Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

K DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
PENDENGARAN DI WISMA PUNTADEWA
RSJ Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG

LAPORAN KASUS

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Program Profesi Ners

Stase Keperawatan Jiwa

Oleh:

Irfan Sahzuri

82021040050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA


TN. K DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
PENDENGARAN DI WISMA PUNTADEWA RSJ PROF. DR. SOEROJO
MAGELANG” ini telah disetujui oleh pembimbing atau Clinical Instructor (CI)
untuk diseminarkan dihadapan Pembimbing Klinik (Preceptor), pada:

Nama : Irfan Sahzuri


NIM : 82021040050
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Stase Keperawatan Jiwa
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang,

Ns.Endick Setiyawan

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT., karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini. Penulisan Laporan
Kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas dalam Stase Keperawatan
Jiwa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kudus.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi saya
untuk menyelesaikan Laporan Kasus ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta atas segala doa baik dan jerih payahnya untuk
membuat saya semakin berilmu.
2. Bapak Dr. Rusnoto, S.KM., S.Kep., M.Kes (Epid) selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Kudus.
3. Bapak Winardi, S.Kep., Ners selaku kepala Wisma Abiyasa RSJ Prof. Dr.
Soerojo.
4. Bapak Endick Setiyawan, S.Kep., Ners selaku Clinical Instructor (CI)
Keperawatan Jiwa Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo.
5. Seluruh civitas akademika Universita Muhammadiyah Kudus.
Akhir kata, saya berharap Laporan Kasus ini bermanfaat khususnya bagi
saya sendiri dan bagi pihak yang membacanya, serta saya berdoa semoga segala
bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga
dapat membawa manfaat bagi pegembangan ilmu keperawatan nantinya. Aamiin.

Magelang, 10 Juni 2022

Irfan Sahzuri

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5
A. Pengertian Halusinasi ............................................................ 5
B. Klasifikasi Halusinasi............................................................ 5
C. Rentang Respon Halusinasi................................................... 6
D. Faktor Penyebab Halusinasi .................................................. 7
E. Tanda dan Gejala Halusinasi ................................................. 8
F. Fase Halusinasi ..................................................................... 9
G. Penatalaksanaan Halusinasi ................................................. 10
H. Pathway Halusinasi .............................................................. 11
I. Pengkajian Fokus Halusinasi ............................................... 12
J. Diagnosa Keperawatan Halusinasi ....................................... 16
K. Intervensi Keperawatan Halusinasi ...................................... 16

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ...................................... 25


A. Identitas Klien ...................................................................... 25
B. Alasan Masuk ....................................................................... 25
C. Faktor Predisposisi dan Presipitasi....................................... 26
D. Fisik ...................................................................................... 26
E. Psikososial ............................................................................ 28
F. Status Mental ........................................................................ 31
G. Kebutuhan Pasien Pulang ..................................................... 34
H. Mekanisme Koping .............................................................. 37

iv
I. Masalah Psikososial dan Lingkungan .................................. 37
J. Pengetahuan Kurang Tentang .............................................. 38
K. Aspek Medik ........................................................................ 38
L. Analisa Data ......................................................................... 39
M. Diagnosa Keperawatan......................................................... 40
N. Intervensi Keperawatan ........................................................ 40
O. Pelaksanaan dan Evaluasi .................................................... 42

BAB IV : ANALISIS JURNAL PENDUKUNG DAN


PEMBAHASAN .......................................................................................... 49
A. Gambaran Umum Jurnal ...................................................... 49
B. Analisis PICO ...................................................................... 49
C. Penerapan pada Pasien Kelolaan .......................................... 51
D. Kekurangan dalam Jurnal ..................................................... 52
E. Kelebihan dalam Jurnal ........................................................ 52

BAB V : PENUTUP ................................................................................. 53


A. Simpulan .............................................................................. 53
B. Saran..................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi
masalah yang serius. WHO memperkirakan sekitar 450 juta orang di dunia
yang mengalami gangguan kesehatan jiwa, 135 juta orang diantaranya
mengalami halusinasi. Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita
gangguan jiwa sebesar 2-3% jiwa, yaitu sekitar 1 sampai 1,5 juta jiwa
diantaranya mengalami halusinasi (Aritonang, 2021).
Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon
neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya mengalami distorsi
sensori sebagai hal yang nyata dan meresponnya. Diperkirakan ≥ 90%
penderita gangguan jiwa jenis halusinasi. dengan bentuk yang bervariasi
tetapi sebagian besarnya mengalami halusinasi pendengaran yang dapat
berasal dari dalam diri individu atau dari luar individu tersebut, suara yang
didengar bisa dikenalnya, jenis suara tunggal atau multiple yang
dianggapnya dapat memerintahkan tentang perilaku individu itu sendiri
(Yanti, et al, 2020). Halusinasi juga merupakan salah satu gejala gangguan
persepsi sensori yang dialami oleh pasien gangguan mental. biasanya
penderita merasakan sensasi suara, penegelihatan, rasa, sentuhan, atau
penciuman tanpa rangsangan yang nyata (Pardede, 2020).
Menurut Livana (2020) menyatakan bahwa dampak yang dapat
ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan
kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan perilakunya dikendalikan
oleh halusinasi. Pada situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri
(suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan
Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi, dibutuhkan
penanganan yang tepat. Dengan banyaknya angka kejadian halusinasi,
semakin jelas bahwa dibutuhkan peran perawat untuk membantu pasien agar
dapat mengontrol halusinasinya

1
2

Upaya yang dilakukan untuk menangani pasien halusinasi adalah


dengan memberikan tidakan keperawatan yaitu membantu pasien mengenali
halusinasi, isi halusinasi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien
saat halusinasi muncul. Kemuadian dengan melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan menggunakan strategi pelaksanaanya itu dengan cara
menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan
aktivitas yang terjadwal dan menggunakan obat secara teratur. Terapi
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran
jasmani dan mengekspresikan perasaan. Penggunaan terapi kelompok dalam
praktek keperawatan jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan. Terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi ini sebagai upaya untuk memotivasi
proses berpikir, mengenal halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi
serta mengurangi perilaku mal adaptif (Sutinah, et al, 2020).
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok
sudah sejak lama dimasukkan dalam program terapi keperawatan di dunia
yang merupakan salah satu dari interpensi keperawatan yang diprogramkan
terhadap pasien jiwa dengan masalah pasien yang mengalami halusinasi
(Ningsih, Murtiani & Ilyas, 2013).
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan di Wisma Puntadewa
RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang pada tanggal 31 Mei hingga 02 Juni 2022
dengan cara melakukan interaksi dengan pasien, informasi dari perawat
ruangan, dan E-RM pasien bahwa dari 13 pasien gangguan jiwa di wisma
tersebut 8 penderita gangguan jiwa mengalami kekambuhan yang
dipengaruhi oleh ketidakpatuhan dalam minum obat dan 5 pasien lainnya
dikarena faktor yang lain seperti kerusakan pada neurologis dan post
traumatik. Melihat fenomena yang ada di bangsal drupada, maka saya
3

tertarik untuk mengetahui dan mengidentifikasi lebih dalam tentang


kepatuhan minum obat untuk mencegah terjadinya kekambuhan

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam Laporan Kasus ini adalah “Bagaimana
gambaran klinis dan Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. K
dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Wisma
Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan proses asuhan keperawatan jiwa pada Tn.
K dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di
Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di Wisma
Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran di Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di
Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan & Evaluasi keperawatan
pada pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran di Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang.
e. Mampu menerapkan jurnal reading penelitian yang ditemukan
kepada pasien kelolaan dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran di Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr.
Soerojo Magelang.
4

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
untukmenambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan
asuhankeperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran.
2. Bagi Rumah Sakit
Laporan Kasusini dijadikan sebagai data dasar dan informasi
untukRumah Sakit sebagai bahan perbaikan untuk meningkatkan mutu
pelayananasuhankeperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran.
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Laporan Kasusini dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran
di Program Studi Keperawatan dan Profesi Ners dalam penerapan
asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN HALUSINASI
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi
palsu. (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada.
(Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata
tanpa stimulus atau rangsangan dari luar (Stuart, 2016).

