TANTRI MUHARAM
YUSDIYANTO POBELA
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat
dan hidayah nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Untuk ini di ajukan guna memenuhi tugas mata kulia KEPERAWATAN GERONTIK,
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KOGNITIF PADA KLIEN DIMENSIA”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih kurang sempurna atau
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun
isi. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat di
harapkan.
Akhirnya melalui kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen
yang telah mengarahkan atau membimbing hingga Asuhan Keperawatan ini dapat
terselesaikan. Penyusun mengharapkan semoga Asuhan Keperawatan ini bermanfaat dan
berguna bagi penyusun khusunya dan pembaca pada umumnya. Terima kasih
Wassalamualaikum wr.wb
Gorontalo, Januari,2021
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan Masalah................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
1. Definisi kognitif.........................................................................................................................3
2. Etiologi.....................................................................................................................................3
3. Patofisiologi...............................................................................................................................5
5. Klasifikasi..................................................................................................................................6
6. Penatalaksanaan.........................................................................................................................8
7. Komplikasi................................................................................................................................8
1. Pengkajian...............................................................................................................................10
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................12
3. Intervensi Keperawatan...........................................................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................16
B. Saran...............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang dengannya kita menjadi
waspada akan objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan,
pemikiran dan ingatan (Zulsita, 2010). Perubahan kognitif pada lansia dapat berupa
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki
sesuatu. Bahkan, lansia cenderung ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin
tetap berwibawa. Mereka mengharapkan tetap memiliki peranan dalam keluarga
ataupun masyarakat.
Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kognitif seperti, perubahan fisik
khusunya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan.
Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran, kemampuan berbicara, dan
kemampuan motorik terpengaruh. Lansia akan kehilangan kemampuan dan pengetahuan
yang telah didapatkan sebelumnya. Lansia cenderung mengalami demensia. Demensia
biasanya terjadi pada usia lanjut dan alzheimer merupakan bentuk demensia yang umum
terjadi, yakni mencapai 50 hingga 60 persen dari semua kasus demensia. Sedangkan,
bentuk lainnya misalnya karena faktor pembuluh darah. Demensia terbagi menjadi dua
yakni demensia yang dapat disembuhkan dan demensia yang sulit disembuhkan
(Ratnawati, 2017).
Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologi terjadi kemunduran aspek
kognitif seperti kemunduran daya ingat terutama memori kerja (working memory) yang
amat berperan dalam aktivitas hidup sehari-hari, hal ini menjelaskan mengapa pada
sebagian lanjut usia menjadi pelupa. Selain ini fungsi belahan otak sisi kanan sebagai
pusat intelegensi dasar akan mengalami kemunduran lebih cepat dari pada belahan otak
sisi kiri sebagai pusat inteligensi kristal yang memantau pengetahuan. Dampak dari
kemunduran belahan otak sebelah knan pada lanjut usia anata lain adalah kemunduran
fungsi kewasapadaan dan perhatian. Penurunan kognitif pada lansia juga
1
bergantung pada faktor usia dan jenis kelamin terutama pada wanita hal ini dikarekan
adanya peranan hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif serta reseptor
esterogen di otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus.
Status kesehatan juga merupakan satu faktor penting yang memperburuk fungsi kognitif
lansia. Salah satunya adalah hipertensi. Peningkatan tekanan dara kronis dapat
menigkatakna efek penuaan pada struktur otak, penurunan hipokampus (Coresa, 2014).
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat
dan daya pikir lain yang secara nyata menggangu aktivitas kehidupan sehari-hari
(Nasrullah, 2016). Perubahan-perubahan tersebut akan menimbulkan masalah
keperawatan gangguan proses pikir. Apabila tidak diatasi dengan benar akan
menimbulkan masalah keperawatan baru (Damara, 2018).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya yaitu “Bagaimana asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien demensia?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien
demensia.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan kognitif pada klien demensia
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan kognitif pada klien demensia
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi kognitif
Arti yang luas kognitif adalah perolehan, penataan dan pengunaan pengetahuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif memnjadi populer sebagai salah satu
domain psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyaknan (Musaa’diyah, 2014).
