Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

ASUHAN KEPERWATAN PADA LANSIA

DENGAN GANGGUAN KOGNITIF PADA KLIEN DIMENSIA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5

SRY YURNANINGSIH BELENETI

SRI RAHAYU RABI

TANTRI MUHARAM

VIDRIAN RAJIB KASIM

WIDYA FUJI ASTUTI SIANU

YUSDIYANTO POBELA

ZILFAWATY ANTON GINO

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat
dan hidayah nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Untuk ini di ajukan guna memenuhi tugas mata kulia KEPERAWATAN GERONTIK,
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KOGNITIF PADA KLIEN DIMENSIA”.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih kurang sempurna atau
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun
isi. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat di
harapkan.

Akhirnya melalui kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen
yang telah mengarahkan atau membimbing hingga Asuhan Keperawatan ini dapat
terselesaikan. Penyusun mengharapkan semoga Asuhan Keperawatan ini bermanfaat dan
berguna bagi penyusun khusunya dan pembaca pada umumnya. Terima kasih

Wassalamualaikum wr.wb

Gorontalo, Januari,2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2

C. Tujuan Masalah................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. Konsep Dasar Kognitif.....................................................................................................................3

1. Definisi kognitif.........................................................................................................................3

2. Etiologi.....................................................................................................................................3

3. Patofisiologi...............................................................................................................................5

4. Tanda Dan Gejala......................................................................................................................6

5. Klasifikasi..................................................................................................................................6

6. Penatalaksanaan.........................................................................................................................8

7. Komplikasi................................................................................................................................8

B. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................................................10

1. Pengkajian...............................................................................................................................10

2. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................12

3. Intervensi Keperawatan...........................................................................................................13

BAB III PENUTUP................................................................................................................16

A. Kesimpulan.....................................................................................................................................16

B. Saran...............................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang dengannya kita menjadi
waspada akan objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan,
pemikiran dan ingatan (Zulsita, 2010). Perubahan kognitif pada lansia dapat berupa
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki
sesuatu. Bahkan, lansia cenderung ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin
tetap berwibawa. Mereka mengharapkan tetap memiliki peranan dalam keluarga
ataupun masyarakat.
Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kognitif seperti, perubahan fisik
khusunya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan.
Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran, kemampuan berbicara, dan
kemampuan motorik terpengaruh. Lansia akan kehilangan kemampuan dan pengetahuan
yang telah didapatkan sebelumnya. Lansia cenderung mengalami demensia. Demensia
biasanya terjadi pada usia lanjut dan alzheimer merupakan bentuk demensia yang umum
terjadi, yakni mencapai 50 hingga 60 persen dari semua kasus demensia. Sedangkan,
bentuk lainnya misalnya karena faktor pembuluh darah. Demensia terbagi menjadi dua
yakni demensia yang dapat disembuhkan dan demensia yang sulit disembuhkan
(Ratnawati, 2017).
Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologi terjadi kemunduran aspek
kognitif seperti kemunduran daya ingat terutama memori kerja (working memory) yang
amat berperan dalam aktivitas hidup sehari-hari, hal ini menjelaskan mengapa pada
sebagian lanjut usia menjadi pelupa. Selain ini fungsi belahan otak sisi kanan sebagai
pusat intelegensi dasar akan mengalami kemunduran lebih cepat dari pada belahan otak
sisi kiri sebagai pusat inteligensi kristal yang memantau pengetahuan. Dampak dari
kemunduran belahan otak sebelah knan pada lanjut usia anata lain adalah kemunduran
fungsi kewasapadaan dan perhatian. Penurunan kognitif pada lansia juga

1
bergantung pada faktor usia dan jenis kelamin terutama pada wanita hal ini dikarekan
adanya peranan hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif serta reseptor
esterogen di otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus.
Status kesehatan juga merupakan satu faktor penting yang memperburuk fungsi kognitif
lansia. Salah satunya adalah hipertensi. Peningkatan tekanan dara kronis dapat
menigkatakna efek penuaan pada struktur otak, penurunan hipokampus (Coresa, 2014).
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat
dan daya pikir lain yang secara nyata menggangu aktivitas kehidupan sehari-hari
(Nasrullah, 2016). Perubahan-perubahan tersebut akan menimbulkan masalah
keperawatan gangguan proses pikir. Apabila tidak diatasi dengan benar akan
menimbulkan masalah keperawatan baru (Damara, 2018).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya yaitu “Bagaimana asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien demensia?