B. KLASIFIKASI HALUSINASI
Menurut Trimeilia (2014) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Halusinasi Pendengaran (Auditory)
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek,
mentertawakan, mengancam, memerintahkan untuk melakukan
sesuatu (kadang-kadang hal yang berbahaya). Perilaku yang muncul
adalah mengarahkan telinga pada sumber suara, bicara atau tertawa
sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga, mulut komat-
kamit, dan ada gerakan tangan.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar,
orang atau panorama yang luas dan kompleks, bisa yang
menyenangkan atau menakutkan. Perilaku yang muncul adalah
tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk ke arah tertentu,
ketakutan pada objek yang dilihat

5
6

3. Halusinasi Penciuman (Olfactory)


Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau
darah, urine atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang
muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakan
cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat tertentu, menutup
hidung.
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan,
seperti rasa darah, urine atau feses. Perilaku yang muncul adalah
seperti mengecap, mulut seperti gerakan mengunyah sesuatu, sering
meludah, muntah.
5. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat, seperti merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau
orang. Merasakan ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan,
binatang kecil dan makhluk halus. Perilaku yang muncul adalah
mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba permukaan kulit,
terlihat menggerakkan badan seperti merasakan sesuatu rabaan.
6. Halusinasi Sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena
dan arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine, perasaan
tubuhnya melayang di atas permukaan bumi. Perilaku yang muncul
adalah klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan terlihat seperti
merasakan sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.

C. RENTANG RESPON HALUSINASI


Rentang respon neurobiologis yang paling adaptif yaitu adanya
pikiran logis, persepsi akurat, emosi yang konsisten denganpengalaman,
perilaku cocok, dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Sedangkan
respon maladaptive yang meliputi waham, halusinasi, kesukaran proses
emosi, perilaku tidak teroganisasi, dan isolasi sosial. Rentang respon
neurobiologis halusinasi digambaran sebagai berikut. (Stuart, 2013).
7

Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Gangguan proses
Persepsi akurat Ilusi pikir: waham
Emosi konsisten Emosi tidak stabil Halusinasi
dengan pengalaman Menarik diri Ketidakmampuan
Perilaku sesuai untuk mengalami
Hubungan Sosial emosi
Ketidakteraturan
Isolasi sosial

D. FAKTOR PENYEBAB HALUSINASI


Faktor Penyebab Halusinasi Menurut Yosep (2014) terdapat dua
faktor penyebab halusinasi, yaitu:
1. Faktor Presdisposisi
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri,
dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi
sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya
c. Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylchoin dan dopamine.
d. Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
8

pada ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien


lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangatberpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2014) dalam hakekatnya seorang individu
sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-sosio-
spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu:
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan
menakutkan. Klien tida sanggup menentang sehingga klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan
fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan namun
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku
klien.

E. TANDA DAN GEJALA HALUSINASI


Menurut (Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat
menetapkan masalah halusinasi, antara lain:
9

1. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri


2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
4. Disorientasi
5. Tidak mampu atau kurang konsentrasi
6. Cepat berubah pikiran
7. Alur pikiran kacau
8. Respon yang tidak sesuai
9. Menarik diri

F. FASE HALUSINASI
Menurut Prabowo, 2014 menunjukan tahapan terjadinya halusinasi
terdiri dari 4 fase dan setiap fase mempunyai karakteristik yang berbeda
yaitu:
1. Fase I (Comforting / Menyenangkan)
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pkiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas disini pasien tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, gerakan mata cepat dan asyik sendiri.
2. Fase II (Condemming)
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas
kendali dan mencoba jaga jarak dengan sumber yang dipersepsikan
sehingga timbul peningkatan tanda-tanda vital.
3. Fase III (Controlling)
Pasien menghentikan perlawanan halusinasi dan menyerah pada
halusinasi. Disini pasien sukar berhubungan dengan orang lain tidak
mampu mematuhi perintah dari orang lain, dan kondisi sangat
menegangkan terutama berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV (Conquering/ Panik)
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti
perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik
10

diri dan tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan
tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.

G. PENATALAKSANAAN HALUSINASI
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menciptakan Lingkungan yang Terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
klien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan
dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak
mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di
isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk
ke kamar atau mendekati klien, bicaralah dengan klien. Begitu
juga bila akan meninggalkannya hendaknya klien diberitahu.
b. Melaksanakan Program Terapi Dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus
mengamati agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta
reaksi obat yang diberikan.
c. Menggali Permasalahan Klien Dan Membantu Mengatasi
Masalah
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah klien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
klien atau orang lain yang dekat dengan klien.
d. Memberi Aktivitas Pada Klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan.
Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan
nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Klien diajak
menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
11

e. Melibatkan Keluarga Dan Petugas Lain Dalam Proses


Perawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang
data klien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan
dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan
klien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-
laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-
suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar klien
jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau
aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya diberitahukan
pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak membiarkan
klien sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Antipsikotik:
1) Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
2) Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
3) Stelazine
4) Clozapine (Clozaril)
5) Risperidone (Risperdal)
b. Antiparkinson:
1) Trihexyphenidile
2) Arthan

H. PATHWAY HALUSINASI
Adapun pohon masalah untuk mengetahui penyebab, masalah utama
dan dampak yang ditimbulkan. Menurut (Stuart, 2015) yaitu
12

I. PENGKAJIAN FOKUS HALUSINASI


Data yang Perlu Dikaji
1. Alasan Masuk RS
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan
hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
2. Faktor Prediposisi:
a. Faktor Perkembangan Terlambat
a) Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan
rasa aman.
b) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
c) Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak
terselesaikan.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
a) Komunikasi peran ganda.
b) Tidak ada komunikasi.
c) Tidak ada kehangatan.
d) Komunikasi dengan emosi berlebihan.
e) Komunikasi tertutup.
f) Orangtu yang membandingkan anak-anaknya, orangtua
yang otoritas dan konflik dalam keluarga.
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
d. Faktor Psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup
diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas,
krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.
e. Faktor Biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa: atrofi otak, pembesaran
vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
13

f. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui
kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa
yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang
masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia
adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik
tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote
peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang
tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka
peluangnya menjadi 35 %.
3. Faktor Presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal
otak.
b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme
penerimaan abnormal).
c. Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Menurut Stuart (2015), pemicu gejala respon neurobiologis
maladaptif adalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.
a. Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian,
kelelahan dan infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat,
kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.
b. Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah
tangga, kehilangan kebebasab hidup dalam melaksanakan pola
14

aktivitas sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan orang lain,


isolasi sosial, kurangnya dukungan sosialm tekanan kerja, dan
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
c. Sikap
Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya
kekuatan berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan
sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan
gejala.
d. Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara
sendiri. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat
tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat
mengidentifikasi adannya tanda-tanda dan perilaku halusinasi
maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya
sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi
tentang halusinasi yang iperlukan meliputi:
1) Isi halusinasi
Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan.
2) Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali
sehari.
3) Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami
sebelum halusinasi muncul. Perawat bisa mengobservasi
apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi
untuk memvalidasi pertanyaan klien.
4) Respon klien
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat
15

mengalami pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa


mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.
4. Pemeriksaan Fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan
tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang
dirasakan klien.
a. Status Mental
1) Penampilan: tidak rapi, tidak serasi.
2) Pembicaraan: terorganisir/berbelit-belit.
3) Aktivitas motorik: meningkat/menurun.
4) Afek: sesuai/maladaprif.
5) Persepsi: ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus
yang ada sesuai dengan nformasi.
6) Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak
berfungsi dengan baik dan dapat mempengaruhi proses
pikir.
7) Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian
realistis.
8) Tingkat kesadaran.
9) Kemampuan konsentrasi dan berhitung
b. Mekanisme koping
1) Regresi: malas beraktifitas sehari-hari.
2) Proyeksi: perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggungjawab kepada oranglain.
3) Menarik diri: mempercayai oranglain dan asyik dengan
stimulus internal.
c. Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan
ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau
pemukiman.
16

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul. Ada beberapa diagnosa
keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan halusinasi menurut
Keliat (2016) yaitu:
1. Resiko Perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
3. Isolasi sosial: menarik diri
4. Defisit perawatan diri

K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan & Kriteria
No Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
1. Resiko TUM: Tindakan Psikoterapi
Perilaku Selama perawatan 1. Pasien
kekerasan diruangan, pasien tidak BHSP
memperlihatkan perilaku a. Ajarakan SP I:
kekerasan, dengan - Diskusikan penyebab,
criteria hasil (TUK): tanda dan gejala, bentuk
1. Dapat membina dan akibat PK yang
hubungan saling dilakukan pasien serta
percaya. akibat PK.
2. Dapat - Latih pasien mencegah
mengidentifikasi PK dengan cara: fisik
penyebab, tanda dan (tarik nafas dalam &
gejala, bentuk dan memeukul bantal).
akibat PK yang sering - Masukkan dalam jadwal
dilakukan. harian.
3. Dapat b. Ajarkan SP II:
mendemonstrasikan - Diskusikan jadwal
cara mengontrol PK harian.
dengan cara : - Latih pasien mengntrol
- Fisik PK dengan cara sosial.
- Social dan verbal - Latih pasien cara
- Spiritual menolak dan meminta
- Minum obat teratur yang asertif.
4. Dapat menyebutkan - Masukkan dalam jadwal
dan kegiatan harian.
mendemonstrasikan c. Ajarkan SP III:
cara mencegah PK - Diskusikan jadwal
17

yang sesuai. harian.


