
ISSN: 746-2579
Vol. 2, No. 2, September 2021 10

orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf, maupun perilaku.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) menunjukkan bahwa prevalensi
skizofrenia/psikosis di Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah tangga. Artinya, dari
1.000 rumah tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang mempunyai anggota rumah
tangga (ART) pengidap skizofrenia/psikosis.

Halusinasi adalah gangguan jiwa berupa respons panca-indra, yaitu penglihatan,


pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan terhadap sumber yang tidak nyata
(Keliat, 2019). Halusinasi pendengaran adalah gangguan stimulus dimana pasien
mendengar suara-suara terutama suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang
yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu (Eko Prabowo, 2014).

Salah satu terapi nonfarmakologi yang efektif dalam mengatasi halusinasi adalah
mendengarkan musik. Hal ini didukung oleh Wijayanto & Marisca (2017) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tanda dan
gejala pada pasien halusinasi pendengaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat halusinasi pada pasien yang mengalami skizofrenia sebelum dan
sesudah diberikan terapi musik klasik di Klinik Gangguan Jiwa Aulia Rahma Kota
Bandar Lampung.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus (case report).
Penelitian melibatkan 2 orang pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan
halusinasi di Klinik Gangguan Jiwa Aulia Rahma Kota Bandar Lampung, tingkat
kesadaran compos mentis, mampu berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi
subyek penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
tanda dan gejala halusinasi untuk mengukur tingkat halusinasi dan Standar Operasioal
Prosedur (SOP) terapi musik klasik.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL PENELITIAN
Partisipan dalam penelitian ini adalah Tn. R dan Tn. A. Partisipan ke-1 adalah Tn.
R, usia 40 tahun, jenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan SMA, agama islam
dan status belum menikah. Partisipan ke-2 adalah Tn. A, usia 40 tahun, jenis
kelamin laki-laki, tingkat pendidikan SMA, agama islam dan status belum
menikah. Dari hasil penelitian kedua partisipan mengalami halusinasi pendengaran
dengan karakteristik mendengar bisikan atau bayangan, menyatakan kesal,
menyendiri, melamun, konsentrasi buruk, curiga dan melihat ke satu arah.

Tabel 1
Tingkat Halusinasi Sebelum Diberikan Terapi Musik Klasik
Pada Pasien Skizofrenia dengan Diagnosa Keperawatan Halusinasi (n=2)
Klien Skor Tingkat Halusinasi
Halusinasi
Tn. R 8 Halusinasi Tingkat Sedang
Tn. A 9 Halusinasi Tingkat Sedang

Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan
Halusinasi | Madepan Mulia
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia (JIKPI)
ISSN: 746-2579
Vol. 2, No. 2, September 2021 11

Berdasarkan Tabel 1 di atas diketahui bahwa sebelum diberikan terapi


musik klasik, skor halusinasi pada Tn. R adalah 8 dengan halusinasi tingkat
sedang dan skor halusinasi pada Tn. A adalah 9 dengan halusinasi tingkat
sedang.

Tabel 2
Tingkat Halusinasi Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik
Pada Pasien Skizofrenia dengan Diagnosa Keperawatan Halusinasi (n=2)
Klien Skor Tingkat Halusinasi
Halusinasi
Tn. R 3 Halusinasi Tingkat Rendah
Tn. A 4 Halusinasi Tingkat Rendah

Berdasarkan Tabel 2 di atas diketahui bahwa sebelum diberikan terapi


musik klasik, skor halusinasi pada Tn. R adalah 3 dengan halusinasi tingkat
rendah dan skor halusinasi pada Tn. A adalah 4 dengan halusinasi tingkat
rendah.

Tabel 3
Perbedaan Tingkat Halusinasi Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi
Musik Klasik Pada Pasien Skizofrenia dengan Diagnosa
Keperawatan Halusinasi (n=2)
Klien Skor Halusinasi
Sebelum Sesudah Selisih
Tn. R 8 3 5
Tn. A 9 4 5

Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa sebelum diberikan terapi


musik klasik, skor halusinasi Tn. R adalah 8, sesudah diberikan terapi musik
klasik skor halusinasi adalah 3 dengan selisih penurunan 5 skor. Sedangkan
pada Tn. A sebelum diberikan terapi musik klasik skor halusinasi Tn. A
adalah 9, sesudah diberikan terapi musik klasik skor kecemasan adalah 4
dengan selisih penurunan 5 skor.

B. PEMBAHASAN
Partisipan dalam penelitian ini adalah Tn. R dan Tn. A. Partisipan ke-1
adalah Tn. R, usia 40 tahun, jenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan
SMA, agama islam dan status belum menikah. Partisipan ke-2 adalah Tn. A,
usia 40 tahun, jenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan SMA, agama islam
dan status belum menikah. Dari hasil penelitian kedua partisipan mengalami
halusinasi pendengaran dengan karakteristik mendengar bisikan atau
bayangan, menyatakan kesal, menyendiri, melamun, konsentrasi buruk,
curiga dan melihat ke satu arah. Selain itu, saat dilakukan pengkajian kedua
partisipan juga tampak bingung dan malu, tampak menunduk, kurang

Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan
Halusinasi | Madepan Mulia
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia (JIKPI)
ISSN: 746-2579
Vol. 2, No. 2, September 2021 12

konsentrasi, tampak cemas dan curiga. Hasil dari penelitian ini


menunjukkan bahwa faktor predisposisinya adalah kurang perhatian lebih
dari keluarga, kondisi lingkungan kurang mendukung dan putus cinta.
Sedangkan faktor prespitasinya adalah mengalami putus obat.

Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala halusinasi menurut Damayanti &
Iskandar (2012) yang menerangkan bahwa halusinasi adalah salah satu
gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi,
merasakan sensasi palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan
atau penghidu. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain
itu, tanda gejala yang muncul pada pasien juga berdasarkan rujukan dari
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI,
2016).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebelum diberikan terapi


musik klasik, skor halusinasi Tn. R adalah 8, sesudah diberikan terapi musik
klasik skor halusinasi adalah 3 dengan selisih penurunan 5 skor. Sedangkan
pada Tn. A sebelum diberikan terapi musik klasik skor halusinasi Tn. A
adalah 9, sesudah diberikan terapi musik klasik skor kecemasan adalah 4
dengan selisih penurunan 5 skor. Dapat disimpulkan bahwa terapi musik
klasik menurunkan tingkat halusinasi pada pasien skizofrenia dengan
diagnosa keperawatan halusinasi. Hal ini didukung oleh Wijayanto &
Marisca (2017) yang menyatakan bahwa ada pengaruh terapi musik klasik
terhadap penurunan tanda dan gejala pada pasien halusinasi pendengaran.

Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan


kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah
terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan
fisik, mental, emosional, sosial dan spritual. Terapi musik sangat mudah
diterima organ pendengaran dan kemudian melalui saraf pendengaran
disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi yaitu sistem limbic.
Menurut Williams dan Wilkins (2005), pada sistem limbik di dalam otak
terdapat neurotransmitter yang mengatur pusat stres, ansietas dan beberapa
gangguan terkait ansietas. Musik dapat mempengaruhi imajinasi,
intelegensi, dan memori, serta dapat mempengaruhi hipofisis di otak untuk
melepaskan endorfin.

Musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu memperbaiki konsentrasi, ingatan


dan persepsi spasial. Pada gelombang otak, gelombang alfa mencirikan
perasaan ketenangan dan kesadaran yang gelombangnya mulai 8 hingga 13
hertz. Semakin lambat gelombang otak, semakin santai, puas dan damai
perasaan kita. Jika seseorang melamun atau merasa dirinya berada dalam
suasana hati yang emosional atau tidak terfokus, musik klasik dapat
membantu memperkuat kesadaran dan meningkatkan organisasi mental
seseorang jika didengarkan selama sepuluh hingga lima belas menit
(Campbell, 2001).

Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan
Halusinasi | Madepan Mulia
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia (JIKPI)
ISSN: 746-2579
Vol. 2, No. 2, September 2021 13

4. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan tingkat halusinasi pada pasien
skizofrenia dengan diagnosa keperawatan halusinasi setelah diberikan terapi
musik klasik. Hasil ini merekomendasikan perlunya penelitian selanjutnya
untuk melihat efektivitas terapi musik klasik terhadap halusinasi pada pasien
skizofrenia dengan jumlah sampel yang lebih besar dan menggunakan
kelompok kontrol serta mengeksplor perbandingan dengan terapi lain.

5. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Don. (2001). Efek Mozart, Memanfaatkan Musik Untuk
Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan Menyehatkan
Tubuh. Penerjemah T. Hermaya. Cetakan Januari. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Damayanti, M & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2016). Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI).
Keliat, B. A., Wiyono, A. P., & Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus
Gangguan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B. A., Akemat, Daulima, N. H., & Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B. A. (2019). Asuhan Keperwatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Probowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Riset Kesehatan Dasar. (2018). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa: Prinsip dan Praktik Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Wijayanto, W. T., & Marisca, A. (2017). Efektifitas Terapi Musik Klasik
Terhadap Penurunan Tanda Dan Gejala Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, Vol 7, No. Retrieved
fromhttp://journals.stikim.ac.id/index.php/jiiki/article/view/234
Williams & Wilkins. (2011). Nursings: Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala
Penyakit. Jakarta: PT. Indeks.

Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan
Halusinasi | Madepan Mulia
ARTIKEL PENELITIAN
Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tanda dan Gejala
pada Pasien Halusinasi Pendengaran

Wuri Try Wijayanto1 , Marisca Agustina2


Program Studi Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jl. Harapan No.50, Lenteng Agung – Jakarta Selatan 12610
Telp: (021) 78894045 Email:wijayaiex@gmail.com

Abstrak

Peningkatan penderita penyakit jiwa menyebabkan masalah di bidang kesehatan salah satunya mengalami
gangguan halusinasi berupa halusinasi pendengaran. Hal ini dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi non farmakologi yang dapat digunakan berupa terapi musik klasik. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui efektivitas terapi musik klasik terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan rancangan quasi eksperimen dengan disain
penelitian pre and post test without control. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total
populasi dengan sampel 30 responden di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Hasil analisa statistik
menggunakan uji paired t test menunjukkan p value sebesar 0,000 artinya terdapat efektivitas pemberian terapi
musik klasik terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran. Saran bagi keluarga pasien yang
mengalami halusinasi pendengaran untuk dapat mengaplikasikan terapi musik klasik dengan bantuan tenaga
kesehatan untuk mengurangi tanda dan gejala halusinasi pendengaran.

Kata kunci : Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran, Terapi Musik Klasik,

Abstract

Increased illness sufferers causes problems in the health field one misbehaving hallucinations in the form of
auditory hallucinations. This can be overcome with pharmacological and non-pharmacological therapy. Non
pharmacological therapies that can be used in the form of classical music therapy. The purpose of this research
was to know classical music therapy's effectiveness against a decrease in signs and symptoms of auditory
hallucinations. Type of this research is quantitative research uses quasi experiment design with design research
pre and post test without control. Sampling techniques in the study using a sample with a total population of 30
respondents in Mental Hospital Dr. Soeharto Heedjan Jakarta. The results of the statistical analysis using the
paired t test test indicates p value of 0.000 means there is the effectiveness of the grant of a classical music
therapy against a decrease in signs and symptoms of auditory hallucinations. Advice for the families of patients
who experience auditory hallucinations to be able to apply the classical music therapy with the help of health
workers to reduce the signs and symptoms of auditory hallucinations.