C. Tujuan Masalah
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien
demensia.

2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan kognitif pada klien demensia
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan kognitif pada klien demensia

c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan


kebutuhan kognitif pada klien

d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan


kebutuhan kognitif pada klien

e. Melakukan evaluasi keperawtan pada klien dengan gangguan pemenuhan


kebutuhan kognitif pada klien demensia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kognitif

1. Definisi kognitif
Arti yang luas kognitif adalah perolehan, penataan dan pengunaan pengetahuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif memnjadi populer sebagai salah satu
domain psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyaknan (Musaa’diyah, 2014).

2. Etiologi
Penyebab demensia yang reversible penting diketahu karena pengobatan yang baik
pada penederita dapat kembali menjalankan kehidupan sehari-hari yang normal. Untuk
mengingat berbagai keadaan tersebut telah dibuat suatu “jembatan keledai” sebagai
berikut :

D : Drugs (obat).

Obat sedative.

Obat penenang minor dan mayor.

Obat anti konvulsan.

Obat anti hipertensi.

Obat anti aritmia.

E : Emotional (gangguan emosi, misalnya : Depresi).

M : Metabolic dan endokrin, seperti :

Diabtes Melitus.

Hipoglekemi.

3
Gangguan ginjal.

Gangguan hepar gangguan tiroid.

Gangguan elektrolit.

E : Eye dan Ear (disfungsi mata dan telinga).

N : Nutritional.

Kekrungan vit B6 (pellagra).

Kekrungan vit B1 (sindrom wernicke).

Kekurangan vit B12 (anemia pernisiosa).

Kekurangan asam folat.

T : Tumor dan Trauma.

I : Infeksi, seperti.

Ensafilitis oleh virus, contoh : Herpes simplek.

Bakteri, contoh : pneumococcus.

TBC.

Parasit

Fugus.

Abses otak.

Neurosifilis.

A : Arterosklerolis (komplikasi penyakit aterosklerosis, misal :

Infark miokard, gagal jantung dan alkohol).

Keadaan yang secara potensial revesible atau bisa dihentikan

seperti:

4
a. Intoksitasi (obat, termasuk alkohol).

b. Infekasi susunan saraf pusat.

c. Gangguan metabolik.

d. Gangguan vasikuler (dimensia multi-infark).

e. Lesi desak ruang.

f. Hematoma subdural akut/kronis.

g. Metastesa neoplasma.

h. Hidrosefalus yang bertekan normal.

i. Depresi (pseudo-dimesia depresif).

3. Patofisiologi
Beberapa ahli memisahkan demensia yang terjadi sebelum usia 65 tahun (demensia
prasenilis) dan yang terjadi pada usia 65 tahun (demensia senilis). Perbedaan ini dari
asumsi penyebab yang berbeda; degenerasi neuronal yang jarang pada orang muda dan
penyakit vasikuler atau keadaan usia lanjut usia pada orang tua. Meskipun ekspresi
penyakit dapat berbeda pada usia yang berbeda, kelainan utama pada pasien demensia
dari semua usia adalah sama dan perbedaan berdasarkan kenyataan.

Sebagian besar penyakit yang menyebabkan dimensia adalah degenerasi neural yang
luas atau gangguan multifokal. Gejala awal tergantung dimana proses demensia mulai
terjadi, tetapi lokasi dan jumlah neuron yang hilang yang diperlukan untuk
menimbulkan demensia sulit ditetapkan.

