Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN DIAGNOSA


MEDIS GAGAL GINJAL KRONIS DI RUANG HD RS M. YUNUS
KOTA BENGKULU
TAHUN 2022

Disusun Oleh :

NAMA : Linda Mayang Sari Iriani


NIM : 22260071

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (Fikes)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2022

1
1. KATA PENGANTAR

Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil praktek keperawatan dasar
profesi di ruang HD RSUD M. YUNUS Kota Bengkulu.
Dalam penyelesaian laporan ini kami ucapkan terima kasih semua pihak yang
telah banyak membantu sehingga laporan ini dapat diselasikan.
Ucapan Terima kasih khususnya penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Husaini, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,CRP Selaku Rektor Universitas Dehasen
Bengkulu
2. Ibu Dr. Ida Samidah S.Kp, M.Kes, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen Kota Bengkulu
3. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep.,M.Kes, Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
4. Ibu Ns. Danur Azissah RS S.kep, M.kes Selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
Universitas Dehasen Kota Bengkulu
5. Ibu Ns. Murwati, S.Kep., M.Kes Selaku pembimbing lapangan dan dosen fakultas
ilmu kesehatan Universitas Dehasen Kota Bengkulu
6. Bapak Ns. Hengki Tranado S.kep., M.K.M Selaku pembimbing lapangan dan dosen
fakultas ilmu kesehatan Universitas Dehasen Kota Bengkulu
7. Seluruh Staf Dosen Dan Staf Administrasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Dehasen Bengkulu Yang Telah Banyak Membantu Baik Secara Langsung Maupun
Tidak Langsung Demi Kelancaran Penyusunan laporan ini.
8. Bapak Ns. M. Rayyan S.kep selaku kepala ruangan HD RSUD M.Yunus Kota
Bengkulu yang senantiasa sabar dalam membimbing kami
9. Kepada Seluruh Pihak Yang Tidak Dapat Disebutkan Satu Persatu, Yang Telah
Membantu Penulis Selama Pengerjaan laporan Ini.
Akhirnnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang disebabkan
keterbatasan penulis. Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini sehingga lebih
bermanfaat.
2
Bengkulu, November,
2022

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................

A. Latar belakang .......................................................................................

B. Rumusan masalah .................................................................................

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................

D. Manfaat penelitian .................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

A. Konsep Gagal Ginjal Kronis ................................................................

1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis ....................................................

2. Etiologi Gagal Ginjal Kronis .........................................................

3. Klasifikasi ......................................................................................

4. Manifestasi klinis Gagal Ginjal Kronis .........................................

5. Patofisiologi ...................................................................................

6. Pathway .........................................................................................

7. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis ...........................................

8. Pemeriksaan penunjang ................................................................

9. Komplikasi .....................................................................................

B. Asuhan Keperawatan ...........................................................................

1. Demografi ......................................................................................

3
2. Riwayat Penyakit .........................................................................

3. Pola Nutrisi dan Metabolik ...........................................................

4. Pola Eliminasi ................................................................................

5. Pengkajian Fisik .............................................................................

C. Diagnosa Keperawatan.........................................................................

D. Rencana Asuhan Keperawatan ............................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

4
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gagal

Ginjal Kronik (GGK) merupakan merupakan penyakit yang sudah familiar di

kalangan masyarakat Indonesia sebagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan

(Wahyuningsih, 2020). Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan

sebagai penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan laju filtrasi glomerulus (LFG)

< 60 ml/min/1,73 m2 yang terjadi selama lebih dari 3 bulan atau adanya penanda

kerusakan ginjal yang dapat dilihat melalui albuminuria, adanya abnormalitas

sedimen urin, ketidak normalan elektrolit, terdeteksinya abnormalitas ginjal secara

histologi maupun pencitraan (imaging), serta adanya riwayat transplatasi ginjal

(Mahesvara, 2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan meningkatnya kejadian

gagal ginjal kronik antara lain merokok, penggunaan obat analgetic, hipertensi, dan

minuman suplemen berenergi selain itu riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi

maupun penyakit gangguan metabolik lain yang dapat menyebabkan penurunan

fungsi ginjal(Restu & Supadmi2, 2016).

Penyakit gagal ginjal kronis berkontribusi pada beban penyakit dunia

dengan angka kematian sebesar 850.000 jiwa per tahun (World Health Organization

(2017) dalam Pongsibidang, 2016) . World Health Organization (2017) melaporkan

bahwa pasien yang menderita gagal ginjal kronis meningkat 50% dari tahun

sebelumnya, secara global kejadian gagal ginjal kronis lebih dari 500 juta orang dan

yang harus         menjalani hidup dengan bergantung pada cuci darah (hemodialisis) a

dalah 1,5 juta orang.