5. Dapat memelih cara - Latih cara spiritual untuk
mengontrol PK yang mencegah PK.
efektif dan sesuai. - Masukkan dalam
6. Dapat melakukan cara jadawal kegiatan harian.
yang sudah dipilih d. Ajarkan SP IV
untuk mengontrl PK. - Diskusikan jadwal
7. Memasukan cara yang harian.
sudah dipilih dalam - Diskusikan tentang
kegitan harian. manfaat obat dan
8. Mendapat dukungan kerugian jika tidak
dari keluarga untuk minum obat secara
mengontrol PK. teratur.
9. Dapat terlibat dalam - Masukkan dalam jadwal
kegiatan diruangan kegiatan harian.
- Bantu pasien
mempraktekan cara yang
telah diajarkan.
- Anjurkan pasien untuk
memilih cara mengontrol
PK yang sesuai.
- Masukkan cara
mengontrol PK yang
telah dipilih dalam
kegiatan harian.
- Validasi pelaksanaan
jadwal kegiatan pasien
dirumah sakit.
2. Keluarga
a. Diskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien PK.
b. Jelaskan pengertian tanda
dan gejala PK yang dialami
pasien serta proses
terjadinya.
c. Jelaskan dan latih cara-cara
merawat pasien PK.
d. Latih keluarga melakukan
cara merawat pasien PK
secara langsung.
e. Discharge planning: jadwal
18

aktivitas dan minum obat.


3. Tindakan psikofarmako
a. Berikan obat-obatan sesuai
program pasien.
b. Memantau kefektifan dan
efek samping obat yang
diminum.
c. Mengukur vital sign secara
periodic.
2. Gangguan Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik
persepsi tindakan keperawatan 1. Klien
sensori: selama 3 x 24 jam klien - Bina hubungan saling
halusinasi mampu mengontrol percaya.
halusinasi dengan kriteria - Adakan kontak sering dan
hasil: singkat secara bertahap.
1. Klien dapat membina - Observasi tingkah laku klien
hubungan saling terkait halusinasinya.
percaya. - Tanyakan keluhan yang
2. Klien dapat dirasakan klien.
mengenal halusinasin - Jika klien tidak sedang
ya; jenis, isi, waktu, berhalusinasi klarifikasi
dan frekuensi tentang adanya pengalaman
halusinasi, respon halusinasi, diskusikan dengan
terhadap halusinasi, klien tentang halusinasinya
dan tindakan yg meliputi :
sudah dilakukan. a. SP I:
3. Klien dapat menyebut - Identifikasi jenis, isi,
kan dan waktu, frekuensi, situasi,
mempraktekan cara dan respons Klien
mengntrol halusinasi terhadap halusinasi.
yaitu dengan - Ajarkan Klien menghardik
menghardik, halusinasi.
bercakap-cakap - Anjurkan Klien
dengan orang lain, memasukkan cara
terlibat/ melakukan menghardik halusinasi
kegiatan, dan minum dalam jadwal kegiatan
obat. harian
4. Klien dapat dukungan b. SP II:
keluarga - Evaluasi jadwal kegiatan
dalammengontrolhalu harian Klien.
sinasinya. - Berikan pendidikan
5. Klien dapat minum kesehatan tentang
19

obat penggunaan obat secara


dengan bantuan mini teratur.
mal - Anjurkan Klien
6. Mengungkapkan memasukkan dalam
halusinasi sudah jadwal kegiatan harian.
hilang atau terkontrol. - Beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan
benar.
- Menganjurkan Klien
mendemonstrasikan cara
control yang sudah
diajarkan
- Menganjurkan Klien
memilih salah satu cara
control halusinasi yang
sesuai
c. SP III:
- Evaluasi jadwal kegiatan
harian Klien.
- Latih Klien mengendalika
n halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan
orang lain.
- Anjurkan Klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
d. SP IV:
- Evaluasi jadwal kegiatan
harian Klien.
- Latih Klien mengendalika
n halusinasi dengan
melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa
dilakukan Klien di
rumah).
- Anjurkan Klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
2. Keluarga
a. Diskusikan masalah yang
dirasakn keluarga dalam
merawat Klien.
20

b. Jelaskan pengertian tanda


dan gejala, dan jenis
halusinasi yang dialami Klien
serta proses terjadinya.
c. Jelaskan dan latih cara-cara
merawat Klien halusinasi.
d. Latih keluarga melakukan
cara
merawat Klien halusinasi
secara langsung.
e. Discharge planning : jadwal
aktivitas dan minum obat.

3. Tindakan Psikofarmak
a. Berikan obat-obatan sesuai
program Klien.
b. Memantau kefektifan dan
efek samping obat yang
diminum.
c. Mengukur vital sign secara
periodic.
3. Isolasi sosial: Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik
menarik diri tindakan keperawatan 1. Klien
selama 3 x 24 jam Klien a. SP 1
dapat berinteraksi dengan - BHSP
orang lain baik secara - Identifikasi penyebab isol
individu maupun secara asi sosial.
berkelompok dengan b. SP 2
kriteria hasil: - Diskusikan bersama Klien
1. Klien dapat keuntungan berinteraksi d
membina hubungan s engan orang lain dan
aling percaya. kerugian tidak berinteraksi
2. Dapat menyebutkan dengan orang lain.
penyebab isolasi - Ajarkan kepada Klien cara
sosial. berkenalan
3. Dapat menyebutkan dengan satu orang.
keuntungan - Anjurkan kepada Klien
berhubungan dengan untuk memasukan
orang lain. kegiatan berkenalan
4. Dapat menyebutkan dengan orang lain
kerugian tidak dalam jadwal kegiatan
berhubungan dengan harian dirumah.
21

orang lain. c. SP 3
5. Dapat berkenalan - Evaluasi pelaksanaan dari
dan bercakap-cakap jadwal kegiatan
dengan orang harian Klien.
lain secara bertahap. - Beri kesempatan pada
6. Terlibat dalam Klien mempraktekan cara
aktivitas sehari-hari berkenalan dengan dua
orang.
- Ajarkan Klien berbincang-
bincang dengan dua orang
tetang topik tertentu.
- Anjurkan kepada Klien
untuk memasukan
kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan
harian dirumah.
d. SP 4
- Evaluasi pelaksanaan dari
jadwal kegiatan harian
Klien.
- Jelaskan tentang obat yang
diberikan (Jenis, dosis,
waktu, manfaat dan efek
samping obat).
- Anjurkan Klien
memasukan kegiatan
bersosialisasi dalam jadwa
l kegiatan harian dirumah.
- Anjurkan Klien
untuk bersosialisasi
dengan orang lain.
2. Keluraga
a. Diskusikan masalah yang
dirasakan kelurga
dalam merawat Klien.
b. Jelaskan pengertian, tanda
dan gejala isolasi sosial yang
dialami Klien dan proses
terjadinya.
c. Jelaskan dan latih keluarga
cara-cara merawat Klien.
22