2. Etiologi
Penyebab demensia yang reversible penting diketahu karena pengobatan yang baik
pada penederita dapat kembali menjalankan kehidupan sehari-hari yang normal. Untuk
mengingat berbagai keadaan tersebut telah dibuat suatu “jembatan keledai” sebagai
berikut :
D : Drugs (obat).
Obat sedative.
Diabtes Melitus.
Hipoglekemi.
3
Gangguan ginjal.
Gangguan elektrolit.
N : Nutritional.
I : Infeksi, seperti.
TBC.
Parasit
Fugus.
Abses otak.
Neurosifilis.
seperti:
4
a. Intoksitasi (obat, termasuk alkohol).
c. Gangguan metabolik.
g. Metastesa neoplasma.
3. Patofisiologi
Beberapa ahli memisahkan demensia yang terjadi sebelum usia 65 tahun (demensia
prasenilis) dan yang terjadi pada usia 65 tahun (demensia senilis). Perbedaan ini dari
asumsi penyebab yang berbeda; degenerasi neuronal yang jarang pada orang muda dan
penyakit vasikuler atau keadaan usia lanjut usia pada orang tua. Meskipun ekspresi
penyakit dapat berbeda pada usia yang berbeda, kelainan utama pada pasien demensia
dari semua usia adalah sama dan perbedaan berdasarkan kenyataan.
Sebagian besar penyakit yang menyebabkan dimensia adalah degenerasi neural yang
luas atau gangguan multifokal. Gejala awal tergantung dimana proses demensia mulai
terjadi, tetapi lokasi dan jumlah neuron yang hilang yang diperlukan untuk
menimbulkan demensia sulit ditetapkan.
5
4. Tanda Dan Gejala
a. Gejala Awal :
2) Fatique.
3) Mudah lupa.
b. Gejala Lanjut :
1) Gangguan kognitif.
2) Gangguan afektif.
3) Gangguan perilaku.
c. Gejala Umum
1) Mudah lupa.
3) Disorientasi.
4) Cepat marah.
5) Kurang konsentrasi.
6) Resiko jatuh.
5. Klasifikasi
a. Demensia sinelis
Kekurangan peredaran darah ke otak serta pengurangan metabolisme dan Oksigen
yang menyertai merupakan penyebab kelianan anatomis di otak. Pada banyak
orang terdapat kelainan aterosklerosis seperti juga yang terdapat pada dimesia
senilis, tetapi tidak ditemukan gejala-gejala dimensia. Otak mengecil terdapat
6
suatu atrofi umum, terutama pada daerah forntal. Yang penting ialah jumlah sel
berkurang.
1) Gejala
d) Orientasi terganggu dan ia mungkin pergi dari rumah dan tidak mengetahu
jalan pulang.
g) Ingatan jangka pendek makin lama makin keras terganggu, maka makin
lama makin banyak ia lupa.
7
6. Penatalaksanaan
Penatalaksaan awal meliputi pengobatan setiap penyebab demensia yang revesible
atau keadaan bingung yang saling tumpang tindih. Sekitar 10 persen pasien dengan
demensia menderita penyakit sistemik atau neurologik yang dapat diobati. Sepuluh
persen menderita pseudodemensia yang disebabkan oleh penyakit psikiatrik yang dapat
diobati, dan 10 persen yang menderita penyebab penunjang yang dapat dimodifikasi
seperti alkoholisme atau hipertensi.
Pasien demensia ringan dapat melanjutkan aktivitas dirumah yang relatif normal
tetapi jarang di tempat kerja. Ketika gangguan menjadi lebih dalam, pasien
membutuhkan banyak bantuan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Beberapa pasien
yang terganggu agak berat dapat hidup sendiri jika mereka mendapat dukungan dari
masyarakat, termasuk kunjungan setiap hari dari keluarga atau teman, kunjungan teratur
oleh perawat masyarakat, pemberian maknan dan bantuan dari tetangga. Beberapa
individu, demensia ringan menjadi terganggu orientasinya yang bingung jik
dipindahkan ke lingkungan yang tidak bisa seperti rumah sakit.