Keywords : Signs and Symptoms of Hallucinations Hearing, Classical Music Therapy,

189
Wuri Try Wijayanto Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia

sering terlihat bertengkar atau berbicara


Pendahuluhan
dengan suara yang didengarnya.5
Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan berbicara sendiri, pembicaraan kacau dan
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya kadang tidak masuk akal, tertawa sendiri tanpa
gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan sebab, ketakutan, ekspresi wajah tegang, tidak
penderitaan pada individu dan atau hambatan mau mengurus diri, sikap curiga dan
dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan bermusuhan, menarik diri dan menghindari
jiwa diklasifikasikan dalam bentuk orang lain.6
penggolongan diagnosis. Penggolongan Gangguan halusinasi dapat diatasi dengan
diagnosis gangguan jiwa di Indonesia terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi
menggunakan Pedoman Penggolongan nonfarmakologi lebih aman digunakan karena
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ). Salah satu tidak menimbulkan efek samping seperti obat-
diagnosis gangguan jiwa yang sering dijumpai obatan, karena terapi nonfarmakologi
adalah Skizofrenia.1 menggunakan proses fisiologis.7 Salah satu
Masalah kesehatan jiwa merupakan terapi nonfarmakologi yang efektif adalah
masalah kesehatan masyarakat yang demikian mendengarkan musik. Musik memiliki
tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan kekuatan untuk mengobati penyakit dan
lain yang ada dimasyarakat. Menurut hasil meningkatkan kemampuan pikiran seseorang.
survey World Health Organization (WHO) Ketika musik diterapkan menjadi sebuah
pada tahun 2001, setiap saat dapat terjadi 450 terapi, musik dapat meningkatkan,
juta orang diseluruh dunia terkena dampak memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik,
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku mental, emosional, sosial dan spritual. Pada
dan jumlahnya terus meningkat.2 zaman modern, terapi musik banyak digunakan
Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun oleh psikolog maupun psikiater untuk
2013, prevalensi gangguan jiwa berat pada mengatasi berbagai macam gangguan
penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan
jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, psikologis.8
Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Dari hasil penelitian Candra 2013, yang
Proporsi RT yang pernah memasung ART berjudul “Terapi musik klasik terhadap
gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak perubahan gejala perilaku agresif pada
pada penduduk yang tinggal di perdesaan pasien skizofrenia”. Penelitian ini bertujuan
(18,2%), serta pada kelompok penduduk untuk mengetahui pengaruh terapi musik
dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah klasik terhadap perubahan gejala perilaku
(19,5%). Prevalensi gangguan mental agresif pada pasien skizoprenia. Jenis
emosional pada penduduk Indonesia 6,0%. penelitian ini adalah pra eksperimental yaitu
Provinsi dengan prevalensi ganguan mental One-group Pre-test-posttest Design, dengan
emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, teknik sampling consecutive sampling. Jumlah
Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, sample adalah 15 orang. Jenis data adalah data
dan Nusa Tenggara Timur. Krisis ekonomi primer yang diperoleh melalui observasi. Hasil
dunia yang semakin berat mendorong jumlah penelitian perilaku agresif pasien skizofrenia
penderita gangguan jiwa di dunia, dan sebelum diberikan terapi musik sebagian besar
Indonesia khususnya kian meningkat.3 yaitu sebanyak 11 orang (73,3%) dalam
Halusinasi adalah perasaan tanpa adanya katagori sedang. Perilaku agresif pasien
suatu rangsangan (objek) yang jelas dari luar skizofrenia setelah diberikan terapi musik
diri klien terhadap panca indera pada saat klien sebagian besar yaitu sebanyak 12 orang (80%)
dalam keadaan sadar atau bangun.4 Halusinasi dalam katagori ringan Hasil uji statistik
terbagi dalam 5 jenis, yaitu halusinasi Wilcoxon Sign Ranktest didapatkan p= 0,000 <
penglihatan, halusinasi penghidu, halusinasi α 0,010, berarti ada pengaruh yang sangat
pengecapan, halusinasi perabaan, dan signifikan pemberian terapi musik klasik
halusinasi pendengaran.1 terhadap perubahan gejala perilaku agresif
Halusinasi pendengaran adalah halusinasi pada pasien skizoprenia di ruang Kunti RSJ
yang paling sering dialami oleh penderita Provinsi Bali.9
gangguan mental, misalnya mendengar suara Hasil penelitian dari Sahpitri 2014, yang
melengking, mendesir, bising, dan dalam melakukan penelitian pengaruh terapi musik
bentuk kata-kata atau kalimat. Individu merasa terhadap tanda dan gejala pasien skizofrenia di
suara itu tertuju padanya, sehingga penderita
190
Vol. 7 No. 1 Maret 2017 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia

RS Jiwa Provisi Sumatra Utara menunjukkan seseorang melamun atau merasa dirinya berada
adanya perbedaan tanda dan gejala skizofrenia dalam suasana hati yang emosional atau tidak
yang bermakna antara kelompok intervensi dan terfokus, musik klasik dapat membantu
kelompok kontrol (P-value<0.05). Skizofrenia memperkuat kesadaran dan meningkatkan
menurun secara bermakna pada kelompok organisasi metal seseorang jika didengarkan
intervensi (P-value< 0.05). Sedangkan pada selama sepuluh hingga lima belas menit.16
kelompok kontrol Skizofrenia menurun secara Berdasarkan data rekam medik RSJ dr.
tidak bermakna (P-value> 0.05).10 Soeharto Heerdjan Jakarta periode Januari
Gold, dkk. (2005) melakukan penelitian sampai dengan Juni 2015, jumlah kunjungan
mengenai efektifitas terapi musik sebagai pasien sebanyak 35.396 dan yang dirawat inap
terapi tambahan pada pasien skizofrenia. Hasil sebanyak 1474. 10 besar diagnosa penyakit
penelitian ini menunjukkan bahwa terapi pasien rawat inap diantaranya Skizofrenia
musik yang diberikan sebagai terapi tambahan Paranoid (766), Skizofrenia yang tak Terinci
pada perawatan standar dapat membantu (216), Skizoafektif, Tipe Manik (51),
meningkatkan kondisi mental pasien Skizofrenia Residual (37), Psikotik Akut (32),
skizofrenia.11 Skizofrenia Hebrefenik (28), GMO (Gangguan
Terapi musik terdiri dari dua kata yaitu Mental Organik (20), Skizoafektif (20),
terapi dan musik. Kata terapi berkaitan dengan Skizoafektif, Tipe Depresi (18), dan Gangguan
serangkaian upaya yang dirancang untuk Afektif Bipolar, Manik dengan Gejala Psikotik
membantu atau menolong orang. Biasanya kata (14). Penderita gangguan jiwa halusinasi
tersebut digunakan dalam konteks masalah sebanyak 136 pasien dan 30 diantaranya
fisik dan mental. Terapi musik adalah sebuah mengalami halusinasi pendengaran. Peneliti
terapi kesehatan yang menggunakan musik di mengambil khusus diagnosa halusinasi
mana tujuannya adalah untuk meningkatkan pendengaran murni, agar penelitian lebih
atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif spesifik dalam penerapan terapi musik klasik.
dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
usia. Bagi orang sehat, terapi musik bisa dengan cara wawancara terhadap 10 perawat
dilakukan untuk mengurangi stres dengan cara di ruang rawat inap RS Jiwa dr. Soeharto
mendengarkan musik.12 Heerdjan tanggal 18 Agustus 2015 didapatkan
Terapi musik sangat mudah diterima organ perawat mengatakan tindakan keperawatan
pendengaran dan kemudian melalui saraf yang dilakukan pada pasien halusinasi adalah
pendengaran disalurkan ke bagian otak yang mengidentifikasi halusinasi, cara mengontrol
memproses emosi yaitu sistem limbik.8 Pada halusinasi, dan terapi aktivitas kelompok:
sistem limbik di dalam otak terdapat stimulasi persepsi sensori halusinasi dan
neurotransmitter yang mengatur mengenai perawat mengatakan pernah melakukan terapi
stres, ansietas, dan beberapa gangguan terkait musik klasik sebagai terapi nonfarmakologi
ansietas.13 Musik dapat mempengaruhi pada pasien dengan masalah gangguan
imajinasi, intelegensi, dan memori, serta dapat persepsi sensori: halusinasi, namun RS lebih
mempengaruhi hipofisis di otak untuk sering melakukan TAK dalam 1 minggu sekali
melepaskan endorfin.14 sehingga peneliti ingin mengetahui sejauh
Musik dibagi atas 2 jenis yaitu musik mana efektivitas terapi musik terhadap
“acid” (asam) dan “alkaline” (basa). Musik penurunan tanda dan gejala halusinasi
yang menghasilkan acid adalah musik hard pendengaran.
rock dan rapp yang membuat seseorang Berkaitan dengan hal tersebut diatas
menjadi marah, bingung, mudah terkejut dan mengingat tingginya angka penderita gangguan
tidak fokus. Musik yang menghasilkan alkaline jiwa di Indonesia, dan kurangnya tindakan
adalah musik klasik yang lembut, musik terapi musik oleh perawat di RS Jiwa dr.
instrumental, musik meditatif dan musik yang Sorharto Heerdjan, peneliti tertarik untuk
dapat membuat rileks dan tenang seperti musik melakukan penelitian mengenai “ Efektivitas
klasik. 15 terapi musik klasik terhadap penurunan tanda
Musik klasik Mozart mampu memperbaiki dan gejala pada pasien halusinasi
konsentrasi, ingatan dan presepsi spasial. Pada pendengaran di ruang rawat inap elang,
gelombang otak, gelombang alfa mencirikan merak dan perkutut RS Jiwa dr. Soeharto
perasaan ketenangan dan kesadaran yang Heerdjan Jakarta tahun 2015”.
gelombangnya mulai 8 hingga 13 hertz. Tujuan dari penelitian ini adalah
Semakin lambat gelombang otak, semakin mengidentifikasi efektivitas terapi musik klasik
santai, puas, dan damailah perasaan kita, jika terhadap penurunan tanda dan gejala pada
191
Wuri Try Wijayanto Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia

pasien halusinasi pendengaran di ruang rawat elang RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
inap elang, merak dan perkutut RS Jiwa Dr. yaitu sampel dan tempat tersebut sesuai dengan
Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2015. kriteria penelitian dan mudah dijangkau
sehingga dapat memperoleh data dasar yang
Metode diperlukan. Penelitian ini dimulai dari bulan
Agustus 2015 sampai dengan Februari 2016
Metode penelitian adalah suatu cara untuk Prosedur pengumpulan data adalah suatu
memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau proses pendekatan kepada subjek dan proses
pemecahan masalah, pada dasarnya pengumpulan karakteristik subjek yang
menggunakan metode ilmiah.21 Pada bagian diperlukan dalam suatu penelitian.23 Alat
metode penelitian ini akan diuraikan mengenai pengumpulan data yang digunakan adalah
desain penelitian, populasi, sampel, sumber lembar observasi. Obrservasi merupakan salah
data, instrumen dan prosedur analisa data. satu teknik pengumpulan data yang tidak
Rancangan penelitian yang digunakan hanya mengukur sikap dari responden
adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi (wawancara dan angket) namun juga dapat
eksperimen adalah penelitian yang menguji digunakan untuk merekam berbagai fenomena
coba suatu intervensi pada sekelompok subjek yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini
dengan atau tanpa kelompok pembanding digunakan bila penelitian ditujukan untuk
namun tidak dilakukan randomisasi untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja,
memasukkan subjek ke dalam kelompok gejala-gejala alam dan dilakukan pada
perlakuan atau kontrol.22 responden yang tidak terlalu besar.17
Desain penelitian yang digunakan Jenis skala pengukuran yang digunakan
yaitu kuantitatif dengan pre and post test adalah skala Likert. Lembar observasi terdiri
without control. Pada desain penelitian ini, dari: data demografi, cara melakukan terapi
peneliti hanya melakukan intervensi pada satu musik, ceklist observasi yang berisikan
kelompok tanpa pembanding. Efektifitas pernyataan tentang tanda dan gejala halusinasi.
perlakuan dinilai dengan cara membandingkan Dalam hal ini lembar observasi diisi sebelum
nilai post test dengan pre test.22 Alasan dilakukan terapi musik klasik dan setelah
menggunakan desain tersebut dalam penelitian dilakukan terapi musik klasik.
ini untuk mengetahui efektifitas pemberian Analisa yang digunakan adalah analisa
terapi musik klasik terhadap penurunan tanda univariat digunakan untuk mendapatkan
dan gejala pada pasien halusinasi pendengaran gambaran tentang karakteristik responden,
di ruang rawat inap elang, merak dan perkutut mendeskripsikan tingkat halusinasi
RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun pendengaran sebelum dan sesudah dilakukan
2015. terapi musik klasik dan analisa bivariat
Dalam penelitian ini populasinya adalah digunakan untuk melihat pengaruh terapi
pasien jiwa dengan masalah keperawatan musik klasik terhadap tingkat halusinasi
Gangguan Sensori Presepsi: Halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi dengar.
Pendengaran yang rawat di ruang rawat inap di
merak, perkutut dan elang RS Jiwa dr. Hasil
Soeharto Heerdjan Jakarta sejumlah 30 orang. Analisa Univariat
Sampel yang terlibat dalam penelitian ini Penyajian hasil penelitian disusun
adalah semua pasien dengan Gangguan Sensori berdasarkan sistematika yang dimulai dengan
Presepsi: Halusinasi Pendengaran yang rawat gambaran analisa univariat yang bertujuan
di ruang rawat inap merak, perkutut dan elang untuk melihat distribusi frekuensi variabel
RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta dengan dependen dan independen. Sedangkan analisa
menggunakan total populasi yaitu sebanyak 30 bivariat untuk melihat efektivitas pemberian
orang. Alasan mengambil total populasi karena terapi musik klasik terhadap penurunan tanda
jumlah populasi kurang dari 100 dan seluruh dan gejala halisinasi dengar.
populasi dijadikan sampel penelitian. Dengan Penelitian ini dilakukan di RS Jiwa dr.
kriteria pasien dengan halusinasi pendengaran Soeharto Heerdjan Jakarta di ruang rawat inap
murni. elang, perkutut dan merak. Penelitian ini
Sumber data diperoleh dari pasien dengan dilakukan selama 14 hari yaitu pada tanggal 27
halusinasi pendengaran di ruang rawat inap Desember 2015 hingga 09 januari 2016.
merak, perkutut dan elang RS Jiwa dr. Semua responden tersebut diberikan terapi
Soeharto Heerdjan Jakarta. Alasan peneliti musik klasik secara bersamaan di ruangan
memilih ruang rawat inap merak, perkutut dan
192
Vol. 7 No. 1 Maret 2017 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia

masing-masing responden yaitu selama 10 Tidak ada Penurunan 3 10,0


menit. Ada Penurunan 27 90,0
Total 30 100,0
Table 1. Distribusi responden berdasarkan
usia
Usia (tahun) Jumlah Persentase (%) Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa
≤40 22 73,3 terjadi penurunan tanda dan gejala halusinasi
>40 8 26,7
setelah dilakukan terapi musik yaitu 27
Total 30 100,0 (90,0%) responden.

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan Analisa Bivariat


bahwa usia responden sebagian besar adalah
kurang dari sama dengan 40 tahun sebanyak 22 Analisis bivariat bertujuan untuk
(73,3%) responden. mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah
Table 2. Distribusi responden berdasarkan diberikan terapi musik klasik terhadap
tingkat pendidikan penurunan tanda dan gejala halusinasi
Jenis kelamin Jumlah Persentase (%) pendengaran dengan uji Paired Sampel T-Test
SD 17 56,7
SLTP 5 16,7
Tabel 6. Hasil uji normalitas efektivitas
SLTA 8 26,7
Total 30 100,0
pemberian terapi musik klasik terhadap
penurunan tanda dan gejala pada pasien
halusinasi pendengaran sebelum dan sesudah
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa terapi
tingkat pendidikan responden terbanyak adalah Variabel Mean SD Shapiro- Asymp. N
SD yaitu 17 (56,7%) responden. Wilk Sig. (2-
tailed)
Table 3. Distribusi responden berdasarkan Tanda dan
status perkawinan gejala
Jenis kelamin Jumlah Persentase (%) halusinasi
Menikah 18 60,0 pendengaran
Belum Menikah 12 40,0
Total 30 100,0 Sebelum 18,87 2,360 0,968 0,484 30
Terapi 0,204 30

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa Sesudah 24,07 2,180 1,068


status perkawinan responden terbanyak adalah Terapi
menikah yaitu 18 (60,0%) responden.
Dengan melihat hasil uji normalitas pada
Table 4. Distribusi tanda dan gejala halusinasi One-Sample Shapiro-Wilk Test diperoleh hasil
pendengaran sebelum dilakukan terapi musik nilai kemaknaan untuk kedua kelompok yaitu :
klasik kelompok sebelum perlakuan terapi musik =
Jenis kelamin Jumlah Persentase 0,484 dan kelompok sesudah perlakuan terapi
(%) musik = 0,204 dimana data tersebut >0,05
Tidak ada penurunan 27 90,0 dengan demikian dapat diambil kesimpulan
Ada Penurunan 3 10,0 bahwa distribusi kedua kelompok data adalah
Total 30 100,0 normal.
Setelah diketahui distribusi data
mempunyai distribusi yang normal maka uji
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa hipotesis yang digunakan adalah uji paired t-
tanda dan gejala halusinasi sebelum dilakukan test.
terapi musik sebanyak 27 (90,0%) responden. Tabel 7. Efektivitas Terapi Musik Klasik
Table 5. Distribusi tanda dan gejala halusinasi Terhadap Penurunan Tanda dan Gejala pada
pendengaran setelah dilakukan terapi musik Pasien Halusinasi Pendengaran
klasik
Jenis kelamin Jumlah Persentase Variabel Mean SD SE P N
(%) value

193
Wuri Try Wijayanto Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia

Tanda dan meningkatkan kondisi mental pasien


gejala skizofrenia.11
halusinasi Dengan adanya teori yang mendukung dan
pendengar adanya penelitian sebelumnya yang
an memaparkan efektivitas terapi musik klasik
dapat menurunkan tanda dan gejala halusinasi.
Sebelum 5,200 2,882 0,526 0,000 30 Maka peneliti melakukan penelitian efektivitas
dan
terapi musik klasik terhadapa penurunan tanda
sesudah
dilakukan dan gejala halusinasi pendengaran dan
terapi didapatkan hasil sejalan dengan teori dan
musik penelitian sebelumnya. Berdasarkan tabel 4
menunjukkan bahwa distribusi tanda dan
Tabel 7 terlihat nilai mean perbedaan skor gejala halusinasi pendengaran dari 30
antara sebelum dan sesudah adalah 6,200 responden sebelum dilakukan terapi musik
dengan standar deviasi 2,882. Hasil uji statistik sebanyak 27 (90,0%) responden yang tidak
didapatkan 0,000 (p < 0,05), maka dapat mengalami penurunan tanda dan gejala
disimpulkan ada perbedaan antara tanda dan halusinasi.
gejala halusinasi pendengaran pada pasien Hasil setelah dilakukan terapi musik klasik
halusinasi pendengaran sebelum dan sesudah Setelah dilakukan terapi musik klasik
terapi musik klasik atau ada efektivitas terapi terjadi penurunan tanda dan gejala halusinasi
musik klasik terhadap penurunan tanda dan pendengaran. Berdasarkan tabel 5 dari 30
gejala halusinasi pendengaran pada pasien responden yang mengalami halusinasi
halusinasi pendengaran. pendengaran terdapat 27 responden yang sudah
Pembahasan mengalami penurunan tanda dan gejala
Pembahsan hasil penelitian dilakukan halusinasi dan 3 responden tidak mengalami
dengan cara membandingkan hasil penelitian penurunan tanda dan gejala halusinasi.
dengan teori dan hasil penelitian terdahulu. Hal ini berkaitan dengan penelitian
sebelumnya dari I Wayan Candra (2013)
Hasil sebelum dilakukan terapi musik mengenai pengaruh terapi musik klasik
klasik terhadap perubahan gejala perilaku agresif
Gangguan halusinasi dapat diatasi dengan pada pasien skizoprenia dengan jumlah sample
terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi 15 orang. Hasil penelitian perilaku agresif
nonfarmakologi lebih aman digunakan karena pasien skizofrenia sebelum diberikan terapi
tidak menimbulkan efek samping seperti obat- musik sebagian besar yaitu sebanyak 11 orang
obatan, karena terapi nonfarmakologi (73,3%) dalam katagori sedang. Perilaku
menggunakan proses fisiologis.7 Salah satu agresif pasien skizofrenia setelah diberikan
terapi nonfarmakologi yang efektif adalah terapi musik sebagian besar yaitu sebanyak 12
mendengarkan musik. Musik memiliki orang (80%) dalam katagori ringan.9
kekuatan untuk mengobati penyakit dan Terapi musik sangat mudah diterima organ
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. pendengaran dan kemudian melalui saraf
Ketika musik diterapkan menjadi sebuah pendengaran disalurkan ke bagian otak yang
terapi, musik dapat meningkatkan, memproses emosi yaitu sistem limbik.8 Pada
memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, sistem limbik di dalam otak terdapat
mental, emosional, sosial dan spritual. Pada neurotransmitter yang mengatur mengenai
zaman modern, terapi musik banyak digunakan stres, ansietas, dan beberapa gangguan terkait
oleh psikolog maupun psikiater untuk ansietas.13 Musik dapat mempengaruhi
mengatasi berbagai macam gangguan imajinasi, intelegensi, dan memori, serta dapat
kejiwaan, gangguan mental atau gangguan mempengaruhi hipofisis di otak untuk
psikologis.8 melepaskan endorfin.14
Gold, dkk.(2005) melakukan penelitian Dari perspektif filsafat, musik diartikan
mengenai efektifitas terapi musik sebagai sebagai bahasa nurani yang menghubungkan
terapi tambahan pada pasien skizofrenia. Hasil pemahaman dan pengertian antar manusia pada
penelitian ini menunjukkan bahwa terapi sudut-sudut ruang dan waktu, di mana pun kita
musik yang diberikan sebagai terapi tambahan berada. Oleh karena itu Nietzsche, seorang
pada perawatan standar dapat membantu filsuf Jerman, meyakini bahwa musik tidak
diragukan dapat memberikan kontribusi yang

194
Vol. 7 No. 1 Maret 2017 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia

positif bagi kehidupan manusia. Sehubungan 3 menjadi 2, dapat disimpulkan bahwa adanya
dengan itu ia mengatakan: "Without music, life penurunan tingkat halusinasi pada kelompok
would be an error." Dalam kenyataannya eksperimen yang telah diberikan terapi musik
musik memang memiliki fungsi atau peran klasik. Hasil uji pada kelompok kontrol yang
yang sangat penting sehingga tidak satupun tidak diberikan terapi musik klasik didapatkan
manusia yang bisa lepas dari keberadaan nilai significancy (p value) 0,414 atau p value
musik. > α (0,05), maka Ha ditolak. Hal ini berarti
Efektivitas pemberian terapi musik klasik tidak ada perbedaan yang signifikan antara
terhadap penuruan tanda dan gejala pretest dan posttest pada kelompok kontrol.
halusinasi pendengaran Hal ini ditunjukkan tidak adanya perubahan
Secara umum beberapa musik klasik nilai rata-rata antara pretest dan posttest pada
dianggap memiliki dampak psikofisik yang kelompok kontrol, dapat disimpulkan bahwa
menimbulkan kesan rileks, santai, cenderung tidak ada penurunan tingkat halusinasi pada
membuat detak nadi bersifat konstan, memberi kelompok kontrol. Perbedaan tingkat
dampak menenangkan, dan menurunkan stress. halusinasi posttest pada kelompok eksperimen
Tetapi pemakaian musik jenis ini perlu dan kelompok kontrol didapatkan p value
pertimbangan tentang waktu tampilan musik, 0,000 < α (0,05), maka Ho ditolak berarti ada
taraf usia perkembangan, dan latar belakang perbedaan yang signifikan tingkat halusinasi
budaya, serta aktivitas motorik yang sesuai dan setelah (posttest) diberikan terapi musik klasik
diassosiasikan dengan kasih sayang dan antara kelompok eksperimen dan kelompok
estetika. Waktu yang ideal dalam mendengrkan kontrol.19
terapi musik adalah 10 sampai dengan 15 Hal ini sesuai dengan teori bahwa terapi
menit. musik klasik merupakan sebuah terapi
Musik klasik Mozart adalah musik klasik kesehatan yang menggunakan musik klasik
yang muncul 250 tahun yang lalu. Diciptakan yang bertujuan untuk meningkatkan atau
oleh Wolgang Amadeus Mozart. Musik klasik memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan
Mozart memberikan ketenangan, memperbaiki sosial bagi individu dari berbagai kalangan
persepsi spasial dan memungkinkan pasien usia. Dalam penilitan ini dengan menggunakan
untuk berkomunikasi baik dengan hati maupun musik klasik sebagai terapi yang diketahui
pikiran. Musik klasik Mozart juga memiliki dapat meningkatkan atau memperbaiki kondisi
irama, melodi, dan frekuensi tinggi yang dapat fisik, emosi, kognitif dan sosial akan
merangsang dan menguatkan wilayah kreatif membantu mengurangi penurunan tanda dan
dan motivasi di otak. Musik klasik Mozart gejala halusinasi pendengaran responden. 8
memiliki efek yang tidak dimiliki komposer Menurut Stuart & Laraia tanda dan gejala
lain. Musik klasik Mozart memiliki kekuatan halusinasi antara lain: respon terhadap realita
yang membebaskan, mengobati dan dan tidak tepat, tersenyum dan tertawa sendiri,
menyembuhkan.18 berbicara sendiri, melakukan aktivitas fisik
Berdasarkan tabel 7 terlihat nilai mean yang merefleksikan isi halusinasi, bersikap
perbedaan skor antara sebelum dan sesudah seperti mendengarkan sesuatu / memiringkan
adalah 5,200 dengan standar deviasi 2,882. kepala ke satu sisi seperti jika seorang sedang
Hasil uji statistik didapatkan 0,000 (p < 0,05), mendengarkan sesuatu, kurangnya interaksi
maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara dengan orang lain, dan kurang dapat
tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada berkonsentrasi. Jenis-jenis halusinasi terdiri
pasien halusinasi pendengaran sebelum dan dari: halusinasi audio/dengar, halusinasi
sesudah terapi musik klasik atau ada efektivitas visual/lihat, halusinasi olfaktorik/penciuman
terapi musik klasik terhadap penurunan tanda (bau/hidu), halusinasi gustatorik/kecap, dan
dan gejala halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi taktil/raba-rasa/kinestetik.6
halusinasi pendengaran. Pemberian intervensi terapi musik klasik
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian membuat seseorang menjadi rileks,
terdahulu oleh Rafina Damayanti, Jumaini, Sri menimbulkan rasa aman dan sejahtera,
Utami (2014) yang menyatakan bahwa Pada melepaskan rasa gembira dan sedih,
kelompok eksperimen didapatkan nilai melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat
significancy (p value) 0,003 atau p value < α stres, sehingga dapat menyebabkan penurunan
(0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada kecemasan.20
perbedaan antara pretest dan posttest dan Menurut peneliti, penelitian yang peneliti
terjadi penurunan nilai rata-rata pretest dan lakukan sejalan dengan teori dan penelitian
posttest diberikan terapi musik klasik yaitu dari sebelumnya. Bahwa terapi musik klasik
195
Wuri Try Wijayanto Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia

memiliki efektivitas dalam penurunan tanda 8. Aldridge, D. Melody in music therapy: a


dan gejala halusinasi pendengaran. therapeutic narrative analysis. London: Jessica
Kesimpulan Kingsley Publisher; 2008.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan 9. I Wayan Candra. Terapi musik klasik terhadap
perubahan gejala perilaku agresif pada pasien
bahwa ada efektivitas antara pemberian terapi
skizofrenia [Skripsi]. Politeknik Kesehatan
musik klasik terhadap penurunan tanda dan Denpasar, Bali; 2013.
gejala pada pasien halusinasi pendengaran di 10. Siti Eni Sahpitri. Pengaruh terapi musik
ruang rawat inap Elang, Merak dan Perkutut terhadap tanda dan gejala pada pasien
RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. skizofrenia di rumah sakit jiwa daerah
Saran pemprov sumatra utara [Skripsi]; 2014.
Saran bagi bagi institusi pendidikan dapat 11. Gold, C., Heldal, T. O., Dahle, T., & Wigram,
terus mengembangkan ilmu pengetahuan T. Music therapy for schizophrenia or
tentang terapi non farmakologik untuk schizophrenia like ilnesses. America: Music
menangani pasien halusinasi dengar sehingga Therapy Association; 2005.
12. Djohan. Psikologi musik. Yogyakarta: Buku
pasien dapat menurunkan tanda dan gejala
Baik; 2006.
halusinasinya. 13. Williams, L., & Wilkins. Panduan belajar:
Bagi perawat di RS Jiwa dr. Soeharto keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik,
Heerdjan Jakarta dapat menerapkan terapi edisi: 3. Jakarta: EGC; 2005.
musik klasik setiap seminggu sekali sehingga 14. Rusdi & Isnawati, N. Awas! anda bisa mati
pasien dapat menurunkan tanda dan gejala cepat akibat hipertensi dan diabetes.
halusinasinya. Dan diharapkan dapat Jogjakarta: Power Books; 2009.
meningkatkan ilmu pengetahuan dan 15. Mucci, K., & Mucci, R. The healing sound of
keterampilan dalam menangani pasien dengan music: manfaat musik untuk kesembuhan,
halusinasi pendengaran dengan cara kesehatan, dan kebahagiaan hidup. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama; 2002.
menerapkan dan mengembangkan terapi musik
16. Campbell, D. Efek mozart memanfaatkan
yang sudah ada sebelumnya. kekuatan musik untuk mempertajam pikiran,
Bagi peneliti selanjutnya untuk meningkatkan kreativitas, dan menyehatkan
mengembangkan penelitian yang telah tubuh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
dilakukan oleh peneliti dan melakukan 2001.
penelitian tentang terapi non farmakologik lain 17. Sogiyono. Meode penelitian kuantitas,
seperti terapi musik dangdut atau yang beritme kualitatif & R dan D. Bandung: Alphabeta;
cepat yang dapat digunakan untuk menurunkan 2007.
tanda dan gejala halusinasi pendengaran. Atau 18. Satiadarma, M.P. Terapi Musik. Jakarta:
terapi non farmakologik lain seperti terapi Milenia Populer; 2002.
19. Rafina Damayanti, Jumaini, Sri Utami.
bermain atau sejenisnya.
Efektifitas terapi musik terhadap penurunan
Daftar Pustaka tingkat halusinasi pada pasien halusinasi
dengar di RSJ Tampan Provinsi Riau program
1. Keliat, B. A., Akemat, Helena, C., & studi ilmu keperawatan Universitas Riau
Nurhaeni, H. Keperawatan kesehatan jiwa [Skripsi]; 2014
komunitas: CMHN (basic course). Jakarta: 20. Musbikin, Imam. Kehebatan Musik Untuk
EGC; 2012. Mengasah Kecerdasan Anak. Jogjakarta:
2. Hawari. Pendekatan holistik pada gangguan Power Books; 2009.
jiwa skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran 21. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian
Universitas Indonesia; 2001. Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2010.
3. Riset Kesehatan Dasar. Riset kesehatan dasar 22. Dharma, KK. Metodologi Penelitian
(riskesdas) 2013.. Jakarta: Badan Litbangkes, Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media;
Depkes RI; 2013. 2011.
4. Azizah, L.M. Keperawatan jiwa aplikasi 23. Nursalam. Konsep & Penerapan Metodologi
praktik klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011. Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
5. Baihaqi, M., Sunardi., Rinalti, R., & Heryati, Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
E. Psikiatri konsep dasar dan gangguan- Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika;
gangguan. Bandung: Refika Aditama; 2005. 2008.
6. Stuart, G.W, & Laraia, M.T. Principle and
practice of psychiatric nursing, Edisi: 8.
Philadelphia: Elseiver Mosby; 2005.
7. Keliat, B. A., Wiyono, A.P., & Susanti, H.
Manajemen kasus gangguan jiwa: CMHN
(intermediate course). Jakarta: EGC; 2011.
196

Anda mungkin juga menyukai