3. Tindakan Psikofarmaka
a. Beri obat-obatan sesuai
program.
b. Pantau keefektifan dan efek
sampig obat yang diminum.
c. Ukur vital sign secara
periodik.
4. Defisit Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik
perawatan diri tindakan keperawatan 1. Pasien
selama 3 x hari, klien a. Menjelaskan pentingnya
dapat mandiri melakukan kebersihan dan kerapian
perawatan diri dengan diri.
kriteria: b. Mendiskusikan ciri-ciri
1. Dapat menjelaskan badan bersih dan rapi.
pentingnya c. Menjelaskan manfaat bsdsn
kebersihan dan bersih dan rapi dan
kerapian. kerugian jika jika badan
2. Menyebutkan ciri-ciri tidak bersih dan tidak rapi.
badan yang bersih dan d. Mengajarkan cara menjaga
rapi. kebersihan dan kerapian
3. Dapat menyebutkan diri.
manfaat badan bersih e. Memberikan kesempatan
dan rapi. pada
4. Dapat menyebutkan pasien untuk mendemonstra
kerugian badan yang sikan cara menjaga
tidak bersih dan tidak kebersihan dan kerapian
rapi. diri.
5. Dapat mempraktikan f. Menganjurkan pasien
cara melakukan cara memasukan cara menjaga
perawatan diri dengan kebersihan dan kerapian
benar. kedalam jadwal kegiatan
6. Badan bersih dan rapi. harian.
7. Badan tidak bau. 2. Keluarga
8. Dapat melakukan a. Mendiskusikan kesulitan
aktifitas perawatan yang
diri secara mandiri dirasakan keluarga dalam
merawat pasien dengan
masalah deficit perawatan
diri.
b. Menjelaskan ciri-ciri pasien
yang mengalami masalah
deficit perawatan diri dan
23

jenis defisit perawatan diri


yang sering dialami oleh
pasien dan proses
terjadinya.
c. Menjelaskan cara –cara
merawat pasien deficit
perawatan diri.
d. Melatih keluarga
mempraktekan cara
merawat pasien dengan
defisit perawatan diri.
e. Membantu keluarga
membuat jadwal aktifitas
perawatan diri bagi pasien
dirumah termasuk minum
obat (discharge planning).
3. Tindakan Psikofarmako
a. Memberikan obat-obatan
sesuai program pengobatan
pasien.
b. Memantau keefektifan dan
efeksamping obat yang
diminum.
c. Mengukur vital sign secara
periodic (tekanan darah,
nadi dan pernafasan).
25

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Nama Mahasiswa : Irfan Sahzuri


Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu, 01 juni 2022
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
A. IDENTITAS KLIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Informan : Pasien, rekam medis dan perawat
Pendidikan : SD
Pekerjaan : tidak bekerja
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Sanden 03/09 Kramat selatan magelang Utara.
Ruangan Rawat : Wisma Puntadewa
No. RM : 00217316
Diagnosa Medis : Organic Catatonic Disorder
Tanggal Dirawat :Kamis, 27 Mei 2022
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. P
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hub. dengan Pasien : Kakak
Alamat : Sanden 03/09 Kramat selatan magelang
Utara.
B. ALASAN MASUK
Membakar rumah, mengganggu lingkungan dan mondar madir tidak jelas
juga tidak menggunakan baju (telanjang).
26

C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


Pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, baru pertama
menjalani pengobatan di RS Prof. Dr. Soerojo Magelang. 1 minggu terakhir
pasien membakar rumah, mengganggu lingkungan dan mondar mandir
,merusak barang, kebingungan, komunikasi kadang nyambung kadang
melantur, dan tidak bisa tidur. Anggota keluarga tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa, pasien mempunyai riwayat Hipertensi 10 tahun yang lalu.

D. FISIK
1. Keadaan Umum : ( ) Baik () Sedang ( ) Lemah
2. Tingkat Kesadaran : Composmentis ; GCS (E: 4 M: 6 V: 5)
3. Tanda Vital : TD: 140/100 mmHg S: 36,2 ℃
N: 87 ×/menit Rr: 22 ×/menit
SPO2: 96%
4. Ukur : TB : 159 cm BB : 68 Kg
5. Keluhan Fisik : () Ya () Tidak
Bila Ya, jelaskan: Pasien memiliki keterbatasan
dalam pergerakan (berjalan) akibat bengkak.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bentuk mesocephal, warna putih uban, rambut
pendek, tidak ada lesi.
b. Wajah : Simetris, rona wajah kemerahan, tidak ada
pembengkakan, tidak ada lesi.
c. Mata : Simetris +/+, sklera ikterik -/-, konjungtiva
anemis -/-, pupil isokor +/+, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
d. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak memakai alat
bantu pernapasan.
e. Mulut : Warna bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis,
mukosa bibir lembab.
f. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak memakai
alat pendengaran.
27

g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.


h. Dada
1) Paru-paru : I: Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P: Tidak ada nyeri tekan
P: Suara sonor
A: Suara napas vesikuler +/+
2) Jantung : I : Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba di ics 5 linea axillaris
anterior sinistra
P: Pekak
A: Reguler
i. Abdomen : I: Tidak terdapat acietas, simetris
A: Peristaltic usus 5x/menit
P: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
hepar
P : Timpani
j. Sistem Integumen : Turgor kulit ˂ 3 detik, warna kulit sawo
matang, kulit tampak kering dan kusam, serta
elastisitas kulit menurun.
k. Genetalia : Tidak terkaji.
l. Ekstermitas
Atas : Tidak ada edema, tidak ada lesi, pergerakan
baik, skala kekuatan otot 5.
Tidak ada edema, tidak ada lesi, pergerakan
Bawah : cukup baik, namun perlu pengawasan dan
bantuan ketika berjalan, skala kekuatan otot 5.
7. Riwayat pengobatan fisik : Saat pengkajian tidak ditemukan keluhan.
28

E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:

Keterangan:
: Laki-laki

: Pasien

: Perempuan

: Garis keturunan/ pernikahan


: Tinggal serumah
: Meninggal
a. Pengambilan keputusan dalam rumah oleh:
Pasien mengatakan sebelum sakit yang mengambil keputusan
sepenuhnya adalah dirinya sendiri.
b. Pola komunikasi antar anggota keluarga:
Pasien mengatakan komunikasi dalam keluarganya bersifat terbuka
c. Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga:
Pasien mengatakan belum mempunyai istri.
d. Sumber pembiayaan/ekonomi keluarga:
Pasien mengatakan sumber pembiyaan/ sumber ekonomi sehari-
hari saat ini dari kakak perempuannya, karena ia sudah tidak
mampu bekerja.
29

2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
- Tanggapan pasien tentang bentuk tubuh:
Pasien mengatakan tidak ada yang tidak disukai dari tubuhnya
serta tidak ada bagian tubuh yang spesifik yang ia sukai.
- Tanggapan pasien tentang fungsi tubuh:
Pasien mengatakan bentuk tubuhnya sama seperti teman yang
lainya (normal)
b. Identitas diri
- Posisi dalam sekolah:
Pasien mengatakan saat sekolah hanya menjadi siswa biasa dan
hanya tamat SD.
- Posisi dalam pekerjaan:
Pasien mengatakan sebelum ini bekerja sebagai buruh tani.
- Posisi dalam jenis kelamin:
Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah laki-laki
c. Peran
- Peran sebagai individu:
Pasien mengatakan sebagai laki-laki, sudah lanjut usia, memiliki
belum memiliki istri.
- Peran dalam keluarga:
Pasien mengatakan berperan sebagai anggota keluarga dari
kakak perempuannya.
- Peran dalam masyarakat:
Didalam masyarakat pasien hanya sebagai warga biasa karena
mengalami gangguan jiwa.
- Peran dalam kelompok:
Pasien jarang mengikuti kegiatan masyarakat karena mengalami
gangguan jiwa.
d. Ideal diri
- Harapan terhadap penyakitnya:
Pasien merasa tidak memiliki gangguan jiwa.
30

- Harapan terhadap hubungan sosial/ keluarga:


Pasien mengatakan ingin pulang kerumah bertemu keluarganya.
- Harapan terhadap pekerjaan:
Pasien mengatakan sudah tidak mampu bekerja seperti dulu lagi.
e. Harga diri
- Perasaan terkait dengan hal-hal di atas:
Pasien mengatakan tidak malu dengan teman/ lingkungan
sekitarnya karena hanya lulusan SD, Pasien juga mengatakan
tidak merasa malu karena pekerjannya yang hanya sebagai
buruh panggul di pasar dan petani, pasien merasa disayangi dan
dipedulikan oleh keluarganya, serta pasien menerima perubahan
fisiknya yang semakin menua.
- Pandangan pasien tentang penilaian/ penghargaan orang lain
terhadap dirinya:
Pasien mengatakan sedih karena jauh dari keluarganya, pasien
juga mengatakan merasa tidak memiliki gangguan jiwa/
halusinasi, serta pasien merasa di asingkan oleh lingkungan
sekitarnya karena gangguan jiwa yang dialaminya.
3. Hubungan Sosial
a. Di rumah
- Orang yang berarti:
Pasien mengatakan orang yang berarti adalah kakak
perempuannya. .
- Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat:
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat karena
mengalami gangguan jiwa.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat karena
mengalami gangguan jiwa.
b. Di rumah sakit
- Orang yang paling berarti:
Pasien mengatakan orang yang berarti adalah perawat
31

- Peran serta dalam kelompok:


Pasien mengatakan selalu mengikuti semua kegiatan yang ada di
rumah sakit seperti, mandi, makan bersama, doa bersama,
berjemur, senam, jalan-jalan pagi, dan TAK.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien mengatakan tidak ingin memulai pembicaraan dengan
pasien lain karena sulit dalam menjabarkan apa yang ingin ia
katakan.
c. Observasi perilaku terkait berhubungan dengan orang lain:
Pasien hanya berbicara dengan orang yang mengajak ia berbicara,
terkadang juga sering berbicara sendiri dan merasa memegang
sesuatu di tangannya.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan:
Pasien mengatakan beragama islam, semua yang dikeluhkan adalah
ujian dari tuhan serta menerima segala sesuatu yang terjadi pada
dirinya.
b. Kegiatan ibadah (salat/ doa):
Pasien mengatakan masih ingat cara salat dan waktu salat tetapi
tidak mau melakukan.
c. Pandangan pasien tentang kegiatan ibadah yang dilakukan:
pasien mengatakan tidak ingin salat dikala waktunya.
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan Fisik:
( ) Tidak rapi ( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai ( ) Badan bau
dan kotor ( ) Cara berpakaian tidak seperti biasanya () Kuku
panjang dan kotor () Gigi kotor () Rambut kotor
Jelaskan: Cara berpakaian pasien sudah sesuai (baik), tetapi rambut
kotor/ terdapat ketombe, kuku sedikit panjang dan kotor, serta gigi
kotor.
32

2. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Keras ( ) Gagap () Inkoheren ( ) Membisu ()
Apatis () Lambat () Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan: Cara bicara pasien secukupnya, kadang ngelantur terkadang
nyambung, tidak mampu untuk memulai pembicaraan, terbata-bata
dan lambat.
3. Aktivitas Motorik:
( ) Lesu ( )Tegang () Gelisah ( ) Agitasi ( )Tik ( ) Grimasen
() Tremor ( ) Kompulsif
Jelaskan: Pasien sering duduk diam dikursi, terkadang mondar-mandir
tidak jelas, tangan tremor ketika memegang sendok atau gelas ketika
makan.
4. Alam Perasaaan
( ) Sedih ( ) Takut () Putus asa () Khawatir ( ) Frustrasi
( ) Gembira berlebihan () Bingung
Jelaskan: Pasien mengatakan khawatir dan kebingungan ketika
mendengar suara sesuatu yang tidak ia ketahui sumbernya.
5. Afek
( ) Appropiate/tepat ( ) Inappropiate/ tidak tepat ( ) Datar
() Tumpul () Labil ( ) Tidak sesuai
Jelaskan: Afek pasien tumpul karena pasien hanya akan berespon
ketika diberikan stimulus yang kuat.
6. lnteraksi Selama Wawancara
( ) Bermusuhan ( ) Tidak kooperatif ( ) Mudah tersinggung
( ) Curiga ( ) Defensif ( ) Kontak mata tidak ada () Kotak mata
mudah beralih
Jelaskan: Selama wawancara dengan pasien, kontak mata pasien
mudah beralih dan tidak fokus dengan topik pembicaraan.
7. Persepsi
() Pendengaran ( ) Penglihatan ( ) Perabaan( ) Pengecapan
( ) Penciuman
Jenis:
33

- Waktu munculnya halusinasi: Setiap hari, ketika pasien


menyendiri, namun pasien merasa tidak sedang halusinasi dan
merasa bahwa itu adalah nyata.
- Frekuensi halusinasi muncul: Hampir setiap hari, 1 kali dalam
sehari dengan durasi waktu 5 menit.
- Respons/perasaan saat halusinasi muncul: Gelisah, Khawatir,
bingung.
- Tindakan yang telah dilakukan untuk menghilangkan halusinasi:
Belum ada tindakan untuk menghilangkan halusinasi.
- Keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan: Belum berhasil.
Jelaskan: Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak
diketahui dari mana sumbernya. Dan pasien kebingungan akan isi dari
suara-suara tersebut. Pasien tampak berbicara sendiri, mulut komat-
kamit ketika diajak berkomunikasi terkadang nyambung, terkadang
melantur dan tidak dapat menyelesaikan kalimat yang sedang
didiskusikan

8. Proses Pikir
( ) Sirkumtansial () Tangensial () Kehilangan asosiasi
( ) Flight of idea( ) Blocking ( ) Reeming ( ) Perseverasi
Jelaskan: Proses piker pasien dapat saya simpulkan yaitu tangensial
dan kehilangan asosiasi, karena setiap diberikan pertanyaan pasien
menjawab pertanyaan secara berbelit-belit dan tidak mampu sampai
pada tujuan jawaban dari pertanyaan tersebut dan terkadang kalimat
yang pasien ucapkan tidak ada kaitannya dengan pertanyaan yang
diberikan.
9. Isi Pikir
( ) Obsesi ( ) Fobia ( ) Depersonalisasi ( ) Ide yang terkait
( ) Hipokondria () Magic mistic ( ) Agama ( ) Kebesaran
( ) Curiga( ) Somatik ( ) Nihilistik ( ) Waham Bizar
( ) Sisip pikir ( ) Siar pikir ( ) Kontrol pikir
Jelaskan: Pasien sering berbicara terhadap bisikan-bisikan yang pasien
dengar
34

10. Tingkat Kesadaran (Secara Kualitatif)


( ) Bingung ( ) Sedasi ( ) Stupor
() Disorientasi:
() Waktu () Tempat ( ) Orang
Jelaskan: Pasien mengalami disorientasi waktu dan tempat saat
diberikan pertanyaan.
11. Memori
( ) Daya ingat jangka panjang () Daya ingat jangka pendek
( ) Gangguan daya ingat saat ini ( ) Konfabulasi
Jelaskan: Pasien tidak menyadari sakit dan alasan dia dibawa ke RSJS.
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
( ) Mudah beralih () Tidak mampu konsentrasi () Tidak
mampu berhitung sederhana
Jelaskan:Pasien kadang-kadang masih mudah beralih kontak matanya
saat berinteraksi, tidak mampu berhitung secara sederhana seprti
mengitung dari 1 hingga 10.
13. Kemampuan Penilaian
( ) Gangguan penilaian ringan () Gangguan penilaian bermakna
Jelaskan: Pasien masih sering melakukan kebiasaan memilih yang
kurang tepat seperti pasien sudah tau cara salat dan waktu salat tetapi
lebih memilih untuk tidur dan tidak menjalankan salat.
Masalah Keperawatan: Halusinasi Pendengaran
14. Daya Tilik Diri
() Mengingkari penyakit yang diderita
() Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan: Pasien menyangkal tentang halusinasinya.
G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
a. Kemampuan menyiapkan ( ) Bantuan () Bantuan ( ) Mandiri
makanan total Minimal
b. Kemampuan membersihkan ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( ) Mandiri
makanan total Minimal
35

c. Kemampuan menempatkan ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( ) Mandiri


alat makan & minuman di total Minimal
tempatnya
2. BAB/ BAK
a. Kemampuan mengontrol ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( )
BAB/ BAK di WC total Minimal Mandiri
b. Kemampuan membersihkan ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( )
WC total Minimal Mandiri
c. Kemampuan membersihkan ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( )
diri total Minimal Mandiri
d. Kemampuan memakai ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( )
pakaian/ celana total Minimal Mandiri

3. Mandi
a. Kemampuan dalam mandi ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( )
total Minimal Mandiri
b. Kemampuan dalam ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( )
menggosok gigi total Minimal Mandiri
c. Kemampuan dalam keramas ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( )
total Minimal Mandiri
d. Kemampuan dalam potong ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( ) Mandiri
kuku dan rambut total Minimal
4. Berpakaian/ Berdandan
a. Kemampuan memilih ( ) Bantuan () Bantuan ( ) Mandiri
pakaian total Minimal
b. Kemampuan memakai ( ) Bantuan () Bantuan ( ) Mandiri
pakaian total Minimal
c. Kemampuan mengatur () Bantuan ( ) Bantuan ( ) Mandiri
frekuensi ganti pakaian total Minimal
d. Kemampuan mencukur ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( ) Mandiri
jenggot total Minimal
e. Kemampuan menyisir rambut ( ) Bantuan () Bantuan ( ) Mandiri
36

total Minimal
5. Istirahat dan tidur
a. Kemampuan untuk mengatur ( ) Ya (  ) Tidak
waktu tidur
b. Kemampuan merapikan sprei ( ) Ya () Tidak
dan selimut
c. Kemampuan untuk tidur () Ya ( ) Tidak
dengan bantuan obat
6. Penggunaan Obat
Kemampuan pengaturan () Bantuan ( ) Bantuan ( ) Mandiri
penggunaan obat total Minimal

7. Pemeliharaan Kesehatan
a. Perawatan lanjutan () Ya (  ) Tidak
(Puskesmas, RS, RSJ,
perawat, dokter)
b. Perawatan pendukung () Ya ( ) Tidak
(keluarga, pengawas, minum
obat)
8. Kegiatan di Dalam Rumah
a. Kemampuan mempersiapkan ( ) Ya () Tidak
makanan
b. Kemampuan menjaga ( ) Ya () Tidak
kerapihan rumah
c. Kemampuan mencuci ( ) Ya () Tidak
pakaian
d. Kemampuan pengaturan ( ) Ya () Tidak
keuangan
9. Kegiatan di Luar Rumah
a. Kemampuan berbelanja ( ) Ya () Tidak
b. Kemampuan transportasi ( ) Ya () Tidak
37

Jelaskan: Pasien secara keseluruhan belum mampu melakukan aktivitas secara


mandiri. Bahkan pada beberapa aspek yang perlu dipersiapkan dalam kebutuhan
pulang masih memerlukan bantuan . Maka dalam hal ini peran keluarga dan
lingkungan sekitar sangatlah penting bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari Tn. K
sebagai penderita gangguan jiwa.