7. Komplikasi
Tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan jika menghadapi
1) Intervensi lingkungan
8
2) Intervensi perilaku
a) Wendering
(2) Bila masih berulang, acuhkan dan usahakan aluhkan ke hal yang
menarik.
d) Intervensi Psikologis
(1) Mental.
9
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara kompherensif, akurat, dan sistematis.
Informasi yang dikumpulkan selama pengakajian harus dapat dipahami dan
didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien, dan pemberi pelayan interdisipliner.
Tujuan melakukan pengkajian adalah menentukan kemmapuan klien dalam memelihara
diri sendiri, melengkapi data dasar untuk membuat rencana keperawatan, serta memberi
waktu pada klien untuk berkomunikasi.
Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial dan spritual dengan melakukan
kegiatan pengumpulan data melalui 12 wawancara, observasi, dan pemeriksaan.
Pengakjian pada kelompok lansia di panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan
melibatkan penanggung jawaban kelompok lansia, kultural, tokoh masyarakat, serta
petugas kesehatan (Sunaryono, 2016). Pengkajian dapat dilakukan dengan :
1) Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat gizi dasar yang penting lainnya ke
otak.
4) Penyakit Alzheimer.
10
6) Penyakit hati kronik.
9) Malnutrisi.
1) Hipoksia
11
f. Mekanisme koping Cara individu menghadapi secara emosional respon kognitif
maladatif sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang lalu. Individu yang
mengembangkan mekanisme koping yang efektif pada masa lalu akan lebih
mampu mengatasi awitan masalah kognitif daripada individu yang telah
mempunyai masalah koping. Mekanisme koping yang biasa digunakan mungkin
berlebihan ketika individu mencoba beradaptasi terhadap kehilangan
kemampuan kognitif.
2 .Diagnosa Keperawatan
Sesuai dengan standar diagnosa keperawatan Indonesia oleh PPNI (2016) masalah
keperawatan pada klien demensia adalah sebagai berikut:
12
3. Intervensi Keperawatan
13
Tidak mampu b. Klien mampu mengingat e. Berikan kesempatan untuk menggunakan ingatan
mempelajari perilaku tertentu yang baru kejadian yang baru saja terjadi, misalnya menanyakan
ketrampilan baru, saja dilakukan misalnya klien mengenai kegiatan ppagi yang baru saja dilakukan
tidak mempu mengingat gerakan yang f. Implementasikan teknik mengingat misalnya visual
mengingat informasi dicontohkan, mengingat imagery, alat yang membantu ingatan, permainan ingatan,
faktual, tidak mampu kata benda yang disebutkan teknik asosiasi, membuat daftar, menggunakan papan
mengingat perilaku perawat; mengingat nama nama
tertentu yang pernah praktikan, mengingat bulan g. Diskusikan dengan klien dan keluarga yang mengalami
dilakukan, tidak dan tahun serta tanggal hari masalah ingatan
mampu mengingat ini h. Bantu dalam tugas-tugas yang bisa dibantu misalnya
peristiwa,tidak mampu mempraktikan pembelajaran dan mengulangi secara
melakukan verbal dan memberikan informasi dengan gambar
kemampuanyang i. Pilih aktivitas yang diarahkan pada kemampuan kognitif
dipelajari sebelumnya, dan minat diri klien
merasa mudah lupa
3 Pemeliharaan Setelah dilakukan tindakan a. Diskusikan dengan klien akibat dari kamar yang kotor
kesehatan tidak efektif keperawatan selama 2 x 24 jam (yang akan memperburuk keadaan gatal di kulitnya)
berhubungandengan pertemuan klien menunjukkan b. Motivasi klien untuk berlatih senam dengan berdiri agar
demensia, hambatan kemampuannya untuk tubuh lebih bugar
kognitif, keterampilan memelihara kesehatannya Diskusikan dnegan klien mengenai kebiasaan, budaya,
motorik halus/ kasar dengan kriteria : herediter,asupan makanan, peningkatan berat badan serta