5
4. Tanda Dan Gejala

Gejala yang sering menyertai dimensia adalah:

a. Gejala Awal :

1) Kinerja mental menurun.

2) Fatique.

3) Mudah lupa.

4) Gagal dalam tugas.

b. Gejala Lanjut :

1) Gangguan kognitif.

2) Gangguan afektif.

3) Gangguan perilaku.

c. Gejala Umum

1) Mudah lupa.

2) Aktivitas sehari-hari terganggu.

3) Disorientasi.

4) Cepat marah.

5) Kurang konsentrasi.

6) Resiko jatuh.

5. Klasifikasi
a. Demensia sinelis
Kekurangan peredaran darah ke otak serta pengurangan metabolisme dan Oksigen
yang menyertai merupakan penyebab kelianan anatomis di otak. Pada banyak
orang terdapat kelainan aterosklerosis seperti juga yang terdapat pada dimesia
senilis, tetapi tidak ditemukan gejala-gejala dimensia. Otak mengecil terdapat

6
suatu atrofi umum, terutama pada daerah forntal. Yang penting ialah jumlah sel
berkurang.

1) Gejala

a) Biasanya sesudah umur 60 tahun timbul gejala-gejala yang jelas untuk


membuat diagnosa demensia sinilis. Penyakit jasmaniah atau gangguan
emosi yang hebat dapat mempercepat kemunduran mental.

b) Gangguan ingatan jangka pendek, lupa tentang hal-hal yang baruterjadi,


merupakan gejala dini, juga kekurangan ide-ide dan gaya pemikiran
abstrak.

c) Penderita menjadi acuh tak acuh terhadap pakaian dan rupanya, ia


menyimpan barang-barang yang tidak berguna, mungkin timbul paham
bahwa ia akan dirampok, akan dirasuki atau ia miskin sekali atau tidak
disukai orang.

d) Orientasi terganggu dan ia mungkin pergi dari rumah dan tidak mengetahu
jalan pulang.

e) Ia mungkin jadi korban penjahatan karean ia mudah diajak, contohnya


dalam hal penipuan dan seks.

f) Banyak menjadi gelisah waktu malam, mereka berjalan-jalan tak bertujuan


dan menjadi deksktutif.

g) Ingatan jangka pendek makin lama makin keras terganggu, maka makin
lama makin banyak ia lupa.

h) Gejala jasmani: kulit menjadi tipis, keriput dan atrotif, BB mengurang,


atrotif pada otot-otot, jalannya menjadi tidak stabil, suara kasar dan
bicaranya jadi pelan.

i) Gejala psikologis: Sering hanya terdapat tanda kemunduran mental umum


(dimensia simplek). Tetapi tidak jarang juga terjadi kebingungan dan
delirium, atau depresi atau disertai agitasi.

7
6. Penatalaksanaan
Penatalaksaan awal meliputi pengobatan setiap penyebab demensia yang revesible
atau keadaan bingung yang saling tumpang tindih. Sekitar 10 persen pasien dengan
demensia menderita penyakit sistemik atau neurologik yang dapat diobati. Sepuluh
persen menderita pseudodemensia yang disebabkan oleh penyakit psikiatrik yang dapat
diobati, dan 10 persen yang menderita penyebab penunjang yang dapat dimodifikasi
seperti alkoholisme atau hipertensi.

Pasien demensia ringan dapat melanjutkan aktivitas dirumah yang relatif normal
tetapi jarang di tempat kerja. Ketika gangguan menjadi lebih dalam, pasien
membutuhkan banyak bantuan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Beberapa pasien
yang terganggu agak berat dapat hidup sendiri jika mereka mendapat dukungan dari
masyarakat, termasuk kunjungan setiap hari dari keluarga atau teman, kunjungan teratur
oleh perawat masyarakat, pemberian maknan dan bantuan dari tetangga. Beberapa
individu, demensia ringan menjadi terganggu orientasinya yang bingung jik
dipindahkan ke lingkungan yang tidak bisa seperti rumah sakit.