H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif

( ) Bicara dengan orang lain ( ) Minum alcohol


( ) Mampu menyelesaikan masalah () Reaksi lambat/ berlebih
( ) Teknik relaksasi ( ) Bekerja berlebihan
( ) Aktivitas konstruktif ( ) Menghindar
( ) Olahraga ( ) Mencederai diri
( ) Lainnya ( ) Lainnya

Jelaskan: Pasien mampu berbicara/menceritakan masalahnya dengan orang lain,


reaksi terhadap rangsangan pasien lambat, terbata-bata saat berbicara atau bercerita,
serta tidak menyelesaikan pembicaraan yang menjadi topik.

I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


() Masalah dengan dukungan kelompok
Spesifik: Semenjak Tn. K mengalami gangguan kejiwaan pasien kurang
mendapat dukungan atau dikucilkan dari masyarakat disekitarnya.

() Masalah berhubungan dengan lingkungan


Spesifik: Semenjak pasien menderita gangguan kejiwaan lingkungan sekitar
tempat tinggal pasien banyak yang acuh akan keberadaannya karena merasa
takut jika Tn. K kambuh.

() Masalah dengan pendidikan


Spesifik: Pasien hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) saja.

() Masalah dengan pekerjaan


Spesifik: Semenjak Tn. K menderita gangguan jiwa, Tn. K sudah tidak bekerja
dan hanya menghabiskan waktunya dirumah.
38

() Masalah dengan perumahan


Spesifik: Keadaan lingkungan tempat tinggal Tn. K adalah pedesaan yang padat
penduduk, masyarakat sekitar masih tabu akan penyakit yang diderita pasien.

() Masalah dengan ekonomi


Spesifik: Keluarga Tn. K berada dalam ekonomi menengah kebawah.

() Masalah dengan pelayanan kesehatan


Spesifik: Tn. K merasa dirinya tidak sedang sakit gangguan jiwa

J. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


() Penyakit jiwa () sistem pendukung
() Penyebab kekambuhan () Obat-obatan yang diminum
() Sumber koping () Sembuh sosial
() Manajemen hidup sehat
Jelaskan: Pasien kurang mendapat pengetahuan tentang penyakit jiwa yang dia derita,
tidak tahu penyebab kekambuhan dan obat-obatan yang dikonsumsi. Pasien juga
kurang terpapar akan meminimalisir sumber koping stres, perilaku bersih hidup dan
sehat. Keluarga juga tidak telaten dalam merawat Tn. K.

K. ASPEK MEDIK
1. Diagnosa Medis: F06.1 (Organic Catatonic Disorder)
2. Terapi Medis
- P.O. Trihexphenidil 2mg/12jam (pagi & siang)
- P.O. Lodomer (Haloperidol) 2mg/12jam (pagi & siang)
- P.O. Clobazam 10 mg/24jam (malam)
39

L. ANALISIS DATA
Hari/
Masalah
No Tanggal/ Data Fokus Paraf
Keperawatan
Jam
1. Rabu , DS: Pasien mengatakan sering Gangguan
01/06/22 mendengar suara-suara yang tidak Persepsi
09.00 WIB diketahui dari mana sumbernya.
Sensori: Irfan
- Waktu munculnya halusinasi:
Setiap hari, ketika pasien Halusinasi
menyendiri, namun pasien merasa Pendengran
tidak sedang halusinasi dan
merasa bahwa itu adalah nyata.
- Frekuensi halusinasi muncul:
Hampir setiap hari, 1 kali dalam
sehari dengan durasi waktu 5
menit.
- Respons/ perasaan saat halusinasi
muncul: Gelisah, Khawatir,
bingung.
- Tindakan yang telah dilakukan
untuk menghilangkan halusinasi:
Belum ada tindakan untuk
menghilangkan halusinasi.
- Keberhasilan dari tindakan yang
telah dilakukan: Belum berhasil.
DO: Pasien tampak berbicara sendiri,
mulut komat-kamit ketika diajak
berkomunikasi terkadang nyambung,
terkadang melantur dan tidak dapat
menyelesaikan kalimat yang sedang
didiskusikan.
2 Rabu, DS : Klien mengatakan merasa Isolasi Sosial
01/06/22 enggan untuk berinteraksi dengan
09.00 WIB orang lain, dan juga merasa malu
untuk berinteraksi dengan orang lain Irfan
karena merasa tidak lebih sukses dari
teman-temannya
DO : Pasien tidak mampu memulai
pembicaraan
 Lebih sering menyendiri
daripada berinteraksi dengan
40

orang lain
 Kontak mata mudah beralih
 Lebih banyak menunduk
Menghindari kontak mata.

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(1) Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
(2) Isolasi Sosial
N. INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/ Tujuan dan Keriteria


No. Tanggal/ Intervensi
Hasil
Jam
1. Rabu, Setelah dilakukan tindakan SP 1 (Mengenal halusinasi dan
01/06/22 keperawatan selama kurang menghardik)
09.00 WIB lebih 4x8 jam diharapkan - Identifikasi jenis halusinasi
gangguan halusinasi pada pasien
pasien dapat diatasi dengan - Identifikasi isi halusinasi
keriteria hasil: pasien
1. pasien mampu - Identifikasi waktu
mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
halusinasi - Identifikasi frekuensi
2. pasien mampu halusinasi pasien
mengidentifikasi isi - Identifikasi situasi yang
halusinasi menimbulkan halusinasi
3. Pasien mampu - Latih pasien cara kontrol
mengidentifikasi waktu halusinasi dengan
halusinasi menghardik
4. Pasien mampu - Bimbing pasien
mengidentifikasi memasukkan dalam jadwal
frekuensi halusinasi kegiatan harian
pasien SP 2 (Mengontrol halusinasi
5. Pasien mampu minum obat)
mengidentifikasi situasi - Validasi masalah dan
yang menimbulkan latihan sebelumnya
halusinasi - Jelaskan cara kontrol
halusinasi dengan teratur
minum obat (prinsip 2
benar minum obat)
- Bimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
41

kegiatan harian
SP 3 (Mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap)
- Validasi masalah dan
latihan sebelumnya
- Latih pasien cara kontrol
halusiansi dengan
berbincang dengan orang
lain
- Bimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan hariaan
SP 4 (kagiatan/aktivitas
tersetruktur)
- Validasi masalah dan
latihan sebelumnya
- Latih pasien cara kontrol
halusinasi dengan kegiatan
(yang biasa dilakukan
pasien)
- Bimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Tindakan kelompok:
- Libatkan TAK persepri
halusinasi
Kolaborasi:
- Pemberianobat antipsikotik
42

O. PELAKSANAAN DAN EVALUASI


Hari/
No
No Tanggal/ Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
Dx
Jam

1. Rabu , (1) 1. Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan


01/06/22 jenis halusinasi masih gelisah
10.00 2. Mengidentifikasi isi
- Waktu munculnya Irfan
WIB halusinasi
3. Mengidentifikasi halusinasi: pasien
situasi munculnya mengatakan suara
halusinasi muncul setiap
4. Mengidentifikasi pasien sedang
respon pasien saat sendirian.
muncul halusinasi - Frekuensi
5. Melatih cara halusinasi muncul:
mengatasi halusinasi 5 menit
dengan menghardik - Respons/perasaan
6. Melaksanakan saat halusinasi
kolaborasi muncul: gelisah
pemberian obat dan kebingungan.
7. Melibatkan dalam - Tindakan yang
TAK halusinasi telah dilakukan
8. Memasukkan untuk
kegiatan menghilangkan
menghardik ke halusinasi:
jadwal harian pasien menghardik
9. halusinasi dengan
- Keberhasilan dari
tindakan yang
telah dilakukan:
untuk menghardik
pasien masih lupa.
O:

- Pasien bisa
mengidentifikasi
jenis, isi, situasi,
respon dari
halusinasinya
43

- pasien mengikuti
instruksi dari
perawat untuk
menghardik
- konsentrasi kurang
- kontak mata
mudah beralih
- Pasien belum bisa
menghardik secara
mandiri
A: Halusinasi
pendengaran

- Pasien mampu
mengenal
halusinasi
- Pasien belum
mampu
menghardik secara
mandiri
P: Lanjutkan
intervensi
- Ulangi latihan
menghardik
- Masukkan dalam
jadwal harian
pasien
- Libatkan TAK
persepsi halusinasi
- Berikan
kolaborasi:
 Clobazam 10
mg/24jam
 Lodomer
2mg/12jam
 Trihexphenidil
2mg/12jam
2. Kamis , (1) 1. Memvalidasi SP S : pasien mengatakan
02 /06/22 sebelumnya lebih baik dari hari
10.00 (kemampuan pasien sebelumnya
Irfan
WIB mengenal
halusinasi) - Waktu munculnya
44

2. Melatih ulang cara halusinasi: pasien


mengatasi halusinasi mengatakan
dengan menghardik halusinasi muncul
3. Melakukan saat dia melamun
kolaborasi - Frekuensi
pemberian obat halusinasi muncul:
4. Melibatkan TAK 5 menit
halusinasi - Respons/perasaan
5. Memasukkan saat halusinasi
kegiatan muncul: bingung
menghardik ke - Tindakan yang
jadwal harian pasien telah dilakukan
untuk
menghilangkan
halusinasi:
menghardik
halusinasi
- Keberhasilan dari
tindakan yang
telah dilakukan:
pasien belum
mampu untuk
menghardik secara
mandiri.
O:

- Pasien bisa
mengidentifikasi
jenis, isi, situasi,
respon dari
halusinasinya
- pasien mengikuti
instruksi dari
perawat untuk
menghardik
- kontak mata mulai
fokus
- konsetrasi mudah
berubah-ubanh
- Pasien belum bisa
menghardik secara
mandiri
45

A: Halusinasi belum
teratasi
- Pasien belum
mampu
menghardik secara
mandiri
P: Lanjutkan
intervensi

- Lanjutkan SP 2
mengontrol
halusinasi dengan
5 prinsip benar
obat
- Libatkan TAK
persepsi halusinasi
& berikan
kolaborasi
 Clobazam 10
mg/ 24jam
 Lodomer 2mg/
12jam
 Trihexphenidil
2mg/ 12jam
3. Jumat (1) 1. Memvalidasi SP 1 S: Pasien mengatakan
03/06/22 2. Melatih cara keadaanya jauh lebih
mengatasi halusinasi baik dan tenang
10.00 Irfan
dengan 5 prinsip
WIB benar obat meliputi dari hari sebelumnya
manfaat obat, efek - Waktu munculnya
obat, dan cara halusinasi: pasien
memperoleh obat mengatakan
3. Melaksanakan halusinasi sudah
kolaborasi jarang muncul
pemberian obat - Frekuensi
4. Melibatkan dalam halusinasi muncul:
TAK halusinasi 3 menit
5. Memasukkan - Respons/perasaan
kegiatan 5 benar saat halusinasi
minum obat ke muncul:bingung
jadwal harian pasien - Tindakan yang
telah dilakukan
46

untuk
menghilangkan
halusinasi:
menghardik
halusinasi
- Keberhasilan dari
tindakan yang
telah dilakukan:
untuk menghardik
pasien tetap tidak
mampu
menghardik
halusinasi secara
mandiri
O:

- Pasien bisa
mengidentifikasi
jenis, isi, situasi,
respon dari
halusinasinya
- Pasien mengatakan
tidak ingat cara
menghardik
- Pasien
mendengarkan
selama di
terangkan tentang
5 prinsip benar
obat
- Kontak mata mulai
fokus
- Konsentrasi mulai
meningkat
- Pasien bisa
menjelaskan
tentang manfaat
obat
- Pasien bisa
menjelaskan
tentang efek obat
- Pasien bisa
47

menjelaskan cara
memperoleh obat
- Pasien tidak bisa
menjelaskan
tentang 5 prinsip
benar obat
- Pasien mau dan
bisa memasukkan
kegiatan 5 benar
minum obat dalam
ke jadwal harianya
A: Gangguan persepsi
sensori: Halusinasi
pendengaran

- Pasien mampu
memahami tentang
5 benar minum
obat
P: Lanjutkan
intervensi

- Lanjutkan Latih Sp
3 mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
- Masukkan dalam
jadwal harian
pasien
- Libatkan TAK
persepsi halusinasi
& beri kolaborasi
 Clobazam 10
mg/ 24jam
 Lodomer 2mg/
12jam
 Trihexphenidil
2mg/ 12jam
BAB IV

ANALISIS JURNAL PENDUKUNG


DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Jurnal


Jurnal penelitian ini berjudul “Efektivitas Terapi Musik Terhadap
Penurunan Tingkat Halusinasi Pendengaran pada Pasien Ganguan Jiwa di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.M. Ildrem” yang diteliti oleh Dian Anggri Yanti,
Abdi Lestari Sitepu, Kuat Sitepu, Pitriani, dan Wina Novita Br. Purba pada
tahun 2020 dari Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

B. Analisis PICO
1. Problem
Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien halusinasi
pendengaran di RSJ Prof.Dr.M. Ildrem Medan dengan sampel
berjumlah 22 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Teknik
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling.
2. Intervention
Pelaksanaan terapi musik pada pasien dengan halusinasi
pendengaran ialah dengan mendengarkan musik yang diberikan untuk
membangkitkan gelombang otak alfa yang dapat memberikan rasa
relaksasi sehingga menimbulkan perilaku yang tenang bagi penderita
gangguan jiwa jenis halusinasi sehingga menurunkan risiko timbulnya
dampak dari tingkat stresor (Hartin Saidah, Eko Agus Cahyono,2016).
Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi
yang tujuannya untuk memberikann rasa tenang, membantu
mengendalikan emosi serta menyembuhkan gangguan psikologi
(Purnama,2016).
Penelitian ini yang akan diidentifikasi adalah eksperimen antara
variabel independen yaitu musik dengan variabel dependen yaitu

49
50

halusinasi pendengaran. Hal ini dilakukan oleh peneliti selama 7 hari


setiap pagi dan sore hari. Akhir perlakuan diberikan pada hari ke 7 dan
halusinasi pendengaran diobservasi kembali.
3. Comparation
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 22 responden di RSJ Prof.
Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa,
karakteristik responden pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin
yaitu jenis kelamin laki-laki terdapat sebanyak 14 orang (63,6%) dan
jenis kelamin perempuan sebanyak 8 orang (36,4%). Karakteristik
responden berdasarkan usia,yaituusia30-40tahunsebanyak 8 orang
(36,4%), usia 41-50 tahun sebanyak 14 orang (63,6%).
Untuk analisis Bivariat didapat hasil berdasarkan uji Paired
Sample T-Test terdapat perbedaan yang signifikan Antara sebelum
dan sesudah dengan hasil nilai sebelum dilakukan tindakan terapi
musik klasik meliputi nilai mean adalah 4,32, nilai standar deviation
adalah,646, nilai minimum adalah 3, nilai maximum 5, dan nilai
sesudah dilakukan tindakan terapi musik klasik: nilai mean adalah
1,68, nilai standar deviation adalah ,568, nilai minimum adalah 1,
nilai maximum 4. Maka ditarik kesimpulan Ada pengaruh sebelum
dan sesudah tindakan terapi musik terhadap penurunan tingkat
halusinasi pendengaran pada penderita gangguan jiwa di RSJ Prof.
Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara dengan nilai 0,000 (p < 0.05),
sehingga Ha diterima.
Penelitian lain yaitu Hendricks (2010) dengan judul a study of
the use of music therapy techniques in a group for the treatment of
adolescent depression menunjukkan bahwa penggunaan teknik terapi
musik berkorelasi positif dengan pengurangan skor depresi dengan
adanya perbedaan yang signifikan (p <0,0001) antara kelompok yang
menggunakan teknik- teknik terapi musik dan kelompok yang tidak
menggunakan teknik terapi musik. Stuart (2016) mengungkapkan
bahwa mendengarkan musik yangdipilih sendiri setelah terpapar
stressor dapat menyebabkan terjadinya pengurangan kecemasan,
51

kemarahan, dan membuat sistem saraf simpatis bergairah, dapat


meningkatkan relaksasi dibandingkan dengan yang duduk diamsaja.
4. Outcome
Pada penelitianini dapat disimpulkan pada pre-test dan post-test
dengan sampel 22 responden memiliki rata-rata sebelum (mean= 4,32),
standar deviasi sebesar0, sedangkan pada post-test dengan sampel 22
responden memiliki rata-rata sesudah (mean= 1,68), standar deviasi
sebesar 0,568 dengan p-value (0,000) < α 0,05 maka H0 ditolak Ha
diterima yang artinya terdapat pengaruh Efektivitas Terapi Musik
Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pendengaran pada pasien
Gangguan Jiwa di RSJ Prof. Dr.M. Ildrem Medan.