a. Kamar klien bersih olahraga
b. Tidak ada plastik yang
berserakan di kamar
14
4 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan a. Observasi kebersihan kuku, pakaian, kulit klien
b.d demensia, keperawatan selama 2x24 jam b. Berikan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan
kelemahan, gangguan perawatan diri klien terpenuhi lingkungan yang aman, santai, tertutup
psikologis/ psikotik, dengan kriteria : c. Edukasi keluarga untuk memberikan bantuan dalam
penurunan motivasi a. Kebersihan tubuh klien melakukan kegiatan perawatan diri klien
atau minat ditandai dapat dipertahankan dengan
dengan tidak mampu bantuan keluarga
mandi atau b. Memasukkan makanan
mengenakan pakaian/ dengan sendok
makan/ ke toilet/ c. Klien dapat masuk dan
berhias secara keluar dari kamar mandi
mandiri, minat
melakukan perawatan
diri berkurang
5 Risiko jatuh b.d usia ≥ Setelah dilakukan tindakan a. Gunakan simbol daripada hanya tanda-tanda tertulis untuk
65 tahun pada dewasa keperawatan selama 2 x 24 jam membantu klien menemukan kamar mandi, ruangan atau
dan ≤2 tahun pada risiko jatuh klien tidak terjadi area lain untuk menghindari tersesat dan terjatuh
anak, riwayat jatuh, dengan kriteria : b. Edukasi kepada klien atau keluarga untuk melakukan
perubahanfungsi a. Laporan dari keluarga klien pembatasan area dengan menggunakan alat pelindung
kognitif, demensia bahwa selama perawatan misalnya deteksi gerakan, alarm, pagar, pintu, terali sisi
klien tidak terjatuh tempat tidur,
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Arti yang luas kognitif adalah perolehan, penataan dan pengunaan pengetahuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif memnjadi populer sebagai salah satu
domain psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyaknan (Musaa’diyah, 2014).
Intervensi keperawatan yang direncanakan untuk klien lansia sesuai dengan teori
yang penulis buat yaitu: Kaji derajat kognitif , Perkanlan nama saat memulai interaksi ,
Orientasi oran, tempat dan waktu , Atur stimulasi sesnsorik dan lingkungan (mis,
kunjungan, pemandangan, suara, pencahayaan, bau, sentuhan) , Gunakan simbol dalam
mengorientasikan lingkungan (mis, tanda, gambar dan warna) , Libatkan dalam terapi
kelompok orientasi , Fasilitasi mengingat kembali pengalaman masalalu , Stimulasi
menggunakan memori pada pristiwa yang baru terjadi ( mis, hal-hal apa saja yang telah
dilakukan hari ini) , Ajatkan teknik memori yang tepat (mis, membuat daftar jadwal
harian) , Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup
B. Saran
Dengan adanya uraian diatas maka penyusun memberikan saran sebagai berikut :
16
b. Diharapkan dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan rencana tindakan
keperawatan dalam 54 pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan khususnya
gangguan pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien demensia.
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA,
NIC dan NOC, Jilid 2. Jakarta : TIM.
Corsea, T. (2014). Gambaran Fungsi Kognitif pada Lansia di Unit Rehabilitas Sosial
Pucang Gading Semarang (Skripsi, Universitas Diponegoro).
http://eprints.undip.ac.id/44892/. Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2017 pukul 13.25
Ekasari, M.F. & Riasmini, N.M. & Hartini, Tien (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup
lansia Konsep dan Berbagai Strategi Intervensi. Malang : WINEKA MEDIA.
Kapoh, R.P (Penterjemah). (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa Gail W. Stuart Edisi
Revisi, Edisi 5. Jakarta : EGC.
17
Malik Ibrahim Malang). Diakses dari http://etheses.uin-malang.ac.id/2218/. Pada
tanggal 12 Oktober 2017.
18