Disusun Oleh :
1
1. KATA PENGANTAR
Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil praktek keperawatan dasar
profesi di ruang HD RSUD M. YUNUS Kota Bengkulu.
Dalam penyelesaian laporan ini kami ucapkan terima kasih semua pihak yang
telah banyak membantu sehingga laporan ini dapat diselasikan.
Ucapan Terima kasih khususnya penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Husaini, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,CRP Selaku Rektor Universitas Dehasen
Bengkulu
2. Ibu Dr. Ida Samidah S.Kp, M.Kes, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen Kota Bengkulu
3. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep.,M.Kes, Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
4. Ibu Ns. Danur Azissah RS S.kep, M.kes Selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
Universitas Dehasen Kota Bengkulu
5. Ibu Ns. Murwati, S.Kep., M.Kes Selaku pembimbing lapangan dan dosen fakultas
ilmu kesehatan Universitas Dehasen Kota Bengkulu
6. Bapak Ns. Hengki Tranado S.kep., M.K.M Selaku pembimbing lapangan dan dosen
fakultas ilmu kesehatan Universitas Dehasen Kota Bengkulu
7. Seluruh Staf Dosen Dan Staf Administrasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Dehasen Bengkulu Yang Telah Banyak Membantu Baik Secara Langsung Maupun
Tidak Langsung Demi Kelancaran Penyusunan laporan ini.
8. Bapak Ns. M. Rayyan S.kep selaku kepala ruangan HD RSUD M.Yunus Kota
Bengkulu yang senantiasa sabar dalam membimbing kami
9. Kepada Seluruh Pihak Yang Tidak Dapat Disebutkan Satu Persatu, Yang Telah
Membantu Penulis Selama Pengerjaan laporan Ini.
Akhirnnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang disebabkan
keterbatasan penulis. Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini sehingga lebih
bermanfaat.
2
Bengkulu, November,
2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
3. Klasifikasi ......................................................................................
5. Patofisiologi ...................................................................................
6. Pathway .........................................................................................
9. Komplikasi .....................................................................................
1. Demografi ......................................................................................
3
2. Riwayat Penyakit .........................................................................
C. Diagnosa Keperawatan.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gagal
sebagai penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan laju filtrasi glomerulus (LFG)
< 60 ml/min/1,73 m2 yang terjadi selama lebih dari 3 bulan atau adanya penanda
gagal ginjal kronik antara lain merokok, penggunaan obat analgetic, hipertensi, dan
minuman suplemen berenergi selain itu riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi
dengan angka kematian sebesar 850.000 jiwa per tahun (World Health Organization
bahwa pasien yang menderita gagal ginjal kronis meningkat 50% dari tahun
sebelumnya, secara global kejadian gagal ginjal kronis lebih dari 500 juta orang dan
yang harus menjalani hidup dengan bergantung pada cuci darah (hemodialisis) a
dalah 1,5 juta orang.
5
Gagal ginjal kronis termasuk 12 penyebab kematian umum di dunia,
terhitung 1,1 juta kematian akibat gagal ginjal kronis yang telah meningkat sebanyak
31,7% sejak tahun 2010 hingga 2015 (Wahyuningsih, 2020). Berdasarkan Hasil
penyakit gagal ginjal di Indonesia sebesar 3,8 % naik dari 2.0% pada tahun 2013
(CKD) ini meningkat setiap tahun nya, pada tahun 2018 pasien dengan gagal ginjal
kronis meningkat sebanyak 38,7% (Riskesdas 2018, 2019) dan Penyakit ini
menempati urutan 1 dalam 10 besar diagnosa rawat jalan dan inap pada tahun 2019
terdapat 0,2% pasien dengan gagal ginjal kronis (Riskesdas 2018, 2019).
Sanjiwani Gianyar pada tanggal 28 April 2021 Diperoleh data terdapat ± 150 pasien
Initiative membagi CKD menjadi lima stadium berdasarkan glomerular filtrate rate
(GFR) dimana End Stage Renal Disease (ESRD) merupakan stadium akhir dari
sebagai bentuk pengganti fungsi ginjal (Kusuma et al., 2020). Tujuan dilakukan hem
odialisis adalah untuk mengeluarkan sisa metabolism, protein, gangguan keseimban
6
(selaput tipis) semipermiabel yang berfungsi sebagai ginjal buatan atau biasa disebut
dengan rentang waktu tiap tindakan hemodialisis adalah 4-5 jam setiap kali terapi
tidak mampu rileks bahkan gatal seluruh tubuh (PPNI, 2016). Hal ini akan
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna
dalam dimensi fisik, psiko spiritual, lingkungan dan social (PPNI, 2016). Terjadinya
gangguan rasa nyaman pada pasien hemodialisa dapat menimbulkan rasa stress yang
(Relawati et al., 2016). Maka rasa nyaman pasien hemodialisa sangat perlu
menjalani terapi (Patimah et al., 2015). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Wiliyanarti & Muhith (2019) dengan judul Life Experience Of Chronic Kidney
partisipan yang di gunakan 5 diantaranya mengatakan merasa gatal, lelah dan merasa
tidak nyaman selama menjalankan hemodialisis. Selian itu penelitian yang dilakukan
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
2. Etiologi Gagal Ginjal Kronis
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang memungkinkan
dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar
ginjal.
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.
2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.
3) Batu ginjal: nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal: polycstis kidney.
5) Trauma langsung pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.
b. Penyakit umum di luar ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
2) Dyslipidemia.
3) SLE.
4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsi.
6) Obat-obatan.
7) Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (luka bakar).
3. Klasifikasi
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal yaitu,
atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung
dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut: LFG
(ml/mnt/1,73m²) = (140 − umur) 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 72xkreatinin plasma (mg/dl) ∗) pada
perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) atas Dasar Derajat Penyakit (Guyton dan
Hall, 2010).
9
Deraja Penjelasan LFG (ml/mn/1,73m²)
t
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ≥ 90
Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) Atas Dasar Diagnosis Etiologi
(Guyton dan Hall, 2010).
Penyakit Tipe mayor
Penyakit ginjal diabetes Diabetes tipe 1 dan 2
Penyakit ginjal non diabetes Penyakit glomerular (penyakit autoimun,
infeksi sistemik, obat, neoplasia) Penyakit
vaskular (penyakit pembuluh darah besar,
hipertensi, mikroanglopati) Penyakit
tubulointerstisial (plenonefritis kronik, batu,
obstruksi, keracunan obat) Penyakit kistik
(ginjal polistik)
Penyakit pada transplantasi Rejeksi kronik Keracunan obat
(sikiosporin/takrolimus) Penyakit recurrent
(glomerular) Transplant glomerulopathy
4. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,
latergi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan
(volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis,
kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari
5-10 ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan
terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek.
1
0
d. Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium, khlorida) (Nurarif dan Kusuma, 2015).
1
1
5. Patofisiologi
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap fungsi
dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang masih utuh
untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit. Mekanisme adaptasi
pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang masih utuh untuk
meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban
solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan glomerolus dan
tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi ketidakseimbangan antara filtrasi dan
reabsorpsi disertai dengan hilangnya kemampuan pemekatan urin. Perjalanan
gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :
a. Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan ginjal.
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan pasien
asimptomatik.
b. Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan
yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate) besarnya
hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung dari kadar
protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat disertai
dengan nokturia dan poliuria sebagai akibat dari kegagalan pemekatan urin.
c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron
telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR
(Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin
serum dan BUN akan meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang
lebih parah karena ginjal tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis
cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma
dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.
6. Pathway
WOC CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
Infeksi saluran Penyakit Gangguan jaringan
Penyakit Penyakit Penyakit kongenital Nefropati
kemih peradangan penyambung
metabolic vaskuler dan herediter (ginjal obstruktif (batu
(pielonefritis (glomerulonefriti (skelerosis
(Diabetes (hipertensi) polikistik) saluran kemih)
kronis) s) sistemik)
Melitus)
Ureum Aliran
Sekresi Sekresi H+ dan Penurunan
meningkat darah ke
eritropoeti pengaturan pH GFR
dalam tubuh ginjal
n menurun menurun
menurun
Gangguan Kadar fosfat
Uremia Anuria
gastrointestin Asidosis serum Renin
Produksi al metabolik menurun meningkat
hemoglobi Cairan di
n menurun dalam Kadar serum
Menuju ke
Masuk ke MK: tubuh kalsium Angiotensinog
otak
dalam kulit Ganggua bertambah menurun en
Perdarahan (peningkatan
Anemia n
lambung di Perukaran Perubaha
hipotalamus) Pruritus Edem n
Gas Angiotensin I
Suplai O2 a struktur meningkat
dan nutrisi Cairan tulang
ke Merangsan Mempenga masuk ke (osteopor
jaringan g mual MK: dalam paru osis)
ruhi sistem MK: Angiotensin II
menurun muntah Gangguan
saraf Hiperv meningkat
Integritas Edema
Kulit paru olemia
Gangguan irama
jantung (VT, VF)
MK: Gangguan
Sirkulasi Spontan
7. Pencegahan
a. Rajin beraktivitas fisik & berolahraga agar badan tetap bugar
b. Menjaga kadar gula agar tetap normal
c. Menjaga tekanan darah tetap normal
d. Menjaga berat badan ideal
e. Minum air putih 8-10 gelas perhari
f. Tidak merokok
g. Periksa fungsi ginjal secara berkala
h. Tidak konsumsi obat anti nyeri dalam jangka panjang tanpa anjuran dokter
8. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
(Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi
yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk
falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal.
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh
karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan
steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet
rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang
menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal
ginjal.
10. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperuremia.
A. Asuhan Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal
seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat
terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting
sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang
terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum /
mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan
traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air
naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan
tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien
dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat
dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada
paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan
pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan peristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat
ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
dan Capillary Refill lebih dari 2 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat/uremia, dan terjadi perikarditis.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Resiko perfusi renal tidak efektif b.d disfungsi ginjal
2. Gangguan integritas kulit b.d kelembapan ditandai dengan : pruritus, kulit kering dan
bersisik, pigmentasi abnormal, terdapat luka di kulit
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Planning : hari
dan tanggal
tindakan
selanjutnya 01 -
11-2022 uf goal
3800
Tn.N Keluhan utama: Ds : klien Hipervolem 1. Haluaran - Observasi 1. Memeriksa tanda Subjektiv:
Klien mengatakan mengatakan sesak ia b.d urine 1. Periksa tanda dan dan gejala - Klien
sesak nafas dan perut sejak 1 hari yang kelebihan meningkat gejala hypervolemia mengatakan
bagian bawah nyeri lalu serta nyeri asupan 2. Kelembapan hypervolemia R: klien sesak nafas
serta ada edema abdomen dan cairan membrane 2. Identifikasi mengatakan berkurang
bagian ekstremitas terdapat edema di mukosa penyebab edema menurun - Klien
bawah >2 detik ekstrmitas bawah meningkat hypervolemia <3 detik mengatakan
Riwayat kesehatan CRT >2 detik 3. Edema 3. Monitor status 2. Mengidentifikasi nyeri
sekarang: Do : menurun hemodinamik penyebab abdomen
Klien datang - KU: lemah hanya 4. TD membaik 4. Monitor intake hypervolemia berkurang
keruang hemodialisa berbaring ditempat 5. Turgor kulit dan output cairan R: klien - Klien
pada tanggal tidur membaik - Terapeutik mengatakan mengatakan
28/10/2022 pada - Kesadaran: CM 1. Timbang BB pada hypervolemia edema
pukul 06.40 WIB, - Ttv : waktu yang sama disebabkan oleh menurun <2
dengan keluhan CRT >2 detik 2. Batasi asupan penyakit yang detik
sesak nafas dan TD : 186/82 Ciaran dan garam dialami Objektif :
abdomen bagian mmHg - Edukasi 3. Memonitor status - Klien tampak
bawah terasa nyeri, N :83 x/menit 1. Anjurkan melapor hemodinamik nayaman
da nada edema di P : 30 x/menit jika BB R: klien - Klien tidak
ekstremitas bawah S : 36,6 C bertambah >1 kg mengatakan TD terlalu sesa
>2 detik, klien dalam sehari membaik, TD: - Posisi klien
datang keruang HD ETIOLOGI 2. Kolaborasi 169/72 mmHg semi fowler
untuk melakukan CKD pemberian 4. Memonitor - Ttv :
tindakan cuci darah diuretic intake dan output TD: 169/72
dengan siklus 1 Penurunan GFR 3. Target BB kering cairan mmHg
minggu 2x tercapai R: klien N: 80 x/menit
Anuria
dilaksanakan selama 4. Anjurkan mengatakan P: 20 x/menit
4,5 jam. Klien sudah Cairan dalam tubuh konsumsi makan asupan cairan S: 36,5 C
menajlai HD selama makanan yang melalui makan Asessment:
3 tahun, dengan Hipervolemia bergizi dan minum, Masalah teratasi
UFG 1000 ml, intake klien sebagian
sebelum masuk 6.645 dan output Planning:
keruang HD klien klien 6.705 Intervensi
menimbang berat 5. Menimbang BB dilanjutkan
badan dengan BB 69 setiap waktu
kg pada waktu yang
sama Planning :
R: klien - Hari dan
mengatakan tindakan
menimbang BB berikutnya :
setiap hari di 01-11-2022
waktu yang sama - UFG : 1000
6. Membatasi ml
asupan cairan - Edukasi : diet
dan garam cairan dan
R: klien konsumsi
mengatakan makanan yang
sudah membatasi bergizi
asupan cairan
dan garamsesuai
anjuran
7. Menganjurkan
melapor jika BB
bertambah >1
kg/ hari
R: klien
mengatakan
melapor jika ada
peningkatan BB
>1kg/ hari
8. Menganjurkan
mengonsumsi
makanan yang
bergizi
R: klien
mengatakan mau
mengonsumsi
makanan yang
bergizi sesuai
anjuran
9. Mentargetkan
BB kering
R: BB kering
klien tercapai
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam teori disampaikan bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi
ginjal. Manifestasi yang penulis temukan pada klien yaitu lemas, odem pada wajah dan
tungkai kakai grade +1, konjungtiva pucat dan anemis, gatal – gatal pada area tubuh
tertentu, telihat bekas luka menghitam pada daerah tangan dan kaki, kulit kering. Setelah
data – data didapatkan, penulis menemukan 3 diagnosa keperwatan yang sesuai dengan
kondisi
klien saat ini yaitu :
1. hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
2. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan cairan masuk ke paru
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
4. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Pada rencana keperawatan sebagian besar penulis menyantumkan
intervensi berdasarkan buku SDKI, SIKI, dan SLKI dan kemudian disesuiakan dengan
kondisi klien karena ada beberapa intervensi yang tidak dapat dilakukan.
Pada saat penulis melakukan implementasi sebagian besar dilaksanakan.
Tetapi penulis menemukan beberapa hambatan pada saat menghitung
balance cairan per 24 jam, didalam pendokumentasian data – data yang di
perlukan tidak di dapatkan dan tidak tersedianya hasil CCT. Tetapi semua
bisa dibantu dengan kerjasama yang baik antara penulis dengan klien dan
bantuan dari perawat ruangan.Tahap akhir dari pemenuhan kebutuhan dasar yaitu
evaluasi keperwatan, diagnosa yang penulis temukan pada klien yang belum teratasi
yaitu :
1. hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
2. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan cairan masuk ke paru
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
4. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap perlu adanya peningkatan mutu
pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang diharapkan dapat membantu klien dalam
mempertahankan dan menimgkatkan derajat kesehatan menjadi lebih optimal. Disini
memberikan beberapa saran kepada beberapa pihak yang diharapkan dapat membantu
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit Chronic Kidney
Disease (CKD), dan saran tersebut diantaranya :
1. bagi klien dan keluarga
Di harapkan dapat memberikan informasi pengetahuan dan manfaat kepada klien an
keluarga untuk mengetahui pentingnya pembatasan cairan dan diet protein yang
cukup., bagi klien dengan CKD agar lebih berhati hati menjaga pol makan dan minum
2. Perawat Ruangan
Diharapkan kepaa peawat ruangan hendaknya melakukan pendokumentasian dengan
lebih terperinci kembali setalh melakukan tindakan keperawatan terutama untuk
balance cairan, pada kasus CKD sehingga akan di dapatkan balance cairan yang
adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk. Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta; MediAction.
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.