C. Penerapan pada Pasien Kelolaan


Pada hari Rabu, 01 Juni 2022 pukul 14.30 WIB, pasien dilakukan
pengkajian untuk kemudian dilakukan intervensi sesuai jurnal yang ada
dengan mendengarkan lagu-lagu klasik/ lagu yang di inginkan dan atau
disukai oleh pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran kepada 2 pasien yaitu Tn. K dan Tn. A.
1. Pengkajian pada pasien pertama (Tn. K)
DS: Pasien mengatakan terkadang masih mendengar suara-suara yang
tidak jelas dari mana asalnya yang mengajak pasien untuk
mendekat dan melakukan suatu aktivitas. Suara tersebut
terdengar ketika pasien sedang melamun sendirian berlangsung
selama 3-5 menit dan ketika mendengar suara tersebut pasien
merasa kebingungan.
DO: Pasien kadang-kadang berbicara sendiri, tersenyum sendiri,
menunjuk-nunjuk ke suatu arah yang tidak jelas, dan sering
duduk menyendiri serta melamun.
2. Pengkajian pada pasien kedua (Tn. A)
DS: Pasien mengatakan suara masih terdengar namun sudah jarang-
jarang. Suara yang pasien dengar seperti suara laki-laki yang
mengejek pasien dan keluarga pasien. Suara tersebut terdengar
52

ketika pasien sedang melamun sendirian berlangsung selama 5-8


menit dan ketika mendengar suara tersebut pasien merasa
bingung dan ingin marah.
DO: Pasien terlihat berbicara sendiri, tersenyum-senyum sendiri,
susah konsentrasi ketika sedang berbicara dengan lawan bicara
serta lebih suka menyendiri.

Setelah dilakukan pengkajian fokus kepada 2 pasien maka dilakukan


intervensi/ penerapan sesuai jurnal yang telah ditemukan. Kedua pasien di
dengarkan lagu/ musik yang diinginkan atau yang pasien sukai melalui
media youtube untuk kemudian dilakukan evaluasi subjektif dan objektif
kepada 2 pasien tersebut dengan hasil:
1. Evaluasi pada pasien pertama (Tn. S)
DS: Pasien mengatakan sudah tidak mendengar suara-suara yang
tidak jelas dari mana bentuknya yang mengajak pasien untuk
mendekat dan melakukan suatu aktivitas.
DO: Pasien tampak bahagia, menikmati/ mendengarkan lagu yang
perawat berikan kepada pasien.
2. Evaluasi pada pasien kedua (Tn. A)
DS: Pasien mengatakan sudah tidak mendengar suara-suara yang
mengejek dirinya dan keluarganya.
DO: Pasien tampak bahagia, menikmati/ mendengarkan lagu yang
perawat berikan kepada pasien, pasien terlihat ikut bernyanyi.

D. Kekurangan dalam Jurnal


Pada penelitian ini tidak dijelaskan atau diberikan contoh jenis musik
klasik apa yang digunakan dalam pemberian terapi.

E. Kelebihan Dalam Jurnal


Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian terapi musik terhadap
penurunan tingkat halusinasi pendengaran pada pasien ganguan jiwa di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.M. Ildrem.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. K dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Wisma Puntadewa
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, pada Hari Rabu, 01 juni 2022 hingga
Jumat, 03 Juni 2022, dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian pada Tn. K didapatkan bahwa, Pasien mengatakan
sering mendengar suara-suara yang tidak diketahui dari mana
sumbernya.Waktu munculnya halusinasi setiap hari, ketika pasien
menyendiri, namun pasien merasa tidak sedang halusinasi dan merasa
bahwa itu adalah nyata. Frekuensi halusinasi muncul 2 kali dalam
sehari dengan durasi waktu 5-10 menit.Respons/ perasaan saat
halusinasi muncul gelisah, khawatir, bingung.Belum ada tindakan
untuk menghilangkan halusinasi.
2. Menurut teori, diagnosis keperawatan jiwa yang muncul pada kasus
tersebut adalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah
keperawatan yang di temukan yaitu sesuai dengan teori yang telah
ada,berdasarkan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.
4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 × 8 jam, dimulai pada
tanggal 01 juni dan berakhir pada tanggal 03 Juni 2022. Dan hasil
evaluasi dilakukan dalam bentuk SOAP.
5. Sesuai jurnal pendukung yang ada pasien diberikan tindakan
mendengarkan musik melalui media youtube pada hari Jumat. 03 Juni
2022.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding
yangberkaitan dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran pada pasien dengan gangguan kejiwaan.

53
54

2. Bagi Rumah Sakit/ Perawat Ruangan


Diharapkan dapat memotivasi pasien serta keluarga tentang
kasus gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran sehingga
dapat meningkatkan asuhan keperawatan secarabio-psiko-sosial dan
spiritual
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Laporan Kasusini diharapkan dapat menjadi salsatu acuan atau
sumbersarana pembelajaran di Program Studi Keperawatan dan
Profesi Ners dalam penerapanasuhan keperawatan jiwa dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengara
DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, M. 2021. Efektifitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Terhadap


Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran pada Pasien Ruang
Cempaka di RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Medan Tahun 2019. Jurkessutra:
Jurnal Kesehatan Surya Nusantara, (1). Diunduh melalui situs:
https://jurnal.suryanusantara.ac.id/index.php/jurkessutra/article/view/64
pada Rabu, 01 Juni 2022 Pukul 19.30 WIB.
Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa.Yogyakarta: Indomedia Pustaka
Livana, P. H., Ruhimat, I. I. A., Sujarwoo, S., Suerni, T., Kandar, K., Maya, A., &
Nugroho, A. 2020. Peningkatan Kemampuan Pasien dalam Mengontrol
Halusinasi melalui Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi. Jurnal
Ners Widya Husada, 5(1), 35-40. Diunduh melalui situs:
https://doi.org/10.33666/jners.v5i1.328 pada Rabu, 01 Juni 2022 Pukul
19.50 WIB.
Ningsih, P., Murtiani, M., & Ilyas, M. 2013. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada
Pasien Halusinasi di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Propinsi
Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 2(4), 28-34. Diunduh
melalui situs:
http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/440 pada Rabu, 01
Juni 2022 Pukul 20.00 WIB.
Pardede, J. A., & Siregar, R. A. 2016. Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum
Obat Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi pada Klien Skizofrenia.
Mental Health, 3(1). Diunduh melalui situs:
https://www.academia.edu/29589194/Pendidikan_Kesehatan_Kepatuhan_M
inum_Obat_Terhadap_Perubahan_Gejala_Halusinasi_Pada_Pasien_Skizofr
enia pada Rabu, 01 Juni 2022 Pukul 19.45 WIB.
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Nuha
Medika
Stuart, G. W. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, G. Wail. 2016. Prinsip dan Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi
Indonesia. Elsevier Singapore.
Sutejo. 2017. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Ganguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru
Sutinah, S., Harkomah, I., & Saswati, N. 2020. Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi) pada Klien Halusinasi di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jambi. Jurnal Pengabdian Masyarakat dalam
Kesehatan, 2(2). Diunduh melalui situs:
http://dx.doi.org/10.20473/jpmk.v2i2.19972 pada Rabu, 01 Juni 2022 Pukul
20.10 WIB.
Yanti, D. A., Sitepu, A. L., Sitepu, K., & Purba, W. N. B. 2020. Efektivitas Terapi
Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien
Halusinasi Pendengaran d Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan
Tahun 2020. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), 3(1), 125-131.
Diunduh melalui situs: https://doi.org/10.35451/jkf.v3i1.527 pada Rabu, 01
Juni 2022 Pukul 19.40 WIB.
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance
Mental Healyh Nursing. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai