K DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
PENDENGARAN DI WISMA PUNTADEWA
RSJ Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG
LAPORAN KASUS
Oleh:
Irfan Sahzuri
82021040050
Mengetahui,
Pembimbing Klinik Stase Keperawatan Jiwa
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang,
Ns.Endick Setiyawan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT., karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini. Penulisan Laporan
Kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas dalam Stase Keperawatan
Jiwa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kudus.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi saya
untuk menyelesaikan Laporan Kasus ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta atas segala doa baik dan jerih payahnya untuk
membuat saya semakin berilmu.
2. Bapak Dr. Rusnoto, S.KM., S.Kep., M.Kes (Epid) selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Kudus.
3. Bapak Winardi, S.Kep., Ners selaku kepala Wisma Abiyasa RSJ Prof. Dr.
Soerojo.
4. Bapak Endick Setiyawan, S.Kep., Ners selaku Clinical Instructor (CI)
Keperawatan Jiwa Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo.
5. Seluruh civitas akademika Universita Muhammadiyah Kudus.
Akhir kata, saya berharap Laporan Kasus ini bermanfaat khususnya bagi
saya sendiri dan bagi pihak yang membacanya, serta saya berdoa semoga segala
bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga
dapat membawa manfaat bagi pegembangan ilmu keperawatan nantinya. Aamiin.
Irfan Sahzuri
iii
DAFTAR ISI
iv
I. Masalah Psikososial dan Lingkungan .................................. 37
J. Pengetahuan Kurang Tentang .............................................. 38
K. Aspek Medik ........................................................................ 38
L. Analisa Data ......................................................................... 39
M. Diagnosa Keperawatan......................................................... 40
N. Intervensi Keperawatan ........................................................ 40
O. Pelaksanaan dan Evaluasi .................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi
masalah yang serius. WHO memperkirakan sekitar 450 juta orang di dunia
yang mengalami gangguan kesehatan jiwa, 135 juta orang diantaranya
mengalami halusinasi. Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita
gangguan jiwa sebesar 2-3% jiwa, yaitu sekitar 1 sampai 1,5 juta jiwa
diantaranya mengalami halusinasi (Aritonang, 2021).
Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon
neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya mengalami distorsi
sensori sebagai hal yang nyata dan meresponnya. Diperkirakan ≥ 90%
penderita gangguan jiwa jenis halusinasi. dengan bentuk yang bervariasi
tetapi sebagian besarnya mengalami halusinasi pendengaran yang dapat
berasal dari dalam diri individu atau dari luar individu tersebut, suara yang
didengar bisa dikenalnya, jenis suara tunggal atau multiple yang
dianggapnya dapat memerintahkan tentang perilaku individu itu sendiri
(Yanti, et al, 2020). Halusinasi juga merupakan salah satu gejala gangguan
persepsi sensori yang dialami oleh pasien gangguan mental. biasanya
penderita merasakan sensasi suara, penegelihatan, rasa, sentuhan, atau
penciuman tanpa rangsangan yang nyata (Pardede, 2020).
Menurut Livana (2020) menyatakan bahwa dampak yang dapat
ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan
kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan perilakunya dikendalikan
oleh halusinasi. Pada situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri
(suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan
Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi, dibutuhkan
penanganan yang tepat. Dengan banyaknya angka kejadian halusinasi,
semakin jelas bahwa dibutuhkan peran perawat untuk membantu pasien agar
dapat mengontrol halusinasinya
1
2
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam Laporan Kasus ini adalah “Bagaimana
gambaran klinis dan Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. K
dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Wisma
Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan proses asuhan keperawatan jiwa pada Tn.
K dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di
Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di Wisma
Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran di Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di
Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan & Evaluasi keperawatan
pada pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran di Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang.
e. Mampu menerapkan jurnal reading penelitian yang ditemukan
kepada pasien kelolaan dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran di Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr.
Soerojo Magelang.
4
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
untukmenambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan
asuhankeperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran.
2. Bagi Rumah Sakit
Laporan Kasusini dijadikan sebagai data dasar dan informasi
untukRumah Sakit sebagai bahan perbaikan untuk meningkatkan mutu
pelayananasuhankeperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran.
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Laporan Kasusini dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran
di Program Studi Keperawatan dan Profesi Ners dalam penerapan
asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN HALUSINASI
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi
palsu. (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada.
(Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata
tanpa stimulus atau rangsangan dari luar (Stuart, 2016).
B. KLASIFIKASI HALUSINASI
Menurut Trimeilia (2014) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Halusinasi Pendengaran (Auditory)
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek,
mentertawakan, mengancam, memerintahkan untuk melakukan
sesuatu (kadang-kadang hal yang berbahaya). Perilaku yang muncul
adalah mengarahkan telinga pada sumber suara, bicara atau tertawa
sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga, mulut komat-
kamit, dan ada gerakan tangan.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar,
orang atau panorama yang luas dan kompleks, bisa yang
menyenangkan atau menakutkan. Perilaku yang muncul adalah
tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk ke arah tertentu,
ketakutan pada objek yang dilihat
5
6
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Gangguan proses
Persepsi akurat Ilusi pikir: waham
Emosi konsisten Emosi tidak stabil Halusinasi
dengan pengalaman Menarik diri Ketidakmampuan
Perilaku sesuai untuk mengalami
Hubungan Sosial emosi
Ketidakteraturan
Isolasi sosial
F. FASE HALUSINASI
Menurut Prabowo, 2014 menunjukan tahapan terjadinya halusinasi
terdiri dari 4 fase dan setiap fase mempunyai karakteristik yang berbeda
yaitu:
1. Fase I (Comforting / Menyenangkan)
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pkiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas disini pasien tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, gerakan mata cepat dan asyik sendiri.
2. Fase II (Condemming)
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas
kendali dan mencoba jaga jarak dengan sumber yang dipersepsikan
sehingga timbul peningkatan tanda-tanda vital.
3. Fase III (Controlling)
Pasien menghentikan perlawanan halusinasi dan menyerah pada
halusinasi. Disini pasien sukar berhubungan dengan orang lain tidak
mampu mematuhi perintah dari orang lain, dan kondisi sangat
menegangkan terutama berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV (Conquering/ Panik)
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti
perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik
10
diri dan tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan
tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
G. PENATALAKSANAAN HALUSINASI
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menciptakan Lingkungan yang Terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
klien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan
dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak
mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di
isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk
ke kamar atau mendekati klien, bicaralah dengan klien. Begitu
juga bila akan meninggalkannya hendaknya klien diberitahu.
b. Melaksanakan Program Terapi Dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus
mengamati agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta
reaksi obat yang diberikan.
c. Menggali Permasalahan Klien Dan Membantu Mengatasi
Masalah
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah klien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
klien atau orang lain yang dekat dengan klien.
d. Memberi Aktivitas Pada Klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan.
Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan
nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Klien diajak
menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
11
H. PATHWAY HALUSINASI
Adapun pohon masalah untuk mengetahui penyebab, masalah utama
dan dampak yang ditimbulkan. Menurut (Stuart, 2015) yaitu
12
f. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui
kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa
yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang
masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia
adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik
tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote
peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang
tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka
peluangnya menjadi 35 %.
3. Faktor Presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal
otak.
b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme
penerimaan abnormal).
c. Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Menurut Stuart (2015), pemicu gejala respon neurobiologis
maladaptif adalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.
a. Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian,
kelelahan dan infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat,
kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.
b. Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah
tangga, kehilangan kebebasab hidup dalam melaksanakan pola
14
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul. Ada beberapa diagnosa
keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan halusinasi menurut
Keliat (2016) yaitu:
1. Resiko Perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
3. Isolasi sosial: menarik diri
4. Defisit perawatan diri
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan & Kriteria
No Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
1. Resiko TUM: Tindakan Psikoterapi
Perilaku Selama perawatan 1. Pasien
kekerasan diruangan, pasien tidak BHSP
memperlihatkan perilaku a. Ajarakan SP I:
kekerasan, dengan - Diskusikan penyebab,
criteria hasil (TUK): tanda dan gejala, bentuk
1. Dapat membina dan akibat PK yang
hubungan saling dilakukan pasien serta
percaya. akibat PK.
2. Dapat - Latih pasien mencegah
mengidentifikasi PK dengan cara: fisik
penyebab, tanda dan (tarik nafas dalam &
gejala, bentuk dan memeukul bantal).
akibat PK yang sering - Masukkan dalam jadwal
dilakukan. harian.
3. Dapat b. Ajarkan SP II:
mendemonstrasikan - Diskusikan jadwal
cara mengontrol PK harian.
dengan cara : - Latih pasien mengntrol
- Fisik PK dengan cara sosial.
- Social dan verbal - Latih pasien cara
- Spiritual menolak dan meminta
- Minum obat teratur yang asertif.
4. Dapat menyebutkan - Masukkan dalam jadwal
dan kegiatan harian.
mendemonstrasikan c. Ajarkan SP III:
cara mencegah PK - Diskusikan jadwal
17
3. Tindakan Psikofarmak
a. Berikan obat-obatan sesuai
program Klien.
b. Memantau kefektifan dan
efek samping obat yang
diminum.
c. Mengukur vital sign secara
periodic.
3. Isolasi sosial: Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik
menarik diri tindakan keperawatan 1. Klien
selama 3 x 24 jam Klien a. SP 1
dapat berinteraksi dengan - BHSP
orang lain baik secara - Identifikasi penyebab isol
individu maupun secara asi sosial.
berkelompok dengan b. SP 2
kriteria hasil: - Diskusikan bersama Klien
1. Klien dapat keuntungan berinteraksi d
membina hubungan s engan orang lain dan
aling percaya. kerugian tidak berinteraksi
2. Dapat menyebutkan dengan orang lain.
penyebab isolasi - Ajarkan kepada Klien cara
sosial. berkenalan
3. Dapat menyebutkan dengan satu orang.
keuntungan - Anjurkan kepada Klien
berhubungan dengan untuk memasukan
orang lain. kegiatan berkenalan
4. Dapat menyebutkan dengan orang lain
kerugian tidak dalam jadwal kegiatan
berhubungan dengan harian dirumah.
21
orang lain. c. SP 3
5. Dapat berkenalan - Evaluasi pelaksanaan dari
dan bercakap-cakap jadwal kegiatan
dengan orang harian Klien.
lain secara bertahap. - Beri kesempatan pada
6. Terlibat dalam Klien mempraktekan cara
aktivitas sehari-hari berkenalan dengan dua
orang.
- Ajarkan Klien berbincang-
bincang dengan dua orang
tetang topik tertentu.
- Anjurkan kepada Klien
untuk memasukan
kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan
harian dirumah.
d. SP 4
- Evaluasi pelaksanaan dari
jadwal kegiatan harian
Klien.
- Jelaskan tentang obat yang
diberikan (Jenis, dosis,
waktu, manfaat dan efek
samping obat).
- Anjurkan Klien
memasukan kegiatan
bersosialisasi dalam jadwa
l kegiatan harian dirumah.
- Anjurkan Klien
untuk bersosialisasi
dengan orang lain.
2. Keluraga
a. Diskusikan masalah yang
dirasakan kelurga
dalam merawat Klien.
b. Jelaskan pengertian, tanda
dan gejala isolasi sosial yang
dialami Klien dan proses
terjadinya.
c. Jelaskan dan latih keluarga
cara-cara merawat Klien.
22
3. Tindakan Psikofarmaka
a. Beri obat-obatan sesuai
program.
b. Pantau keefektifan dan efek
sampig obat yang diminum.
c. Ukur vital sign secara
periodik.
4. Defisit Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik
perawatan diri tindakan keperawatan 1. Pasien
selama 3 x hari, klien a. Menjelaskan pentingnya
dapat mandiri melakukan kebersihan dan kerapian
perawatan diri dengan diri.
kriteria: b. Mendiskusikan ciri-ciri
1. Dapat menjelaskan badan bersih dan rapi.
pentingnya c. Menjelaskan manfaat bsdsn
kebersihan dan bersih dan rapi dan
kerapian. kerugian jika jika badan
2. Menyebutkan ciri-ciri tidak bersih dan tidak rapi.
badan yang bersih dan d. Mengajarkan cara menjaga
rapi. kebersihan dan kerapian
3. Dapat menyebutkan diri.
manfaat badan bersih e. Memberikan kesempatan
dan rapi. pada
4. Dapat menyebutkan pasien untuk mendemonstra
kerugian badan yang sikan cara menjaga
tidak bersih dan tidak kebersihan dan kerapian
rapi. diri.
5. Dapat mempraktikan f. Menganjurkan pasien
cara melakukan cara memasukan cara menjaga
perawatan diri dengan kebersihan dan kerapian
benar. kedalam jadwal kegiatan
6. Badan bersih dan rapi. harian.
7. Badan tidak bau. 2. Keluarga
8. Dapat melakukan a. Mendiskusikan kesulitan
aktifitas perawatan yang
diri secara mandiri dirasakan keluarga dalam
merawat pasien dengan
masalah deficit perawatan
diri.
b. Menjelaskan ciri-ciri pasien
yang mengalami masalah
deficit perawatan diri dan
23
BAB III
D. FISIK
1. Keadaan Umum : ( ) Baik () Sedang ( ) Lemah
2. Tingkat Kesadaran : Composmentis ; GCS (E: 4 M: 6 V: 5)
3. Tanda Vital : TD: 140/100 mmHg S: 36,2 ℃
N: 87 ×/menit Rr: 22 ×/menit
SPO2: 96%
4. Ukur : TB : 159 cm BB : 68 Kg
5. Keluhan Fisik : () Ya () Tidak
Bila Ya, jelaskan: Pasien memiliki keterbatasan
dalam pergerakan (berjalan) akibat bengkak.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bentuk mesocephal, warna putih uban, rambut
pendek, tidak ada lesi.
b. Wajah : Simetris, rona wajah kemerahan, tidak ada
pembengkakan, tidak ada lesi.
c. Mata : Simetris +/+, sklera ikterik -/-, konjungtiva
anemis -/-, pupil isokor +/+, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
d. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak memakai alat
bantu pernapasan.
e. Mulut : Warna bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis,
mukosa bibir lembab.
f. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak memakai
alat pendengaran.
27
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:
Keterangan:
: Laki-laki
: Pasien
: Perempuan
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
- Tanggapan pasien tentang bentuk tubuh:
Pasien mengatakan tidak ada yang tidak disukai dari tubuhnya
serta tidak ada bagian tubuh yang spesifik yang ia sukai.
- Tanggapan pasien tentang fungsi tubuh:
Pasien mengatakan bentuk tubuhnya sama seperti teman yang
lainya (normal)
b. Identitas diri
- Posisi dalam sekolah:
Pasien mengatakan saat sekolah hanya menjadi siswa biasa dan
hanya tamat SD.
- Posisi dalam pekerjaan:
Pasien mengatakan sebelum ini bekerja sebagai buruh tani.
- Posisi dalam jenis kelamin:
Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah laki-laki
c. Peran
- Peran sebagai individu:
Pasien mengatakan sebagai laki-laki, sudah lanjut usia, memiliki
belum memiliki istri.
- Peran dalam keluarga:
Pasien mengatakan berperan sebagai anggota keluarga dari
kakak perempuannya.
- Peran dalam masyarakat:
Didalam masyarakat pasien hanya sebagai warga biasa karena
mengalami gangguan jiwa.
- Peran dalam kelompok:
Pasien jarang mengikuti kegiatan masyarakat karena mengalami
gangguan jiwa.
d. Ideal diri
- Harapan terhadap penyakitnya:
Pasien merasa tidak memiliki gangguan jiwa.
30
2. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Keras ( ) Gagap () Inkoheren ( ) Membisu ()
Apatis () Lambat () Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan: Cara bicara pasien secukupnya, kadang ngelantur terkadang
nyambung, tidak mampu untuk memulai pembicaraan, terbata-bata
dan lambat.
3. Aktivitas Motorik:
( ) Lesu ( )Tegang () Gelisah ( ) Agitasi ( )Tik ( ) Grimasen
() Tremor ( ) Kompulsif
Jelaskan: Pasien sering duduk diam dikursi, terkadang mondar-mandir
tidak jelas, tangan tremor ketika memegang sendok atau gelas ketika
makan.
4. Alam Perasaaan
( ) Sedih ( ) Takut () Putus asa () Khawatir ( ) Frustrasi
( ) Gembira berlebihan () Bingung
Jelaskan: Pasien mengatakan khawatir dan kebingungan ketika
mendengar suara sesuatu yang tidak ia ketahui sumbernya.
5. Afek
( ) Appropiate/tepat ( ) Inappropiate/ tidak tepat ( ) Datar
() Tumpul () Labil ( ) Tidak sesuai
Jelaskan: Afek pasien tumpul karena pasien hanya akan berespon
ketika diberikan stimulus yang kuat.
6. lnteraksi Selama Wawancara
( ) Bermusuhan ( ) Tidak kooperatif ( ) Mudah tersinggung
( ) Curiga ( ) Defensif ( ) Kontak mata tidak ada () Kotak mata
mudah beralih
Jelaskan: Selama wawancara dengan pasien, kontak mata pasien
mudah beralih dan tidak fokus dengan topik pembicaraan.
7. Persepsi
() Pendengaran ( ) Penglihatan ( ) Perabaan( ) Pengecapan
( ) Penciuman
Jenis:
33
8. Proses Pikir
( ) Sirkumtansial () Tangensial () Kehilangan asosiasi
( ) Flight of idea( ) Blocking ( ) Reeming ( ) Perseverasi
Jelaskan: Proses piker pasien dapat saya simpulkan yaitu tangensial
dan kehilangan asosiasi, karena setiap diberikan pertanyaan pasien
menjawab pertanyaan secara berbelit-belit dan tidak mampu sampai
pada tujuan jawaban dari pertanyaan tersebut dan terkadang kalimat
yang pasien ucapkan tidak ada kaitannya dengan pertanyaan yang
diberikan.
9. Isi Pikir
( ) Obsesi ( ) Fobia ( ) Depersonalisasi ( ) Ide yang terkait
( ) Hipokondria () Magic mistic ( ) Agama ( ) Kebesaran
( ) Curiga( ) Somatik ( ) Nihilistik ( ) Waham Bizar
( ) Sisip pikir ( ) Siar pikir ( ) Kontrol pikir
Jelaskan: Pasien sering berbicara terhadap bisikan-bisikan yang pasien
dengar
34
3. Mandi
a. Kemampuan dalam mandi ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( )
total Minimal Mandiri
b. Kemampuan dalam ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( )
menggosok gigi total Minimal Mandiri
c. Kemampuan dalam keramas ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( )
total Minimal Mandiri
d. Kemampuan dalam potong ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( ) Mandiri
kuku dan rambut total Minimal
4. Berpakaian/ Berdandan
a. Kemampuan memilih ( ) Bantuan () Bantuan ( ) Mandiri
pakaian total Minimal
b. Kemampuan memakai ( ) Bantuan () Bantuan ( ) Mandiri
pakaian total Minimal
c. Kemampuan mengatur () Bantuan ( ) Bantuan ( ) Mandiri
frekuensi ganti pakaian total Minimal
d. Kemampuan mencukur ( ) Bantuan ( ) Bantuan ( ) Mandiri
jenggot total Minimal
e. Kemampuan menyisir rambut ( ) Bantuan () Bantuan ( ) Mandiri
36
total Minimal
5. Istirahat dan tidur
a. Kemampuan untuk mengatur ( ) Ya ( ) Tidak
waktu tidur
b. Kemampuan merapikan sprei ( ) Ya () Tidak
dan selimut
c. Kemampuan untuk tidur () Ya ( ) Tidak
dengan bantuan obat
6. Penggunaan Obat
Kemampuan pengaturan () Bantuan ( ) Bantuan ( ) Mandiri
penggunaan obat total Minimal
7. Pemeliharaan Kesehatan
a. Perawatan lanjutan () Ya ( ) Tidak
(Puskesmas, RS, RSJ,
perawat, dokter)
b. Perawatan pendukung () Ya ( ) Tidak
(keluarga, pengawas, minum
obat)
8. Kegiatan di Dalam Rumah
a. Kemampuan mempersiapkan ( ) Ya () Tidak
makanan
b. Kemampuan menjaga ( ) Ya () Tidak
kerapihan rumah
c. Kemampuan mencuci ( ) Ya () Tidak
pakaian
d. Kemampuan pengaturan ( ) Ya () Tidak
keuangan
9. Kegiatan di Luar Rumah
a. Kemampuan berbelanja ( ) Ya () Tidak
b. Kemampuan transportasi ( ) Ya () Tidak
37
H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
K. ASPEK MEDIK
1. Diagnosa Medis: F06.1 (Organic Catatonic Disorder)
2. Terapi Medis
- P.O. Trihexphenidil 2mg/12jam (pagi & siang)
- P.O. Lodomer (Haloperidol) 2mg/12jam (pagi & siang)
- P.O. Clobazam 10 mg/24jam (malam)
39
L. ANALISIS DATA
Hari/
Masalah
No Tanggal/ Data Fokus Paraf
Keperawatan
Jam
1. Rabu , DS: Pasien mengatakan sering Gangguan
01/06/22 mendengar suara-suara yang tidak Persepsi
09.00 WIB diketahui dari mana sumbernya.
Sensori: Irfan
- Waktu munculnya halusinasi:
Setiap hari, ketika pasien Halusinasi
menyendiri, namun pasien merasa Pendengran
tidak sedang halusinasi dan
merasa bahwa itu adalah nyata.
- Frekuensi halusinasi muncul:
Hampir setiap hari, 1 kali dalam
sehari dengan durasi waktu 5
menit.
- Respons/ perasaan saat halusinasi
muncul: Gelisah, Khawatir,
bingung.
- Tindakan yang telah dilakukan
untuk menghilangkan halusinasi:
Belum ada tindakan untuk
menghilangkan halusinasi.
- Keberhasilan dari tindakan yang
telah dilakukan: Belum berhasil.
DO: Pasien tampak berbicara sendiri,
mulut komat-kamit ketika diajak
berkomunikasi terkadang nyambung,
terkadang melantur dan tidak dapat
menyelesaikan kalimat yang sedang
didiskusikan.
2 Rabu, DS : Klien mengatakan merasa Isolasi Sosial
01/06/22 enggan untuk berinteraksi dengan
09.00 WIB orang lain, dan juga merasa malu
untuk berinteraksi dengan orang lain Irfan
karena merasa tidak lebih sukses dari
teman-temannya
DO : Pasien tidak mampu memulai
pembicaraan
Lebih sering menyendiri
daripada berinteraksi dengan
40
orang lain
Kontak mata mudah beralih
Lebih banyak menunduk
Menghindari kontak mata.
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(1) Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
(2) Isolasi Sosial
N. INTERVENSI KEPERAWATAN
kegiatan harian
SP 3 (Mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap)
- Validasi masalah dan
latihan sebelumnya
- Latih pasien cara kontrol
halusiansi dengan
berbincang dengan orang
lain
- Bimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan hariaan
SP 4 (kagiatan/aktivitas
tersetruktur)
- Validasi masalah dan
latihan sebelumnya
- Latih pasien cara kontrol
halusinasi dengan kegiatan
(yang biasa dilakukan
pasien)
- Bimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Tindakan kelompok:
- Libatkan TAK persepri
halusinasi
Kolaborasi:
- Pemberianobat antipsikotik
42
- Pasien bisa
mengidentifikasi
jenis, isi, situasi,
respon dari
halusinasinya
43
- pasien mengikuti
instruksi dari
perawat untuk
menghardik
- konsentrasi kurang
- kontak mata
mudah beralih
- Pasien belum bisa
menghardik secara
mandiri
A: Halusinasi
pendengaran
- Pasien mampu
mengenal
halusinasi
- Pasien belum
mampu
menghardik secara
mandiri
P: Lanjutkan
intervensi
- Ulangi latihan
menghardik
- Masukkan dalam
jadwal harian
pasien
- Libatkan TAK
persepsi halusinasi
- Berikan
kolaborasi:
Clobazam 10
mg/24jam
Lodomer
2mg/12jam
Trihexphenidil
2mg/12jam
2. Kamis , (1) 1. Memvalidasi SP S : pasien mengatakan
02 /06/22 sebelumnya lebih baik dari hari
10.00 (kemampuan pasien sebelumnya
Irfan
WIB mengenal
halusinasi) - Waktu munculnya
44
- Pasien bisa
mengidentifikasi
jenis, isi, situasi,
respon dari
halusinasinya
- pasien mengikuti
instruksi dari
perawat untuk
menghardik
- kontak mata mulai
fokus
- konsetrasi mudah
berubah-ubanh
- Pasien belum bisa
menghardik secara
mandiri
45
A: Halusinasi belum
teratasi
- Pasien belum
mampu
menghardik secara
mandiri
P: Lanjutkan
intervensi
- Lanjutkan SP 2
mengontrol
halusinasi dengan
5 prinsip benar
obat
- Libatkan TAK
persepsi halusinasi
& berikan
kolaborasi
Clobazam 10
mg/ 24jam
Lodomer 2mg/
12jam
Trihexphenidil
2mg/ 12jam
3. Jumat (1) 1. Memvalidasi SP 1 S: Pasien mengatakan
03/06/22 2. Melatih cara keadaanya jauh lebih
mengatasi halusinasi baik dan tenang
10.00 Irfan
dengan 5 prinsip
WIB benar obat meliputi dari hari sebelumnya
manfaat obat, efek - Waktu munculnya
obat, dan cara halusinasi: pasien
memperoleh obat mengatakan
3. Melaksanakan halusinasi sudah
kolaborasi jarang muncul
pemberian obat - Frekuensi
4. Melibatkan dalam halusinasi muncul:
TAK halusinasi 3 menit
5. Memasukkan - Respons/perasaan
kegiatan 5 benar saat halusinasi
minum obat ke muncul:bingung
jadwal harian pasien - Tindakan yang
telah dilakukan
46
untuk
menghilangkan
halusinasi:
menghardik
halusinasi
- Keberhasilan dari
tindakan yang
telah dilakukan:
untuk menghardik
pasien tetap tidak
mampu
menghardik
halusinasi secara
mandiri
O:
- Pasien bisa
mengidentifikasi
jenis, isi, situasi,
respon dari
halusinasinya
- Pasien mengatakan
tidak ingat cara
menghardik
- Pasien
mendengarkan
selama di
terangkan tentang
5 prinsip benar
obat
- Kontak mata mulai
fokus
- Konsentrasi mulai
meningkat
- Pasien bisa
menjelaskan
tentang manfaat
obat
- Pasien bisa
menjelaskan
tentang efek obat
- Pasien bisa
47
menjelaskan cara
memperoleh obat
- Pasien tidak bisa
menjelaskan
tentang 5 prinsip
benar obat
- Pasien mau dan
bisa memasukkan
kegiatan 5 benar
minum obat dalam
ke jadwal harianya
A: Gangguan persepsi
sensori: Halusinasi
pendengaran
- Pasien mampu
memahami tentang
5 benar minum
obat
P: Lanjutkan
intervensi
- Lanjutkan Latih Sp
3 mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
- Masukkan dalam
jadwal harian
pasien
- Libatkan TAK
persepsi halusinasi
& beri kolaborasi
Clobazam 10
mg/ 24jam
Lodomer 2mg/
12jam
Trihexphenidil
2mg/ 12jam
BAB IV
B. Analisis PICO
1. Problem
Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien halusinasi
pendengaran di RSJ Prof.Dr.M. Ildrem Medan dengan sampel
berjumlah 22 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Teknik
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling.
2. Intervention
Pelaksanaan terapi musik pada pasien dengan halusinasi
pendengaran ialah dengan mendengarkan musik yang diberikan untuk
membangkitkan gelombang otak alfa yang dapat memberikan rasa
relaksasi sehingga menimbulkan perilaku yang tenang bagi penderita
gangguan jiwa jenis halusinasi sehingga menurunkan risiko timbulnya
dampak dari tingkat stresor (Hartin Saidah, Eko Agus Cahyono,2016).
Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi
yang tujuannya untuk memberikann rasa tenang, membantu
mengendalikan emosi serta menyembuhkan gangguan psikologi
(Purnama,2016).
Penelitian ini yang akan diidentifikasi adalah eksperimen antara
variabel independen yaitu musik dengan variabel dependen yaitu
49
50
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. K dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Wisma Puntadewa
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, pada Hari Rabu, 01 juni 2022 hingga
Jumat, 03 Juni 2022, dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian pada Tn. K didapatkan bahwa, Pasien mengatakan
sering mendengar suara-suara yang tidak diketahui dari mana
sumbernya.Waktu munculnya halusinasi setiap hari, ketika pasien
menyendiri, namun pasien merasa tidak sedang halusinasi dan merasa
bahwa itu adalah nyata. Frekuensi halusinasi muncul 2 kali dalam
sehari dengan durasi waktu 5-10 menit.Respons/ perasaan saat
halusinasi muncul gelisah, khawatir, bingung.Belum ada tindakan
untuk menghilangkan halusinasi.
2. Menurut teori, diagnosis keperawatan jiwa yang muncul pada kasus
tersebut adalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah
keperawatan yang di temukan yaitu sesuai dengan teori yang telah
ada,berdasarkan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.
4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 × 8 jam, dimulai pada
tanggal 01 juni dan berakhir pada tanggal 03 Juni 2022. Dan hasil
evaluasi dilakukan dalam bentuk SOAP.
5. Sesuai jurnal pendukung yang ada pasien diberikan tindakan
mendengarkan musik melalui media youtube pada hari Jumat. 03 Juni
2022.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding
yangberkaitan dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran pada pasien dengan gangguan kejiwaan.
53
54