5
Gagal ginjal kronis termasuk 12 penyebab kematian umum di dunia,

terhitung 1,1 juta kematian akibat gagal ginjal kronis yang telah meningkat sebanyak

31,7% sejak tahun 2010 hingga 2015 (Wahyuningsih, 2020). Berdasarkan Hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukan bahwa penderita

penyakit gagal ginjal di Indonesia sebesar 3,8 % naik dari 2.0% pada tahun 2013

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Pemerintah provinsi Bali melaporkan penyakit Chronic Kidney Disease

(CKD) ini meningkat setiap tahun nya, pada tahun 2018 pasien dengan gagal ginjal

kronis meningkat sebanyak 38,7% (Riskesdas 2018, 2019) dan Penyakit ini

menempati urutan 1 dalam 10 besar diagnosa rawat jalan dan inap pada tahun 2019

di provinsi Bali (Profil Kesehatan Provinsi Bali, 2019). Di kabupaten Gianyar

terdapat 0,2% pasien dengan gagal ginjal kronis (Riskesdas 2018, 2019).

Berdasarkan data yang diperoleh di administrasi ruang hemodialisa RSUD

Sanjiwani Gianyar pada tanggal 28 April 2021 Diperoleh data terdapat ± 150 pasien

CKD Stage V dengan Hemodialisa regular. Kidney Disease Outcomes Quality

Initiative membagi CKD menjadi lima stadium berdasarkan glomerular filtrate rate

(GFR) dimana End Stage Renal Disease (ESRD) merupakan stadium akhir dari

gagal  ginjal kronik  yang  ditandai    dengan  kerusakan  ginjal  secara  permanen  dan 

irreversible (Wahyuni et al., 2019). Jika individu sudah mencapai stadium ini maka

membutuhkan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis (Wahyuni et al., 2019).

Hemodialisis adalah suatu bentuk terapi dengan mengunakan mesin dialyzer

sebagai bentuk pengganti fungsi ginjal (Kusuma et al., 2020). Tujuan dilakukan hem

odialisis adalah untuk mengeluarkan sisa  metabolism, protein, gangguan keseimban

gan air dan elektrolit antara kompartemen larutan dialisat melalui membrane

6
(selaput tipis) semipermiabel yang berfungsi sebagai ginjal buatan atau biasa disebut

dialyzer (Wahyuningsih, 2020). Hemodialisis (HD) dilakukan 2-3 kali seminggu,

dengan rentang waktu tiap tindakan hemodialisis adalah 4-5 jam setiap kali terapi

(Relawati et al., 2016). Terapi hemodialisis akan menimbulkan keluhan tidak

nyaman, merasa kelelahan, merasa kedinginan/ kepanasan, gelisah, mual, muntah,

tidak mampu rileks bahkan gatal seluruh tubuh (PPNI, 2016). Hal ini akan

menyebabkan pasien mengalami gangguan kebutuhan dasar manusia yaitu gangguan

rasa nyaman (PPNI, 2016).

Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna

dalam dimensi fisik, psiko spiritual, lingkungan dan social (PPNI, 2016). Terjadinya

gangguan rasa nyaman pada pasien hemodialisa dapat menimbulkan rasa stress yang

berkepanjangan dan mengakibatkan terjadinya penurunnya kualitas hidup pasien

(Relawati et al., 2016). Maka rasa nyaman pasien hemodialisa sangat perlu

diperhatikan guna meningkatkan kualitas hidup dan semangat pasien dalam

menjalani terapi (Patimah et al., 2015). Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Wiliyanarti & Muhith (2019) dengan judul Life Experience Of Chronic Kidney

Diseases Undergoing Hemodialysis Therapy mendapatkan hasil bahwa dari 7

partisipan yang di gunakan 5 diantaranya mengatakan merasa gatal, lelah dan merasa

tidak nyaman selama menjalankan hemodialisis. Selian itu penelitian yang dilakukan

oleh Nabila Permata et al., (2019)

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Gagal Ginjal Kronis


1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi
struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin dan Sari, 2011).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010). CKD atau
gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar
(insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia
atau azotemia (Smeltzer, 2009) Gagal ginjal kronik merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana ginjal gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia berupa retensi urea dan sampah lain dalam darah
(Brunner & Suddarth, 2002).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagal
ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan
sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang ada di
dalam tubuh dan menyebabkan penumpukan urea dan sampah metabolisme
lainnya serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

8
2. Etiologi Gagal Ginjal Kronis
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang memungkinkan
dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar
ginjal.
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.
2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.
3) Batu ginjal: nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal: polycstis kidney.
5) Trauma langsung pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.
b. Penyakit umum di luar ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
2) Dyslipidemia.
3) SLE.
4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsi.
6) Obat-obatan.
7) Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (luka bakar).
3. Klasifikasi
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal yaitu,
atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung
dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut: LFG
(ml/mnt/1,73m²) = (140 − umur) 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 72xkreatinin plasma (mg/dl) ∗) pada
perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) atas Dasar Derajat Penyakit (Guyton dan
Hall, 2010).

9
Deraja Penjelasan LFG (ml/mn/1,73m²)
t
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ berat 15-29

5 Gagal ginjal <15 atau dialisi

Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) Atas Dasar Diagnosis Etiologi
(Guyton dan Hall, 2010).
Penyakit Tipe mayor
Penyakit ginjal diabetes Diabetes tipe 1 dan 2
Penyakit ginjal non diabetes Penyakit glomerular (penyakit autoimun,
infeksi sistemik, obat, neoplasia) Penyakit
vaskular (penyakit pembuluh darah besar,
hipertensi, mikroanglopati) Penyakit
tubulointerstisial (plenonefritis kronik, batu,
obstruksi, keracunan obat) Penyakit kistik
(ginjal polistik)
Penyakit pada transplantasi Rejeksi kronik Keracunan obat
(sikiosporin/takrolimus) Penyakit recurrent
(glomerular) Transplant glomerulopathy
4. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,
latergi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan
(volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis,
kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari
5-10 ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan
terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek.

1
0
d. Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium, khlorida) (Nurarif dan Kusuma, 2015).

1
1
5. Patofisiologi
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap fungsi
dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang masih utuh
untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit. Mekanisme adaptasi
pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang masih utuh untuk
meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban
solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan glomerolus dan
tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi ketidakseimbangan antara filtrasi dan
reabsorpsi disertai dengan hilangnya kemampuan pemekatan urin. Perjalanan
gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :
a. Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan ginjal.
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan pasien
asimptomatik.
b. Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan
yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate) besarnya
hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung dari kadar
protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat disertai
dengan nokturia dan poliuria sebagai akibat dari kegagalan pemekatan urin.
c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron
telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR
(Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin
serum dan BUN akan meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang
lebih parah karena ginjal tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis
cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma
dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.
6. Pathway
WOC CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
Infeksi saluran Penyakit Gangguan jaringan
Penyakit Penyakit Penyakit kongenital Nefropati
kemih peradangan penyambung
metabolic vaskuler dan herediter (ginjal obstruktif (batu
(pielonefritis (glomerulonefriti (skelerosis
(Diabetes (hipertensi) polikistik) saluran kemih)
kronis) s) sistemik)
Melitus)

CHRONIC KIDNEY DISEASES


(CKD)

Ureum Aliran
Sekresi Sekresi H+ dan Penurunan
meningkat darah ke
eritropoeti pengaturan pH GFR
dalam tubuh ginjal
n menurun menurun
menurun
Gangguan Kadar fosfat
Uremia Anuria
gastrointestin Asidosis serum Renin
Produksi al metabolik menurun meningkat
hemoglobi Cairan di
n menurun dalam Kadar serum
Menuju ke
Masuk ke MK: tubuh kalsium Angiotensinog
otak
dalam kulit Ganggua bertambah menurun en
Perdarahan (peningkatan
Anemia n
lambung di Perukaran Perubaha
hipotalamus) Pruritus Edem n
Gas Angiotensin I
Suplai O2 a struktur meningkat
dan nutrisi Cairan tulang
ke Merangsan Mempenga masuk ke (osteopor
jaringan g mual MK: dalam paru osis)
ruhi sistem MK: Angiotensin II
menurun muntah Gangguan
saraf Hiperv meningkat
Integritas Edema
Kulit paru olemia

MK: Risiko MK: MK:


MK: Sesak Aldostero
Perfusi Perifer Intoleransi Defisit Vasokontrik
Nausea napas Kesulitan n
Tidak Efektif Aktivitas Nutrisi si pembuluh
bergerak meningkat
darah
Penurunan Menggangg MK: Pola (pada
oksidasi u pusat Napas Tidak kelenjar
hippocampa MK: Gangguan adrenal)
kesadaran Efektif
l Mobilitas Fisik
MK: Gangguan Menghamba Penurunan MK: Penurunan Tekanan darah Reabsorpsi
Insomnia meningkat Na+ dan H2O
Pola Tidur t tidur REM kesadaran Curah Jantung

MK: Risiko Perfusi


Gelisah
Serebral Tidak
Efektif Gangguan
elektrolit
MK: Risiko
Cedera Kalium
meningkat

Gangguan irama
jantung (VT, VF)

MK: Gangguan
Sirkulasi Spontan
7. Pencegahan
a. Rajin beraktivitas fisik & berolahraga agar badan tetap bugar
b. Menjaga kadar gula agar tetap normal
c. Menjaga tekanan darah tetap normal
d. Menjaga berat badan ideal
e. Minum air putih 8-10 gelas perhari
f. Tidak merokok
g. Periksa fungsi ginjal secara berkala
h. Tidak konsumsi obat anti nyeri dalam jangka panjang tanpa anjuran dokter
8. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
(Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi
yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk
falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal.
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh
karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan
steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet
rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang
menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal
ginjal.
10. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperuremia.
A. Asuhan Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal
seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat
terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting
sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang
terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum /
mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan
traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air
naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan
tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien
dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat
dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada
paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan
pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan peristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat
ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
dan Capillary Refill lebih dari 2 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat/uremia, dan terjadi perikarditis.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Resiko perfusi renal tidak efektif b.d disfungsi ginjal
2. Gangguan integritas kulit b.d kelembapan ditandai dengan : pruritus, kulit kering dan
bersisik, pigmentasi abnormal, terdapat luka di kulit
C. Rencana Asuhan Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Resiko Setelah dilakukan tindakan Observasi
renal tidak keperawatan selama 3x24 1. Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi, a
efektif b.d jam diharapkan perfusi renal pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
disfungsi meningkat dengan kriteria 2. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
ginjal hasil : 3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, N
1. Jumlah urine meningkat berat jenis urine, BUN)
2. Mual menurun 4. Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP
3. Tekanan arteri rata rata Terapeutik
membaik 5. Catat intake dan output dan hitung balance cairan 24 jam
4. Kadar urea nitrogen 6. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
darah membaik Kolaborasi
5. Kadar kreatinin plasma 7. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
membaik
6. Kadar elektrolit
membaik

