Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. D DENGAN GANGUAN PERSEPSI SENSORI :


HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG
BENUAS.A RSJ KALAWA ATEI
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
ADYENDY
NIM : 2019.C.11a.0995

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Adyendy
NIM : 2019.C.11a.0995
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
D Dengan Ganguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran Di Ruang Benuas.B RSJ Kalawa Atei
Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan III Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep.,Ners Maradona, S.Kep.,Ners.M.Kep

KATA PENGANTAR

i
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Ganguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran Di Ruang Benuas.B RSJ Kalawa Atei Palangka Raya”. Asuhan
Keperawatan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan
III (PPK III).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku koordinator PPK III yang telah
banyak memberikan arahan, dan masukkan.
4. Ibu Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep, Ners sebagai pembimbing akademik
yang telah membimbing dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini.
5. Bapak Maradona, S.Kep.,Ners., M.Kep sebagai pembimbing lahan di RSJ
Kalawa Atei Palangka Raya.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua

Palangka Raya, 11 April 2022

Adyendy
DAFTAR ISI

ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Halusinasi
2.1.1 Definisi Halusinasi .......................................................4
2.1.2 Rentang Respon Halusinasi...........................................4
2.1.3 Etiologi Halusinasi........................................................6
2.1.4 Jenis-Jenis Halusinasi....................................................8
2.1.5 Tanda dan Gejala Halusinasi.........................................9
2.1.6 Fase-fase Halusinasi......................................................9
2.1.7 Pohon Masalah Halusinasi............................................11
2.1.8 Mekanisme Koping Halusinasi.....................................11
2.1.9 Penatalaksanaa Pada Halusinasi Pendengaran..............11
2.1.10 Komunikasi Terapeutik.................................................12
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.................................................13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan....................................................20
2.2.3 Intervensi Keperawatan...................................................21
2.2.4 Implementasi Keperawatan.............................................29
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................29
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan.............................................................30
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................38
3.3 Intervensi Keperawatan...............................................................42
3.4 Implementasi Keperawatan.........................................................47

iii
3.5 Evaluasi Keperawatan.................................................................47
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................52
4.2 Saran............................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA............................................................................53

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
dinegara-negara maju, modern, dan industri yaitu penyakit degeneratif, kanker,
gangguan jiwa, dan kecelakaan. Gangguan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut
dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun
kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan
tidak efisien (Widiyanto dkk, 2016)
Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan menimbulkan
kendala pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu yang termasuk
gangguan jiwa adalah skizofrenia. (Suryenti dkk, 2017). Skizofrenia adalah suatu
gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan
berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi dan waham), afek tidak wajar atau
tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami
kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari. (Suryenti dkk, 2011).
Klien dengan diagnosa skizofrenia paling banyak mengalami halusinasi.
Halusinasi adalah hilangnya suatu kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) sehingga
tanpa adanya suatu objek atau rangsangan yang nyata klien dapat memberikan
suatu persepsi atau pendapat tentang lingkungan (Sutinah, 2016).
Hampir 400 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan jiwa
diantaranya skizofrenia (WHO, 2013). Indonesia yang diperkirakan sekitar 50 juta
atau 25% dari penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa, diantaranya adalah
skizofrenia. Prevalensi skizofrenia di Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima
perseribu penduduk. Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang,
akan terdapat gangguan jiwa dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai
satu juta orang. Pasien dengan diagnosa skizofrenia 70% mengalami halusinasi
(Sutinah, 2016). Pasien dengan diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20%

1
mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70%
mengalami halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan
10% mengalami halusinasi lainnya (Suryenti, 2017).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis telah
memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran dan Gangguan Harga Diri Rendah dan
komunikasi terapeutik dalam meningkatkan kesejahteraan serta mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu penulis membuat Asuhan Keperawatan Jiwa
pada klien dengan dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
dan Gangguan Harga Diri Rendah Kronis di Ruang Benuas.B RSJ Kalawa Atei
Palangka Raya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka bagaimana menerapkan
Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. D yang mengalami Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran dan Harga Diri Rendah Kronis di Ruang
Benuas.A RSJ Kalawa Atei Palangka Raya.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Karya Tulisan Ilmiah ini dibuat agar mahasiswa memperoleh pengalaman
nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. D yang mengalami
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan Harga Diri Rendah
Kronis di Ruang Benuas.B RSJ Kalawa Atei Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.1.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan jiwa pada klien
dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan Harga Diri
Rendah Kronis.
1.3.1.2 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan jiwa pada klien
dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan Harga Diri
Rendah Kronis.
1.3.1.3 Mahasiswa mampu menentukan intervensi keperawatan jiwa pada klien
dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan Harga Diri
Rendah Kronis.

2
1.3.1.4 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan jiwa pada
klien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan Harga Diri
Rendah Kronis.
1.3.1.5 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan jiwa pada klien
dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan Harga Diri
Rendah Kronis.
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
yang bermakna bagi mahasiswa dalam memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa
pada Tn. A dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan
Harga Diri Rendah Kronis
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk membantu klien dan
keluarga untuk memahami apa itu Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran dan Harga Diri Rendah Kronis dan bagaimana nanti perawatan
mandiri untuk klien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
dan Harga Diri Rendah Kronis.
1.4.3 Untuk Institusi
Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki pembuatan asuhan
keperawatan pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran dan Harga Diri Rendah Kronis dan juga mampu mengembangkan
ilmu untuk dibagi kepada institusi/ mahasiswa pada institusi tersebut sehingga
dapat membuat institus semakin berkembang menjadi lebih baik
1.4.4 Untuk IPTEK
IPTEK mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan
di bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan Harga Diri Rendah
Kronis.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Halusinasi


Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau kebisingan yang
kurang jelas ataupun yang jelas, dimana terkadang suara-suara tersebut seperti
mengajak bicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan sesuatu.
(kusumawati dkk, 2010).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau kebisingan, paling
sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-
kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan (azizah, 2016)
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien
sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut. Halusinasi
pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang,
kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun
(azizah, 2016).
2.2 Rentang Respon Halusinasi
Gambar 2.1 rentang respon neurologis halusinasi
(Damaiyanti dkk, 2012)

Respon Adaftif Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran (pikiran Gangguan


Persepsi akurat kotor) pikir/delusi
emosi kosisten Ilusi Halusinasi
dengan Reaksi emosi berlebih Perilaku
pengalaman atau kurang disorganisasi
perilaku sesuai perilaku aneh dan tidak Isolasi sosial
hubungan sosial bisa menarik diri

4
Keterangan :
2.2.1 Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut,
respon adaptif :
2.2.1.1 Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2.2.1.2 Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
2.2.1.3 Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman.
2.2.1.4 Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
2.2.1.5 Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
2.2.2 Respon psikososial meliputi :
2.2.2.1 Proses fikir terganggu .
2.2.2.2 Ilusi adalah interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
2.2.2.3 Emosi berlebihan atau berkurang.
2.2.2.4 Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
2.2.2.5 Menarik diri yaitu percoban untuk menghindar interaksi dengan orang
lain.
2.2.3 Respon maladaptif
Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi :
2.2.3.1 Kelainan pikiran (waham) adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2.2.3.2 Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
2.2.3.3 Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.

5
2.2.3.4 Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
2.2.3.5 Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak mau
berinteraksi dengan orang dan lingkungan.
2.1.3 Etiologi Halusinasi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Damaiyanti dkk, 2012):
2.1.3.1 Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungan
3. Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogen neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya, klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam khayal.
5. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
schizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
2.1.3.2 Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk

6
menghadapinya. Seperti adanya rangsangan dari lingkungan, misalnya partisipasi
klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di
lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi, sering menjadi pencetus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik (Fitria 2012). Penyebab
Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat
berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi Sosial
Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam dunia nyata.
5. Dimensi Spiritual
Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya

7
secara sepiritual untuk menyucikan diri. Saat bangun tidur klien merasa
hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk. (Damayanti dkk,
2012)
2.1.4 Jenis-Jenis Halusinasi
Jenis-jenis halusinasi menurut Trimelia (2011) :
2.1.4.1.Halusinasi Pendengaran ( auditory )
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan,
mngancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatau (kadang- kadang hal yang
berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber
suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga,
mulut komat-kamit, dan adanya gerakan tangan.
2.1.4.2 Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pencaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, biasanya menyenangkan atau menakutkan.
Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk kearah
tertentu, serta ketakutan pada objek yang dilihat.
2.1.4.3 Halusinasi Penciuman (Olfaktori)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti :darah, urine
atau feses, kadang-kadang terhidu bau harum seperti parfum. Perilaku yang
muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium, mengarahkan hidung pada tempat
tertentun dan menutup hidung.
2.1.4.4 Halusinasi pengecapan (gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikkan, seperti rasa
darah, urine, dan feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut
seperti gearakan mengunyah sesuatu sering meludah, muntah.
2.1.4.5 Halusinasi Perabaan (taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain, merasakan
ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan mahluk halus.
Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba

8
permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakan badan seperti merasakan sesuatu
rabaan.
2.1.5 Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Trimelia (2011), data subyektif dan obyektif klien halusinasi
pendengaran adalah sebagai berikut:
2.1.5.1 Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2.1.5.2 Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
2.1.5.3 Gerakan mata cepat
2.1.5.4 Respon verbal lambat atau diam
2.1.5.5 Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
2.1.5.6 Terlihat bicara sendiri
2.1.5.7 Menggerakkan bola mata dengan cepat
2.1.5.8 Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
2.1.5.9 Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain
2.1.5.10 Disorientasi (waktu, tempat, orang)
2.1.5.11 Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
2.1.5.12 Perubahan perilaku dan pola komunikasi
2.1.5.13 Gelisah, ketakutan, ansietas
2.1.5.14 Peka rangsang
2.1.5.15 Melaporkan adanya halusinasi
2.1.6 Fase-fase Halusinasi
Tabel 2.1 Tahapan halusinasi terbagi menjadi 5 fase, yaitu :
(Damaiyanti dkk, 2012)
Tahapan Halusinasi Karakteristik
Stage I : Sleep disorder Klien merasa banyak masalah, ingin
Fase awal seseorang sebelum muncul menghindar dari lingkungan, takut
halusinasi diketahui orang lain bahwa dirinya
banyak masalah. Masalah makin
terasa sulit karna berbagai stressor
terakumulasi, misalnya kekasih hamil,
terlibat narkoba, dikhianati kekasih,
masalah dikampus, drop out, dst.

9
Masalah terasa menekan karena
terakumulasi sedangkan support
sistem kurang dan persepsi terhadap
masalah sangat buruk. Sulit tidur
berlangsung trus-menerus sehingga
terbiasa menghayal. Klien
menganggap lamunan- lamunan awal
tersebut sebagai pemecah
masalah.
Stage II: Comforting Halusinasi Klien mengalami emosi yang berlanjut
secara umum ia terima sebagai seperti adanya perasaan cemas,
sesuatu yang alami kesepian, perasaan berdosa, ketakutan,
dan mencoba memusatkan pemikiran
pada timbulnya kecemasan. Ia
beranggapan bahwa pengalaman
pikiran dan sensorinya dapat dia
kontrol bila kecemasannya diatur,
dalam tahap ini ada kecenderungan
klien merasa nyaman dengan
halusinasinya.
Stage III: Condemning Pengalaman sensori klien menjadi
Secara umum halusinasi sering sering datang dan mengalami bias.
mendatangi klien Klien mulai merasa tidak mampu lagi
mengontrolnya dan mulai berupaya
menjaga jarak antara dirinya dengan
objek yang dipersepsikan klien mulai
menarik diri dari orang lain, dengan
intensitas waktu yang lama.
Stage IV: Controlling Severe Level of Klien mencoba melawan suara-suara
Anxiety atau sensori abnormal yang datang.
Fungsi sensori menjadi tidak relevan Klien dapat merasakan kesepian bila
dengan kenyataan halusinasinya berakhir. Dari sinilah

10
dimulai fase gangguan psikotik.
Stage: V: Conquering Panic Level of Pengalaman sensorinya terganggu.
Anxiety Klien mulai terasa terancam dengan
Klien mengalami gangguan dalam datangnya suara-suara terutama bila
menilai lingkungannya klien tidak dapat menuruti ancaman
atau perintah yang ia dengar dari
halusinasinya. Halusinasi dapat
berlangsung selama minimal empat
jam atau seharian bila klien tidak
mendapatkan komunikasi terapeutik.
Terjadi gangguan psikotik berat.

2.1.7 Pohon Masalah Halusinasi


Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai berikut
(Prabowo, 2014).
Resiko Perilaku Kekerasan Effect

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Core Problem


Pendengaran

Isolasi Sosial Cause


Bagan 2.1.7 Pohon Masalah
Sumber : Prabowo 2014
2.1.8 Mekanisme koping Halusinasi
Menurut Prabowo (2014) mekanisme koping klien dengan Halusinasi
yaitu:
2.1.8.1 Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari-hari
2.1.8.2 Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tangggung jawab kepada orang lain.
2.1.8.3 Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus
internal.
2.1.9 Penatalaksanaan Pada Halusinasi Pendengaran

11
2.1.9.1 Psikofarmakologis
Dengan pemberian oabat-obatan yang lazim digunakan pada gejala
halusinasi pendengaran yang merupakan gejala pada klien skizoprenia adalah
obat-obatan anti psikosis, karena skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan
psikosis (erlina, 2010). Pada klien halusinasi terapi medis seperti haloperidol
(HLP), Clapromazine (CPZ), Trihexyphenidyl (THP) (Azizah dkk, 2016)
2.1.9.2 Terapi kejang listrik (ECT)
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
melewatkan aliran listrik melaui elecrode yang dipasang pada satu atau dua
temples, terapi kejang listrik 4-5 joule/detik
2.1.9.3 Terapi kelompok
1. Terapi group (kelompok terapeutik)
2. Terapi aktivitas kelompok (adjuntive group activity therapy)
3. TAK stimulus persepsi: Halusinasi
1) Sesi 1 : Mengenal halusinasi
2) Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
3) Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
4) Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
5) Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
4. Terapi lingkungan (Prabowo, 2014)
2.1.10 Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah hubungan antara perawat dan pasien dalam
proses komunikasi perilaku orang lain yang tujuannya merubah perilaku dalam
pencapaian kesehatan yang optimal (Widianto dkk, 2016).
Teknik komunikasi terapeutik yaitu mendengarkan dengan penuh
perhatian, menunjukkan penerimaan, menanyakan pertanyaan yang berkaitan,
menyatakan hasil observasi, menawarkan informasi, memberikan penghargaan,
menawarkan diri, memberikan kesempatan pada klien untuk memulai
pembicaraan, memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan
persepsinya (Fasya, 2018)
Melakukan komunikasi terapeutik pada pasien halusinasi harus memperhatikan:

12
2.1.9.1 Kontak pandang : Dengan melakukan kontak pandang akan mencerminkan
rasa menghargai kepada pasien
2.1.9.2 Mencondongkan tubuh kedepan : Dengan posisi yang seperti ini akan
menunjukkan kepedulian dan keinginan untuk mendengarkan sesuatu yang
dirasakan oleh pasien
2.1.9.3 Keterbukaan : Dengan menjaga keterbukaan akan meningkatkan
kepercayaan pasien kepada perawat (Wdianto, 2016)
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu dieksplorasi baik pada klien
sendiri maupun keluarga berkenan dengan kasus halusinasi yang meliputi:
2.2.1.1 Indentitas klien
2.2.1.2 Keluhan utama atau alasan masuk

2.2.1.3 Faktor predisposisi


1. Faktor genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis schizofrenia diturunkan melalui
kromosom2 tertentu. Namun demikian, kromosom yang kebeberapa yang
menjadi faktor penentu ganggguan ini sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian.
2. Faktor biologis
Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbulkan respon
neurobiologikal maladaptif. Peran frontal dan limbik cortices dalam
regulasi stress berhubungan dengan aktifitas dopamin. Saraf pada pre
frontal penting untuk memori. Penurunan neuro pada area ini dapat
menyebabkan kehilangan asosiasi.
3. Faktor presipitasi psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan, pola asuh anak tidak adequat.
Pertengkaran orang tua, penganiayaan, tidak kekerasan
4. Faktor presipitasi
1) Biologi

13
Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima
dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak. Mekanisme
penghantaran listrik disyaraf terganggu
2) Stress lingkungan
3) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap,
dan perilaku
5. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
6. Psikososial
1) Genogram
Perbuatan genogram minumal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan
individu dan keluarga.
2) Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya,bagian tubuh
yang disukai,reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak
disukai dan bagian yang disukai.
b. Identitas Diri
Klien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya merasa
bahwa klien tidak berguna.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi
atau perannya, dan bagaimana perasaan klien akibat
perubahan tersebut. Pada klien halusinasi bisa berubah atau
berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, trauma
akan masa lalu, menarik diri dari orang lain, perilaku
agresif.
d. Ideal diri

14
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam kelurga, pekerjaan atau sekolah, harapan
klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Pada klien yang mengalami halusinasi
cenderung tidak peduli dengan diri sendiri maupun
sekitarnya.
e. Harga Diri
Klien yang mengalami halusinasi cenderung menerima diri
tanpa syarat meskipun telah melakukan kesalahan,
kekalahan, dan kegagalan ia tetap merasa dirinya sangat
berharga.

3) Hubungan Sosial
Tanyakan siapa orang terdekat dikehidupan klien tempat mengadu,
berbicara, minta bantuin, atau dukungan. Serta tanyakan organisasi
yang diikuti dalam kelompok/ masyarakat. Klien dengan halusinasi
cenderung tidak mempunyai orang terdekat, dan jarang mengikuti
kegiatan yang ada dimasyarakat. Lebih senang menyendiri dan
asyik demgan isi halusinasi.
4) Spritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasaan dalam menjalankan keyakinan. Apakah isi halusinasi
mempengaruhi keyakinan klien dengan Tuhannya.
7. Status Mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pada klien dengan halusinasi mengalami defisit perawatan diri
(penampilan tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut seperti

15
tidak disisir, gigi kotor, dan kuning, kuku panjang dan hitam). Raut
wajah tampak takut, kebingungan, cemas.
2) Pembicaraan
Klien dengan halusinasi cenderung sukamberbicara sendiri, ketika
diajak bicara tidak fokus. Terkadang yang dibicarakan tidak masuk
akal. memulai pembicaraan.
3) Aktivitas Motorik
Klien dengan halusinasi tampak gelisah, kelesuan, ketegangan,
agitasi, tremor. Klien terlihat sering menutup telinga, menunjuk-
nunjuk kearah tertentu, menggaruk-garuk permukaan kulit, sering
meludah, menutup hidung.
4) Afek emosi
Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku agresif,
ketakutan yang berlebih, eforia.
5) Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi cenderung tidak kooperatif (tidak dapat
menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan) dan kontak
mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara) mudah tersinggung.
6) Persepsi-sensori
a. Jenis halusinasi
a) Halusinasi pendengaran
b) Halusinasi penglihatan
c) Halusinasi penciuman
d) Halusinasi pengecapan
e) Halusinasi perabaan
b. Waktu
Perawat juga perlu mengkaji waktu munculnya halusinasi
yang dialami pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah
pagi, siang, sore, malam? Jika muncul pukul berapa?
c. Frekuensi
Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya
sekali- kali kadang kadang,jarang atau sudah tidak muncul

16
lagi.dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi
dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
terjadinya halusinasi pada klien halusinasi sering kali
halusinasi pada saat klien tidak memiliki kegiatan atau pada
saat melamun maupun duduk sendiri.
d. Situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Situasi terjadinya apakah ketika sendiri, atau setelah terjadi
kegiatan tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan
intervensi khususs pada waktu terjadi halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi, sehingga pasien tidak larut dengan halusinasi
nya.
e. Respons
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika
halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan kepada
pasien hal yang dirasakan atau yang dilakaukan saat
halusinasi itu timbul. Perawat juga dapat menanyakan
kepada keluarga nya atau orang terdekata pasien. Selain itu,
dapat juga dengan meng observasi perilaku pasien saat
halusinasi timbul. Pada klien halusinasi sering kali
mengarah, mudah tersinggung, merasa curiga pada orang
lain.
7) Proses berpikir
a. Bentuk fikir
Mengalami dereistik yaitu bentuk pemikiran yang tidak
sesuai dengan kenyaaatan yang ada atau tidak mengikuti
logika secara umum (tidak ada sangkut pautnya antara
proses individu dan pengalaman yang sedang terjadi). Klien
yang mengalami halusinasi lebih sering was-was terhadap
hal-hal yang dialaminya.
b. Isi fikir

17
Selalu merasa curiga terhadap suatu hal dan depersoalisasi
yaitu perasaan yang aneh atau asing terhadap diri sendiri,
orang lain lingkungan sekitar, berisikan keyakinan
berdasarkan penilain non realistis.
8) Tingkat kesadaran
Pada klien halusinasi seringkali merasa bingung, apatis,(acuh tak
acuh).
9) Memori
a. Daya ingat jangka panjang:mengingat kejadian masa lalu
lebih dari satu bulan
b. Daya ingat jangka menengah:dapat mengingat kejadian
yang terjadi 1 minggu terakhir.
c. Daya ingat jangka pendek:dapat mengingat kejadian yang
terjadi saat ini.
10) Tingkat konsentrasi dan berhitung
a. Pada klien dengan halusinasi tidak dapat berkonsentrasi dan
dapat menjelaskan kembali pembicaraan yang baru saja di
bicarakan dirinya/orang lain.
11) Kemampuan penilaian mengambil keputusan
a. Gangguan ringan:dapat mengambil keputusan secara
sederhana baik dibantu orang lain/tidak
b. Gangguan bermakna:tidak dapat mengambil keputusan
secara sederhana cenderung mendengar/melihat ada yang
diperintahkan.
12) Daya tilik diri
Pada klien halusinasi cenderung mengingkari penyakit yang
diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik)
pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan/klien
menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita
tentang penyakitnya.
8. Kebutuhan perencanaan ulang
1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan kebutuhan

18
Tanyakan apakah klien mampu atau tidak mampu memenuhi
kebutuhanya sendiri.
2) Kegiatan kehidupan sehari-hari
a. Perawatan diri
Pada klien halusinasi tidak mampu melakukan kegiatan
hidup sehari-hari seperti mandi, kebersihan, ganti pakaian,
secara mandiri perlu bantuan minimal.
b. Tidur
Klien halusinasi cenderung tidak dapat tidur yang
berkualitas karena kegelisahan, kecemasan akan hal yang
tidak realita
3) Kemampuan klien lain lain
Klien tidak dapat mengantisipasi kebutuhan hidupnya, dan
membuat keputusan .
4) Klien memiliki sistem pendukung
Klien halusinasi tidak memiliki dukungan dari keluarga maupun
orang sekitarnya karena kurang nya pengetahuan keluarga bisa
menjadi penyebab. Klien dengan halusinasi tidak mudah untuk
percaya terhadap orang lain selalu merasa curigas.
5) Klien menikmati saat bekerja/kegiatan produktif/hobi
Klien halusinasi merasa menikmati pekerjaan, kegiatan yang
produktif karena ketika klien melakukan kegiatan berkurangnya
pandangan kosong.
9. Mekanisme koping
Biasanya pada klien halusinasi cenderung berprilaku maladaptif, seperti
mencederai diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Malas berkreatif,
perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain, mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus intenal
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pada klien halusinasi mempunyai masalah di masalalu dan
mengakibatkan dia menarik diri dari masyarakat dan orang terdekat.

19
11. Aspek pengetahuan
Pada klien halusinasi kurang mengetahui tentang penyakit jiwa karena
tidak merasa hal yang dilakukan dalam tekanan
12. Aspek medis
Memberikan penjelasan tentang diangnostik medis. Pada klien halusinasi
terapi medis seperti haloperidol (HLP), Clapromazine (CPZ),
Trihexyphenidyl (THP)
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi; Halusinasi Pendengaran
2.2.2.2 Resiko Perilaku Kekerasan
2.2.2.3 Harga Diri Rendah
2.2.2.4 Isolasi Sosial (Fitria, 2012)

20
2.2.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawtan
1. Gangguan Persepsi Pertemuan 1 Pertemuan 1
Sensori : Halusinasi 1. Klien mampu mengidentifikasi halusinasi : dengan 1. Identifikasi halusinasi : dengan mendiskusikan
Pendengaran mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi isi, frekuensi, waktu terjadi situasi pencetus,
pencetus, dan respon. perasaan dan respon
2. Klien mampu melatih cara mengontrol halusinasi 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
dengan menghardik menghardik
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
untuk latihan menghardik menghardik
Pertemuan 2 Pertemuan 2
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan menghardik. 1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
Beri pujian 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat
2. Klien mampu melatih cara mengontrol halusinasi (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis,
dengan obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, frekuensi, kontinuitas minum obat)
dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat) 3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
3. Klien mampu menjelaskan pentingnya penggunaan gangguan jiwa
obat pada gangguan jiwa 4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai
4. Klien mampu menjelaskan akibat jika obat tidak program

21
diminum sesuai program 5. Jelaskan akibat putus obat
5. Klien mampu menjelaskan akibat putus obat 6. Jelaskan cara berobat
6. Klien mampu menjelaskan cara berobat 7. Masukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan
7. Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan unntuk untuk latihan menghardik dan beri pujian
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali Pertemuan 3
perhari 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan obat.
Pertemuan 3 Beri pujian
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik dan obat. Beri pujian bercakap-cakap ketika halusinasi muncul
2. Klien mampu melatih cara mengontrol halusinasi 3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
dengan bercakap-cakap ketika halusinasi muncul menghardik, minum obat dan bercakap-cakap
3. Klien mampu memasukan pada jadwal kegiatan Pertemuan 4
untuk latihan menghardik, minum obat dan 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik,
bercakap-cakap penggunaan obat dan bercakap-cakap, beri
Pertemuan 4 pujian
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik, penggunaan obat dan bercakap-cakap, melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
beri pujian Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
2. Klien mampu melatih cara mengontrol halusinasi menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan
dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan harian

22
kegiatan )
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik, minum obat, bercakap-
cakap dan kegiatan harian

2. Resiko Perilaku Pertemuan 1 Pertemuan 1


Kekerasan 1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan 1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala
gejala perilaku kekerasan yang dilakukan akibat perilaku kekerasan yang dilakukan akibat
perilaku kekerasan perilaku kekerasan
2. Klien mampu menjelaskan cara mengontrol perilaku 2. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan :
kekerasan : fisik, obat, verbal, dan spiritual fisik, obat, verbal, dan spiritual
3. Klien mampu melatih cara mengontrol perilaku 3. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul kasur
kasur dan bantal dan bantal
4. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
untuk latihan fisik fisik
Pertemuan 2 Pertemuan 2
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan fisik, 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, beri pujian
beri pujian 2. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan
2. Klien melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (6 benar obat, guna, dosis,

23
dengan obat (6 benar obat, guna, dosis, frekuensi, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, akibat
cara, kontinuitas minum obat, akibat jika obat tidak jika obat tidak diminum sesuai program, akibat
diminum sesuai program, akibat putus obat) putus obat)
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
untuk latihan fisik dan minum obat fisik dan minum obat
Pertemuan 3 Pertemuan 3
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan obat, serta
dan obat, serta beri pujian beri pujian
2. Klien mampu melatih pasien mengontrol perilaku 2. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan secara verbal (3 cara, yaitu secara verbal (3 cara, yaitu mengungkapkan,
mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar) meminta, menolak dengan benar)
3. Kliem mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
untuk latihan fisik, minum obat dan verbal fisik, minum obat dan verbal
Pertemuan 4 Pertemuan 4
1. Klien mampu mengevaluasi latihan fisik , obat dan 1. Evaluasi latihan fisik , obat dan verbal. Beri
verbal. Beri pujian pujian
2. Klien mampu melatih pasien mengontrol perilaku 2. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan secara spiritual (2 kegiatan) secara spiritual (2 kegiatan)
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
untuk latihan fisik, minum obat, verbal dan spiritual fisik, minum obat, verbal dan spiritual

24
3. Harga Diri Rendah Pertemuan 1 Pertemuan 1
Kronis 4. Klien mampu mengidentifikasi kemampuan 1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan
melakukan kegiatan dan aspek positif klien. dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan)
5. Klien mampu melatih kegiatan pertama yang dipilih. 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat
Pertemuan 2 dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) :
1. Klien mampu melatih kegiatan kedua yang dipilih. buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan
2. Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan unntuk pasien saat ini
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali 3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang
perhari dapat dilakukan saat ini untuk dilatih
Pertemuan 3 4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara
1. Klien mampu melatih kegiatan ketiga yang dipilih. melakukannya)
2. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 5. Masukkan dalam jadwal kegiatan untuk
untuk latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali latihan dua kali perhari
per hari Pertemuan 2
Pertemuan 4 1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih
1. Klien mampu melatih kegiatan keempat yang dipilih. dan beri pujian
2. Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan unntuk 2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali

25
perhari. akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara
melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan unntuk
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali
perhari
Pertemuan 3
1. Evaluasi kegiatan utama dan kedua yang telah
dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang
akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara
melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali
per hari
Pertemuan 4
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga
yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang

26
akan dilatih
3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara
melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
: dua kegiatan masing-masing dua kali
perhari
4. Isolasi Sosial Pertemuan 1 Pertemuan 1
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri pasien.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan 2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan berinteraksi dengan orang lain.
dengan orang lain 3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian
Pertemuan 2 beriteraksi dengan orang lain.
1. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara 4. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan
bertahap satu orang.
2. Klien dapat mengungkapkan perasannya setelah 5. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan
berhubungan dengan orang lain latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian.

Pertemuan 3 Pertemuan 2

27
1. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
keluarga mampu mengembangkan kemmapuan klien 2. Memberikan kesempatan kepada klien
untuk berhubungan dengan orang lain. mempratikkan cara berkenalan dengan satu
orang.
3. Membantu klien memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian.
Pertemuan 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Memberikan kesempatan kepada klien
mempratikkan cara berkenalan dengan dua
orang atau lebih.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.

28
2.2.4 Implementasi
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan
yang telah yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien
secara optimal, pelaksanaan adalah wujud dari tujuan keperawatan pada tahap
perencanaan (Wahid, 2013).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data obyektif dan subyektif yang dapat menunjukkan masalah apa
yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan
dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, sebagian tercapai
atau timbul masalah baru. (Wahid, 2013).
Evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku klien setelah
diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu di evaluasi karena
merupakan system pendukung yang penting.
2.2.5.1 Apakah klien dapat mengenal halusinasinya, yaitu isi halusinasi, situasi,
waktu dan frekuensi munculnya halusinasi.
2.2.5.2 Apakah klien dapat mengungkapkan perasaan ketika halusinasi muncul.
2.2.5.3 Apakah klien dapat mengontrol halusinasinya dengan menggunakan empat
cara baru, yaitu menghardik, menemui orang lain bercakap- cakap, melaksanakan
aktifitas yang terjadwal dan patuh minum obat.
2.2.5.4 Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya mempraktikkan empat
cara mengontrol halusinasi.

29
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruangan Rawat : Ruang Inap, Benuas A


Tanggal Dirawat : 4 April 2022
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. D (L)
Umur : 24 Tahun
Tanggal Pengkajian : 11 April 2022
Informan : Komunikasi Dengan Klien dan Status Klien.
II. ALASAN MASUK DAN FAKTOR PENCETUS
Sebelum masuk ke RSJ Kalawa Atei Palangka Raya klien sering berbicara
sendiri, sering berbicara melantur, dan sering melamun. Saat dilakukan
pengkajian klien tampak berjalan menunduk, berjalan mondar-mandir, kadang
berbicara sendiri, berbicara melantur dan suka melamun. Klien mengatakan
kadang mendengar suara bisikan laki-laki yang mengajaknya untuk ikut ke
kerajaannya dan mengikuti perintahnya, disaat suara bisikan itu muncul klien
mengatakan kadang tidak bisa tidur, klien sering merusak barang disekitarnya dan
sering mengancam orang menggunakan parang.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Tn. A pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pada tahun 2010 ( 12
tahun sampai tahun 2022 )
2. Pengobatan sebelumnya :
Tn.A pernah melakukan pengobatan sebelumnya,tetapi lupa di RS mana,
dan pengobatannya kurang berhasil.
3. Aniaya fisik
Klien mengatakan tidak pernah dianiaya fisik, tidak pernah menganiaya
fisik, dan tidak pernah menjadi saksi aniaya fisik
Aniaya seksual

30
Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual, tidak pernah
menganiaya seksual, dan tidak pernah menjadi saksi aniaya seksual.
Penolakan
Klien mengatakan tidak melakukan penolakan, tetapi mengalami
penolakan beberapa anggota keluarga karena mengalami halusinasi, dan tidak
pernah menjadi saksi penolakan.
Kekerasan dalam keluarga
Klien mengatakan tidak pernah melakukan kekerasan dalam keluarga,
tidak pernah menjadi korban kekerasan keluarga, tapi pernah menyaksikan
ayahnya memukul ibunya.
Tindakan kriminal
Klien mengatakan tidak pernah melakukan tindakan kriminal, tidak pernah
menjadi korban tindakan kriminal, dan tidak pernah menjadi saksi tindakan
kriminal.
Masalah Keperawatan : Penurunan Koping Keluarga / Manajemen
Kesehatan Tidak Efektif
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa seperti klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
IV. FISIK
1. Tanda Vital
TD : 126/84 MmHg
N : 90x/menit
S : 36,6 ⸰C
RR : 18x/menit
2. Ukur
TB : 155 cm

31
BB : 53 kg
3. Keluhan fisik :
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan 
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Tinggal serumah
= Pasien
Jelaskan :
Klien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara dan ayah klien sudah
meninggal dunia. Istri klien merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara, ayah dan
anak pertama sudah meninggal dunia. Klien dan istrinya sudah menikah,
memiliki satu anak laki-laki. Sebelum masuk ke RSJ Kalawa Atei Palangka Raya
klien dan istrinya tinggal serumah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan kadang merasa tidak mampu melakukan
apapun
b. Identitas : Klien mengatakan dirinya bernama Tn.D, umur 25 tahun, beragama

32
islam, dan jenis kelamin laki-laki.
c. Peran: Klien mengatakan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, klien
merupakan seorang ayah, dirumah saki jiwa klien adalah pasien yang mudah
diatur dan aktif mengikuti kegiatan.
d. Ideal diri : Klien mengatakan berharap cepat sembuh agar cepat bertemu
dengan ibu dan anaknya, dan klien berharap dapat beraktivitas seperti biasanya
dan diterima oleh orang-orang seperti biasanya.
e. Harga diri : Klien mengatakan mengalami penolakan beberapa anggota
keluarga karena mengalami halusinasi, dan klien mengatakan kadang merasa malu
bertemu orang-orang karena halusinasi yang dialaminya.
Masalah Keperawatan : Penurunan Koping Keluarga dan Harga Diri
Rendah Kronis
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang berarti adalah ibu dan
anaknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Klien mengatakan pernah
mengikuti gotong royong dalam kegiatan masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan tidak ada
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan beragama islam.
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan kadang mengikuti kegiatan
ibadah Sholat di Musholla RSJ Kalawa Atei
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien tampak rapi dan bersih, penggunaan pakaian sesuai dengan aturan
dan cara berpakaian seperti biasanya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Klien berbicara cepat, suara terdengar jelas, dan klien mampu memulai

33
pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas Motorik:
Klien tampak lesu, tapi klien masih bisa beraktivitas mandiri, seperti
makan, minum dan mandi.
Masalah Keperawatan : Keletihan dan Harga Diri Rendah Kronis
4. Alam Perasaaan
Klien mengatakan merasa khawatir jika halusinasinya muncul
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
5. Afek
Klien masih bisa tersenyum saat dilakukan pengkajian
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi Selama Wawancara
Saat pengkajian kontak mata aktif, tidak bermusuhan dengan perawat,
kooperatif, tidak mudah tersinggung dan tidak curigaan terhadap perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi : Halusinasi Pendengaran
Klien mengatakan kadang mendengar suara bisikan laki-laki yang
mengajaknya untuk ikut ke kerajaannya dan mengikuti perintahnya, klien
mengatakan dalam sehari halusinasinya bisa datang 3 sampai 4 kali, klien
mengatakan waktu terjadinya bisa kapan saja, halusinasinya bisa muncul disaat
sendirian atau disaat tidak melakukan aktivitas, klien mengatakan klien merasa
khawatir saat halusinasinya muncul, klien mengatakan disaat suara bisikan
muncul biasanya klien menutup telinga dan mengatakan tidak ingin mengikuti
ajakan bisikan tersebut, dan klien mengatakan disaat suara bisikan itu muncul
klien mengatakan kadang tidak bisa tidur.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
8. Proses Pikir
Klien mampu berkomunikasi baik dengan perawat, kadang berbicara
sendiri, berbicara melantur dan suka melamun.

34
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
9. Isi Pikir
Klien kadang tidak bisa mengontrol isi pikirnya, kadang berbicara sendiri,
berbicara melantur dan suka melamun.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
10. Tingkat Kesadaran
Kesadaran tampak baik, tidak tampak bingung, konsentrasi baik, klien
dapat mengetahui waktu siang saat dikaji, tempat dia dirawat, dan orang yang
disayangnya seperti ibu dan anaknya, dan juga dapat mengenali perawat yang
sedang mengkaji
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Klien dapat mengingat dengan baik, klien mampu menceritakan
bagaimana dirinya bisa masuk ke RSJ Kalawa Atei
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien mampu berkonsentrasi, klien mampu berhitungan sederhana seperti
berhitung dari 1 sampai 10, dan klien dapat menjawab berapa hasil dari 5 + 5
sama dengan 10.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan Penilaian
Klien mampu melakukan penilaian, klien mampu membedakan mana
perawat laki-laki dan mana perawat perempuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya Tilik Diri
Klien tidak mengingkari penyakitnya, tidak menyalahkan hal-hal diluar
dirinya, dan menyadari dirinya sedang sakit.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan

35
Klien makan 3 kali dalam sehari, klien dapat menghabisi makanannya, dan
makan secara mandiri tanpa bantun orang lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. BAB/BAK
Klien BAB 1-2 kali dalam sehari. Klien BAK 5-6 kali dalam sehari secara
mandiri tanpa bantuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Mandi
Klien mandi 2-3 kali dalam sehari secara mandiri tanpa bantuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Berpakaian / Berhias
Klien mampu berpakaian dan menyisir rambut secara mandiri tanpa
bantuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Istirahat Dan Tidur
Klien tidur siang pada pukul 11.00.-14.00 WIB. Klien mengatakan tidur
malam jam 20.00 WIB malam hingga jam 06.00 WIB pagi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Penggunaan Obat
Klien dapat minum obat secara mandiri tanpa bantuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien tidak ada perawatan lanjutan maupun pendukung
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Kegiatan Di Dalam Rumah
Klien mengatakan sebelum mengalami penyakit halusinasi klien dapat
beraktivitas normal seperti biasanya seperti mempersiapkan makanan, menjaga
kerapihan rumah, mencuci pakaian, dan mengatur keuangan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Kegiatan di Luar rumah
Klien mengatakan sebelum mengalami penyakit halusinasi klien mampu
berbelanja, mampu berkendara, dan bekerja mencari uang.

36
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VIII. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping klien adaptif, klien mampu berbicara dengan orang
lain dan mampu melakukan aktivitas konsruktif seperti berjemur setiap pagi.
Mekanisme koping klien maladaftif, klien bersifat tidak asertif (tidak
jujur)
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif 
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN:
Masalah dengan : Klien mengatakan tidak ada masalah
dukungan kelompok, dengan dukungan kelompok.
spesifik
Masalah berhubungan : Klien mengatakan tidak ada masalah
dengan lingkungan, ataupun gangguan dengan lingkungannya.
spesifik
Masalah dengan : Klien mengatakan tidak ada masalah pada
pendidikan, spesifik pendidikannya.

Masalah dengan : Klien mengatakan tidak ada masalah


pekerjaan, spesifik dengan pekerjaanya

Masalah dengan : Klien mengatakan tidak memiliki masalah


perumahan, spesifik pada perumahan dan tempat tinggal

Masalah ekonomi, : Klien mengatakan tidak ada masalah


spesifik terkait ekonomi dan kebutuhannya

Masalah dengan : Klien mengatakan tidak ada masalah pada


pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan. Dan merasa
spesifik pelayanan di RSJ. KA itu baik

Masalah lainnya, : Klien mengatakan tidak ada masalah.


spesifik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

37
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:
Klien tidak mengetahui tentang system pendukung
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan
ANALISA DATA

Data Masalah
Subjektif : Gangguan Persepsi Sensori :
 Klien mengatakan kadang Halusinasi Pendengaran
mendengar suara bisikan laki-laki SDKI (D.0085)
yang mengajaknya untuk ikut ke
kerajaannya dan mengikuti
perintahnya.
 Klien mengatakan dalam sehari
halusinasinya bisa datang 3
sampai 4 kali.
 Klien mengatakan waktu
terjadinya bisa kapan saja,
halusinasinya bisa muncul disaat
sendirian atau disaat tidak
melakukan aktivitas
 Klien mengatakan merasa
khawatir saat halusinasinya
muncul
 Klien mengatakan disaat suara
bisikan muncul biasanya klien
menutup telinga dan mengatakan
tidak ingin mengikuti ajakan
bisikan tersebut
 Klien mengatakan disaat suara
bisikan itu muncul klien
mengatakan kadang tidak bisa
tidur.

38
 Klien mengatakan merasa
khawatir jika halusinasinya
muncul
Objektif :
 Klien suka melamun
 Klien suka berjalan mondar-
mandir
 Klien kadang berbicara sendiri
 Klien kadang berbicara melantur
Subjektif : Resiko Perilaku Kekerasan
 Klien mengatakan .sering SDKI (D.0146)
merusak barang disekitar nya dan
mengancam menggunakan
parang ke orang lain
Objektif :
 Tampak menatap tajam
 Tampak emosi tidak terkontrol

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik :
F.20 ( Skizofrenia )

Terapi Medik :
No Nama Obat Dosis Indikasi
1. Diazepam TAB 300 Diazepam adalah obat untuk
2X1/hari mengatasi gangguan kecemasan,
Sesudah meredakan kejang, kaku otot, atau
makan siang sebagai obat penenang sebelum
dan malam operasi. Selain itu, obat ini juga bisa
digunakan dalam pengobatan gejala
putus alkohol.
2. THP TAB Obat golongan antimuskarinik yang

39
digunakan untuk mengobati gejala
2 mg penyakit Parkinson. Di samping itu,
1/2 x 1 /hari trihexyphenidyl juga digunakan
sesudah makan untuk mengatasi gejala
malam ekstrapiramidal akibat efek samping
obat tertentu, termasuk antipsikotik.
3. Clozapine TAB Clozapine adalah obat untuk
100 mg meredakan gejala skizofrenia, yaitu
2 x 1 /hari gangguan mental yang menyebabkan
sesudah makan seseorang mengalami halusinasi,
pagi dan delusi, serta gangguan berpikir dan
malam berperilaku. Obat ini juga bisa
digunakan untuk menangani gejala
psikosis pada pasien dengan sindrom
Parkinson.
4. Quetiapine Xr TAB Obat yang mengandung zat aktif
300 mg quetiapine fumarate. Obat ini
1 x 1/hari digunakan untuk membantu
Sesudah menangani gangguan mental, seperti
makan malam skizofrenia dan episode manik serta
episode depresif mayor pada
gangguan bipolar. Kandungan
quetiapine fumarate bekerja dengan
memblokir reseptor di otak tempat
dopamine bekerja
5. Risperidone TAB Risperidone adalah obat untuk
2 mg mengobati skizofrenia. Obat ini juga
3 x 1 /hari digunakan untuk mengatasi
sesudah makan gangguan bipolar atau gangguan
pagi siang dan tingkah laku pada anak yang
malam menderita autis

40
XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Penurunan Koping Keluarga
2. Keletihan
3. Harga Diri Rendah Krois
4. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
5. Koping Individu Tidak Efektif
6. Defisit Pengetahuan
Pohon Masalah :
Resiko Perilaku Kekerasan Keletihan Effect

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Core Problem

Resiko Perilaku Kekerasan Manajemen Kesehatan Tidak Efektif

Defisit Penurunan Koping Keluarga Koping Individu Tidak Efektif


Pengetahuan Etiologi

XIII. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN (SESUAI URUTAN


PRIORITAS )
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Penurunan Koping Keluarga
4. Koping Individu Tidak Efektif
5. Keletihan
6. Defisit Pengetahuan
Palangka Raya, 11 April 2022
Mahasiswa,

Adyendy
2019.C.11a.0995

41
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. D
Ruang Rawat : Ruang Inap Benuas A
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Perencanaan
1. Gangguan Persepsi Pertemuan 1 Pertemuan 1
Sensori : Halusinasi 1. Klien mampu mengidentifikasi halusinasi : 1. Identifikasi halusinasi : dengan mendiskusikan
Pendengaran dengan mendiskusikan isi, frekuensi, waktu isi, frekuensi, waktu terjadi situasi pencetus,
terjadi, situasi pencetus, dan respon. perasaan dan respon
2. Klien mampu melatih cara mengontrol 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
halusinasi dengan menghardik menghardik
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
kegiatan untuk latihan menghardik menghardik
Pertemuan 2 Pertemuan 2
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
menghardik. Beri pujian 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat
2. Klien mampu melatih cara mengontrol (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis,
halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar obat, frekuensi, kontinuitas minum obat)
jenis, guna, dosis, frekuensi, kontinuitas 3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
minum obat) gangguan jiwa

42
3. Klien mampu menjelaskan pentingnya 4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai
penggunaan obat pada gangguan jiwa program
4. Klien mampu menjelaskan akibat jika obat 5. Jelaskan akibat putus obat
tidak diminum sesuai program 6. Jelaskan cara berobat
5. Klien mampu menjelaskan akibat putus obat 7. Masukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan
6. Klien mampu menjelaskan cara berobat untuk latihan menghardik dan beri pujian
7. Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan Pertemuan 3
unntuk latihan : dua kegiatan masing-masing 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan
dua kali perhari obat. Beri pujian
Pertemuan 3 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan bercakap-cakap ketika halusinasi muncul
menghardik dan obat. Beri pujian 3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
2. Klien mampu melatih cara mengontrol menghardik, minum obat dan bercakap-cakap
halusinasi dengan bercakap-cakap ketika Pertemuan 4
halusinasi muncul 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik,
3. Klien mampu memasukan pada jadwal penggunaan obat dan bercakap-cakap, beri
kegiatan untuk latihan menghardik, minum pujian
obat dan bercakap-cakap 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
Pertemuan 4 melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)

43
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik, penggunaan obat dan bercakap- menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan
cakap, beri pujian kegiatan harian
2. Klien mampu melatih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan )
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan menghardik, minum
obat, bercakap-cakap dan kegiatan harian

2. Resiko Perilaku Pertemuan 1 Pertemuan 1


Kekerasan 1. Klien mampu mengidentifikasi kemampuan 1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan
melakukan kegiatan dan aspek positif klien. dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan)
2. Klien mampu melatih kegiatan pertama yang 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat
dipilih. dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) :
Pertemuan 2 buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan pasien
1. Klien mampu melatih kegiatan kedua yang saat ini
dipilih. 3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang
2. Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan dapat dilakukan saat ini untuk dilatih

44
unntuk latihan : dua kegiatan masing-masing dua 4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara
kali perhari melakukannya)
Pertemuan 3 5. Masukkan dalam jadwal kegiatan untuk
1. Klien mampu melatih kegiatan ketiga yang latihan dua kali perhari
dipilih. Pertemuan 2
2. Klien mampu memasukkan pada jadwal 1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih
kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing- dan beri pujian
masing dua kali per hari 2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang
Pertemuan 4 akan dilatih
1. Klien mampu melatih kegiatan keempat yang 3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara
dipilih. melakukannya)
2. Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan 4. Masukkan pada jadwal kegiatan unntuk
unntuk latihan : dua kegiatan masing-masing dua latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali
kali perhari. perhari
Pertemuan 3

1. Evaluasi kegiatan utama dan kedua yang telah


dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang

45
akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara
melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali
per hari
Pertemuan 4
5. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga
yang telah dilatih dan berikan pujian
6. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang
akan dilatih
7. Latih kegiatan keempat (alat dan cara
melakukannya)
8. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali
perhari

46
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Waktu/Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi


1. Senin, 11 April 2022 Pertemuan ke-1 S:
Pukul : 13.00 WIB SP 1 : 1. Klien mengatakan merasa lebih tenang
Gangguan Persepsi Sensori : 1. Mengidentifikasi halusinasi : dengan setelah berdiskusi dan melakukan kegiatan
Halusinasi Pendengaran mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi, menghardik
situasi pencetus, perasaan dan respon
2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan O:
menghardik 1. Klien tampak tenang
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk 2. Klien mampu membina hubungan saling
latihan menghardik percaya
3. Klien mampu mengidentifikasi halusinasi :
dengan mendiskusikan isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan dan respon
4. Klien mampu melatih cara mengontrol

47
halusinasi dengan menghardik
5. Klien mampu memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan menghardik

A : Masalah teratasi
P : Evaluasi SP 1, Lanjutkan SP 2
2. Selasa, 12 April 2022 Pertemuan ke 2 S:
Pukul : 08.00 WIB SP 2 : 1. Klien mengatkan merasa senang karena
Gangguan Persepsi Sensori : 1. Mengevaluasi kegiatan menghardik. Beri diberi pujian dalam mengevaluasi kegiatan
Halusinasi Pendengaran pujian menghardik
2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan 2. Klien mengatakan rasa khawatirnya
obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis, berkurang, tapi halusinasinya masih ada
frekuensi, kontinuitas minum obat)
3. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat O:
pada gangguan jiwa 1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan
4. Menjelaskan akibat jika obat tidak diminum menghardik
sesuai program 2. Klien belum mampu Melatih cara
5. Menjelaskan akibat putus obat mengontrol halusinasi dengan obat (Jelaskan 6
6. Menjelaskan cara berobat benar obat, jenis, guna, dosis, frekuensi,

48
7. Memasukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan kontinuitas minum obat)
untuk latihan menghardik dan obat. Beri pujian 3. Klien hanya mampu menjelaskan sebagian
tentang penjelasan obat-obatan
4. Klien mampu memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan menghardik.

A : Masalah teratasi sebagian


P : Evaluasi SP 1, Lanjutkan SP 2 Modifikasi
Rabu, 13 April 2022 Pertemuan ke 3 S:
Pukul : 13.00 WIB SP 2 : Modifikasi 1. Klien mengatakan merasa lebih tenang,
Gangguan Persepsi Sensori : 1. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan 2. Klien mengatakan rasa khawatirnya
Halusinasi Pendengaran obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis, berkurang tapi halusinasinya masih ada
frekuensi, kontinuitas minum obat)
2. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat O:
pada gangguan jiwa 1. Klien tampak mampu mengontrol halusinasi
3. Menjelaskan akibat jika obat tidak diminum dengan obat,
sesuai program 2. Klien mampu Melatih cara mengontrol
4. Menjelaskan akibat putus obat halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar obat,
5. Menjelaskan cara berobat jenis, guna, dosis, frekuensi, kontinuitas

49
6. Memasukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan minum obat)
untuk latihan menghardik dan obat. Beri pujian 3. Klien mampu menjelaskan kembali tentang
penjelasan mengenai obat-obatan
4. Klien mampu memasukkan pada jadwal
kegiatan menghardik dan minum obat, dan
pujian sudah diberikan

A : Masalah teratasi
P : Evaluasi SP 1, SP 2, Lanjutkan SP 3
Kamis, 14 April 2022 Pertemuan ke 4 S:
Pukul : 08.00 WIB SP 3 : 1. Klien mengatakan merasa senang karena
Gangguan Persepsi Sensori : 1. Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik diberi pujian dalam mengevaluasi kegiatan
Halusinasi Pendengaran dan obat. Beri pujian menghardik dan obat
2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan 2. Klien mengatakan khawatirnya berkurang,
bercakap-cakap ketika halusinasi muncul tapi halusinasi masih ada
3. Memasukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik, minum obat dan bercakap- O:
cakap 1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan
latihan menghardik dan penggunaan obat.

50
2. Klien belum mampu Melatih cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
ketika halusinasi muncul
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan menghardik dan
penggunaan obat

A : Masalah teratasi sebagian


P : Evaluasi SP 1, SP 2 Lanjutkan SP 3
Modifikasi

51
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kasus diatas, maka kami dapat mengambil
kesimpilan dan saran sebagai berikuti :
3.1.1 Halusinasi banyak terjadi pada klien schizofrenia dengan masalah
keperawatan harg diri rendah dan atau menarik diri.
3.1.2 Halusinasi merupakan perubahan persepsi sensori terhadap rangsangan
eksternal dan atau internal.
3.1.3 Perencanaan keperawatan dengan masalah utama halusinasi berfokus pada
intervensi :
3.1.3.1 Membina hubungan saling percaya
3.1.3.2 Orientasi alam realita
3.1.3.3 Tingkatkan aktifitas
3.1.4 Tidak semua gejala halusinasi yang terdapat dalam teori di jumpai pada
kasus di ruangan.
3.1.5 Keluarga merupakan faktor pendukung utama dalam membantu klien
mengatasi masalahnya baik selama dirumah sakit maupun berada dirumah.
3.2 Saran
3.2.1 Halusinasi merupakan perubahan persepsi sensori terhadap rangsangan
eksternal dan atau internal sehingga menimbulkan resiko tinggi mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan, untuk itu perawat dan keluarga perlu mengenal
tanda dan gejala halusinasi dan membawa klien ke alam realita.
3.2.2 Komunikasi terapeutik antara perawat, klien dan keluarga harus
dipertahanakan
3.2.3 Oleh karena keluarga merupakan faktor pendukung utama dalam perawatan
klien maka keluarga perlu di motivasi untuk terlibat secara aktif dalam perawatan
klien halusinasi.
3.2.4 Fiksasi bukan pilihan utama pada klien halusinasi tapi perhatikan dan kenali
respon klien yang berhubungan dengan halusinasi dan gunakan komunikasi
terapeutik bagi klien yang tidak kooperatif.

52
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Damaiyanti, Mukhripah, dkk. 2012 Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV
Trans Info Media
Fasya, 2018. Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Gangguan Jiwa.
(online),(http://bppkibandung.id/index.php/jpk/article/download/485/268,
diakses 29 mei 2020)
Fitria, N. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta Selatan:
Salemba Medika.
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan:
Pusdik SDM kesehatan.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Suryenti, Vevi, dkk. 2017. Pengaruh terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
skizofrenia diruang rawat inap arjuna rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi, Diakses 25 januari 2020.)
Sutinah, 2016. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan dan TAK Stimulus
Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi, (Online),
(http://ejournal.kopertis10.or.id, diakses 21 Januari 2020).
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: CV Trans Info
Media.
Wahid, Abd. 2013 Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur: CV Trans Info Media.
Widiyanto, Widiyanto dkk. 2016. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Pasien
Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Tampan Propinsi Riau, (Online),
(http://ejurnal.umri.ac.id, diakses 25 Januari 2020).

53

Anda mungkin juga menyukai