7. Komplikasi
Tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan jika menghadapi

pasien dimensia ialah sebagai berikut:

a. Terapi obat dengan pengawasan dokter.

b. Intervensi non obat

1) Intervensi lingkungan

a) Penyesuaian fisik (bentuk ruangan, warna, alat yang tersedia).

b) Penyesuain waktu (membuat jadwal rutin).

c) Penyesuain lingkungan malam hari (mandi air hangat tidur teratur).

d) Penyesuaian indra (mata, telingan).

e) Penyesuain nutrisi (makan makanan dengan gizi seimbang ).

8
2) Intervensi perilaku

a) Wendering

(1) Yakinlah dimana keberadaan pasien.

(2) Berikan keleluasaan bergerak di dalam dan di luar rumah.

(3) Gelang pengenal “hendaya memory”.

b) Agitasi dan Agresifitas:

(1) Hindari situasi yang memprovokasi.

(2) Hindari argumentasi.

(3) Sikap tenang dan mentap

(4) Alihkan perhatian kenal lain.

c) Sikap dan pertanyaan yang berulang :

(1) Tenang, dengarkan dengan baik, jawab dengan penuh perhatian.

(2) Bila masih berulang, acuhkan dan usahakan aluhkan ke hal yang
menarik.

d) Intervensi Psikologis

(1) Psiko terapi individual.

(2) Psiko terapi kelompok.

(3) Psiko terapi keluarga.

e) Intervensi untuk “care giver” (pengasuh) diperlukan :

(1) Mental.

(2) Pengembangan kemampuan adaptasi dan peningkatan kemandirian

(3) Kemampuan menerima kenyataan

9
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara kompherensif, akurat, dan sistematis.
Informasi yang dikumpulkan selama pengakajian harus dapat dipahami dan
didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien, dan pemberi pelayan interdisipliner.
Tujuan melakukan pengkajian adalah menentukan kemmapuan klien dalam memelihara
diri sendiri, melengkapi data dasar untuk membuat rencana keperawatan, serta memberi
waktu pada klien untuk berkomunikasi.

Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial dan spritual dengan melakukan
kegiatan pengumpulan data melalui 12 wawancara, observasi, dan pemeriksaan.
Pengakjian pada kelompok lansia di panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan
melibatkan penanggung jawaban kelompok lansia, kultural, tokoh masyarakat, serta
petugas kesehatan (Sunaryono, 2016). Pengkajian dapat dilakukan dengan :

a. Perilaku Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah


delirium dan demensia. Gambar dibawah ini menjelaskan karakteristik delerium
dan demensia. Depresi pada lansia sering kali salah didiagnosis sebagai
demensia dan karakteristik diagnosis tersebut terdapat pada gambar dibawah ini
untuk tujuan perbandingan.

b. Faktor predisposisi Respon kognitif pada umumnya merupakan akibat dari


gangguan biologis fungsi sitem saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi individu
mengalami gangguan kognitif termasuk :

1) Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat gizi dasar yang penting lainnya ke
otak.

2) Degenerasi yang berhubungan dengan penuaan.

3) Pengumpulan zat beracun dalam jaringan otak.

4) Penyakit Alzheimer.

5) Virus imunodefisiensi manusia (HIV).

10
6) Penyakit hati kronik.

7) Penyakit ginjal kronik.

8) Defesiensi vitamin (trauma tiamin).

9) Malnutrisi.

10) Abnormalitas genetik. Gangguan jiwa mayor seperti skizofrenia, gangguan


bipolar, gangguan ansietas, dan depresi, juga dapat mempengaruhi fungsi
kognitif.

c. Stresor pencetus Setiap rangsangan mayor pada otak cenderung mengakibatkan


gangguan fungsi kognitif. Berikut ini merupakan kategori stresor:

1) Hipoksia

2) Toksisitas dan infeksi.

3) Respons yang berlawanan terhadap pengobatan.

4) Perubahan struktur otak, seperti tumor atau trauma.

5) Kekurangan atau kelebihan sensori.

d. Penilaian stresor Stresor spesifik yang berhubungan dengan gangguan tidak


dapat diidentifikasi, walaupun hal ini berubah secara cepat pengetahuan tentang
saraf meningkat. Secara umum, ketika respons kognitif maladatif, penyebab
fisiologis disingkirkan terlebih dahulu kemudia stresor psikososial
dipertimbangkan walaupun ada faktor fisiologis, 14 stres psokososial dapat lebih
menggangu proses pikir individu. Oleh karena itu, penilaian stresor individu
sangat penting.

e. Sumber koping Respon individu termasuk kekuatan dan keterampilan. Pemberi


perawatan dapat bersifat mendukung dan juga dapat memberi informasi tentang
karakteristik kepribadian, kebiasaan, dan rutinitas individu. Self-help group
dapat menjadi sumber koping yang efektif bagi pemberi perawatan.

11
f. Mekanisme koping Cara individu menghadapi secara emosional respon kognitif
maladatif sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang lalu. Individu yang
mengembangkan mekanisme koping yang efektif pada masa lalu akan lebih
mampu mengatasi awitan masalah kognitif daripada individu yang telah
mempunyai masalah koping. Mekanisme koping yang biasa digunakan mungkin
berlebihan ketika individu mencoba beradaptasi terhadap kehilangan
kemampuan kognitif.

2 .Diagnosa Keperawatan
Sesuai dengan standar diagnosa keperawatan Indonesia oleh PPNI (2016) masalah
keperawatan pada klien demensia adalah sebagai berikut:

a. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan penganiayaan atau pengabaian


anak; depresi; demensia; disfungsi sistem keluarga

b. Gangguan memori b.d proses penuaan, efek agen farmakologis, ketidakadekuatan


stimulasi intelektual ditandai dengan melaporkan pernah mengalami pengalaman
lupa, tidak mampu mempelajari ketrampilan baru, tidak mempu mengingat
informasi faktual, tidak mampu mengingat perilaku tertentu yang pernah
dilakukan, tidak mampu mengingat peristiwa, tidak mampu melakukan
kemampuan yang dipelajari sebelumnya, merasa mudah lupa

c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan demensia, hambatan


kognitif, keterampilan motorik halus/ kasar

d. Defisit perawatan diri b.d demensia, kelemahan, gangguan psikologis/ psikotik,


penurunan motivasi atau minat ditandai dengan tidak mampuzmandi atau
mengenakan pakaian/ makan/ ke toilet/ berhias secara mandiri, minat melakukan
perawatan diri berkurang.

12
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC/ Tujuan NIC/ Rencana Keperawatan


Keperawatan
1 Risiko perilaku Setelah dilakukan tindakan a. Jangan membuat klien frustasi dengan menanyakan
kekerasan berhubunga keperawatan selama 2x 24 jam pertanyaan-pertanyaan atau orientasi yang tidak bisa
dengan penganiayaan pertemuan klien tidak dijawab
atau pengabaian anak; menunjukkan perilaku b. Identifikasi situasi krisis keluarga yang mungkin memicu
depresi; demensia; kekerasan dengan kriteria : penganiayaan (misalnya kemiskinan, pengangguran,
disfungsi sistem a. Skor depresi beck turun perceraian, menggelandang, kematian dari orang yang
keluarga dari 7 menjadi ≤ 6 dicintai)
b. Tekanan darah klien dalam c. Pertahankan suasana positif dalam kelompok untuk
rentang normal 110/80 – mendukung perubahan gaya hidup
130/80 d. Identifikasi bentuk aktivitas kesenian (misalnya yang
sebelumnya sudah ada, yang dilakukan tanpa
direncanakan sebelumnya, diarahkan spontan)
2 Gangguan memori b.d Setelah dilakukan tindakan a. Stimulasi ingatan dengan cara mengulangi pemikiran
proses penuaan, efek keperawatan selama 2x24 jam klien yang terakhir diekspresikan dengan cara yang tepat
agen farmakologis, pertemuan klien menunjukkan b. Kenangkan kembali mengenai pengalaman klien yang
ketidakadekuatan kemampuannya untuk disenangi klien
stimulasiintelektual mengingat sesuatu dengan c. Beri latihan orientasi misalnya klien berlatih mengenai
ditandai dengan kriteria : informasi pribadi dan tanggal
melaporkan pernah a. Skor MMSE klien d. Berikan kesempatan untuk berkonsentrasi misalnya
mengalami bertambah ≥2 poin bermain kartu, menirukan gerakan yaitu brain gym
pengalaman lupa,

13
Tidak mampu b. Klien mampu mengingat e. Berikan kesempatan untuk menggunakan ingatan
mempelajari perilaku tertentu yang baru kejadian yang baru saja terjadi, misalnya menanyakan
ketrampilan baru, saja dilakukan misalnya klien mengenai kegiatan ppagi yang baru saja dilakukan
tidak mempu mengingat gerakan yang f. Implementasikan teknik mengingat misalnya visual
mengingat informasi dicontohkan, mengingat imagery, alat yang membantu ingatan, permainan ingatan,
faktual, tidak mampu kata benda yang disebutkan teknik asosiasi, membuat daftar, menggunakan papan
mengingat perilaku perawat; mengingat nama nama
tertentu yang pernah praktikan, mengingat bulan g. Diskusikan dengan klien dan keluarga yang mengalami
dilakukan, tidak dan tahun serta tanggal hari masalah ingatan
mampu mengingat ini h. Bantu dalam tugas-tugas yang bisa dibantu misalnya
peristiwa,tidak mampu mempraktikan pembelajaran dan mengulangi secara
melakukan verbal dan memberikan informasi dengan gambar
kemampuanyang i. Pilih aktivitas yang diarahkan pada kemampuan kognitif
dipelajari sebelumnya, dan minat diri klien
merasa mudah lupa
3 Pemeliharaan Setelah dilakukan tindakan a. Diskusikan dengan klien akibat dari kamar yang kotor
kesehatan tidak efektif keperawatan selama 2 x 24 jam (yang akan memperburuk keadaan gatal di kulitnya)
berhubungandengan pertemuan klien menunjukkan b. Motivasi klien untuk berlatih senam dengan berdiri agar
demensia, hambatan kemampuannya untuk tubuh lebih bugar
kognitif, keterampilan memelihara kesehatannya Diskusikan dnegan klien mengenai kebiasaan, budaya,
motorik halus/ kasar dengan kriteria : herediter,asupan makanan, peningkatan berat badan serta
a. Kamar klien bersih olahraga
b. Tidak ada plastik yang
berserakan di kamar

14
4 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan a. Observasi kebersihan kuku, pakaian, kulit klien
b.d demensia, keperawatan selama 2x24 jam b. Berikan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan
kelemahan, gangguan perawatan diri klien terpenuhi lingkungan yang aman, santai, tertutup
psikologis/ psikotik, dengan kriteria : c. Edukasi keluarga untuk memberikan bantuan dalam
penurunan motivasi a. Kebersihan tubuh klien melakukan kegiatan perawatan diri klien
atau minat ditandai dapat dipertahankan dengan
dengan tidak mampu bantuan keluarga
mandi atau b. Memasukkan makanan
mengenakan pakaian/ dengan sendok
makan/ ke toilet/ c. Klien dapat masuk dan
berhias secara keluar dari kamar mandi
mandiri, minat
melakukan perawatan
diri berkurang
5 Risiko jatuh b.d usia ≥ Setelah dilakukan tindakan a. Gunakan simbol daripada hanya tanda-tanda tertulis untuk
65 tahun pada dewasa keperawatan selama 2 x 24 jam membantu klien menemukan kamar mandi, ruangan atau
dan ≤2 tahun pada risiko jatuh klien tidak terjadi area lain untuk menghindari tersesat dan terjatuh
anak, riwayat jatuh, dengan kriteria : b. Edukasi kepada klien atau keluarga untuk melakukan
perubahanfungsi a. Laporan dari keluarga klien pembatasan area dengan menggunakan alat pelindung
kognitif, demensia bahwa selama perawatan misalnya deteksi gerakan, alarm, pagar, pintu, terali sisi
klien tidak terjatuh tempat tidur,

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Arti yang luas kognitif adalah perolehan, penataan dan pengunaan pengetahuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif memnjadi populer sebagai salah satu
domain psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyaknan (Musaa’diyah, 2014).

Diagnosa keperawatan yang ada yaitu dengan memfokuskan satu diagnosa


keperawatan pada klien lansia yang mengalami keluhan perubahan proses pikir atau
gangguan kognitif.

Intervensi keperawatan yang direncanakan untuk klien lansia sesuai dengan teori
yang penulis buat yaitu: Kaji derajat kognitif , Perkanlan nama saat memulai interaksi ,
Orientasi oran, tempat dan waktu , Atur stimulasi sesnsorik dan lingkungan (mis,
kunjungan, pemandangan, suara, pencahayaan, bau, sentuhan) , Gunakan simbol dalam
mengorientasikan lingkungan (mis, tanda, gambar dan warna) , Libatkan dalam terapi
kelompok orientasi , Fasilitasi mengingat kembali pengalaman masalalu , Stimulasi
menggunakan memori pada pristiwa yang baru terjadi ( mis, hal-hal apa saja yang telah
dilakukan hari ini) , Ajatkan teknik memori yang tepat (mis, membuat daftar jadwal
harian) , Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup

B. Saran
Dengan adanya uraian diatas maka penyusun memberikan saran sebagai berikut :

a. Diharapkan mampu meningkatkan pelayanan terutama pada pasien dengan


masalah pemenuhan kebutuan kognitif pada klien demensia dengan melakukan
pemasangan kalender di masing-masing wisma.

16
b. Diharapkan dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan rencana tindakan
keperawatan dalam 54 pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan khususnya
gangguan pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien demensia.

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA,
NIC dan NOC, Jilid 2. Jakarta : TIM.

Corsea, T. (2014). Gambaran Fungsi Kognitif pada Lansia di Unit Rehabilitas Sosial
Pucang Gading Semarang (Skripsi, Universitas Diponegoro).
http://eprints.undip.ac.id/44892/. Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2017 pukul 13.25

Doengoes, Marilynn E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC.

Ekasari, M.F. & Riasmini, N.M. & Hartini, Tien (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup
lansia Konsep dan Berbagai Strategi Intervensi. Malang : WINEKA MEDIA.

Emmelia, Ratnawati. (2017). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta :


PUSTAKA BARU PRESS.

Kapoh, R.P (Penterjemah). (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa Gail W. Stuart Edisi
Revisi, Edisi 5. Jakarta : EGC.

Masruroh, H. (2014). Buku Pedoman Keperawatan dari Etika Sampai Kamus


Keperawatan. Yogyakarta : EGC.

Mussa’diyah, L . (2014). Perkembangan Kognitif Jean Piaget untuk Meningkatkan


Kemampuan Belajar Anak Diskalkulia (Universitas Islam Negri Sunan Ampel
Surabaya). Diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id/1543/. Pada Tanggal 20 November
2017.

Naimah, M. (2012) Peran Positive Deviance Guru dalam Mendukung Perkembangan


Kognitif Anak kebutuhan Khusus: Penelitian Tindakan di SDN 04 Krebet Sidowayah
Kecamatan jambon. Kabupaten Ponorogo (Skripsi Universitas Islam Negri Maulana

17
Malik Ibrahim Malang). Diakses dari http://etheses.uin-malang.ac.id/2218/. Pada
tanggal 12 Oktober 2017.

18

Anda mungkin juga menyukai