Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PERSONAL

HYGIENE DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. DORIS SYLVANUS


PALANGKA RAYA

Oleh :

Purnadi Nakalelu (2018.C.10a.0945)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
2

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan Asuhan
Keperawatan dan Kebutuhan Dasar Manusia di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Laporan Pendahuluan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) pada Program Studi S-1 Keperawatan.
Selain itu, Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang
materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Laporan pendahuluan
ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ria Asihai, S.Kep.,Ners. Selaku Kepala Ruangan Dahlia RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan Pembimbing Klinik yang telah memberikan izin,
informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan di
Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
4. IbuYelstria Ulina Taringan, S.Kep.,Ners Selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian
Asuhan Keperawatan ini.
5. Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis menyelesaikan
Laporan pendahuluan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
3

Semoga Laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu


pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran yang membangun, untuk perbaikan dimasa yang akan
mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima kasih.

Palangka Raya, 02 maret 2020


4

DAF TAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAF TAR ISI.........................................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................6
1.3 Tujuan penulisan.........................................................................................................6
1.4 Manfaat.......................................................................................................................7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................8


2.1 Konsep Penyakit.......................................................................................................19
2.1.1 Defenisi....................................................................................................................19
2.1.2 Anatomi Fisiologi.....................................................................................................20
2.1.3 Etiologi.....................................................................................................................26
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................................27
2.1.5 Patofisiologi (patway)..............................................................................................27
2.1.6 Manifestasi klinis (Tanda dan Gejala)......................................................................29
2.1.7 Komplikasi...............................................................................................................29
2.1.8 Pemeriksaan penunjang............................................................................................30
2.1.9 Penatalaksanaan medis.............................................................................................31
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia...............................Error! Bookmark not defined.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................................32
2.3.1 Pengkajian Keperawatan...........................................................................................32
2.3.2 Diagnosa keperawatan...............................................................................................32
2.3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................................32
2.3.4 implementasi keperawatan........................................................................................32
2.3.5 Evaluasi keperawatan................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................34
5
6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh
darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien ( Black dan
Hawks, 2014).
Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan. Dengan tubuh
yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu
penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk.
Hal-hal yang muncul bila lansia kurang menjaga kebersihan dirinya diantaranya
adalah badan gatal-gatal dan tubuh lebih mudah terkena penyakit, terutama penyakit
kulit. Pada rambut terdapat ketombe/kutu, penampilan tidak rapi dan bau badan tidak
sedap, serta kuku yang panjang dan kotor dapat menjadi sarang kuman penyebab
penyakit saluran pencernaan, dan bila telinga tidak dibersihkan maka akan dapat
menimbulkan gangguan pendengaran akibat penumpukan kotoran telinga dan dapat
menimbulkan infeksi pada telinga. Pada gigi dan mulut akan menyebabkan karies
gigi, gigi berlubang, sakit gigi, dan bau mulut. (Andarmoyo, 2012).

Penurunan fungsi tubuh pada lansia atau ketidakmampuan lansia dalam


memenuhi personal hygiene dapat mempengaruhi dan mengakibatkan perubahan
kecil yang terjadi dalam kemampuan lansia yaitu: perubahan fisik, perubahan mental
dan psikososial, sehingga mempunyai dampak atau sebab untuk meningkatkan
kepercayaan pada lansia. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
adalah: Dampak fisik: Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas
kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan
gangguan fisik pada kuku, Dampak 1 2 Psikososial: Masalah social yang
7

berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,


kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial. Permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia secara individu,
pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara
fisik,biologi, mental maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, mereka
akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat
mengakibatkan kemunduran peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya
gangguan didalam mencukupi kebutuhan hidupnya khususnya kebutuhan kebersihan
diri, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang
lain (Nugroho dalam Widyaningsih, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah yaitu
bagaimana penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien CFR Femur medial di
Ruang Dahlia RSUD dr.Doris Sylvanus palangkaraya

1.3 Tujuan penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. N
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan khusun
Tujuan khusus penelitian menggambarkan
1) Pengkajian status kesehatan pada pasien Ny. N dengan CFR Femur medial
2) Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CFR Femur medial
3) Intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul pada pasien
Ny.N dengan CFR Femur medial
4) Pelaksanaan implementasi keperawatan pada pasien CFR Femur medial
5) Evaluasi asuhan keperawatan yang benar pada pasien CFR Femur medial
8

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk mahasiswa
Mahasiswa mampu mengetahui dan paham mengenai pemberian asuhan
keperawatan mengenai personal hygiene.
1.4.2 Untuk Klien dan keluarga
Klien dan keluarga mampu memahami mengenai personal hygiene dan mampu
mempraktekannya secara mandiri pada diri mereka sehingga meningkatkan
derajat kesehatan mereka.
1.4.3 Untuk Institusi
Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki pembuatan asuhan
keperawatan pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan juga
mampu mengembangkan ilmu untuk dibagi kepada institusi/ mahasiswa pada
institusi tersebut sehingga dapat membuat institus semakin berkembang
menjadi lebih baik.
1.4.4 Untuk IPTEK
IPTEK mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahua di
bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan pada pasien personal.
hygiene
9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep penakit


2.1.1 Defenisi
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampu
menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah
yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien ( Black dan Hawks,
2014).
Fraktur adalah terputusnya kontinitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa atau tekanan eksternal yang dating lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang (Dosen Keperawatan medikal bedah,2016)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Burner & Suddrat,2013).
Jadi dapat disimpul kan bahwa fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
yang disebabkan trauma langsung ataupun tidak langsung.

2.1.2 Anatomi fisiologi

Tulang bukan saja merupakan kerangka penguat tubuh, tetapi juga merupakan
bagian untuk susunan sendi dan di samping itu pada tulang melekat origo dan insertio
dari otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang juga mempunyai fungsi
10

sebagai tempat mengatur dan menyimpan kalsium, fosfat, magnesium dan garam.
Bagian ruang di tengah tulang-tulang tertentu memiliki jaringan hemopoietik yang
berfungsi untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih, trombosit .

Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang
membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka utama tersusun dari
tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago (Helmi, 2012).
1) Tungkai Bawah
Secara anatomis, bagian proksimal dari tungkai bawah antara girdel pelvis
dan lutut adalah paha, bagian antara lutut dan pergelangan kaki adalah
tungkai.
2) Femur
Bahasa latin yang berarti paha adalah tulang terpanjang, terkuat dan terberat
dari semua tulang pada rangka tubuh.
Ujung proksimal femur memiliki kepala yang membulat untuk beartikulasi
dengan asetabulum. Permukaan lembut dari bagian kepala mengalami depresi dan
fovea kapitis untuk tempat perlekatan ligamen yang menyanggah kepala tulang agar
tetap di tempatnya dan membawa pembuluh darah ke kepala tersebut.
Femur tidak berada pada garis vertikal tubuh. Kepala femur masuk dengan pas
ke asetabulum untuk membentuk sudut sekitar 125˚ dari bagian leher femur. Dengan
demikian, batang tulang paha dapat bergerak bebas tanpa terhalang pelvis saat paha
bergerak.
Sudut femoral pada wanita biasanya lebih miring (kurang dari 125˚) karena
pelvis lebih lebar dan femur lebih pendek.

Di bawah bagian kepala yang tirus adalah bagian leher yang tebal, yang terus
memanjang sebagai batang. Garis intertrokanter pada permukaan anterior dan krista
intertrokanter di permukaan posterior tulang membatasi bagian leher dan bagian
batang. Ujung atas batang memiliki dua prosesus yang menonjol. Trokanter besar dan
trokanter kecil, sebagai tempat perlekatan otot untuk menggerakan persendian
panggul.Bagian batang permukaannya halus dan memiliki satu tanda saja. Linea
aspera, yaitu lekak kasar untuk perlekatan beberapa otot.Ujung bawah batang melebar
11

ke dalam kondilus medial dan kondilus lateral. Pada permukaan posterior, dua
kondilus tersebut membesar dengan fosa interkondiler yang terletak di antara
keduanya. Area triangular di atas fosa interkondiler disebut permukaan popliteal. Pada
permukaan anterior, epikondilus medial dan lateral berada di atas dua kondilus besar.
Permukaan artikular halus yang terdapat di antara kedua kondilus adalah permukaan
patellar. Yang berbentuk konkaf untuk menerima patella (tempurung lutut).
3) Komponen Jaringan Tulang
a) Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral
dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan).
b) Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang
tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.
c) Matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70%
dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan ketegaran
tinggi pada tulang.
d) Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan.

2.1.3 Etiologi
Menurut Reksoprodjo, 2010 :
a. Trauma
Trauma langsung : benturan pada tulang secara langsung dan mengakibatkan
terjadi fraktur di tempat itu.
Trauma tidak langsung : titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.
b. Fraktur patalogis disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis,
kanker tulang dll.
c. Fraktur femur dapat ter adi karena beberapa faktor, yaitu:
12

1. Trauma: kecelakaan lalu lintas, atuh dari ketinggian dengan posisi


berdiri ataududuk sehingga ter adi farktur tulang belakang.
2. Patologis: sering disebabkan oleh metastase dari tumor.
3. Degenerasi: ter adi karena proses kemunduran fisiologi dari aringan
tulang itusendiri.
4. Spontan: ter adi karena tarikan otot yang sangat kuat (angulasi fraktur).

d. Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu :


1. Fraktur Intrakapsuler femur yang ter adi di dalam tulang sendi,
panggul dankapsula.
a) Melalui kepala femur (capital fraktur)
b) Hanya di bawah kepala femur
c) Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
a) Ter adi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur
yang lebihbesar atau yang lebih kecil /pada daerah
intertrokhanter.
b) Teradi di bagian distal menu u leher femur tetapi tidak lebih
dari 2 inci dibawah trokhanter kecil.

2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi penyebab, klasifikasi jenis,
klasifikasi klinis, klasifikasi radiologis (Helmi, 2012).
a. Klasifikasi Penyebab
1) Fraktur traumatik
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang
besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi fraktur.
2) Fraktur patologiS
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di
dalam tulang. Fraktur patologis terjadi di dalam tulang yang telah menjadi
lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang seringkali
menunjukan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur
semacam ini adalah tumor, baik primer maupun metastasis.
13

b. Klasifikasi Jenis Fraktur


Berbagai jenis fraktur tersebut adalah sebagai berikut:
1) Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar
melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat terbentuk dari dalam (from
within) atau dari luar (from without).
2) Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana keadaan kulit tidak ditembus oleh
fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau
tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
3) Fraktur avulsi.
4) Greenstick fraktur (fraktur lentuk/salah satu tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok).
5) Fraktur tranversal
Fraktur tranversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang
yang patah di reposisi atau di reduksi kembali ketempatnya semula, maka
segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya dikontrol dengan bidai gips.
6) Fraktur kominutif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen)
Fraktur kominutif adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan
jaringan dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang.
7) Fraktur impaksi (sebagian fragmen tulang masuk ke fragmen lainnya).
Fraktur impaksi atau fraktur kompresi. Fraktur kompersi terjadi apabila dua
tulang menumbuk tulang yang berada di antaranya, seperti satu vertebra
dengan dua vertebra lainnya (sering disebut dengan brust fracture). Fraktur
pada korpus vertebra ini dapat di diagnosis dengan radiogram. Pandangan
lateral dari tulang punggung menunjukan pengurangan tinggi vertikal dan
sedikit membentuk sudut pada satu atau beberapa vertebra.
14

c. Klasifikasi Fraktur Femur


Fraktur femur dibagi dalam fraktur Intertrokhanter Femur, subtrokhanter
femur, fraktur batang femur, suprakondiler, dan interkondiler, dan fraktur
kondiler femur (Helmi, 2012).
1) Fraktur Intertrokhanter Femur
Fraktur intertrokhanter adalah patah tulang yang bersifat ekstrakapsular dari
femur. Sering terjadi pada lansia dengan kondisi osteoporosis. Fraktur ini
memiliki prognosis yang baik dibandingkan fraktur intrakapsular, di mana
resiko nekrosis avaskular lebih rendah.
Pada riwayat umum didapatkan adanya trauma akibat jatuh dan memberikan
trauma langsung pada trokhanter mayor. Pada beberapa kondisi, cedera secara
memuntir memberikan fraktur tidak langsung pada intertrokhanter.
15

gambar radiografi fraktur intertrokhanter.

pasca-reduksi dan pemasangan fiksasi interna.

2) Fraktur Subtrokhanter Femur


Fraktur subtrokhanter femur ialah di mana garis patahnya berada 5 cm distal
dari trokhanter minor. Fraktur jenis ini dibagi dalam beberapa klasifikasi, tetapi
yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding &
Magliato yaitu sebagai berikut:
a) Tipe 1 : Garis fraktur satu level dengan trokhanter minor.
b) Tipe 2 : Garis patah berada 1-2 inci di bawah dari batas atas trokhanter minor.
c) Tipe 3 : Garis patah berada 2-3 inci di distal dari batas atas trokhanter minor.
16

3) Fraktur Batang Femur


Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat
kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari ketinggian. Patah
daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan
penderita jatuh dalam syok, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi
berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Secara
klinik fraktur batang femur dibagi dalam fraktur batang femur terbuka dan
tertutup.
17

WOC

Trauma pada tulang Tekanan yang berulang Kelemahan tulang


(kecelakaan) (kompresi) abnormal (ex. osteoporosis)

Fraktur

Tulang menembus Px & keluarga cemas Px & Keluarga Px tidak


Jepitan saraf
pemb. darah terhadap kondisi Px mengetahui ttg kondisi
siatika
Px
Terputusnya Kerusakan jalur Risiko perdarahan Ansietas Kurang Pengetahuan
kontinuitas jar. saraf

Menekan saraf
Menekan Kemampuan Tirah baring lama Aktifitas simpatis terhambat
perasa nyerisaraf Defisit perawatan
perasa nyeri pergerakan otot sendi diri
Stimulasi
↓ Dekubitus G3 pd
neurotransmitter nyeri Hambatan mobilitas termoregulasi di
fisik Kerusakan integritas hipotalamus
kulit Memicu kerja
Pelepasan
mediator thermostat di
prostaglandin Perubahan hipotalamus
Respon nyeri permeabilitas kapiler P↑ titik patok suhu
hebat & akut tubuh (terjadi
Daerah sekitar Kehilangan cairan mendadak)
Nyeri Akut fraktur edema ekstra sel ke jar. yang Hipertermi
rusak
Kelebihan Vol. PK Syok
cairan Hipovolemik
18

Jaringan yang Kerusakan lapisan


ditembus oleh fragmen jaringan
tulang
Kerusakan
Terbukanya barier Integritas jaringan
pertahanan sekunder

Kontaminasi dengan
lingkungan luar

Resiko Infeksi
2.1.6 Manesfestasi Fraktur Femur
Manifestasi yang sering muncul pada pasien dengan fraktur femur adalah:
a. Rasa nyeri yang berlangsung dan men adi lebih hebat karena per alanan dan
tekananpada daerah femur.
b. Hilangnya fungsi pada femur.
c. Tampak hilangnya deformitas femur bila dibandingkan dengan ekstremitas
yang normal ( perubahan bentuk ).
d. Gerakan menimbulkan derik / krepitasi.
e. Edema femur.
f. Shock (Helmi, 2012).

2.1.7 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi fraktur. Komplikasi tergantung pada jenis cedera , usia
klien, adanya masalah kesehatan lain (komordibitas) dan penggunaan obat yang
mempengaruhi perdarahan, seperti warfarin, kortikosteroid, dan NSAID. Komplikasi yang
terjadi setelah fraktur antara lain:
a. Cedera saraf
Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan cedera dapat
menyebabkan cedera saraf. Perlu diperhatikan terdapat pucat dan tungkai klien
yang sakit teraba dingin, ada perubahan pada kemampuan klien untuk
menggerakkan jari-jari tangan atau tungkai. parestesia, atau adanya keluhan nyeri
yang meningkat.
b. Sindroma kompartemen
Kompartemen otot pada tungkai atas dan tungkai bawah dilapisioleh jaringan fasia
yang keras dan tidak elastis yang tidak akanmembesar jika otot mengalami
pembengkakan. Edema yang terjadisebagai respon terhadap fraktur dapat
menyebabkan peningkatan tekanan kompartemen yang dapat mengurangi perfusi
darah kapiler. Jika suplai darah lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolic
jaringan, maka terjadi iskemia. Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi
gangguan sirkulasi yang berhubungan dengan peningkatan tekanan yang terjadi

19
secara progresif pada ruang terbatas. Hal ini disebabkan oleh apapun yang
menurunkan ukuran kompartemen.gips yang ketat atau faktor-faktor internal
seperti perdarahan atau edema. Iskemia yang berkelanjutan akan menyebabakan
pelepasan histamin oleh otot-otot yang terkena, menyebabkan edema lebih besar
dan penurunan perfusi lebih lanjut.

c. Kontraktur Volkman
Kontraktur Volkman adalah suatu deformitas tungkai akibat sindroma
kompartemen yang tak tertangani. Oleh karena itu, tekanan yang terus-menerus
menyebabkan iskemia otot kemudian perlahan diganti oleh jaringan fibrosa yang
menjepit tendon dan saraf. Sindroma kompartemen setelah fraktur tibia dapat
menyebabkan kaki nyeri atau kebas, disfungsional, dan mengalami deformasi.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.
b. Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk memperlihatkan fraktur lebih
jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun pada
perdarahan selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai respon
terhadap peradangan.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan ke posisi
semula dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah Tulang.
Cara pertama penangan adalah proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi,
misalnya menggunakan mitela. Biasanya dilakukan pada fraktur iga dan fraktur
klavikula pada anak. Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya
dilakukan pada patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi. Cara ketiga adalah
reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi, biasanya

20
dilakukan pada patah tulang radius distal. Cara keempat adalah reposisi dengan
traksi secara terus-menerus selama masa tertentu. Hal ini dilakukan pada patah
tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi di dalam gips. Cara kelima berupa
reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar. Cara keenam berupa
reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara
operatif. Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna
yang biasa disebut dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Cara yang
terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dengan prostesis (Sjamsuhidayat
dkk, 2010)

2.2 Konsep kebutuhan dasar manusia

2.2.1 Defenisi
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, personal yang artinya perorangan dan
hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis Tarwoto &
Wartonah (2010).
personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan
untuk dirinya. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya. Dalam kehidupan sehari-
hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena
kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu
sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit,
biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita
menganggap masalah 38 kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal
tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.
Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan

21
kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan
perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang rutin. Tujuan dilakukannya
personal hygiene adalah peningkatan derajat kesehatan, memelihara kesehatan
diri, memperbaiki personal hygiene, mencegah penyakit, meningkatkan
kepercayaan diri dan menciptakan keindahan.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene menurut
Ambarawati & Sunarsih, (2011) adalah sebagai berikut:
(1) Dampak fisik, banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga serta gangguan fisik pada kuku.
(2) Masalah psikososial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Ambarawati &
Sunarsih, 2011). Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa personal hygiene adalah suatu aktivitas untuk menjaga serta merawat 39
tubuh agar tubuh selalu sehat dan bersih serta mampu meningkatkan derajat
kesehatan pada tubuh sehingga masalah kesehatan serta dampak negatif dari
fisik maupun social dapat teratasi dengan baik.

2.2.2 Anatomi Fisiologi

1.    Kulit

Kulit merupakan pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh


lingkungan, baik itu cuaca, polusi, temperatur udara dan sinar matahari. Kulit terbagi
menjadi 3 lapisan utama, yaitu epidermis yang tersusun dari stratum korneurn,
stratum lusidurn, stratum granulosus, stratum germinativum, dan stratumbasle.
Dermis yang terdiri dari kelenjar keringat,  Kelenjar minyak,
rambut, Jaringan lemak,ujung saraf dan kapiler darah. Pada kulit terdapat ujung
syaraf yang berfungsisebagai reseptor yaitu:
a.    Rasa Dingin    : Organ dari krause

22
b.    Rasa Panas    : Organ dari ruffini
c.    Rasa Raba     : Benda-benda dari meissners
d.     Rasa Tekan   : Benda-benda dari pacini
e.    Rasa Nyeri    : Ujung saraf bebas

Fungsi Kulit yaitu:
a.  Melindungi tubuh
b.    Pengaturan suhu tubuh
c.    Indera peraba
d.    Sebagai alat ekresi
e. Pengatur keseimbangan

Masalah-masalah pada kulit
a.    Kulit Kering
b.    Acne
c.    Hirsutism (Pertumbuhan rambut yang abnormal)
d.    Luka lecet
e.    Skin rushes

2.    Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang
paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya terang atau
gelap. Mata yang lebih komplek dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.
Mata memiliki berbagai organ seperti:
a     Superior rectusmuscle adalah otot mata bagian atas yang berfungsi menggerakan
mata kita keatas.
b     Sclera adalah bagian pelindung mata yang berwarna putih di bagian luar bola mata.
c     Iris adalah pigmen yang kita bisa melihat warna cokelat atau hitam atau warna biru
jika orang Eropa.
d     Lens adalah media refraksi untuk bisa kita melihat.

23
e     Kornea adalah bagian paling depan dari fungsi melihat kita. Kornea tidak ada
pembuluh darah dan mempunyai kekuatan yang besar untuk membiaskan sinar yang
masuk ke mata.
f      Arterior Chambers adalah bilik mata depan.
g     Posterior Chambers adalah bilik mata belakang.
h     Conjunctiva adalah lapisan tipis bening yang menghubungkan sklea dan kornea.
i      Inferior rectusmuscle adalah otot mata bagian bawah.
j      Vitreous Chambers adalah aquos humor yang beruap seperti gel yang mengisi bola
mata kita.
k     Retina adalah lapisan yang akan menerima sinar yang di terima oleh mata kita.
l      Foveacentralis adalah daerah di retina yang paling tinggi resolusinya untuk
mendapatkan sinar yang masuk ke mata.
m    Opticnerve adalah saraf mata yang menghantarkan sinar ke otak untuk di
terjemahkan sebagai penglihatan yang kita lihat saat ini.

3.    Telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi aau mengenal suara dan
juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga terdiri atas 3
bagian, yaitu
a      TelingaLuar
1)     Daun telinga (pinna), dan
2)     Liang telinga (meatusauditoriuseksternus).

b.     Telinga Tengah
1)     Tulang landasan (incus),
2)     Gendang telinga (membran timpani),
3)     Malleus (tulang martil),
4)     Tulang sanggurdi (stapes), dan
5)     Saluran eustachius.

24
c.      Telinga Dalam
1)      Skala timpani,
2)      Tingkap oval,
3)      Tingkap bulat,
4)      Rumah siput (koklea), dan
5)      Labirin osea.

4.     Hidung
Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai indra
pembau. Indra pembau berupa komoreseptor yang terdapat di permukaan dalam
hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas.
1.      Fungsi Hidung:
a.      Menghangatkan udara
b.      Sebagai penyaring udara yang masuk
c.      Sebagai saluran udara pernapasan
d.     Membunuh kuman-kuman oleh leukosit yang terdapat pada selaput lendir

5.    Mulut dan gigi


Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas dalam proses
perncernaan makanan. Fungsi utama mulut adalah untuk menghancurkan makanan
sehingga ukurannya cukup kecil untuk dapat ditelan ke dalam perut. Mulut dapat
menghaluskan makanan karena di dalam mulut terdapat gigi dan lidah. Tanpa adanya
gigi, manusia akan sulit memakan makanan yang dimakannya. Gigi tumbuh di dalam
lesung pada rahang memiliki jari ngan seperti pada tulang, tapi gigi bukanlah bagian
dari kerangka. Bagian-bagian gigi yaitu:
a.      Mahkota gigi adalah bagian gigi yang tampak dari luar rahang,
b.     Akar gigi adalah bagian gigi yang tertanam di dalam procesusal veolaris,
c.     Leher gigi adalah bagian gigi antara puncak gigi dan akar gigi yang
ditutupi olehgusi,
d.      Email  : merupakan zat terkeras di dalam tubuh untuk melapisi mahkota,

25
e.      Dentin : lekukan utama pada ujung gigi, menyerupai tulang,
f.      Sementum : lapisan yang keras di sekelilingi akar, dan
g.      Pulp : jaringan lembut berisi saraf dan pembuluh darah.

Fungsi gigi yaitu:
a.      Mengunyah  : Biasany agigi molar dan geraham
b.      Memotong   : Gigi Insisivus(seri)
c.       Merobek     : Gigi taring ( Caninus 1 premolar)

6.      Genetalia
Genetalia merupakan proses menghasilkan individu barudari organisme
sebelumnya. Organisme bereproduksi melalui 2 cara, yaitu dengan reproduksi aseksual
atau vegetatif yang individunya terbentuk tanpa melakukan peleburan sel kelamin dan
dengan reproduksi seksual atau generatif yang individunya terbentuk karena
melibatkan persatuan sel kelamin atau gamet dari 2 individu yang berbeda jenis
kelaminnya.

1. Pria

Alat reproduksi pada pria terdiri atas sepasang testis, saluran kelamin, kelenjar
tambahan dan penis. Testis : kelenjar kelamin yang berfungsi sebagai penghasil sperma
dan hormon testosteron.
a.    Saluran kelamin
1)      Vasae ferentia merupakan bagian yang berfungsi menampung sperma untuk
disalurkan ke epidermis berjumlah antara 10 – 20 buah.
2)      Epididimis merupakan saluran berkelok kelok dengan panjang antara 5-6 meter.
Saluran ini berfungsi menyimpan sperma untuk sementara (minimal selama 3
minggu).

26
3)      Vas diferens merupakan saluran lurus dengan panjang sekitar 40 cm. Saluran ini
berfungsi menghubungan epididimis dengan uretra pada penis dan bagian
ujungnya terdapat saluran ejakulasi.

b.      Kelenjar tambahan
1)      Vesika seminaris merupakan  kantong semen (mani) yang dindingnya
menyekresi cairan lendir yang banyak mengandung fruktosa, sedikit asam
askorbat dan asam amino.
2)      Kelenjar prostat merupakan bagian berbentuk bulat yang mengelilingi bagian
pangkal saluran uretra.
3)      Kelenjar cowperi (bulboeretralis) merupakan kelenjar berukuran sebesar butir
kacang yang terletak di bagian proksimal atau pangkal uretra.

2.      Wanita
Alat reproduksi pada wanita terdiri atas sepasang ovarium (indung telur) yang
terletak pada rongga perut, saluran telur (oviduk / tuba falopi), uterus atau rahim,
vagina dan organ kelamin bagian luar.
a.       Organ kelamin luar
1)      Kelentit ( klitoris ) struktur yang homolog dengan penis,
2)      Moonpubis merupakan bagian yang ditumbuhi rambut,
3)      Vulva yang terdiri dari labiamayora (bibir besar) dan labia minor (bibir kecil),
4)      Uretra merupakan saluran kemih,
5)      Lubang vagina merupakan ujung keluar vagina, dan
6)      Fundus merupakan bagian lipatan paha.

2.2.3 Etiologi
1. Faktor Predisposisia.

27
  a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis 
penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.

c. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan


seseorang kurang perawatan diri. antaralain:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya. 
b. Praktik sosial
Pada anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosial-ekonomi.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi  yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting,
karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya 
pada pasien penderita Diabetes Millitus ia harus selalu menjaga kebersihan
kakinya.

28
2.2.4 Klasifikasi
Higiene personal (Nanda Internasional, 2013) merupakan salah satu
tindakan keperawatan dasar yang rutin dilakukan  oleh perawat setiap hari di
rumah sakit Tindak tersebut meliputi sebagai berikut.
1.         Perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh.
2.         Perawatan mata.
3.         Perawatan hidung.
4.         Perawatan telinga
5.         Perawatan gigi dan mulut.
6.         Perawatan kuku tangan dan kaki.
7.         Perawatan genitalia.
8.         Perawatan tubuh (memandikan).
9.         Perawatan pakaian.

2.2.5 Patofisiologi (patway)

29
30
2.2.6 Manifestasi klinis (Tanda dan Gejala)
1.      Fisik
a.      Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak-acakan
b.     Hidung kotor telinga juga kotor
c.     Gigi kotor disertai mulut bau
d.     Kuku panjang dan tidak terawatt
e.      Badan kotor dan pakaian kotor
f.      Penampilan tidak rapi
2.      Psikologis
a.      Malas, tidak ada inisiatif
b.      Menarik diri, isolasi
c.      Merasa tidak berdaya, rendah diri dan hina
3.     Social
a.      Interaksi kurang
b.      Kegiatan kurang
c.      Tidak mampu berperilaku sesuai norma, missal : cara makan berantakan,
buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/sikat gigi, tidak dapat
berpakaian sendiri.

2.2.7 Komplikasi

a.  fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan yang sering timbul adalah
gangguan integritas kulit,gangguan membran mukosa mulut,infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada luka.

b.  Gangguan psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri,aktualisasi diri dan gangguan

31
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga,aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.

2.2.8 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan Fisik
a.        Rambut
    Amati kondisi rambut.
    Keadaan rambut yang mudah rontok.
    Keadaan rambut yang kusam.
    Tekstur rambut.
b.        Kepala
    Amati dengan benar kebersihan kulit kepala
    Normosepal
    Ketombe
    Berkutu
    Kebersihan
    Apakah ada nyeri tekan
c.        Mata
 Apakah mata kanan dan kiri simetris
 Konjungtiva ananemis
 Seklera aninterik
 Seklera pada kelopak mata.
d.      Hidung
    Apakah pilek
    Apakah ada perubahan penciuman
    Kebersihan hidung
    Keadaan membrana mukosa apakah ada septum deviasi
e.      Mulut
 Keadaan mukosa mulut

32
 Kelembapan
 Adanya lesi
 Kebersihan
f.         Gigi
 Amati kondisi mukosa mulut dan kelembaban mulut
 Apakah ada karang gigi
 Apakah ada carries
 Kebersihan.
g.     Telinga
 Amati telinga kanan kiri apa simetris
 Apakah ada lesi
 Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga.
h.      Kulit
    Amati kondisi kulit (tekstur, turgon, kelembaban)
    Apakah ada lesi
    Apakah ada luka
i.          Kuku, Tangan, dan Kaki
    Amati kebersihan kuku
    Perhatikan adanya luka
j.          Tubuh secara umum
    Amati kondisi dan kebersihan badan secara umum.
    Perhatikan adanya klainan pada kulit pasien

2.2.9 Penatalaksanaan medis


Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang mengalami
atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya pada daerah yang
mengalami tekanan (tonjolan). Dengan tujuan mencegah dan mengatasi terjadinya luka
dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang. Tindakan keperawatan pada pasien
dengan cara mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya adalah membersihkan kuman yang
ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang

33
melekat pada kulit dan memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit. Tindakan
keperawatan pada pasien dengan cara membersihkan dan menyikat gigi dan mulut secara
teratur. Tujuan perawatan ini mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah
gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan dan menjaga kebersihan gigi dan
mulut. Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku secara
sendiri. Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau
infeksi akibat garukan dari kuku.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian fisik kulit,insfeksi dan palpasi, menentukan kebutuhan klien akan
kebersihan.
Kaji kondisi kulit : obsevasi:warna,tekstur ketebalan turgor,catat adannya lesi.

2.3.2 Diagnosa keperawatan


1.Defisit perawatan diri berhubungan dengan ganguan musculoskeletal

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Menyusun rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan hygiene mulut
termasuk mempertimbangkan pilihan, status emosional, sumber daya ekonomi, dan
kemampuan fisik klien. Perawatan harus membina hubungan yang baik dengan
klien untuk membantu praktek hygiene mulut. Beberapa klien sangat sensitif
tentang kondisi mulut mereka dan enggan membiarkan ornag lain merawat.
2.3.4 implementasi keperawatan
Implementasi untuk hygiene mulut yang baik termasuk kebersihan, kenyamanan,
dan kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan
kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau fasilitas keperawatan jangka panjang
sering kali tidak menerima rawatan agresif yang mereka butuhkan. Perawatan mulut
harus diberikan teratur dan setiap hari. Frekuensi bergantung pada mulut klien

34
2.3.5 Evaluasi keperawatan
Hasil yang diharapkan:
a.Kulit bersih, kering,elastis,hidrasi baik dan tidak ada daerah yang meradang.
b.Tidak ada lesi kulit baru,seperti abrasi,luka decubitus/eksoriasi.
c. Lesi:berish, tidak ada drainase, lebih kecil dari sebelumnya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Manusia  edisi 1. Surabaya : Health-


Books Publishing.

Nanda Internasional 2013. Diagnosa keperawatan Definisi dan klasifikasi


 2012-2014.Jakarta ; EGC

Wahyudi,setya Andri, wahid,Abd .2016. buku ajar ilmu keperawatan dasar.Jakarta:Mitra


Media wacana
 
Ambarawati & Sunarsih, 2011.Dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene menurut: Jakarta

Tarwoto, Wartona. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan


.Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, A. 2011.Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi pada Praktik  Klinik
Keperawatan. Jakarta:EGC

36

Anda mungkin juga menyukai