Anda di halaman 1dari 42

TUGAS PROPOSAL

” MANAJEMEN CAIRAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERVOLEMIA“

DOSEN PENGAMPU :
HENNY YOLANDA, Ners., M. Kep

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

1. TRI WAHYUNI PUJI SUAEB 6. SUGISTINA LIA PUTRI


2. NABILA AULIA PUTRI 7. YENI ISTIANA
3. DESTI MARGA UTAMI 8. SONY ATMAWIGUNA
4. DINDA SAROJA KUMALASARI 9. M. DAUT AL-KHOTIB
5. ALMA SAFITRI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TA 2022/2023

6
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Metodologi Keperawatan. Selain itu Proposal penelitian ini
bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Henny Yolanda, Ners., M.
Kep selaku dosen Mata kuliah Metodologi Keperawatan. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
Proposal penelitian ini. Penulis menyadari Proposal penelitian ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan Proposal penelitian ini.

Mataram, 10 April 2023

Penulis

7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
A. Landasan Teori
1. Konsep Gagal Ginjal..............................................................................
a. Pengertian ........................................................................................
b. Klasifikasi........................................................................................
c. Etiologi ............................................................................................
d. Manifestasi Klinis...........................................................................
e. Patofisiologi.....................................................................................
f. Pemeriksaan Penunjang..................................................................
2. Manajemen Cairan..................................................................................
a. Pengertian Manajemen Cairan.......................................................
b. Tujuan Manajemen Cairan.............................................................
c. Alat - alat Manajemen Cairan........................................................
d. Prosedur Manajemen Cairan..........................................................
3. Konsep Hypervolemia............................................................................
a. Pengertian ........................................................................................
b. Etiologi ...........................................................................................
c. Tanda dan Gejala ............................................................................
d. Kondisi Klinis Terkait ...................................................................
e. Faktor Yang Mempengaruhi hypervolemia..................................
4. Konsep Masalah Keperawatan..............................................................
5. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipervolemia.................
a. Pengkajian........................................................................................
b. Diagnosa Keperawatan...................................................................

8
c. Perencanaan.....................................................................................
d. Implementasi ...................................................................................
e. Evaluasi ...........................................................................................
f. Pendokumentasian ........................................................................
B. Kerangka Teori..............................................................................................
BAB III METODE STUDI KASUS...............................................................
A. Rancangan Penelitian...............................................................................
B. Objek Penelitian.............................................................................................
C. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................
D. Definisi Operasional......................................................................................
E. Instrumen Studi Kasus...................................................................................
F. Teknik Pengumpulan Data............................................................................
G. Analisa Data....................................................................................................
H. Etika Penulisan...............................................................................................
I. Kerangka Alur................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
CKD adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel
dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit yang menyebabkan uremia
atau azotemia ( Zeithml. 2021). Permasalahan yang sering timbul pada pasien
CKD yaitu hipervolemia(Assahra dan Aji 2020)
Dari hasil studi kasus yang dilakukan oleh Anggraini, & Arcellia
Farosyah Putri tahun 2016 diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
gagal ginjal kronik adalah gangguan perfusi jaringan, kelebihan volume
cairan, risiko gangguan keseimbangan nutrisi, risiko infeksi, intoleransi
aktivitas dan kerusakan integritas kulit. Berdasarkanangka insiden CKD di
Yogyakarta bulan November sampai Februari 2020 sebanyak 14 kasus (9,6%)
dari 146 pasien. Dari hasil pencatatan tersebut CKD menduduki urutan ketiga
setelah SLE dan SN. Pasien CKD dapat menimbulkan bahaya jika tidak
ditangani dan peran perawat sangat penting dalam mencegah timbulnya
permasalahan baru pada pasien gagal ginjal kronik (Zurmeli, dkk, 2015).
CKD mengakibatkan fungsi ginjal terganggu sehingga cairan tidak
dapat tereliminasi dengan baik. Namun ketika dilakukan HD, jumlah cairan
yang akan dikeluarkan dengan dialisis dibatasi oleh beberapa faktor seperti
durasi dan frekuensi sesi dialisis, status hemodinamik, dan sisa fungsi ginjal
pasien. Intake atau pemasukan cairan pada pasien CKD harus dibatasi
gunanya untuk mencegah penumpukan cairan dalam tubuh. Salah satu
permasalahan utama pada kasus tersebut yaitu pembatasan diet dan cairan
bagi pasien yang menjalasi hemodialisis yang mengakibatkan komplikasi
seperti penyakit kardiovaskuler, edema paru, morbiditas dan mortalitas(Fitri
et al. 2022)
Hasil penelitian Global Burden of Disease tahun 2010, penyakit ginjal
kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke 27 di dunia tahun 1990
lalu meningkat menjadi urutan ke 18 pada tahun 2010. Lebih dari 2 juta

10
penduduk di dunia mendapatkan perawatan dengan dialisis atau transplantasi
ginjal, serta hanya sekitar 10% yang benar-benar mengalami perawatan
tersebut(Simatupang, 2019).
Berdasarkan Riskesdas atau Riset Kesehatan Dasar tahun 2018,
prevalensi gagal ginjal kronis yaitu prevalensi tertinggi di DKI Jakarta 38,7 %
sementara yang terendah ada di Sulawesi Utara sebesar 2%lalu diprovinsi
kalimantan timur didapatkan 42,9%. Sedangkan prevalensi pada penderita
gagak ginjal kronis padakelompok umur 15 - 24 tahun (1,33%), 25 - 34 tahun
(2,28%), umur 35 - 44 tahun (5,64%), umur 55 - 64 tahun 29 (7,21%) dan
tertinggi pada kelompok umur 65 - 74 tahun (8,23%)lalu disusul pada
kelompok umur >75 tahun (7,48%) (RISKESDAS, 2018).

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Konsep Chronic Kidney Disease (CKD)

a. Pengertian

Chronic Kidney Disease (CKD) yaitu masalah kesehatan

utama di seluruh dunia dengan meningkatnya insiden dan prevalensi

yang mengancam untuk memicu timbulnya epidemi nyata. Tidak

tergantung pada penyebab awal. CKD adalah suatu kerusakan ginjal

yang ditandai denganlaju filtrasi glomerulus (LFG) < 60

ml/menit/1,73 m2 dalam waktu3 bulan atau lebih(Sudung, O, 2016).

b. Klasifikasi

Menurut Chronic Kidney Disease Improving Global

Outcomes (CKD KDIGO) proposed classification, dapat dibagi

menjadi (Kementerian kesehatan Repubik Indonesia, 2017) :

1. Stadium 1: LFG ≥90 ml/min/1,73m² dengan terminology

normal atau meningkat.

2. Stadium 2: LFG 60 - 89 ml/min/1,73m² dengan terminology

ringan.

3. Stadium 3a: LFG 45 - 59 ml/min/1,73m² dengan terminology

ringan sampai sedang.

4. Stadium 3b: LFG 30 - 44 ml/min/1,73m² dengan terminology

sedang sampai berat.

12
5. Stadium 4: LFG 15 - 29 ml/min/1,73m² dengan terminology

berat.

6. Stadium 5: LFG < 15 ml/min/1,73m² dengan terminology

terminal.

c. Etiologi

Penyebab CKD pada balita adalah kelainan bawaan,

misalnya kelainan atau kekurangan dalam pembentukan jaringan

ginjal, disertai adanya sumbatan atau tanpa sumbatan. Sedangkan

pada usia 5 tahun kebawah sering disebabkan oleh kelainan

kongenital (ginjal polikistik atau obstruksi saluran kemih) dan usia 5

tahun ke atas sering disebabkan oleh penyakit yang diturunkan

(misalnya penyakit ginjal polikistik) atau penyakit yang didapat

(misalnya glomerulonefritis kronis). Beberapa kondisi yang

meningkatkan risiko terjadinya CKD adalah riwayat keluarga dengan

penyakit ginjal polikistik atau penyakit ginjal genetik, bayi dengan

berat lahir rendah atau prematur, anak dengan riwayat gagal ginjal

akut, kelainan bawaan ginjal, infeksi saluran kemih, riwayat

menderita sindrom nefrotik atau sindrom nefritis akut atau sindrom

hemolitik uremik, riwayat menderita penyakit sistemik (kencing

manis, lupus, Henoch Schoenlein purpura), dan riwayat menderita

tekanan darah tinggi (Rachmadi, Dedi, 2016).

d. Manifestasi Klinis

49
Manifestasi klinik menurut Nahas &Levin (2010) adalah sebagai

berikut:

1) Gangguan kardiovaskuler: Hipertensi, nyeri dada, dan sesak

nafas akibat perikarditis, efusi perikardiak dan gagal jantung

akibat penumpukan cairan, gangguan irama jantung dan

edema. Kondisi bengkak bisa terjadi pada bagian pergelangan

kaki, tangan, wajah, dan betis yang terjadi ketika tubuh tidak

bisa mengeluarkan semua cairan yang menumpuk dalam

tubuh. Gejala ini sering ditandai dengan beberapa tanda

seperti rambut yang rontok terus menerus, berat badan yang

turun meskipun terlihat lebih gemuk.

2) Gangguan Pulmoner: Nafas dangkal, batuk dengan sputum

kental dan riak dan suara krekels.

3) Gangguan gastrointestinal: Anoreksia, nausea, dan fomitus

yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus,

perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan

perdarahan mulut serta nafas bau ammonia.

4) Gangguan muskuloskeletal: pegal pada kakinya sehingga

selalu digerakan, rasa kesemutan dan terbakar terutama

ditelapakkaki, tremor, kelemahan dan hipertropi otot – otot

ekstremitas.

50
5) Gangguan Integumen: kulit berwarna pucat akibat anemia

dan kekuning – kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal

– gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.

6) Gangguan endokrin: libido fertilitas dan ereksi menurun,

gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolik

glukosa, gangguan metabolik lemak dan vitamin D.

7) Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa:

retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan

natrium dan dehidrasi, asidosis, hyperkalemia,

hypomagnesemia, hypokalsemia.

8) Sistem hematologi: anemia yang disebabkan karena

berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan

eritoposis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat

berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia

toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan

trombositopeni.

e. Patofisiologis

Ginjal yang normal mempunyai kemampuan untuk

mempertahankan nilai Glomerulus Filtration Rate (GFR). Namun,

karena beberapa faktor, ginjal mengalami penurunan jumlah nefron.

Karena penurunan jumlah nefron, glomerulus mengalami

hiperfiltrasi yaitu peningkatan tekanan glomerular yang dapat

menyebabkan hipertensi sistemik di dalam glomerulus. Peningkatan

51
tekanan glomerulus akan menyebabkan hipertrofi pada nefron yang

sehat sebagai mekanisme kompensasi. Pada tahap ini akan terjadi

poliuria, yang bisa menyebabkan dehidrasi dan hyponatremia akibat

eksresi natrium melalui urin meningkat. Peningkatan tekanan

glomerulus akan menyebabkanproteinuria. Derajat proteinuria

sebanding dengan tingkat perkembangan dari gagal ginjal kronik

(Derebail, et al., 2011).

f. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik menurut Kyle, T, 2014,

yaitu:

a) Pemeriksaan hitung darah lengkap: evaluasi Hb dan

hematokrit, hitung sel darah putih dan hitung trombosit.

b) Pemeriksaan nitogen urea darah BUN: pengukuran tidak

langsung terhadap fungsi ginjal dan filtrasi glomerulus jika

fungsi hati adekuat.

c) Pemeriksaan kreatinin: pengukuran yang lebih langsung

terhadap fungsi ginjal hanya sedikit terpengaruh oleh fungsi

hati. Secara umum, peningkatan kadar kreatinin menjadi dua

kali lipat menunjukan penurunan laju filtrasi glomerulus

sebesar 50%.

d) Pemeriksaan Kliens/ bersihan kreatinin (urine dan serum):

digunakan untuk mendiagnosis kerusakan fungsi ginjal.

52
e) Pemeriksaan kalium (serum): mengukur konsentrasi kalium

di dalam darah.

f) Pemeriksaan protein, globulin, albumin total (serum):

digunakan untuk mendiagnosis, mengevaluasi, dan memantau

gagal ginjal kronik.

g) Pemeriksaan Kalsium (serum): pengukuran kadar kalsium di

dalam darah, separuh dari semua kalsium berikatan dengan

protein. Oleh sebab itu, kadar kalsium menjadi rendah jika

terjadi hipoalbuminemia.

h) Pemeriksaan Fosfor (serum): pengukuran kadar fosfat di

dalam darah. Kadar fosfat berbanding terbalik dengan kadar

kalsium (kadar fosfat meningkat ketika kadar kalsium

menurun).

i) Pemeriksaan Urinalisis: mengevalusi warna, pH, berat jenis,

dan bau urine. Mengkaji adanya protein, glukosa, keton,

darah, leukosit esterase, seldarah merah dan sel darah putih,

bakteri, kristal dan cilinder.

j) Pemeriksaan Sistoskopi: mengevaluasi hematuria, infeksi

saluran kemih berulang, menentukan refluks ureter,

mengukur kapasitas kandung kemih.

k) Pemeriksaan Kultur dan sensivitas urine: uji sensitivitas

dilakukan untuk menentukan pilihan antibiotik terbaik.

53
Digunakan untuk menegakkan diagnosis Infeksi Saluran

Kemih(ISK).

l) Pemeriksaan urodinamika: mengukur aliran urine selama

berkemih melalui alat ukur aliran urine.

m) Pemeriksaan Sistouretrogram berkemih: fluoroskopi

dilakukan untuk memperlihatkan pengisisan kandung kemih

dan pengempesan setelah pengosongan kandung kemih.

n) Pemeriksaan Pielogram intravena (IVP): media kontras

radiopak diinjeksikan melalui intravena dan difiltrasi oleh

ginjal. Film sinar x diperoleh pada interval yang ditentukan

untuk menunjukan perjalanan media kontras tersebut

melewati ginjal, ureter dan kandung kemih.

o) Biopsi ginjal : spesimen perkutan diperoleh dengan

memasukkan jarum menembus kulit dan kedalam ginjal.

Sampel jaringan ginjal yang diambil kemudian diperiksa

secara mikroskopik.

p) Ultrasonografi ginjal : berguna dalam menentukan ukuran

ginjal (seperti pada hidronefrosis dan ginjal polikistik),

keberadaaan kista atau tumor penolakan transplantasi ginjal.

2. Balance Cairan
a. Pengertian
Balance cairan adalah kondisi yang seimbang antara
jumlah cairan yang masuk dan cairan yang keluar. Rumus
Balance cairan adalah intake dikurangi output (Oktiawati dkk,
2017) Menurut Tarwoto dan Wartonah (2007), keseimbangan

54
cairan ditentukan oleh intake (masukan) cairan dan output
(pengeluaran ) cairan. Pemasukan cairan berasal dari makanan
dan minuman, sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam
bentuk urine, feses, paru-paru, dan kulit. Sementara itu menurut
Lindberg (2010) manajemen cairan adalah keterampilan dalam
mengidentifikasi maslah, menetapkan tujuan, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan dalam menghadapi fluktuasi tanda
gejala, mengambil tindakan dalam menanggapi respon fisiologis
kekurangan cairan tubuh, monitoring serta mengelola tanda dan
gejala.
Berdasarkan beberapa pengetian diatas dapat disimpulkan
bahwa manajemenbalance cairan adalah proses mengidentifikasi
dan pengambilan keputusan dalam mengelola keseimbangan antara
input (pemsaukan) cairan yang berasal dari makanan dan
minuman dengan output (pengeluaran) cairan yang melalui ginjal,
feses, paru-paru dan kulit.
b. Tujuan Manajemen Balance Cairan
Tujuan dilakukannya manajemen balance cairan adalah
membantu mengendalikan keseimbangan cairan, dan memberikan
data untuk mengevaluasi efek terapi seperti obat diuretik atau
rehidrasi (Temple dan jhonson, 2010). Sementara itu menurut
Asmadi (2008) tujuan dilakukan manajemen cairan adalah
menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien, menentukan
tingkat hidrasi klien, memudahkan kontrol terhadap cairan dan
elektrolit, dan memnberikan data untuk menunjukan efek diuretik
atau terapi rehidrasi.
c. Alat Balance Cairan
Alat yang dibutuhkan untuk mengukur balance cairan menurut
Temple dan jhonson (2010) adalah, perlengkapan berskala seperti
wadah berukuran 1000mL, teko air atau cangkir, sarung tangan
nonsteril, dan alat tulis (lembar observasi). 5 Menurut Wulansari

55
(2018), dalam mengukur keseimbangan cairan dan elektrolit,
diperlukan timbangan berat badan untuk memantau kebutuhan cairan
pasien dan juga alat pengukur tanda-tanda vital untuk memantau
keadaan pasien melalui tekanan darah.
d. Prosedur mengukur balance cairan
a) Tahap pra interaksi
1) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2) Menyiapkan alat
3) Mencuci tangan
b) Tahap orientasi
1) Memberi salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c) Tahap kerja
1) Mengobservasi berat badan
2) Mengobservasi adanya oedem
3) Mengobservasi tanda-tanda vital
4) Menghitung intake cairan
a) Menghitung intake oral
(1) Menghitung cairan melalui minum pasien
(2) Menghitung cairan melalui makanan yang
dimakan
b) Menghitung intake pariental (cairan infus, obat iv)
c) Menghitung cairan metabolisme (5cc/KgBB/hari)
5) Menghitung output cairan
(a) Menghitung output urine
(b) Menghitung output feses
(c) Menghitung output abnormal (muntah, drain,
perdarahan dll.)
(d) Menghitung output IWL (15cc/KgBB/hari) Jika ada
kenaikan suhu: IWL+200X(suhu saat ini – 36,8) 6)

56
Menghitung balance cairan (input-output= balance
cairan)
d) Tahap terminasi
1) Berpamitan dengan pasien
2) Membereskan alat-alat
3) Mencuci tangan
4) Mencatat kegiatan dalam lembar intake output pasien per
hari
3. Konsep Masalah Keperawatan

a. Pengertian Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan merupakan label diagnosis

keperawatan yang menggambarkan inti dari respon klien terhadap

kondisi kesehatan atau proses kehidupannya (PPNI, 2017).

b. Kriteria Mayor dan Minor

Kriteria mayor adalah tanda/gejala yang ditemukan sekitar

80% - 100% untuk validasi diagnosa. Sedangkan kriteria minor

adalah tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan

dapat mendukung penegakan diagnosa (PPNI, 2017).

c. Kondisi Klinis Terkait

Merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan

kerentanan klien mengalami masalah kesehatan (PPNI, 2017).

57
58
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita gagal

ginjal kronik menurut (Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2015) dan

(PPNI, 2017).

a. Gangguan pertukaran gas ( D.0003 )

Definisi :

Kelebihan atau kekurangan oksigen dan eliminasi

karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler.

Penyebab :

1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.

2) Perubahan membrane alveolus-kapiler.

Batasan Karakteristik :

1) Kriteria Mayor

a) Subjektif : Dispnea.

b) Objektif : PCO2 meningkat/menurun, PO2

menurun, takikardia, Ph arteri

meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan.

2) Kriteria Minor

a) Subjektif : pusing, penglihatan kabur.

b) Objektif : sianosis, diaphoresis/keringat, gelisah,

nafas cuping hidung, pola nafas abnormal

(cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal),

warna kulit abnormal (mis : pucat, kebiruan),

59
kesadaran menurun.

Kondisi Klinis Terkait :

1) Gagal jantug kongestif / Congestive heart failure / Payah


jantung

b. Nyeri akut ( D.0077 )

Definisi :

Pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau

fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

Penyebab :

1) Agen pencedera fisiologis ( mis : inflamasi /

peradangan karena infeksi, iskemia/kekurangan

suplai darah ke organ tubuh, neoplasma/tumor).

Batasan Karakteristik :

1) Kriteria Mayor

a) Subjektif : mengeluh nyeri.

b) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif

(mis : waspada, posisi menghindar nyeri),

gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.

2) Kriteria Minor

a) Subjektif : tidak ada

60
b) Objektif : tekanan darah meningkat, pola

nafas berubah, nafsu makan berubah, proses

berfikir terganggu, menarik diri, berfokus

pada diri sendiri, diaphoresis/keringat.

Kondisi Klinis Terkait :

1) Infeksi

c. Hipervolemia

Definisi :

Peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan intraseluler.

Penyebab :

1) Gangguan mekanisme regulasi

2) Kelebihan asupan cairan

3) Kelebihan asupan natrium

Batasan karakteristik :
Karakteristik mayor

a) Subjektif : ortopnea, dispnea, Paroxysmal Nocturnal

Dyspnea (PND).

b) Objektif : edema anasarka (pembengkakan tejadi

diseluruh tubuh atau edema perifer, berat badan

meningkat dalam waktu singkat, Jugular Venous

Pressure (JVP) atau Central Venous Pressure (CVP)

61
meningkat, dan reflex hapatojugular positif.

Karakteristik minor
a) Subjektif : tidak ada
b) Objektif : distensi vena jugularis, terdengar suara napas
tambahan, hepatomegali, kadar Hb/Ht turun, oliguria
(pengeluaran urin sedikit), intake lebih banyak dari
output (balans cairan positif), kongesti paru.

4. Konsep Asuhan Keperawatan Hypervolemia dengan Chronic Kidney

Disease (CKD)

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan.

Pengkajian pada gagal ginjal kronik terdiri dari riwayat kesehatan,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dan diagnostik

(Kyle, T, 2014).

1) Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan meliputi riwayat medis sebelumnya,

termasuk riwayat kehamilan ibu, riwayat keluarga, dan

riwayat penyakit saat ini (bagaimana gejala mulai muncul dan

perkembangan gejala tersebut), serta obat dan terapi yang

digunakan di rumah.

Riwayat medis sebelumnya dapat signifikan untuk

polihidramnion, oligohidramnion, diabetes, hipertensi, atau

meminum alkohol atau kokain pada ibu. Riwayat neonatus

meliputi adanya arteri umbilikus tunggal atau masa abdomen,

62
abnormalitas kromosom atau malformasi kongestinal.

Dokumentasikan riwayat infeksi saluran kemih di masa lalu

atau masalah lain pada saluran genitourinarius.

Riwayat keluarga mungkin signifikan untuk penyakit

ginjal atau uropatologi. Urinary Tract Infection (UTI) kronik,

batu ginjal atau riwayat enuresis pada orangtua. Perhatikan

adanya gangguan spinal lain yang dapat memengaruhi

kemampuan anak untuk berkemih dan pembedahan urologi

sebelumnya atau intervensi ginjal yang berkelanjutan.

Untuk menentukan riwayat saat ini, dapat menanyakan

pertanyaan seperti sensasi terbakar saat berkemih, perubahan

pola berkemih, urine berbau menyengat, rabas vagina atau

uretra, nyeri, iritasi atau ketidaknyamanan genital, darah di

dalam urine, edema, massa pada area selangkangan , skrotum,

atau abdomen, nyeri abdomen atau pinggang, kram, mual dan

muntah, pertumbuhan buruk, kenaikan berat badan, demam,

pajanan penyakit terhadap infeksi dan trauma

2) Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Observasi penampilan umum anak, perhatikan

adanya retardasi pertumbuhan atau kenaikan berat badan

yang tidak lazim. Inspeksi kulit terhadap adanya pluritis,

edema, atau memar dan perhatikan adanya pucatpada kulit

63
atau manifestasi dismorfik (dengan masalah genetik).

Dokumentasikan adanya letargi, keletihan, pernafasan

cepat, konfusi, atau keterlambatan perkembangan.

Observasi bagian genetalia eksternal terhadap ruam popok

pada bayi, urine menetes konstan, disposisi lubang uretra,

lubang uretra kemerahan, atau rabas uretra. Pada anak

perempuan, perhatikan iritasi vagina atau penyatuan labia.

Pada anak laki-laki observasi kantong skrotum untuk

menemukan pembesaran atau perubahan warna. Dengan

anak berbaring datar observasi abdomen unntuk melihat

adanya diuresis, asites, atau kekenduran susunan otot

abdomen.

b. Auskultasi

Dengarkan secara jelas bunyi jantung karena bising

aliran dapat muncul pada anak yang anemis, yang

mengalami gangguan ginjal. Perhatikan peningkatan

frekuensi jantung, ukur tekanan darah menggunakan

metode auskultasi dengan manset berukuran sesuai dan

stetoskop dan peningkatan atau penurunan tekanan darah.

Pada anak yang mengalami edema, auskultasi paru

secara cermat, perhatikan adanya suara tambahan.

Perhatikan ketiadaan bising usus karena dapat

menandakan peritonitis.

64
c. Perkusi

Perkusi abdomen perhatikan suara redup (suara

redup biasanya terdengar pada limpa di margin kosta

kanan, pada ginjal, dan pada 1 sam 3 cm dibawah margin

kosta kiri). Kandung kemih yang penuh dapat terdengar

redup saat perkusi diatas simfisis pubis.

d. Palpasi

Perhatikan massa ginjal yang teraba

(mengindikasikan pembesaran atau massa karena

biasanya ginjal sulit di palpasi pada bayi yang lebih besar

atau pada anak). Perhatikan adanya massa abdomen atau

kandung kemih yang terdistensi. Dokumentasikan nyeri

tekan saat palpasi atau di sepanjang sudut kostavertebra.

Palpasi skrotum untuk mengidentifikasikan penurunan

testis, massa, atau abnormalits lain.

3) Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium

a) Pemeriksaan hitung darah lengkap: evaluasi Hb dan

hematokrit, hitung sel darah putih dan hitung trombosit.

b) Pemeriksaan nitogen urea darah BUN: pengukuran tidak

langsung terhadap fungsi ginjal dan filtrasi glomerulus

jika fungsi hati adekuat.

c) Pemeriksaan Fosfor (serum): pengukuran kadar fosfat di

dalam darah. Kadar fosfat berbanding terbalik dengan

65
kadar kalsium (kadar fosfat meningkat ketika

kadarkalsium menurun).

d) Pemeriksaan Urinalisis: mengevalusi warna, pH, berat

jenis, dan bau urine. Mengkaji adanya protein, glukosa,

keton, darah, leukosit esterase, seldarah merah dan sel

darah putih, bakteri, kristal dan cilinder.

b. Diagnosa Keperawatan

Setelah menyelesaikan seluruh pengkajian dapat

mengidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan. Diagnosa yang

sering muncul pada pasien dengan CKD salah satunya adalah

Hypervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi(Tim Pokja SDKI, 2017).

c. Perencanaan Keperawatan

Intervensi (Tim Pokja PPNI SIKI, 2018)

Masalah Tujuan keperawatan dan Intervensi keperawatan


keperawatan kriteria hasil
Hipervolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipervolemia
keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam: 1. Pemeriksaan tanda dan gejala
1. Fluid balance Dengan hipervolemia (mis. Ortopnea,
pemberian intervensi dyspnea, edema, JVP/CVP
keperawatan diharapkan meningkat, reflek hepatojegular
status keseimbangan positif, suara napas tambahan)
cairan dapat 2. Identifikasi penyebab
ditingkatkan dengan hipervolemia
kriteria hasil: 3. Monitor status hemodinamik
a. Tekanan darah (mis. Frekuensi jantung, tekanan
dalam batas normal darah, MAP,CVP, PAP, PCWP,
b. Denyut nadi radial CO, CI), jika tersedia
dalam batas normal 4. Monitor intake dan output cairan
c. Keseimbangan 5. Monitor tanda hemokonsentrasi
intake dan output (mis. Kadar natrium, BUN,

66
dalam 24 jam hematocrit, berat jenis urine)
d. Berat badan stabil 6. Monitor tanda peningkatan
e. Turgor kulit tidak tekanan onkotik plasma (mis.
mengilap dan tegang Kadar protein dan albumin
f. Kelembaban meningkat)
membrane mukosa 7. Monitor kecepatan infus secara
g. Hematokrit dan ketat
Nitrogen urea darah 8. Monitor efek samping deuretik
(BUN) (mis. Hipotensi ortostatik,
h. Tidak ada distensi hivopolemia, hypokalemia,
vena leher hyponatremia)
i. Tidak ada edema Terapeutik
perifer 1. Timbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan kepala tempat tidur
30- 400
Edukasi
1. Anjurkan melapor jika haluaran
urin <0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam sehari
3. Ajarkan cara mengukur
danmencatat asupan dan
haluaran cairan
4. Ajarkan cara mengatasi cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian deuretik
2. Kolaborasi penggatian
kehilangan kalium akibat
diuretic
3. Kolaborasi pemberian
continuos renal replacement
therapy (CRRT)

d. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada

pasien CKD dengan hypervolemia implementasi yang dilakukan

sesuai dengan intervensi adalah memanajemen hypervolemia (Tim

Pokja PPNI SIKI, 2018) yaitu :

67
1) Memonitor tanda-tanda hypervolemia

2) Memonitor intake dan output

3) Memonitor tanda-tanda vital

4) Membatasi asupan cairan dan garam

5) Menimbang berat badan

6) Mengajarkan cara membatasi cairan

7) Mengkolaborasikan pemberian diuretik.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah fase kelima atau terakhir dalam

proses keperawatan. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan

masalah yang pasien hadapi yang telah di buat pada perencanaan

tujuan dan kriteria hasil. Identifikasi hasil dan evaluasi dari

hypervolemia (Tim Pokja SLKI, 2019):

a) Asupan meningkat

b) Edema menurun

c) Asites menurun

d) Tekanan darah membaik dalam rentang (120/80 – 139/89)

mmHg

e) Denyut nadi radial membaik dalam rentang (60 – 100x/

menit)

f. Pendokumentasian

1) Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk

SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing). Adapun

68
komponen SOAP yaitu S (Subjektif) yaitu keluhan pasien

yang dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O

(Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran

atau observasi langsung pada pasien yang dirasakan pasien

setelah tindakan keperawatan, A (Assesment) adalah

interprestsi dari data subjektif dan objektif, P (Planing) adalah

perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,

dimodifikasiatau ditambah dari rencana tindakan keperawatan

yang telah ditentukan sebelumnya (Nikmatur & Saiful, 2012).

2) Prinsip Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan memiliki 3 prinsip yaitu: Brevity,

Legidibility, dan Accuracy (Sitanggang Rahmatia, 2019)

dijelaskan sebagai berikut:

a) Brevity

Dalam melakukan pendokumentasian setiap

petugas/perawat harus brevity, yaitu ringkas.Oleh karena

itu, dalam mencatat isi dokumentasi keperawatan harus

ringkas dan tidak perlu memasukan kata-kata atau kalimat

yang tidak penting dan mempunyai makna yang tidak

sesuai.

b) Legidibility

69
Legidibility adalah pendokumentasian keperawatan yang

harus mudah dibaca dan dipahami oleh perawat lain atau

profesi lain yang ikut dalam proses pendokumentasian.

c) Accuracy

Accuracy adalah sesuai dengan data yang ada pada

pasien. Pendokementasian keperawatan dengan

memasukan datayang benar dan sesuai dengan data pasien

baik identitas, laboratorium dan radiologi. Ini adalah

aspek yang sangat vital dan tidak boleh salah atau tertukar

dengan pasien lain.

3) Adapun prisip-prinsip dalam melakukan dokumentasi:

a) Dokumen merupakan suatu bagian integral dari pemberian

asuhan keperawatan.

b) Praktik dokumentasi bersifat konsisten.

c) Tersedianya format dalam praktik dokumentasi.

d) Dokumentasi hanya dibuat oleh orang yang melakukan

tindakan atau mengobservasi langsung klien.

e) Dokumentasi harus dibuat sesegera mungkin.

f) Catatan harus dibuat secara kronologis.

g) Penulisan singkatan harus menggunakan istilah yang

sudah berlaku umum dan seragam.

h) Tuliskan tanggal, jam, tanda tangan, dan inisial penulis.

70
i) Catatan harus akurat, benar, komplit, jelas, ringkas, dapat

dibaca, dan ditulis dengan tinta.

j) Dokumentasi adalah rahasia dan harus disimpan dengan

benar

4) Prinsip dokmentasi penulisan pengkajian :

a) Sistematis: pengkajian dari saat masuk rumah sakit sampai

pulang.

b) Format tersusun dan berkesinambungan.

c) Terdiri dari pencapatan pengumpulan data, terkelompok

dan analisa data yang mendukung klien.

d) Ditulis secara jelas dan singkat.

e) Menuliskan identitas waktu tanggal, nama dan tanda

tangan pelaksana pengkajian.

f) Ikut aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati

instansi.

5) Prinsip dokmentasi penulisan diagnosis keperawatan:

a) Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE

untuk masalah resiko.

b) Catat diagnosa keperawatan resiko dalam format

keperawatan.

c) Mulai pernyataan diagnosis keperawatan dengan

mengidentifikasi informasi tentang data untuk diagnosis

keperawatan.

71
d) Masukkan diagnosis keperawatan ke dalam daftar

masalah.

e) Hubungkan pada tiap-tiap diagnosa keperawatan ketika

menemui masalah keperawatan.

f) Setiap pergantian jaga perawat, gunakan diagnosa

keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, tindakan

dan evaluasi.

g) Menuliskan identitas waktu tanggal dan tanda tangan

pelaksana perumusan.

6) Prinsip dokmentasi penulisan intervensi :

a) Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua

data yang ada.

b) Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan.

Berikan prioritas utama pada masalah aktual yang

mengancam kesehatan.

c) Tulis dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang

diharapkan untukmenetapkan masalah bersama dengan

klien tentukan ketrampilan kognitif, afektif dan

psikomotor yang merupakan perhatian.

d) Alasan prinsip specivity untuk menuliskan diagnosa

keperawatan.

e) Mulai rencana tindakan dengan menggunakan action

verb.Catat tanda-tanda vital setiap pergantian dinas.

72
f) Tulis rasional dari rencana tindakan.

g) Menuliskan identitas waktu tanggal dan tanda tangan

pelaksana.

h) Rencana tindakan harus dicatat sebagai hal yang

permanen.

i) Klien dan keluarga jika memungkinkan diikutkan dalam

perencanaan.

j) Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan dan diusahakan untuk selalu diperbaharui.

7) Prinsip dokmentasi penulisan implementasi : Merupakan

dokumentasi dalam penerapan intervensi.

a) Gunakan bulpoint tertulis jelas, tulis dengan huruf cetak

bila tulisan tidakjelas. Bila salah tidak boleh di tip x tetapi

dicoret saja, dan ditulis kembali diatas atau disamping.

b) Jangan lupa selalu menuliskan waktu, jam pelaksanaan

dan tanda tangan pelaksana.

c) Jangan membiarkan baris kosong, tetapi buatlah garis ke

samping untuk mengisi tempat yang tidak digunakan.

d) Dokumentasikan sesegera mungkin setelah tindakan

dilaksanakan guna menghindari kesalahan (lupa).

e) Gunakan kata kerja aktif untuk menjelaskan apa yang

dikerjakan.

73
f) Dokumentasikan bagaimana respon pasien terhadap

tindakan yang dilakukan.

g) Dokumentasikan aspek keamanan, kenyamanan dan

pengawasan infeksi dan lingkungan terhadap klien.

h) Dokumentasikan persetujuan keluarga untuk prosedur

khusus dan tindakan invasif yang mempunyai resiko

tambahan.

i) Dokumentasikan dengan jelas, lengkap dan bila perlu

tuliskan ungkapan klien untuk memperjelas maksud.

j) Rujuk ke petunjuk, kebijakan dan prosedur rumah sakit

untuk penggunaan format.

8) Prinsip dokmentasi penulisan evaluasi :

a) Awali atau ikuti evaluasi dengan data pendukung.

b) Ikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan evaluasi

formatif.

c) Gunakan evaluasi sumatif ketika pasien dipulangkan atau

dipindahkan.

d) Catat evaluasi sumatif melalui pengkajian dan intervensi.

Catat juga respon pasien.

e) Pernyataan evaluasi formatif dan sumatif dimasukkan

kedalam catatan kesehatan.

f) Korelasikan data khusus yang ditampilkan dengan

kesimpulan yang dicapai perawat.

74
g) Data pengkajian dan hasil yang diharapkan digunakan

untuk mengukur perkembangan pasien.

B. Kerangka Teori

Fakor yang Mempengaruhi hipervolemia :

1. Usia
2. Jenis kelamin dan ukuran tubuh
3. Suhu lingkungan
4. Gaya hidup

Chronic Kidney
Disease (CKD) yang
disebabkan oleh:
1. Hypervolemia
1. Riwayat keluarga 2. Gangguan eliminasi Penatalaksanaan:
dengan penyakit urine
ginjal polikistik/ 3. Ketidak a. Pengkajian
penyakit ginjal seimbangan nuttrisi b. Diagnosa
genetic kurang dari Keperawatan
2. Bayi dengan berat kebutuhan tubuh c. Rencana
lahir rendah/ Tindakan
4. Resiko infeksi
prematur d. Pelaksanaan
5. Defisiensi
3. Riwayat gagal e. Evaluasi
pengetahuan anak
ginjal akut
dan keluarga
4. Kelainan bawaan
6. Intoleransi aktivitas
ginjal
5. Infeksi saluran 7. Gangguan citra
kemih tubuh
6. Riwayat tekanan
darah tinggi

Dampak yang ditimbulkan dari hypervolemia


adalah terjadinya gangguan kardiovaskuler
bahkan kematian yang terjadi pada pasien

75
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Tim Pokja PPNI SDKI (2017), Sudung, O, dkk (2016), Kyle, T (2016)

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif dengan

pendekatan studi dokumentasi yaitu menggambarkan suatu peristiwa/

kasus dengan memanfaatkan dokumentasi laporan asuhan keperawatan

hypervolemia dengan Chronic Kidney Disease (CKD).

B. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah satu data asuhan keperawatan yang di

lampirkan di dalam KTI (Karya Tulis Ilmiah) mahasiswa STIKES YARSI

2023

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus Stikes Yarsi Mataram.

D. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari studi kasus, hypervolemia pada pasien

CKD dijelaskan pada tabel dibawah ini :

No. Variable Definisi Operasional

1. Hypervolemia pada Keadaan dimana terjadi peningkatan asupan


pasien dengan CKD cairan pada tubuh anak dan tubuh tidak bisa
mengeluarkan cairan yang ada dalam tubuh karena

76
terjadi penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan
ginjal tidak dapat mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit pada tubuh.

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah

peneliti itu sendiri (Sugiono, 2015). Bahwa dalam penelitian kualitatif

yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti

kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan, menilai kualitas data, analisa data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

cara studi dokumentasi dengan menggunakan data sekunder yakni

dokumen yang ditulis kembali oleh orang yang tidak langsung mengalami

peristiwa berdasarkan informasi yang diperoleh dari orang yang langsung

mengalami peristiwa.

G. Analisa Data

Analisan data merupakan suatu proses yang dilakukan secara

sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya

mudah dideteksi. Teknik analisa data menggunakan analisa deskriptif-

kualitatif yaitu dengan cara ;

1. Mengevaluasi dan mencermati kasus asuhan keperawatan pada

hypervolemia dengan CKD untuk memperoleh data/ informasi yang

menunjang pada hypervolemia.

77
2. Menginterpretasikan kasus asuhan keperawatan terutama masalah

hypervolemia.

3. Membandingkankasus dengan teori atau artikel penelitian yang ada

terkait dengan asuhan keperawatan hypervolemia.

4. Memberikan rekomendasi dalam penelitian yang dilakukan.

H. Etika Penelitian

1. Anonimity (tanpa nama atau inisial saja yang dicantumkan)

Pada saat penulis mencantumkan nama pasien pada Proposal

Penelitian/ Karya Tulis Ilmiah yang dibuat, penulis

hanyamencantumkan inisial dan bukan nama terang yang bertujuan

untuk menjaga kerahasiaan pasien.

1. Confidentality (kerahasiaan)

Saat penulis melakuan peneitian, data yang penulis dapatkan hanya

boleh dilihat atau dibaca dalam rangka pegobatan klien. Perawat

maupun penulis tidak boleh menyebarluaskan.

I. Kerangka Alur Penelitian

Surat Izin Pemilihan data Analisis Membandingkan


(Administrasi) berupa data Data dengan teori dan
asuhan hasil
keperawatan

78
DAFTAR PUSTAKA

Assahra, Hanifah Naim Ayu, dan prima trisna Aji. 2020. “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Ckd (Chronic Kidney Disease) Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Cairan.” Jurnal Keperawatan 2(1).
Chironda, Geldine, dan Busisiwe Bhengu. 2016. “Contributing
Factors to Non-Adherence among Chronic Kidney Disease
(CKD) Patients: A Systematic Review of Literature.” Medical &
Clinical Reviews 02(04): 1–9.
Ferlinda, Erdiana Isnaini, dan Faizah Betty. 2017. “Case Report :
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipervolemia Yang
Menjalani Hemodialisis.” : 29–34.
Ferrario, Manuela et al. 2014. “Effects of fluid overload on heart rate
variability in chronic kidney disease patients on hemodialysis.”
BMC Nephrology 15(1): 1–11.
Fitri, Des Demona et al. 2022. “ASUHAN KEPERAWATAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE STAGE V DENGAN EFUSI
PLEURA PADA PASIEN DI RUANG PENYAKIT DALAM:
STUDI KASUS Nursing Care For A Stage V Chronic Kidney
Disease With Pleural Effusion Patient In The Internal Medicine
Ward: Case Study.” 1: 148–55.
Hayes, Wesley, dan Fabio Paglialonga. 2019. “Assessment and
management of fluid overload in children on dialysis.” Pediatric
Nephrology 34(2): 233–42.
JULANITA, NI MADE ANI. 2021. “UHAN KEPERAWATAN
HIPERVOLEMIA PADA PASIEN DENGAN CKD STAGE V
DI IGD RSUP SANGLAH.” Frontiers in Neuroscience 14(1):
1–13.
Khan, Yusra Habib et al. 2016. “Chronic kidney disease, fluid
overload and diuretics: A complicated triangle.” PLoS ONE
11(7): 1–13.

79
Mayasari1, Zah Dewi Masithah, dan Chairul Huda Al-Husna2. 2023.
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. S
DENGAN DIAGNOSA CHRONIC KIDNEY DISEASE
(CKD).” MEDICINE 4(1): 88–100.
MAYNE, KAITLIN J. et al. 2022. “Bioimpedance Indices of Fluid
Overload and Cardiorenal Outcomes in Heart Failure and
Chronic Kidney Disease: a Systematic Review: Bioimpedance
and cardiorenal outcomes.” Journal of Cardiac Failure 28(11):
1628–41.
NUR, ROPI. 2020. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN HIPERVOLEMIA DI RUANG MAWAR
RSUD Dr. HARJONO PONOROGO.”
file:///C:/Users/VERA/Downloads/ASKEP_AGREGAT_ANAK_a
nd_REMAJA_PRINT.docx 21(1): 1–9.
Ramadhani, Anggun Wahyu. 2020. “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) Dengan Tindakan
Pembatasan Kebutuhan Cairan.” Jurnal Universitas Kusuma
Husada Surakarta 9(7).
Sahutoglu, Tuncay et al. 2017. “Serum VEGF-C levels as a candidate
biomarker of hypervolemia in chronic kidney disease.” Medicine
(United States) 96(18): 1–5.
Scotland, Graham et al. 2018. “Multiple-frequency bioimpedance
devices for fluid management in people with chronic kidney
disease receiving dialysis: A systematic review and economic
evaluation.” Health Technology Assessment 22(1): 1–137.
Wabel, Peter et al. 2008. “Towards improved cardiovascular
management: The necessity of combining blood pressure and
fluid overload.” Nephrology Dialysis Transplantation 23(9):
2965–71.
Yuliani, Dwi. 2018. “8 Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu.” (2013): 8–25.
Adrian Kevin. 2020. Level Hemotokrit Rendah. Website:
https://www.alodokter.com/level-hematokrit-rendah-ini-
penyebabnya
Anggraini. F, & Arcellia Farosyah Putri. 2016. Pemantauan Intake
Output Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat
Mencegah Overload Cairan. Jurnal Keperawatan Indonesia.
Vol. 19 No. 3 November 2016. Hal 152-1160

80
Becherucci, Franchesca, dkk. 2016. Chronic Kidney Disease in
Children. Clin Kidney Journal. Website:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4957724/
Dame Merry Cristy Pane. 2020.Diuretic – Manfaat, Dosis dan Edek
Samping. Website: https://www.alodokter.com/diuretik
Dame Merry Cristy Pane. 2020. Manfaat, Dosis dan Efek Samping
Obat Furosemide. Website:
https://www.alodokter.com/furosemide
Darebail, Vimal K., Abhijit V. Kshirsagar, Melanie S. Joy., Joseph T
DiPiro, Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzhe,
Barbara G. Wells, L. Michael Posey. 2011. Chrinic Kidney
Disease: Progression- Modifying Therapies In
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Edition 8. The
McGraw Hill Companies, Inc
Dary, Puspita Dhanang & Luhukay Jolanda.2018. Peran Keluarga
Dalam Penanganan Anak Dengan Penyakit. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah 3 (1)

Hidayat Eka Laksmi. 2018. Gangguan Ginjal Pada Anak. Jakarta:


Kemenkes RI
Januardi. 2016. Askep Pada Pasien An. R dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) Grade V di Ruang Melati 4 INSKA RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta.
Kemenkes RI. 2017. Diagnosis, Klasifikasi, Pencegahan, Terapi
Penyakit Ginjal Kronis. Website:
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/diagnosis-
klasifikasi-pencegahan-terapi-penyakit-ginjal-kronis
Kozier, B., Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J. 2010. Buku
Ajar Fundamental Keperawatan. Alih bahasa: Esty Wahyu
Ningsij, Devi Yulianti, Yuyun Yuningsih dan Ana Iusyana.
Jakarta: EGC
Kyle T & Susan Carman. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri.
Edisi 2. Vol. 3. Jakarta : EGC
Nahas & Levin. 2010. Chronic Kidney Disease. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Definisi dan Tindakaan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta:
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI
RISKESDAS. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).

81
Simatupang. (2019). Gambaran pengetahuan pasien gagal ginjal
kronik tentang Kepatuhan menjalani hemodialisis di ruang
hemodialisa RSUP H. Adam malik medan tahun 2019.
Nurarif. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic - Noc. Medication Publishing.

82
83

Anda mungkin juga menyukai