2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi


integritas keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. peruba
kulit b.d jam diharapkan integritas perubahan status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingk
kelembapan kulit meningkat dengan penurunan mobiltas)
ditandai kriteria hasil : Terapeutik
dengan : 1. Elastisitas meningkat 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
pruritus, 2. Hidrasi meningkat 3. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit
kulit kering 3. Kerusakan jaringan 4. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pad
dan bersisik, menurun Edukasi
pigmentasi 4. Kerusakan lapisan kulit 5. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion, serum)
abnormal menurun 6. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Pigmentasi abnormal 7. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
menurun
6. Nekrosis menurun
7. Suhu kulit membaik
8. Tekstur membaik
RESUME
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CKD
DI RUANGAN HEMODIALISA RSUD M.YUNUS
No Nama Riwayat Kesehatan Analisa Data Diagnosa Standar Luaran Intervensi Implementasi Evaluasi
Pasien
1. Ny. S Keluhan utama : Ds : Klien Hypervolemi 1. Haluaran Observasi 1. Memeriksa tanda S :
19/10/22 Klien mengatakan mengatakan ada a urine 1. Periksa tanda dan dan gejala - Klien meng
dengan keluhan ada edema, lemas, dan meningkat gejala hypervolemia hypervolemia atakan edem
edema, lemas, dan pusing. 2. Kelembaban 2. Identifikasi penyebab Respon : klien a
pusing. Do : k/u : lemah membrane hypervolemia mengatakan edem menurun ˂2
Riwayat Kesehatan Kesadaran : cm mukosa 3. Monitor intake dan a menurun ˂ 2 detik
Sekarang : Ttv : meningkat output cairan detik - Klien
Klien mengatakan Td :156/87 3. Edema Terapeutik 2. Mengidentifikasi mengatakan
datang keruang HD mmHg menurun 1. Timbang BB setiap penyebab TD
pada N : 80 x/m 4. TD hari pada waktu yang hypervolemia membaik
hari rabu, 19/10/2022 P : 22 x/m membaik sama Respon : Klien - Klien
untuk menjalani proses S : 37°C 5. Turgor kulit 2. Batasi asupan cairan mengatakan mengatakan
HD 1 minggu 2x. klien Etiologi membaik dan garam hypervolemia BB kering
sudah menjalani HD CKD 6. BB Edukasi disebabkan oleh tercapai
selama 5 tahun membaik 1. Anjurkan melapor penyakit yang O:
terakhir. Klien datang Penurunan GFR jika BB bertambah ˂ dialami - k/u : lemah
dengan mengatakan 2 detik 3. Memonitor status - kesadaran :
BB 52 kg dengan Anuria 2. Target BB kering hemodinamik cm
target BB kering 49,2 49,2 Kg Respon : klien - TTV
kg. Uf goal 2800ml Cairan didalam tubuh Kolaborasi mengatakan TD: 140/80
1. Kolaborasi tekanan darah N : 80 x/m
Edema pemberian diuretik membaik TD P : 22 x/m
140/80 mmHg S : 36,5°C
Hypervolemia 4. Memonitor intake A : masalah
dan output cairan teratasi
Respon : Klien sebagian
mengatakan cairan P  : lamjutkan inter
masuk melalui vensi
makan, minum dll
sebanyak 3.780 ml
dan klien
mengatakan cairan Planning
yang keluar Hari/tanggal
sebanyak 3.140 ml tindakan HD
5. Menimbang BB berikutnya :
setiap hari pada sabtu, 22-10-2022
waktu yang sama Uf Goal : 2.800ml
Respon : klien Edukasi :
mengatakan pembetasan
menimbang BB cairan
badan waktu yang
sama dengan
peningkatan 1
kg/hari
6. Batasi asupan
cairan dan garam
Respon : klien
mengatakan sudah
membatasi asupan
cairan dan garam
7. Menganjurkan
melapor jika BB
bertambah ˃ 1
kg/hari
8. Menargetkan BB
kering 49,2 kg
Respon : klien
mengatakan BB
kering tercapai
2 Ny. S Keluhan utama : Ds : Hypervolemi 1. Haluaran Observasi : 1. Memeriksa tanda S:
22/10/202 Klien mengatakan klien mengatakan a urine 1. Periksa tanda dan dan gejala - klien
2 datang dengan keluhan lemas, pusing dan meningkat gejala hipervolemia Respon : klien mengatakan
lemas, pusing, edema pegel-pegel. 2. Kelembaba 2. Identifikasi penyebab mengatakan edema keluhan
dan pegel-pegel. Do : n membran hypervolemia menurun < 2 detik lemas,
Riwayat kesehatan Ku : mukosa 3. Monitor status 2. Mengidentifikasi pusing,
sekarang : lemah meningkat hemodinamik penyebab edema
Klien datang ke Kesadaran : Cm 3. Edema 4. Terapeutik hipervolemia menurun.
ruangan hemodialisa Ttv : 4. Td 5. Timbang bb setiap Respon : klien - Klien
untuk menjalani proses Td : 120/69 mmhg membaik hari dalam waktu mengatakan mengatakan
hemodialisa 2x N : 70x/menit 5. Turgor yang sama hipervolemia Td membaik
seminggu. BB klien 40 R : 22x/menit kulit 6. Batasi asupan cairan disesbabkan tidak - Klien
kg dengan target BB S : 36 C membaik dan garam kelurnya cairan mengatakan
kering 37 kg Uf Goal 6. BB Edukasi yang ada didalam target Bb
3000 Etiologi : membaik 1. Anjurkan melapor tubuh. kering
CKD jika BB bertambah > 3. Memonitor status tercapai
1 kg dalam sehari hemodinamik O:
Penurunan GFR 2. Targetkan Bb kering Respon : klien - Ku : lemah
Kolaborasi mengatakan - Kesadaran :
Anuria 1. Kolaborasi pemberian tekanan darah Cm
deuretik membaik 120/80 - Ttv
Cairan didalam tubuh mmHg Td : 120/80
4. Memonitor intake mmHg
Edema dan output cairan : N:
Respon : intake : 70x/menit
Hypervolemia
3.080 ml R:
Output : 2.750 20x/menit
5. Menimbang Bb S : 36 C
setiap hari pada Bb pre Hd :
waktu yang sama 40 kg
Respon : klien Bb post Hd :
mengatakan 37 kg
menimbang Bb A : masalah
setiap hari pada teratasi
waktu yang sama P : intervensi
dengan dilanjutkan
peningkatan 2-3 kg
setiap hari. Planning :
6. Membatasi asupan Hari/tanggal Hd
cairan dan garam : berikutnya : Rabu
Respon : klien 26-10-2022
sudah membatasi Uf goal : 3000 ml
cairan dan garam Edukasi : 4:
7. Mengajurkan
melapor jika Bb
bertambah > 1 kg
dalam sehari
Respon : klien
mengatakan sudah
melapor ke
perawat bahwa Bb
bertambah 2-3/hari
8. Menargetkan Bb
kering :
Respon : klien
mengatakan Bb
kering tercapai
3 Ny. Y Keluhan utama: DS : Gangguan 1. Kerusakan Observasi  Mengidentifikasi S:
20/10/202 Klien mengatakan Klien mengatakan integritas jaringan 1. Identifikasi penyebab - Klien
2 datang dengan keluhan pusing, lemas dan kulit Kulit menurun penyebab gangguan gangguan mengatakan
pusing dan kulit kering kering 2. Kerusakan integritas kulit integritas kulit lemas nya
Riwayat kesehatan DO: Respon : klien
lapisan Trapeutik berkurang
sekarang : K/U : Lemah jarang
kulit 1. Ubah posisi tiap 2 - Klien
Klien datang keruang Kesadaran : CM menggunakan
hemodialisa 2 X Ttv menurun jam jika tira baring pelembab pada
mengatakan
seminggu. Ny.Y sudah TD: 160/90 Mmhg 3. Hedrasi 2. Gunakan produk kulitnya kulitnya
menjalani hemodialisa N : 82 x/menit menurun berbahan petroleum  Mengubah posisi 2 kering
selama 4 tahun dengan P : 22 x/menit 4. Kemerahan / minyak pada kulit jam jika tira baring O:
BB sekarang 48 kg, S : 36,5 °c menurun kering Respon : klien - k/u: Lemah
target berat badan CKD 5. Hematoma 3. Gunakan produk mengerti - kesadaran :
kering 44 kg, uf goal menurun bahan ringan /alami  Menggunakan CM
3800 Ureum meningkat 6. Suhu kulit dan hipoalergik produk berbahan TTV
membaik pada kulit sensitive minyak / jel pada Td : 130/90
Uremia kulit
7. Testur 4. Hindari produk N : 82X/M
membaik berbahan dasar Respon : klien P : 22X/M
Masuk kedalam kulit mengerti
alcohol pada kulit S : 36,5°C
 Menggunakan
Pruritus kering A: Masalah
produk berbahan
Edukasi ringan / alami teratasi sebagian
Gangguan integritas 1. Anjurkan P : Intervensi
Respon : klien
kulit menggunakan dilanjutkan
mengerti dan
pelembab pernah
2. Anjurkan mandi memakainya
dan menggunakan  Menghindari Planning : hari
sabun secukupnya produk berbahan dan tanggal
dasar alcohol tindakan
Respon : klien selanjutnya 24-
mengerti dan 10-2022 uf goal
menghindarinya 3800
 Menganjurkan
menggunakan
pelembab
Respon : klien
mengatakan
memakai lotion
 Menganjurkan
mandi
menggunakan
sabun secukupnya
Respon : klien
mengerti dan
mandi
menggunakan
sabun secukupnya
3 Ny. N Klien mengatakan DS : Pola nafas 1. Ventilasi Observasi 1. Monitor pola nafas S:
21/10/202 datang dengan Klien mengatakan tidak efektif semenit 1. Monitor pola nafas Respon : klien - Klien
2 keluhan lemas dan sesak dan lemas b.d cairan meningkat 2. Monitor bunyi mengatakan mengatakan
sesak DO : masuk 2. Pola nafas tambahan frekuensi nafas frekuensi
K/U:lemah kedalam membaik Terapeutik sudah membaik 24 nafas sudah
Kesadaran : CM paru 3. Tekanan 1. Posisikan semi x/menit membaik 24
TTV : ekspirasi powler atau fowler 3. Monitor bunyi x/menit
TD : 160/83 mmHg meningkat 2. Berikan minum tambahan - Klien sudah
N : 81 x/menit 4. Tekanan hangat Respon : terdapat melakukan
RR : 28 x/menit inspirasi 3. Berikan oksigen jika bunyi tambahan batuk efektif
S 36,5°C meningkat perlu gurgling - Klien
5. Frekuensi Edukasi 4. Posisikan semi mengatakan
 Etiologi nafas 1. Anjurkan teknik powler atau sudah sedikit
CKD membaik batuk epektif powler rileks
Kolaborasi Respon : klien O:
Penurunan GFR 1. Kolaborasi sudah dalam posisi K/U : lemah
pemberian semi powler dan Kesadaran :
Cairan didalam bronkodilator, sudah sedikit CM
tubuh ekspektoran, rileks TTV
mukolitik jika perlu 5. Memberikan TD : 152/90
Cairan masuk minum hangat mmHg
kedalam perut Respon : klien N :80x/menit
mengatakan sudah RR :
Edema minum air hangat 24x/menit
6. Memberikan S : 36,5°C
Sesak oksigen BB pre HD :
Respon : klien 51 kg
Pola nafas tidak telah diberikan BB post HD :
efektif oksigen sesuai 48 kg
kebutuhan A : masalah
7. Anjurkan teknik teratasi
batuk efektif sebagian
Respon : klien P : lanjutkan
4 Ny.t Keluhan utama: DS: Gangguan 1. Keruksan Observasi - Mengidentifikasi S:-klien
29/10/202 Klien mengatakan Klien mengatakan intergitas jaringan 1. Indetifikasi penyebab mengatakan
2 badan lemas,gatal lemas dan gatal kulit b.d menurun penyebab gangguan gangguan lemasnya
Riwayat kesehatan DO: kelebihan 2. Kerusaka intergitas kulit intergitas kulit berkurang
sekarang: K/U:lemah velume n lapisan Terapeutik Respon:klien -klien
Klien mengatakan kesadaran:cm cairan kulit -gunakan mengatakan mengatakan
datang ke ruang Hd TTV menurun produk penyebab kulitnya terasa
pada hari sabtu TD:188/96 3. Kemeraha berlibihan gangguan kering
tanggal 29-10-2022 N:80x/m n petrelium atau intergitas -klien
pukul 06:45 wib R:22x/m menurun minyak pada kulitnya di mengatakan
klien mengatakan S:36°c 4. Hemtam kulit kering sebabkan gatalnya sudah
BB nya saat ini 64 Etiologi menurun -gunakan penyakit ginjal berkurang
kg namun pada saat CKD 5. Suhu kulit produk - Menggunakan O:-K/U:lemah
