Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN DANASUHAN KEPERAWATAN PADA

Ny.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS CRONIC KIDNEY DISEASE


(CKD) DIRUANG BEDAH RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh:

Nama : Febiyanti
NIM :2018.C.10a.0935

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan Asuhan
Keperawatan di Ruang Bedah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Laporan Pendahuluan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) pada Program Studi S-1 Keperawatan.
Selain itu, Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang
materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Laporan
pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Marjawati, S.Kep.,Ners. Selaku Kepala Ruangan Bougenville RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya dan Pembimbing Klinik yang telah
memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ns Selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian
Asuhan Keperawatan ini.
5. Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis
menyelesaikan Laporan pendahuluan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Semoga Laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran yang membangun, untuk perbaikan dimasa yang
akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima kasih.

Palangka Raya, 09 November 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 2
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 2
1.4.1 Untuk Mahasiswa .............................................................................. 2
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga ................................................................. 2
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit) ................................. 2
1.4.4 Untuk IPTEK ..................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Konsep Penyakit ......................................................................................... 3
2.1.1 Definisi .............................................................................................. 3
2.1.2 Anatomi Fisiologi .............................................................................. 3
2.1.3 Etiologi .............................................................................................. 5
2.1.4 Klasifikasi .......................................................................................... 6
2.1.5 Patofisiologi (WOC) .......................................................................... 6
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) .............................................. 7
2.1.7 Komplikasi ........................................................................................ 7
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 8
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ......................................................................10
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ..............................................................11
2.3.1 Pengkajian keperawatan ....................................................................11
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................................12
2.3.3 Intervensi Keperawatan .....................................................................12
2.3.4 Implementasi Keperawatan ...............................................................13
2.3.5 Evaluasi Keperawatan .......................................................................13
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................
3.1 Pengkajian ...................................................................................................
3.2 Diagnosa ......................................................................................................
3.3 Intervensi .....................................................................................................
3.4 Implementasi ...............................................................................................
3.5 Evaluasi .......................................................................................................
Penutup
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal
menurun dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan
progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak menyadari
bahwa kondisi mereka telahn parah. Kondisi fungsi ginjal memburuk,
kemampuan untuk memproduksi erythropoietin yang memadai terganggu,
sehingga terjadi penurunan produksi baru sel-sel darah merah dan akhirnya terjadi
anemia. Dengan demikian, anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
CKD, dan sekitar 47% pasien dengan CKD anemia (Denise, 2007).
Diseluruh dunia menurut National Kidney Foundation (2004), 26 juta orang
dewasa Amerika telah mengalami CKD, dan jutaan orang lain beresiko terkena
CKD. Perhimpunan nefrologi indonesia menunjukkan 12,5 persen dari penduduk
indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal, itu berarti secara kasar lebih dari
25 juta penduduk mengalami CKD.
Chronic Kidney Disease merupakan gangguan fungsi renal yang progresif
dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
Diperkirakan hingga tahun 2015 Data WHO dengan kenaikan dan tingkat
persentase dari tahun 2009 sampai sekarang 2011 sebanyak 36 juta orang warga
dunia meninggal dunia akibat penyakit Cronic Kidney Disease (CKD).
Prevalensi CKD terutama tinggi pada orang dewasa yang lebih tua, dan ini
pasien sering pada peningkatan risiko hipertensi. Kebanyakan pasien dengan
hipertensi akan memerlukan dua atau lebih antihipertensi obat untuk mencapai
tujuan tekanan darah untuk pasien dengan CKD. Hipertensi adalah umum pada
pasien dengan CKD, dan prevalensi telah terbukti meningkat sebagai GFR pasien
menurun. prevalensi hipertensi meningkat dari 65% sampai 95% sebagai GFR
menurun 85-15ml / min/1.73m2. Penurunan GFR dapat ditunda ketika proteinuria
menurun melalui penggunaan terapi antihipertensi (Eskridge, 2010)
Penanganannya seperti pemantauan ketat tekanan darah, kontrol kadar gula darah
(Thakkinstian, 2011).Kardiovaskular (CVD) adalah penyebab utama kematian
pada pasien dengan CKD (Patricia, 2006)) Peneliti melakukan study dokumentasi
tentang penyakit CKD di instalasi rekam medik RSUD dr Doris Sylvanus , data
yang didapat menunjukkan bahwa terdapat pasien rawat inap sebanyak 111 orang
dan rawat jalan 282 orang pada bulan januari sampai desember tahun 2010.Pada
bulan januari sampai juli tahun 2011 terdapat rawat inap sebanyak 249 orang dan
pada bulan januari sampai November 2011 rawat jalan sebanyak 316 orang.
Penyakit CKD merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan
penanganan seumur hidup. Fenomena yang terjadi banyak klien yang keluar
masuk Rumah Sakit untuk melakukan pengobatan dan dialisis. Oleh karena itu
peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
CKD, serta diharapkan tidak hanya terhadap keadaan fisik klien tetapi juga
psikologis klien. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun
asuhan keperawatan pada dengan Chronic Kidney Disease di RSUD dr Doris
Sylvanus.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah yaitu
bagaimana penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien CKD di Ruang
Bedah RSUD dr.Doris Sylvanus palangkaraya
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. A
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan khusun
Tujuan khusus penelitian menggambarkan
1) Pengkajian status kesehatan pada pasien Ny. A dengan CKD.
2) Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD.
3) Intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul pada pasien
Ny.A dengan CKD.
4) Pelaksanaan implementasi keperawatan pada pasien CKD.
5) Evaluasi asuhan keperawatan yang benar pada pasien CKD.
1,4 Manfaat

1,4,1 Untuk mahasiswa


Mahasiswa mampu mengetahui dan paham mengenai pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan Chronic Kidney Disease.
1,4,2 Untuk Klien dan keluarga
Menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit Chronic
Kidney Desease (CKD), terutama tentang cara pencegahan dan
penanggulangannya..
1,4,3 Untuk Institusi
Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki pembuatan asuhan
keperawatan pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan
juga mampu mengembangkan ilmu untuk dibagi kepada institusi/
mahasiswa pada institusi tersebut sehingga dapat membuat institus semakin
berkembang menjadi lebih baik dan lebih bijak.
1,4,4 Untuk IPTEK
IPTEK mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahua di
bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan pada pasien dengan
Chronic Kidney Desease.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep penyakit Cronic Kidney Disease (CKD)


2.1.1 Defenisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD
atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau
azotemia.
Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan ireversible dari berbagai penyebab (Suharyanto & madjid, 2013).
Kerusakan tersebut terjadi lebih dari 3 bulan yang disertai kelainan struktur dan
fungsional ginjal dengan atau tanpa terjadi penurunan laju filtrasi glumerulus
(LFG) (Sudoyo, et al. 2010).
Chronic Kidney Disease selanjutnya disebut CKD adalah kerusakan ginjal
progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah
nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak
dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal). (Nursalam, 2011).
Jadi kesimpulannya CKD adalah kondisi dimana gnjal mengalami
penurunan fungsi yang ditandai dengan terjadinya uremia atau azotemia sebagai
akibat ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan metabolisme, cairan,
dan keseimbangan elektrolit.
2.1.2 Anatomi Fisiologi

Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding


abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3.
Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar.
Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula
renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar adalah
fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini 9 berfungsi sebagai pelindung dari trauma
dan memfiksasi ginjal (Tortora, 2011). Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian
luar yang berwarna coklat terang dan medula ginjal di bagian dalam yang
berwarna coklat gelap. Korteks ginjal mengandung jutaan alat penyaring disebut
nefron. Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri
dari beberapa massa-massa triangular disebut piramida ginjal dengan basis
menghadap korteks dan bagian apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal
berguna untuk mengumpulkan hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke
tubulus kolektivus menuju pelvis ginjal (Tortora, 2011).
2.1.3 Etiologi
Menurut Black & Hwaks dalam Bayhakky (2013), CKD disebabkan oleh
berbagai penyakit seperti glomerulonefritis akut, obstruksi saluran kemih,
nefrotoksin, dan penyakit sitemik sperti ; diabetes melitus, hipertensi, lupus
eritematosus, serta amiloidosis. Beberapa penyakit ginjal akan menyerang
glomerulus dan tubulus ginjal yang akan menggangu perfusi darah ke jaringan
parenkim ginjal akibatnya fungsi daripada ginjal sendiri menurun dan tidak dapat
mengsekresikan hasil dari metabolisme protein yang normalnya disekresikan
kedalam urin, tertahan didalam darah menyebabkan terjadinya uremia dan
mempengaruhi setiap organ tubuh. (Yuli, 2010)

2.1.4 Klasifikasi
Menurut Yuli (2010) CKD dapat diklasifikasikan berdasarkan tes kreatininn
klien 4 diantarnya yaitu:
1. Insufisiensi ginjal berkurang (nilai creatinin 100-76 ml/mnt)
2. Insufisiensi ginjal kronik, (nilai creatinin 75- 26 ml/mnt)
3. Gagal ginjal nilai creatinin (25-5 ml/mnt)
4. Gagal ginjal terminal >5
Klasifikasi CKD berdasarkan derajat ( Stage) Penyakit :
1. Derajat 1 : Kerusakan ginjal dengan LFG normal/ naik ( ≥ 90 )
2. Derajat 2 : Kerusakan ginjal dengan LFG turun ringan ( 60-89)
3. Derajat 3 : Kerusakan ginjal dengan LFG turun sedang (30-59)
4. Derajat 4 : Kerusakan ginjal dengan LFG turun berat ( 15-29)
5. Derajat 5 : penyakit ginjal kronik ( < 15 atau dialis )
* LFG = Laju Filtrasi Glomerulus (ml/menit)

2.1.5 Patofisiologi

Patofisiologi GGK pada awalnya tergantung dari penyakit yang


mendasarinya. Namun, setelah itu proses yang terjadi adalah sama. Pada diabetes
melitus, terjadi hambatan aliran pembuluh darah sehingga terjadi nefropati
diabetik, dimana terjadi peningkatan tekanan glomerular sehingga terjadi ekspansi
mesangial, hipertrofi glomerular. Semua itu akan menyebabkan berkurangnya
area filtrasi yang mengarah pada glomerulosklerosis (Desitasari, Tri Gamya U,
Misrawati. 2013). Tingginya tekanan darah juga menyebabkan terjadi GGK.
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan perlukaan pada arteriol aferen ginjal
sehingga dapat terjadi penurunan filtrasi (NIDDK, 2014).
Pada glomerulonefritis, saat antigen dari luar memicu antibodi spesifik dan
membentuk kompleks imun yang terdiri dari antigen, antibodi, dan sistem
komplemen. Endapan kompleks imun akan memicu 14 proses inflamasi dalam
glomerulus. Endapan kompleks imun akan mengaktivasi jalur klasik dan
menghasilkan Membrane Attack Complex yang menyebabkan lisisnya sel epitel
glomerulus . Terdapat mekanisme progresif berupa hiperfiltrasi dan hipertrofi
pada nefron yang masih sehat sebagai kompensasi ginjal akibat pengurangan
nefron. Namun, proses kompensasi ini berlangsung singkat, yang akhirnya diikuti
oleh proses maladaptif berupa nekrosis nefron yang tersisa (Harrison, 2012).
Proses tersebut akan menyebabkan penurunan fungsi nefron secara progresif.
Selain itu, aktivitas dari renin-angiotensinaldosteron juga berkontribusi terjadinya
hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresivitas dari nefron (Sudoyo, 2009). Hal ini
disebabkan karena aktivitas renin-angiotensin-aldosteron menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan vasokonstriksi dari arteriol aferen (Tortora, 2011).
Pada pasien CKD, terjadi peningkatan kadar air dan natrium dalam tubuh.
Hal ini disebabkan karena gangguan ginjal dapat mengganggu keseimbangan
glomerulotubular sehingga terjadi peningkatan intake natrium yang akan
menyebabkan retensi natrium dan meningkatkan volume cairan ekstrasel
(Harrison, 2012). Reabsorbsi natrium akan menstimulasi osmosis air dari lumen
tubulus menuju kapiler peritubular sehingga dapatterjadi hipertensi (Tortora,
2011). Hipertensi akan menyebabkan kerja jantung meningkat dan merusak
pembuluh darah ginjal. Rusaknya pembuluh darah ginjal mengakibatkan
gangguan filtrasi dan meningkatkan keparahan dari hipertensi (Saad, 2014). 15
Gangguan proses filtrasi menyebabkan banyak substansi dapat melewati
glomerulus dan keluar bersamaan dengan urin, contohnya seperti eritrosit,
leukosit, dan protein (Harrison, 2012).
Penurunan kadar protein dalam tubuh mengakibatkan edema karena terjadi
penurunan tekanan osmotik plasma sehingga cairan dapat berpindah dari
intravaskular menuju interstitial (Kidney Failure, 2013). Sistem renin-angiotensin-
aldosteron juga memiliki peranan dalam hal ini. Perpindahan cairan dari
intravaskular menuju interstitial menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal.
Turunnya aliran darah ke ginjal akan mengaktivasi sistem reninangiotensin-
aldosteron sehingga terjadi peningkatan aliran darah (Tortora, 2011). Gagal ginjal
kronik menyebabkan insufisiensi produksi eritropoetin (EPO). Eritropoetin
merupakan faktor pertumbuhan hemopoetik yang mengatur diferensiasi dan
proliferasi prekursor eritrosit. Gangguan pada EPO menyebabkan terjadinya
penurunan produksi eritrosit dan mengakibatkan anemia (Harrison, 2012).
Etiologi :
1. Glomerulonefritiskronis
WOC: 2. Obstruksi dan infeksi
3. Diabetic kidney disease
4. Nefritis hipertensi
5. SLE (nefritis)

Gangguan tubulus dan glomerulus

Jaringan ginjal kurang O2 dan nutrisi

Penurunan fungsi nefron

Penurunan GFR

BUN dan creatinin meningkat

CKD

B3 B4 B5 B6
B1 B2
Penurunan produksi
Penumpukan zat-zat
Penurunan kemampuan ginjal Ginjal tidak dapat membuang Retensi air dan Na Peningkatan aktivitas system RAA eritro protein
toksin
mengekskresi H+ kalium melalui urine
Retensi air dan Na
Penurunan produksi Gangguan metabolism Masa hidup eritrosit
hiperkalemia urine berkurang dan jumlah
PePh, HCO3, BE protein ,Foetoruremik
eritrosit menurun
Penurunan produksi urine
Asidosismetabolik Gangguan konduksi jantung Iritasi saluran kencing Anoreksia, nausea, vomitus
Anemia
Oliguri, anuri, edema
aritmia Respon hipotalamus, pelapasan
Pernafasan kusmaul mediator kimiawi (sitokinin, MK : Defisit Nutrisi
Kelelahan
bradikinin,
MK:
MK :Resiko
 Kelebihan volume cairan MK :Intoleran
MK : Pola Nafas Penurunan curah MK :Nyeri
tdiak Efektif jantung akut  Gangguan pola eliminasi aktivitas
urin
2.1.6 Manifestasi Klinis

Setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda
dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien
dan kondisi yang mendasari. Manifestasi awal pasien CKD seringkali tidak
teridentifikasi sampai tahap uremik. Pada uremik keseimbangan cairan dan elektrolit
terganggu, pengaturan dan fungsi endokrin rusak. Manifestasi awal uremik mecakup
mual, apatis, kelemahan dan keletihan. Pada sistem kardiovaskular terjadi hipertensi,
perikarditis dan hiperkalemia, pada sistem integumen terjadi kulit kering dan
gampang terkelupas, pada paru-paru terdengar rhonki, takipnea, sesak napas, pada
saluran cerna dapat terjadi mual muntah, konstipasi dan perdarahan saluran cerna,
pada sistem neurologik terjadi kelemahan dan keletihan, tremor, dan pada hematologi
anemia dan trombositopenia. (Brunner & Suddart, 2013) . Tanda dan gejala pasien
gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum),
edema periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut,
anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikule
2.1.7 Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD antara lain adalah :
2.1.7.1 Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
2.1.7.2 Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
2.1.7.3 Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
2.1.7.4 Anemia akibat penurunan eritropoitin.
2.1.7.5 Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
2.1.7.6 Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
2.1.7.7 Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
2.1.7.8 Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
2.1.7.9 Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


2.1.8.1 Radiologi
2.1.8.2 Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
2.1.8.3 Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
2.1.8.4 Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
2.1.8.5 IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
2.1.8.6 Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
2.1.8.7 USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostat.
2.1.8.8 Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
2.1.8.9 Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi
perikardial.
2.1.8.10 Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk
falanks jari), kalsifikasi metastasik.
2.1.8.11 Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
2.1.8.12 Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
2.1.8.13 EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
2.1.8.14 Biopsi ginjal
2.1.8.15 Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
1. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
2. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
3. Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi
oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas,
pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
4. Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada
diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
5. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
6. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
7. Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya
sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
8. Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
9. Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
10. Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat
pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
ferifer)
11. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
12. Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang
menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal
ginjal.
2.1.9 Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan CKD dapat dibagi menjadi dua tahap pertama yaitu tindakan
non operasi yaitu: penggunaan obat-obatan, pengaturan diet dan hemodialisa dan
tahap kedua dengan tindakan operasi yaitu transplantasi ginjal. Adapun
penatalaksanaannya sebagai berikut:
1) Farmakologi Sebelum terjadi kondisi lebih lanjut dan sebelum menjalani
hemodialisa pasien CKD diberikan terapi melalui obat-obatan oral antara lain ;
pemberian anti hipertensi, eritropoetin, suplemen besi, agens pengikat pospat
dan suplemen kalsium dan Hemodialisa ( Brunner & Suddart, 2013) Pemberian
antihipertensi diindikasikan agar tekanan darah pasien tetap dalam batas
normal agar tidak memperberat kerja ginjal.
2) Nonfarmakologi Prinsip penatalaksanaan konservativ sangat sederhana dan
didasarkan pemahaman mengenai ekresi yang dicapai oleh ginjal yang
terganggu, jika ini sudah diketahui maka cairan orang tersebut diatur dan
disesuaikan dengan batas standar, selain itu diarahkan juga kepada pencegahan
dan komplikasi lanjut.
a. Pengaturan diet protein Pembatasan protein akan mengurangi hasil toksik
metabolisme yang belum diketahui dan pembatasan asupan protein yang sangat
rendah juga dapat menguraangi beban ekresi.
b. Pengaturan diet kalium Hiperkalemia dapat terjadi karena adanya masalah
diginjal, jumlah yang diperbolehkan dikonsumsi pada pasien CKD 40 hingga
80 meq/hari. 11 3) Pengaturan diet natrium dan cairan Pada pasien Chronic
Kidney Disease atau CKD keseimbangan cairan dimonitor secara ketat dengan
pengukuran berat badan. Anjuran asupan cairan 500 ml untuk kehilangan yang
tidak disadari (pernapasan, keringat, kehilangan lewat usus) dan menambahkan
jumlah yang diekresikan (urine, muntah) selama 24 jam. Beberapa tatalaksana
non farmakologis pada pasien Chronic Kidney Diases atau CKD diantarntya
pembatasan cairan, diet rendah garam. (LeMone, Pricilla 2015)
c. Terapi pengganti ginjal Jika terapi farmakologi dan non farmakologi tidak lagi
efektif perlu dipertimbangkan untuk terapi pengganti ginjal. Secara umum
terapi pengganti ginjal ada 2 yaitu dialisi dan transplantasi ginjal, namun yang
paling sering di pilih pasien biasnya hemodialisa.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.2.1 Pernafasan (B1: Breathing)
2.2.1.1 Inspeksi.Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan serta
penggunaan otot bantu nafas. Bentuk dada barrel chest (akibat udara yang
tertangkap) atau bisa juga normo chest, penipisan massa otot, dan pernapasan
dengan bibir dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak fektif dan penggunaan
otot- otot bantu nafas (sternocleidomastoideus). Pada tahap lanjut, dispnea
terjadi saat aktivitas bahkan pada aktivitas kehidupan sehari-hari seperti
makan dan mandi. Pengkajian batuk produktif dengan sputum purulen
disertai demam mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi pernafasan.
2.2.2.1 Palpasi.Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
menurun.Perkusi.Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hiper sonor
sedangkan diafrgama menurun.Auskultasi. Sering didapatkan adanya bunyi
nafas ronchi dan wheezing sesuai tingkat beratnya obstruktif pada bronkiolus.
Pada pengkajian lain, didapatkan kadar oksigen yang rendah (hipoksemia)
dan kadar karbondioksida yang tinggi (hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut
penyakit. Pada waktunya, bahkan gerakan ringan sekalipun seperti
membungkuk untuk mengikat tali sepatu, mengakibatkan dispnea dan
keletihan (dispnea eksersorial). Paru yang mengalami emfisematosa tidak
berkontraksi saat ekspirasi dan bronkiolus tidak dikosongkan secara efektif
dari sekresi yang dihasilkannya. Pasien rentan terhadap reaksi inflamasi dan
infeksi akibat pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi terjadi, pasien
mengalami mengi yang berkepanjangan saat ekspirasi.
2.2.1.2 Kardiovaskuler (B2:Blood).
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi
takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Batas jantung tidak mengalami
pergeseran. Vena jugularis mungkin mengalami distensi selama ekspirasi.
Kepala dan wajah jarang dilihat adanya sianosis.
2.2.1.3 Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit
yang serius.
2.2.1.4 Perkemihan (B4: Bladder)
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan. Namun perawat perlu memonitor adanya oliguria yang
merupakan salah satu tanda awal dari syok.
2.2.1.5 Pencernaan (B5: Bowel)
Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien tidak nafsu
makan. Kadang disertai penurunan berat badan.
2.2.1.6 Tulang, otot dan integument (B6: Bone).
Kerena penggunaan otot bantu nafas yang lama pasien terlihat keletihan,
sering didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan pemenuhan ADL
(Activity Day Living).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan eliminasi urine berbuhan dengan iritasi kandung kemih (SDKI
D.0040 Hal 96)
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan. (SDKI D.0066, Hal
128)
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ( SDKI
D.0111, Hal 246)
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. A


Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)

Gangguan Eliminasi Urine berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam, Manajemen Eliminasi Urine ( I.04152 Hal 175)
dengan Iritasi Kandung Kemih diharapkan prroses berkemik dapat membaik dengan kriteria Observasi
hasil: 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi urine atau
1. Desakan berkemih menurun ( skor 5 ) inkontinensia urine.
2. Distensi kandung kemih menurun (skor 5) 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan reteni
3. Urine menetes menurun (skor 5) atau inkontinensia urine.
4. Frekuensi BAK meningkat (skor 5) Terapeutik
1. Catat waktu- waktu dan haluaran berkemih
Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat supostitoria jika
perlu
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x7 jam Manajemen Energi ( I.05178 Hal 176)
kelemahan diharapkan kemampuan aktivitas membaik dengan KH : Oservasi
1. Frekuensi nadi meningkat ( skor 5) 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
2. Kemudahan melakukakan aktivitas sehari meningkat mengakibatkan kelelahan
( skor 5) 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
3. Keluhan lelah menurun ( skor 5 ) melakukan aktivitas
4. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat ( skor 5 ) Terapeutik
5. Perasaan lemah menurun ( skor 5) 3. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
4. Berikan ativitas distraksi yang menyenangkan
5. Fasilitasi duduk disisi tempat tiur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjutrkan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
Deficit pengetahuan berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 7 diharapkan Edukasi Die ( I.12369 Hal 54)
kurang terpapar informasi tingkat pengetahuan klien dapat meningkat dengan Kriteria Observasi
Hasil : 1. Identifikasi kemampuan klien dan keluarga
1. Perilaku menunjukkan sesuai anjuran meningkat menerima informasi
(Skor 5) 2. Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini
2. kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu 3. Identifikasi persepsi klien dan keluarga
topic ( skor 5) tentang diet yang diprogramkan
3. pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun Terapeutik
( skor 5) 4. Persiapkan materi, media dan alat peraga
4. persepsi keliru erhadap masalah menurun ( Skor 5 ) 5. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memberikan pendidikan kesehatan
6. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi
7. Jelaskan tujuan dan kepatuhan diet
8. Informasikan makanan yang diperbolehkan
dan dilarang
Kolaborasi
9. Rujuk keahli gizi dan sertakan keluarga jika
perlu.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011)

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu
masalah. (Meirisa, 2013).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Febiyanti


NIM : 2018.C.10a.0935
Ruang Praktek : Ruang Bedah
Tanggal Praktek : 10-11-2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 10-11-2020 jam 15:00

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 10 November 2020
didapatkan hasil pengkajian nama Ny.A , usia 44 tahun, jenis kelamin
perempuan, suku/bangsa : dayaK/indonesia, agama kristen, pekerjaan ibu
rumah tangga, status perkawinan :kawin,Pendidikan terakhir : SD. alamat Jl.
A. Yani no 14, Tewah dengan dianosa medis CKD.
B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
klien mengatakan “Saya merasa nyeri perut di bagian kiri bawah pada
saat beraktivitas maupun beristirahat,nyeri terasa seperti di remas dengan
skala = 5 ( skala 1-10 nyeri sedang) ,dirasakan hilang timbul selama 15
menit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 6 November 2020 jam 06:40 klien merasakan nyeri hebat
pada perut bawah sebelah kiri, nyeri tersebut tidak berkurang setelah
klien meninum obat anti nyeri, namun klien berenggap bahwa nyeri
tersebut hanya nyeri biasa. Namun 3 hari berlalu nyeri juga belum
berkekurang klien juga tidak mau makan dan juga minum. Klien dibawa
oleh keluargannya ke Rs di doris sylfanus palangka raya, lalu masuk igd
dan mendapat perawatan di igd diberikan perawatan oleh dokter
mendapatkan terapi pemasangan infus Nacl 0,9% 15 tpm, kesadaran
compos menthis dan pasien dilanjutkan untuk rawat inap diruang bedah.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat


operasi)
Klien mengatakan saya memiliki riwayat penyakit DM sejak 5 tahun
yang lalu.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
klien mengatakan “ tidak ada anggota yang keluarga yang mengalami
penyakit yang sama dengan saya seperti penyakit menular maupun
penyakit keturunan ,Hipertensi,DM,Hepatitis dan lainnya

GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :

: Laki-Laki :Meninggal

: Perempuan : Hubungan keluarga

: pasien : Tinggal Serumah

C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :

Klien Nampak meringis, kesadaran composmethis, klien terbaring dengan

posisi supinasi, dapat bangun, penampilan cukup rapi, pada tangan kiri klien

terpasang infus Nacl 0,9% 15 tpm, tampak terpasang kateter

2. Status Mental :

tingkat kesdaran composmethis, ekspresi wajah seperti menahan sakit, bentuk

badan kurus, cara berbaring supinasi, tidak dapat bergerak bebas berbisacara
jelas, suasana hati gelisah, penampilan cukup rapi. Fungsi kognitif : klien

mengetahui waktu ( pagi, sore, malam), klien mampu mengenal keluarga dan

perawat ruangan klien mengetahui dirinya berada dirumah sakit.

3. Tanda-tanda Vital :

Pada saat dilakukan pengkajian didapatkkan hasil ,Suhu/T 37,60C , Nadi/HR :

70 x/mt, Pernapasan/RR : 22 x/mt ,Tekanan Darah/BP: 90/ 80 mm Hg.

4. PERNAPASAN (BREATHING)

Pada saat dilakukan penkajian didapatkan hasil dada klien simetrism klien tidak

merokok, tidak ada batuk, tidak ada sianosis dan nyeri dada, tife pernafasan

dada dan perut, irama pernafan teraturm suara nafas vesukuler dan tidak ada

bunyi nafas tambahan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)

Pasa saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil klien nampak pucat, klien

tidak mengalami nyeri dada tidak terdapat kram kaki, sinkop/pusing, sakit

kepala, clubbing finger. Tidak terdapat odema, ictus cordis tidak terlihat, vena

jugularis tidak meningkat, suara jantung normal = lub dub.

Masalah keperawtan : Tidak ada Masalah

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Penilaian kesadaran pada Ny,A di dapatkan nilai GCS : 15 dimana E : 4
(membuka mata spontan), V : 5 (orientasi baik), M : 6 (mengikuti perintah),
Kesadaran composmethis, Pupil isokor, reflek cahaya kanan positif (+) kiri
positif(+). Terdapat nyeri pada bagian Perut sebelah kiri , klien tampak
gelisah.
Uji 12 saraf kranial : Nervus Kranial I : (Olfaktrius) klien dapat
membedakan bau parfum dan minyak kayu putih. Nervus Kranial II : (Optikus)
klien dapat melihat dengan jelas .Nervus Kranial III : (Okulomotorius) pasien
dapat menggerakan bola mata ke atas dan ke bawah. Nervus Kranial IV :
(Troklear) pasien dapat menggerakan bola mata secara normal. Nervus Kranial
V (Trigeminal) klien dapat memejamkan mata. . Nervus Kranial VI :
(Abdusen) : klien dapat mengerutkan dahi. Nervus Kranial VII : (Facial) klien
dapat menggerakan alis . Nervus Kranial VIII : (Albitorius) klien dapat
mendengar dengan jelas. Nervus Kranial IX : (Glosofaringeal) pasien dapat
membedakan rasa asin, manis, dan pahit. Nervus Kranial X : (Vagus) Pasien
mampu menelan. Nervus Kranial XI : (Asesoris) pasien tidak mampu
mengangkat bahu dan memegang kepala. Nervus Kranial XII (Hipoglosal)
pasien dapat menjulurkan lidah keluar.
Dari uji koordinasi didapatkan hasil : ekstermitas atas jari ke jari (+) jari
ke hidung (-), ekstermitas bawah tumit ke jempol kaki (+). Uji kestabilan tubuh
didapatkan hasil (-), refleks bisep (-), trisep (-), brakioradialis (+), patella (+),
Achilles (+),babinski (+).
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
7. Eliminasi Urine (Bladder)
Dari pengkajian pada klien terpasang kateter, oliguria,produksi urine 100 ml/7
jam, warna kuning, bau khas amoniak urin menetes nyeri saat buang air kecil.
Masalah Keperawatan : Gangguan Eliminasi Urine
8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Dari pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil bibi tampak kering, gigi
lengkap, tidak ada karies, tidak ada lesi dan peradanagan, lidah tidak ada lesi
dan peradangan, mukosa kering. Tonsil tidak ada peradangan. BAB 2x sehari
warna coklat padat, bising usus 8x/menit, tidak teraba massa atau benjolan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :


Dari pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil kemampuan pergerakan sendi
terbatas, tisak terdapat paralise krepitasi, flasiditas spatisitas, dan kekakuan.
Teradapat odema pada kedua kaki, ukuran otot torpi, kekuatan uji otot
ektermitas atas 5/5, kekutan uji otot ektermitas bawah 3/3, dan tulang belakang
normal.
Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas
10. KULIT-KULIT RAMBUT
Dari pengkajian didapatkan hasil klien tidak ada riwayat alergi obat, tidak ada
alergi makanan, tidak ada riwayat alergi kosmesik, suhu kulit hangat, warna
kulit coklat tua, turgor kurang, tekstur kulit kasartidak ada jaringan parut,
tekstur rambut kasar, distribusi rambut jarang bentuk kuku simetris.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
11. Sistem Pengindraan
Dari pengkajian didapatkan fungsi penglihatan berkurang gerakkan bola mata
normal, tidak ada visus, scelera normal/putih, kornea bening, tidak ada nyeri.
dan tidak ada keluhan lain, klien dapat mendengar dengan baik. bentuk hidung
simetris, tidak ada lesi, patensi, obstruksi, nyeri tekan sinus, trensluminasi.
Cavum nasal berwarna merah muda dengan integritas baik, dan septum nasal
baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
12. Leher dan Kelenjar Limfe
Dari pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil massa tidak teraba tidak
terdapat jaringan parut, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tyroid tidak teraba,
mobilitas leher bebas.
13. Sistem Reproduksi
Dari pengkajian yang dilakukan pada system reproduksi Ny. M didapatkan
hasil tidak ada kemerahan, gatal-gatal maupun perdarahan pada alat reproduksi,
tidak ada keputihan, untuk kebersihan cukup bersih. Payudara simetris, tidak
terdapat ada lesi, puting menonjol.
14. Pola Fungsi Kesehatan
Klien mengatakan sehat itu sesuatu yang penting karna kesehatan klien sangat
penting bagi mereka.
15. Nutrisi dan Metabolisme
TB : 154 Cm
BB sekarang : 45Kg
BB Sebelum sakit : 46Kg
IMT : (45 : 2,2) = 20 (Normal)
Pola makan
Sesudah sakit Sebelum sakit
sehari-hari
Frekuensi 2x sehari 3x sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu Makan Sedikit berkurang Baik
Jenis Makanan Nasi, sayur Nasi.sayur,ikan
dll.
Jenis Minuman Air putih Air putih dan teh
hangat
Jumlah ± 700-900cc 1100-1500
minum/cc/24 jam
Kebiasaan makan Disiapkan oleh Masak sendiri
RS
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada masalah
masalah
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
16. Pola istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : ± 2 jam dan tidur malam ± 7 jam
Sesudah sakit : ±2 jam dan tidur malam ± 4 jam
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
17. Kongnitif
Klien mengetahui tentang penyakitnya tetapi klien bingung mengapa kilen
dilarang minum air terlalu banyak karena sepengetahuan klien orang dengan
penyakit ginjal disebabkan oleh kurang minum air putih.
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan
18. Konsep diri
Gambaran diri : Pasien seorang yang sakit yang perlu perawatan
Ideal diri : Ingin cepat sembuh
Identitas Diri : Seorang istri dan ibu, dari kedua anaknya
Peran diri :Sebagai ibu rumah tangga, selama di rumah sakit pasien
mengatakan tidak bisa melakukan apa-apa karena masih sakit
Harga diri : pasien tidak merasa malu dengan keadaanya sekarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
19. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit Sesudah sakit
Selama di rumah pasien dapat Pasien sangat tergantung dan tidak
melakukan aktivitas seperti dapat melakukan atau berapartisipasi
memasak, mencucui dan dalam perawatan
menyirami tanaman . skala aktivitas : 3

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah


20. Koping-Tolerasi terhadap stress
Koping individu baik,bila ada masalah cerita dengan anak dan menantunnya
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
21. Nilai-Pola Keyakinan
Menganut agama islam,nilai keyakinan dengan tindakan medis tidak ada
pengaruhnya, pasien menerima tindakan medis
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan.
22. Sosial Spiritual
Kemampuan Berkomunikasi
Klien dapat berbicara dengan jelas
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
23. Bahasa Sehari-hari
Pasien menggunakan bahasa dayak dan indonesia
24. Hubungan Dengan Keluarga
Baik dan Harmonis
25. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien menerima orang baru seperti perawat dan mampu bersosialisasi dengan
orang lain
26. Orang Penting / terdekat
Suami, Anak, menantu, dan cucu
27. Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Berkumpul bersama anak-anaknya
28. Kegiatan Beribadah
Klien selama sakit tidak bisa beribadah
C. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,
PENUNJANG LAINNYA)
Tanggal 10 November 2020

N PARAMETER HASIL NILAI NORMAL


o
1 Glukosa- sewaktu 159 < 200
2 Ureum 102 21-23
3 Creatin 3,67 0,7-1,5
4 Eritrosit 2,1 4,2 -5,4 juta/mcl

No PARAMETER UNIT REFFERENCE


RANGES
1 WBC 6,73 {10^3/ul} 4.50 - 11.00
2 HBG 8.8 - {g/dl} 10.5 - 18.0
3 HCT 24.4-{%} 37.0 - 48.0
4 PLT 241 {10^3/ul} 150 – 400

D. PENATALAKSANAAN MEDIS
No Terapi medis Dosis Rute Indikasi
Nacl 0,9 % 20 tpm IV Untuk memenuhi kebuthhan
cairan dan elektrolit klien

As.folat 3x400 mg Oral Suplemen tambahan untuk


pemenuhan asam folat tubuh
Keterolac 10 mg 2x sehari IV Untuk merdakan nyeri dan
peradangan
Calcitriol 0,25 mcg 1x1 Oral Suplemen untuk pemenuhan
vitamin D
Palangka Raya, ………………………………
Mahasiswa,

(………………………………..)

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN


MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
DS = Peningkatan sistem RAA Gangguan Eliminasi
Klien mengatakan bahwa saya Urine
merasakan sakit pada saat buang
air kecil Retensi air dan Na
DO :
- Pasien Nampak meringis
- Skala nyeri = 5 ( skala 1-10 nyeri Penurunan Produksi
sedang) Urine
- Tampak terpasang kateter
- Urine menetes
- Oliguria Oliguri
- Produksi Urine = 100 ml/ 7jam
- Creatinin = 3,67
- Ureum = 102
DS = Penurunan Produksi Intolenrasi Aktivitas
Klien mengatakan kaki saya Eritor Protein
terasa sakit apabila terlalu lama
berdiri
DO : Masa Hidup eritrosit
- Klien Nampak berbaring berkurang dan jumlah
- Klien tampak lemah eritrosit menurun
- Tampak edema pada kedua kaki
klien
- Uji Kekuatan Otot Ektermitas Anemia
Bawah : 3/3
- Skala Aktivitas 3
- Eritrosit = 2,1 juta/ mcl Kelelahan
- N = 70 x/m
DS = ketidaktahuan Defisit Pengetahuan
menemukan sumber
Klien Mengatakan “saya bingung
informasi
Kengapa kilen dokter melarang
saya minum air terlalu banyak
Persepsi keliru ttg
karena setahu saya orang kena informasi
penyakit ginjal disebabkan oleh
kurang minum air putih” Menanyakan ttg masalah
yang dihadapi
DO :
- Klien nampak mencari
inforrmasi tentang penyakitnya
di internet
- Klien nampak tidak mengetahui
tentang diet pada penyakit
ginjal
- Klien nampak memliki persepsi
yang keliru ttg anjuran dokter
untuk tidak minum air putih
terlalu banyak
- Pendidikan terakhir SD
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Iritasi Kandung Kemih
dibuktikan dengan Klien mengatakan bahwa saya merasakan sakit pada saat
buang air kecilPasien Nampak meringis Skala nyeri = 5 ( skala 1-10 nyeri
sedang) Tampak terpasang kateter Urine menetes ,Oliguria, Produksi Urine =
100 ml/ 7jam, Creatinin = 3,67Ureum = 102

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan klien


Klien mengatakan kaki saya terasa sakit apabila terlalu lama berdiri ,Klien
Nampak berbaring ,Klien tampak lemah ,Tampak edema pada kedua kaki
klien ,Uji Kekuatan Otot Ektermitas Bawah : 3/3,Skala Aktivitas 3, Eritrosit =
2,1 juta/ mcl

3. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi di


buktikan dengan Klien Mengatakan “saya bingung Kengapa kilen dokter
melarang saya minum air terlalu banyak karena setahu saya orang kena
penyakit ginjal disebabkan oleh kurang minum air putih” ,Klien nampak
mencari inforrmasi tentang penyakitnya di interne, Klien nampak tidak
mengetahui tentang diet pada penyakit ginjal, Klien nampak memliki persepsi
yang keliru ttg anjuran dokter untuk tidak minum air putih terlalu banyak,
Pendidikan terakhir : SD.
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. A


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteriahasil) Intervensi

Gangguan Eliminasi Urine berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam, 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi urine atau
dengan Iritasi Kandung Kemih dibuktikan diharapkan prroses berkemik dapat membaik dengan kriteria inkontinensia urine.
dengan Klien mengatakan bahwa saya hasil:
merasakan sakit pada saat buang air 5. Desakan berkemih menurun ( skor 5 ) 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan reteni
kecilPasien Nampak meringis Skala nyeri = 5 6. Distensi kandung kemih menurun (skor 5) atau inkontinensia urine.
( skala 1-10 nyeri sedang) Tampak terpasang 7. Urine menetes menurun (skor 5)
kateter Urine menetes ,Oliguria, Produksi 8. Frekuensi BAK meningkat (skor 5) 3. Catat waktu- waktu dan haluaran berkemih
Urine = 100 ml/ 7jam, Creatinin = 3,67Ureum
= 102 4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih

5. Kolaborasi pemberian obat supostitoria jika


perlu
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x7 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kelemahan dibuktikan dengan klien Klien diharapkan kemampuan aktivitas membaik dengan KH : mengakibatkan kelelahan
mengatakan kaki saya terasa sakit apabila 6. Frekuensi nadi meningkat ( skor 5)
terlalu lama berdiri ,Klien Nampak 7. Kemudahan melakukakan aktivitas sehari meningkat 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
berbaring ,Klien tampak lemah ,Tampak ( skor 5) melakukan aktivitas
edema pada kedua kaki klien ,Uji Kekuatan 8. Keluhan lelah menurun ( skor 5 )
Otot Ektermitas Bawah : 3/3,Skala Aktivitas 9. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat ( skor 5 ) 3. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3, Eritrosit = 2,1 juta/ mcl 10. Perasaan lemah menurun ( skor 5)
4. Berikan ativitas distraksi yang menyenangkan

5. Fasilitasi duduk disisi tempat tiur, jika tidak


dapat berpindah atau berjalan

6. Anjurkan tirah baring


7. Anjutrkan aktivitas secara bertahap
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
Deficit pengetahuan berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 7 diharapkan 1. Identifikasi kemampuan klien dan keluarga
kurang terpapar informasi di buktikan dengan tingkat pengetahuan klien dapat meningkat dengan Kriteria menerima informasi
Klien Mengatakan “saya bingung Kengapa Hasil : 2. Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini
kilen dokter melarang saya minum air terlalu 5. Perilaku menunjukkan sesuai anjuran meningkat 3. Identifikasi persepsi klien dan keluarga
banyak karena setahu saya orang kena (Skor 5) tentang diet yang diprogramkan
penyakit ginjal disebabkan oleh kurang 6. kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu 4. Persiapkan materi, media dan alat peraga
minum air putih” ,Klien nampak mencari topic ( skor 5) 5. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
inforrmasi tentang penyakitnya di interne, 7. pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun memberikan pendidikan kesehatan
Klien nampak tidak mengetahui tentang diet ( skor 5) 6. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk
pada penyakit ginjal, Klien nampak memliki 8. persepsi keliru erhadap masalah menurun ( Skor 5 ) bertanya
persepsi yang keliru ttg anjuran dokter untuk 7. Jelaskan tujuan dan kepatuhan diet
tidak minum air putih terlalu banyak, 8. Informasikan makanan yang diperbolehkan
Pendidikan terakhir : SD. dan dilarang
9. Rujuk keahli gizi dan sertakan keluarga jika
perlu.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. A

Hari / Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Tanggal Jam Nama Perawat
11 November 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala retensi urine atau S =
2020 inkontinensia urine. klien mengatakan “ masih merasa nyeri pada saat
07.00 WIB buang air kecil.
2. Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan retensi O =
atau inkontinensia urine. - Klien Nampak masih sering berkemih
- Halaran urine = 250/ jam
3. Mencatat waktu- waktu dan haluaran berkemih - Urine masih tampak menetes
- skala nyeri = 4
4. Mengajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
A = masalah belum teratasi Febiyanti
5. Berkolaborasi pemberian obat supostitoria jika perlu
P = Lanjutkan intervensi No 3 dan 5
11 November 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang S = pasien mengatakan “ saya masih belum dapat
2020 mengakibatkan kelelahan melakukan aktivitas
O=
10.00 WIB 2. Memonitoring lokasi dan ketidaknyamanan selama - Klien masih tampak lemah
melakukan aktivitas - Masih tampak edema pada kedua kaki
- Klien tampak dibantu oleh keluarga dan perawat
3. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif pada saat berjalan Febiyanti
- Skala aktivitas =3
4. Memberikan ativitas distraksi yang menyenangkan - N = 74 x/menit
- TD = 90/80 mmHg
5. Memfasilitasi duduk disisi tempat tiur, jika tidak A = Masalah belum teratasi teratasi
dapat berpindah atau berjalan P = Lanjutkan intervensi 2,3,4,5,7

6. Menganjurkan tirah baring

7. Menganjurkan aktivitas secara bertahap


8. Bekolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
12 November 1. Mengidentifikasi kemampuan klien dan keluarga S = Pasien mengatakan “ saya masih Sudah tahu tujuan
2020 menerima informasi dokter mengurangi minum air”
Pukul 09.00 2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan saat ini O
WIB 3. Mengidentifikasi persepsi klien dan keluarga tentang - Klien mengetahui ttg program diet yang
diet yang diprogramkan diprogramkan
4. Mempersiapkan materi, media dan alat peraga - Klien sudah mengikuti anjuran yang
5. Menjadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan disampaikan oleh dokter
pendidikan kesehatan - Klien sudah mengetahui bahwa diet cairan itu
6. Memberikan kesempatan klien dan keluarga untuk gunanya untuk penumpukan cairan didalam
bertanya tubuh klien
7. Menjelaskan tujuan dan kepatuhan diet A = Masalah teratasi Febiyanti
8. Menginformasikan makanan yang diperbolehkan dan P = Intervensi dihentikan
dilarang
9. Rujuk keahli gizi dan sertakan keluarga jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Manusia edisi 1. Surabaya : Health-


Books Publishing.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defenisi dan indicator


diagnostic, edisi 1.jakarta :DPP PPNI

Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif (2010). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik.


Jakarta : Salemba Medika
Sarwadi & Erwanto.2014.Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia Cerdas

Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical


Guide to Understanding and Management. USA : Oxford
University Press. 2010

Desitasari, Tri Gamya U, Misrawati. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap


Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Riau. .

National Kidney Foundation. 2011. Chronic Kidney Disease (CKD) and Diet:
Assessment, Management and Treatment.

Suharyanto dan Abdul, Madjid. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Trans Info Media: Jakarta
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : pasien CKD


Sub Topik : Prinsip diet pada penderita CKD
Sasaran : Pasien Post Operasi
Tempat : Ruang Bedah
Hari / Tanggal : 11 November 2020
Waktu : 30 Menit
Penyuluh :

I. TUJUAN PENYULUHAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang prinsip diet pada penderita
CKD diharapkan pasien mampu memahami tentang prinsip diet pada penderita
CKD.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit para penderita CKD diharapkan
dapat :
a. Menjelaskan kembali tentang pengertian CKD.
b. Menjelaskan tujuan prinsip diet pada penderita CKD.
c. Menjelaskan prinsip diet pada penderita CKD.
d. Menjelaskan tentang makanan yang sebaiknya dibatasi pada penderita CKD.
e. Menjelaskan tentang makanan yang sebaiknya dihindari pada penderita CKD.

II. METODE
Ceramah dan tanya jawab
III. MEDIA
leaflet.
IV. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian CKD
2. tujuan dalam prinsip diet pada penderita CKD
3. prinsip makanan pada penderita CKD?
4. tentang makanan yang sebaiknya dibatasi pada penderita CKD.
5. makanan yang sebaiknya dihindari pada penderita CKD.
V. KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN

TAHAP WAKTU KEGIATAN


PENYULUH KLIEN
1. Pembukaan 10 Menit a. Mengucapkan Salam a. Menjawab salam.
b. Memperkenalkan diri. b. Perkenalan
c. Menjelaskan maksud c. Menjawab pertanyaan
dan tujuan. yang diberikan.
d. Memberikan pertanyaan
berhubungan dengan
jajanan sehat.

Pelaksanaan 10-15 penjelasan tentang CKD. a.Mendengarkan


Menit b. Memberikan penjelasan penjelasan.
tentang tujuan prinsip diet b. Bertanya tentang hal
pada penderita CKD. yang tidak di mengerti
c. Memberikan penjelasan
tentang prinsip diet pada
penderita CKD.
d. Memberikan penjelasan
tentang makanan yang
sebaiknya dibatasi pada
penderita CKD.
e. Memberikan penjelasan
tentang makanan yang
sebaiknya dihindari pada
penderita CKD.

3. Penutup 5 Menit a. Memberikan evaluasi a. Menjawab pertanyaan


dengan bertanya tentang yang ada.
semua yang sudah b. Menjawab salam.
dijelaskan pada sasaran.
b. Mengucapkan salam dan
terimakasih.
c. Memberi salam.

VI. SUMBER BUKU


1. Darniati Alimah, 2014, dilihat 02 Januarai 2017
< http://docslide.us/documents/sap-diet-ckddoc.html
2. Nutri 2010, Dilihat 02 januari 2017
<http://aroundthenutrition.blogspot.co.id/2010/02/diet-gagal-ginjal-kronik-
ggkchronic.html

VII. EVALUASI
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :
1. Apa pengertian dari CKD?
2. Apa saja tujuan dalam prinsip diet pada penderita CKD?
3. Apa saja prinsip makanan pada penderita CKD?
LAMPIRAN MATERI
Diet pada Penderita CKD
1. Pengertian
CKD ( Chronic Kidney Desease ) atau sering disebut juga dengan gagal ginjal
kronis. Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini
terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL / min. ( Suyono, et al, 2001 ).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankanmetabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.( Smeltzer & Bare,
2001).“Penderita gagal ginjal sebaiknya mengurangi konsumsi buah-buahan karena
sebagian buah - buahan berkadar Kalium ( potassium ) tinggi ”.Kadar kalium yang
sangat tinggi ( hyperkalemia ) dapat menyebabkan irama jantung terganggu.
Penderita harus bisa membatasi jumlah konsumsi buah setiap harinya. Misalnya buah
apel, penderita ginjal hanya bias mengonsumsi setengahnya saja. Namun yang juga
harus diingat, jika kondisi penderita ginjal sudah tidak bisa lagi berkemih, maka
sebaiknya hentikan konsumsi buah dan sayur hingga lancar berkemih. Sementara itu,
bagi penderita yang belum menjalani cuci darah. Dianjurkan untuk melakukan diet
rendah protein 40 - 45 gram / hari. Hal ini tentunya tergantung fungsi ginjal penderita
yang dapat diketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Jika fungsi ginjal kurang dari
15 persen, maka pertu melakukan cuci darah.
2. Penyebab GGK
1. Kurang minum
2. Minuman beralkohol
3. Minuman bersoda
4. Tekanan darah tinggi
5. Infeksi penyakit
6. Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat
7. Penyakit bawaan
8. Batu saluran kencing

3. Tanda dan Gejala GGK


1) Sakit kepala
2) Sesak nafas, oedema paru, hipertensi, oliguria, anuria, oedema ekstremitas
3) Mual, muntah, pucat, kulit kering, anemia
4) Gejala dini seperti lemah, sakit kepala, berat badan menurun, lelah, dan
5) nyeri pinggang
6) Gejala lanjut seperti nafsu makan menurun, mual disertai muntah,
7) sesak nafas baik di waktu ada kegiatan atau tidak, bengkak yang disertai
8) lekukan, gatal-gatal pada kulit, dan kesadaran menurun (Rendi, Clevo M.,
2012)

4. Prinsip diet pada penderita CKD


a. Diet lunak atau biasa.
b. Sebagai sumber karbohidrat: gula pasir, selai, sirup, dan permen.
c. Cukup energi dan rendah protein.
d. Sebagai sumber protein, diutamakan protein hewani, misalnya: susu, sapi,
daging, dan ikan. Banyaknya sesuai dengan kegagalan fungsi ginjal penderita.
e. Sebagai sumber lemak, diutamakan lemak tidak jenuh, dengan kebutuhan
sekitar 25% dari total energi yang diperlukan.
f. Untuk kebutuhan air, dianjurkan sesuai dengan jumlah urin 24 jam; sekitar 500
ml melalui minuman dan makanan.
g. Untuk kebutuhan kalium dan natrium disesuaikan dengan keadaan penderita.
h. Untuk kebutuhan kalori, sekitar 35 Kkal / Kg berat badan / hari.
i. Membatasi asupan garam dapur jika ada hipertensi ( darah tinggi ) atau edema (
bengkak ).
Dianjurkan juga mengonsumsi agar-agar karena selain mengandung sumber energi
juga mengandung serat yang larut.
5. Makanan yang sebaiknya dibatasi pada penderita CKD Makanan yang
sebaiknya dibatasi :
a. Sumber karbohidrat, seperti :Nasi,Jagung,Kentang, Macaroni,Pasta, Hevermout,
Ubi.
b. Protein hewani, seperti : Daging kambing Ayam ,Ikan ,Hati ,Keju ,Udang Telur
c. Sayuran dan buah - buahan tinggi kalium, seperti : Apel,Alpukat ,Jeruk, Pisang
Pepaya dan daun papaya,Seledri ,Kembang kol, Peterseli Buncis
6. Makanan yang harus dihindari pada penderita CKD : Tahu, Tempe ,Oncom,
Kacang - kacangan, seperti : kacang tanah, kacang merah, kacang tolo, kacang
hijau, dan kacang kedelai.
7. Tujuan Diet pada pasien dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik adalah:
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan
sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal
b. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia)
c. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Mencegah dan mengurangi progresifitas gagal ginjal, dengan memperlambat
turunnya laju filtrasi glomerulus Pada penderita GGK sering terjadi mual,
muntah, anoreksia, dan gangguan lain yang menyebabkan asupan gizi tidak
adekuat / tidak mencukupi. (Almatsier, 2016)

GAGAL GINJAL

KRONIS

Oleh :
Febiyanti

Anda mungkin juga menyukai