HD sebelumnya 69 membaik berlebihan produk berbehan Kesadaran:cm
kg dan tekanan darah 6. Tekstur ringan/alami minyak/pada TTV:
188/96 mmhg Urine meningkat membaik hidoalergik kulit TD:180/92mmh
dengan uf goal 1000 pada kulit Respon:klien g
ml sensitiv mengatakan N:80x/m
Masuk kedalam kulit
-hindari produk menggunakan P:22x/m
Gangguan integritas berbehan dasar produk berbehan S:36°C
kulit alcohol pada minyak pada BB pre Hd:64kg
kulit kering kulit BB post
Edukasi - Menggunakan Hd:63kg
-anjurkan produk berbehan A:masalah
menggunakan ringan/alami belum teratasi
pelembab Respon:klien P:lanjutkan
-Anjurkan mengatakan intervensi
mandi dan menggunakan
menggunakan produk yang Plaining:hari
sabun alami dan tanggal
secukupnya - Menganjurkan tindakan Hd
menggunakan berikutnya:rabu,
pelembab 02-11-2022
Respon:klien UF goal:1000ml
mengatakan Edukasi:pembat
menggunakan asan cairan
lotion
- Menghindari
produk berbehan
dasar alcohol
Respon:klien
mengatakan
mengerti dan
akan
menghindarinya
- Menganjurkan
mandi dan
menggunakan
sabun
secukupnya
Respon:klien
mengatakan
mengerti dan
mandi
menggunakan
sabun
secukupnya
5 Tn. V Keluhan utama: DS : Gangguan  Kerusakan  Observasi  Mengidentifikasi S:
22/10/202 Klien mengatakan Klien mengatakan integritas jaringan 1. Identifikasi penyebab - klien
2 datang dengan keluhan pusing, lemas dan kulit kulit B.d menurun penyebab gangguan gangguan mengatakan
pusing dan kulit kering kering perubhan integritas kulit integritas kulit keluhan
 Kerusakan
Riwayat kesehatan DO: Respon : klien lemas,
status lapisan kulit  Trapeutik
sekarang : K/U : Lemah jarang pusing,
nutrisi menurun 2. Ubah posisi tiap 2
Klien datang keruang Kesadaran : CM menggunakan edema
hemodialisa 2 X Ttv  Hedrasi jam jika tira baring pelembab pada menurun.
seminggu. Ny.Y sudah TD: 170/100 Mmhg menurun 3. Gunakan produk kulitnya - Klien
menjalani hemodialisa N : 80 x/menit  Hematoma berbahan petroleum  Mengubah posisi 2 mengatakan
selama 2 tahun P : 22 x/menit menurun / minyak pada kulit jam jika tira baring Td membaik
dengan BB sekarang S : 36,5 °c kering Respon : klien - Klien
 Suhu kulit
92 kg, target berat mengerti mengatakan
membaik 4. Gunakan produk
badan kering 89kg, uf  Etiologi  Menggunakan target Bb
 Testur bahan ringan /lami
goal 2800 CKD produk berbahan kering
membaik dan hipoalergik tercapai
minyak / jel pada
Ureum meningkat pada kulit sensitive kulit O:
5. Hindari produk Respon : klien - Ku : lemah
Uremia berbahan dasar mengerti - Kesadaran :
alcohol pada kulit  Menggunakan Cm
Masuk kedalam kulit kering produk berbahan - Ttv
 Edukasi ringan / alami Td : 120/80
Pruritus mmHg
1. Anjurkan Respon : klien
menggunakan mengerti dan N:
Gangguan integritas 70x/menit
pelembab pernah
kulit R:
2. Anjurkan mandi memakainya
 Menghindari 20x/menit
dan menggunakan S : 36 C
produk berbahan
sabun secukupnya Bb pre Hd :
dasar alcohol
Respon : klien 40 kg
mengerti dan Bb post Hd :
menghindarinya 37 kg
 Menganjurkan A : masalah
menggunakan teratasi
pelembab P : intervensi
Respon : klien dilanjutkan
mengatakan
memakai lotion Planning :
Hari/tanggal Hd
 Menganjurkan
berikutnya : Rabu
mandi
26-10-2022
menggunakan
Uf goal : 3000 ml
sabun secukupnya
Edukasi : 4:
Respon : klien
mengerti dan
mandi
menggunakan
sabun secukupnya
S:
- Klien
mengatakan
lemas nya
berkurang
- Klien
mengatakan
kulitnya
kering
O:
- k/u: Lemah
- kesadaran :
CM
TTV
Td : 170/100
N : 80X/M
P : 22X/M
S : 36,5°C
A: Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan

Planning : hari
dan tanggal
tindakan
selanjutnya 01 -
11-2022 uf goal
3800
Tn.N Keluhan utama: Ds : klien Hipervolem 1. Haluaran - Observasi 1. Memeriksa tanda Subjektiv:
Klien mengatakan mengatakan sesak ia b.d urine 1. Periksa tanda dan dan gejala - Klien
sesak nafas dan perut sejak 1 hari yang kelebihan meningkat gejala hypervolemia mengatakan
bagian bawah nyeri lalu serta nyeri asupan 2. Kelembapan hypervolemia R: klien sesak nafas
serta ada edema abdomen dan cairan membrane 2. Identifikasi mengatakan berkurang
bagian ekstremitas terdapat edema di mukosa penyebab edema menurun - Klien
bawah >2 detik ekstrmitas bawah meningkat hypervolemia <3 detik mengatakan
Riwayat kesehatan CRT >2 detik 3. Edema 3. Monitor status 2. Mengidentifikasi nyeri
sekarang: Do : menurun hemodinamik penyebab abdomen
Klien datang - KU: lemah hanya 4. TD membaik 4. Monitor intake hypervolemia berkurang
keruang hemodialisa berbaring ditempat 5. Turgor kulit dan output cairan R: klien - Klien
pada tanggal tidur membaik - Terapeutik mengatakan mengatakan
28/10/2022 pada - Kesadaran: CM 1. Timbang BB pada hypervolemia edema
pukul 06.40 WIB, - Ttv : waktu yang sama disebabkan oleh menurun <2
dengan keluhan CRT >2 detik 2. Batasi asupan penyakit yang detik
sesak nafas dan TD : 186/82 Ciaran dan garam dialami Objektif :
abdomen bagian mmHg - Edukasi 3. Memonitor status - Klien tampak
bawah terasa nyeri, N :83 x/menit 1. Anjurkan melapor hemodinamik nayaman
da nada edema di P : 30 x/menit jika BB R: klien - Klien tidak
ekstremitas bawah S : 36,6 C bertambah >1 kg mengatakan TD terlalu sesa
>2 detik, klien dalam sehari membaik, TD: - Posisi klien
datang keruang HD ETIOLOGI 2. Kolaborasi 169/72 mmHg semi fowler
untuk melakukan CKD pemberian 4. Memonitor - Ttv :
tindakan cuci darah diuretic intake dan output TD: 169/72
dengan siklus 1 Penurunan GFR 3. Target BB kering cairan mmHg
minggu 2x tercapai R: klien N: 80 x/menit
Anuria
dilaksanakan selama 4. Anjurkan mengatakan P: 20 x/menit
4,5 jam. Klien sudah Cairan dalam tubuh konsumsi makan asupan cairan S: 36,5 C
menajlai HD selama makanan yang melalui makan Asessment:
3 tahun, dengan Hipervolemia bergizi dan minum, Masalah teratasi
UFG 1000 ml, intake klien sebagian
sebelum masuk 6.645 dan output Planning:
keruang HD klien klien 6.705 Intervensi
menimbang berat 5. Menimbang BB dilanjutkan
badan dengan BB 69 setiap waktu
kg pada waktu yang
sama Planning :
R: klien - Hari dan
mengatakan tindakan
menimbang BB berikutnya :
setiap hari di 01-11-2022
waktu yang sama - UFG : 1000
6. Membatasi ml
asupan cairan - Edukasi : diet
dan garam cairan dan
R: klien konsumsi
mengatakan makanan yang
sudah membatasi bergizi
asupan cairan
dan garamsesuai
anjuran
7. Menganjurkan
melapor jika BB
bertambah >1
kg/ hari
R: klien
mengatakan
melapor jika ada
peningkatan BB
>1kg/ hari
8. Menganjurkan
mengonsumsi
makanan yang
bergizi
R: klien
mengatakan mau
mengonsumsi
makanan yang
bergizi sesuai
anjuran
9. Mentargetkan
BB kering
R: BB kering
klien tercapai
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam teori disampaikan bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi
ginjal. Manifestasi yang penulis temukan pada klien yaitu lemas, odem pada wajah dan
tungkai kakai grade +1, konjungtiva pucat dan anemis, gatal – gatal pada area tubuh
tertentu, telihat bekas luka menghitam pada daerah tangan dan kaki, kulit kering. Setelah
data – data didapatkan, penulis menemukan 3 diagnosa keperwatan yang sesuai dengan
kondisi
klien saat ini yaitu :
1. hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
2. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan cairan masuk ke paru
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
4. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Pada rencana keperawatan sebagian besar penulis menyantumkan
intervensi berdasarkan buku SDKI, SIKI, dan SLKI dan kemudian disesuiakan dengan
kondisi klien karena ada beberapa intervensi yang tidak dapat dilakukan.
Pada saat penulis melakukan implementasi sebagian besar dilaksanakan.
Tetapi penulis menemukan beberapa hambatan pada saat menghitung
balance cairan per 24 jam, didalam pendokumentasian data – data yang di
perlukan tidak di dapatkan dan tidak tersedianya hasil CCT. Tetapi semua
bisa dibantu dengan kerjasama yang baik antara penulis dengan klien dan
bantuan dari perawat ruangan.Tahap akhir dari pemenuhan kebutuhan dasar yaitu
evaluasi keperwatan, diagnosa yang penulis temukan pada klien yang belum teratasi
yaitu :
1. hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
2. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan cairan masuk ke paru
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
4. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap perlu adanya peningkatan mutu
pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang diharapkan dapat membantu klien dalam
mempertahankan dan menimgkatkan derajat kesehatan menjadi lebih optimal. Disini
memberikan beberapa saran kepada beberapa pihak yang diharapkan dapat membantu
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit Chronic Kidney
Disease (CKD), dan saran tersebut diantaranya :
1. bagi klien dan keluarga
Di harapkan dapat memberikan informasi pengetahuan dan manfaat kepada klien an
keluarga untuk mengetahui pentingnya pembatasan cairan dan diet protein yang
cukup., bagi klien dengan CKD agar lebih berhati hati menjaga pol makan dan minum
2. Perawat Ruangan
Diharapkan kepaa peawat ruangan hendaknya melakukan pendokumentasian dengan
lebih terperinci kembali setalh melakukan tindakan keperawatan terutama untuk
balance cairan, pada kasus CKD sehingga akan di dapatkan balance cairan yang
adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk. Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta; MediAction.
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai