Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN KEBUTUHAN PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh:
SALSABILA NAKHLAH
040SYE21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.3
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
GANGGUAN KEBUTUHAN PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh:
SALSABILA NAKHLAH
038SYE21

Laporan Pendahuluan telah dikonsultasikan dan disetujui.

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik

Kurniati Prihatin,S.Kep., Ners., M.Kep Siti Fatimah,S.Kep., Ners


LAPORAN PENDAHULUAN

Rumah Sakit: RSUD Provinsi NTB Nama Mahasiswa: Salsabila Nakhlah


Tanggal: NIM/Kelompok: 040SYE21/2
Inisial Pasien:
Umur/No.Reg:
I. LANDASAN TEORI
A. Konsep Fisiologis
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatandiri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes(2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampumelakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidak pedulian dirinya dan lingkungantermasuk perawatan diri. Pola perawatan diri
seimbang, Kadang perawatan diri kadang tidak tidak melakukan perawatan diri pada
saat stress.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
B. Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,
pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam: kebersihan diri, makan,
berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri (toileting)
(Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015:154)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB atau BAK
(toileting) (Fitria, 2009).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
diantaranya mandi, makan dan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting.
C. Karakteristik
Adapun karakteristik defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut:
1) Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan
mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, mengambil pakaian
dan mengenakan sepatu
3) Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat, serta mencerna cukup makanan dengan aman
4) Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi pakaian untuk
toileting,membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
Adapun gejala klinis dari personal hygiene adalah sebagai berikut :
1.      Kulit kepala kotor dan rambut kusam,acak-acakan
2.      Hidung kotor dan telinga juga kotor
3.      Gigi kotor disertai mulut bau
4.      Kulit panjang dan tidak terawat
5.      Kuku panjang-panjang dan tidak terawat
6.      Badan kotor dan pakaian kotor
7.      Penampilan tidak rapi
Adapun tanda-tanda dari personal hygiene adalah sebagai berikut :
1. Fisik
a.   Badan bau, pakaian kotor
b.   Rambut dan kulit kotor
c.   Kuku panjang dan kotor
d.   Gigi kotor, mulut bau
e.    Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a.  Malas, tidak ada inisiatif
b.  Menarik diri, isolasi
c.  Merasa tidak berdaya, rendah diri dan hina
3. Sosial
a.   Interaksi kurang
b.   Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma, missal : cara makan berantakan, buang
air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/ sikat gigi, tidak dapat berpakaian
sendiri.
D. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
1) Faktor Predisposisi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri adalah,
Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu melindungi dan
memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan inisiatif dan keterampilan. Lalu
faktor predisposisi selanjutnya adalah Faktor Biologis, beberapa penyakit kronis dapat
menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri. Faktor
selanjutnya adalah kemampuan realitas yang menurun. Klien dengan gangguan jiwa
mempunyai kemampuan realitas yang kurang, sehingga menyebabkan ketidak pedulian
dirinya terhadap lingkungan termasuk perawatan diri. Selanjutnya adalah faktor Sosial,
kurang dukungan serta latihan kemampuan dari lingkungannya, menyebabkan klien
merasa tidak percaya diri.
a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri
c. Kemampuan realitas turun Klien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri
d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2) Faktor Presipitasi.
Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya atau
penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual, cemas, lelah / lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri. Sedangkan menurut Depkes tahun 2000 faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah body Image, praktik social, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya,
kebiasaan dan kondisi fisik.
Berikut penjabarannya. gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak perduli
dengan dirinya. Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri
maka,kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan, seperti sabun, sikat gigi, shampoo dan
alat mandi lainnya yang membutuhkan uang untuk menyediakannya.
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien penderita DM yang harus menjaga
kebersihan kakinya. Pada factor Budaya, terdapat budaya di sebagian masyarakat
tertentu jika individu sakit tidak boleh dimandikan. Ada pula kebiasaan seseorang yang
enggan menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri, missal sabun, shampoo, dll.
Sedangkan, untuk factor kondisi fisik, pada keadaan tertentu / sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukan nya.
Menurut Tarwoto Wartonah faktor-faktor yang mempengaruhi personal Hygiene
adalah :
1.   Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.
2.   Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri sehingga kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3.   Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4.  Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus, ia harus
selalu menjaga kebersihan kakinya.
5.   Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
6.   Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
7.   Kondisi Fisik
Pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
E. Tahapan-Tahapan Personal Hygiene
1.      Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai kuman
atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan sensasi, sehingga diperlukan
perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan utama
yaitu epidermis, dermis, dan subkutan. Ketika pasien tidak mampu atau melakukan
perawatan kulit pribadi maka perawat memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga
bagaimana melaksanakan personal higiene.
2.      Mandi
Memandikan pasien merupakan perawatan higienis total. Mandi dapat dikategorikan
sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi ditempat tidur yang lengkap diperlukan bagi
pasien dengan ketergantungan total dan memerlukan personal higiene total. Keluasan mandi
pasien dan metode yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik pasien
dan kebutuhan tingkat hygiene yang dibutuhkan. Pasien yang bergantung dalam pemenuhan
kebutuhan personal higiene, terbaring ditempat tidur dan tidak mampu mencapai semua
anggota badan dapat memperoleh mandi sebagian di tempat tidur. Kadang pasien tidak
dapat mandi sendiri dan perawat atau anggota keluarga memandikan pasien di tempat tidur.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara
sendiridengan cara memandikan di tempat tidur.
Tujuan:
1. Menjaga kebersihan tubuh,
2. Mengurangi infeksi akibat kulit kotor, 
3. Memperlancar sistem peredaran darah
4. Menambah kenyamanan pasien.
Alat dan bahan:
1. Baskom mandi dua buah, masing-masing berisi air dingin dan air hangat
2. Pakaian pengganti
3. Kain penutup
4. Handuk besar
5. Handuk kecil untuk mengeringkan badan
6. Sarung tangan pengusap/waslap
7. Tempat untuk pakain kotor
8. Sampiran
9. Sabun.
Prosedur kerja:
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur posis pasien
4. Lakukan tindakan memandikan pasien yang diawali dengan membentangkan
handuk di bawah   kepala, kemdian bersihkan muka, telinga, dan leher degan
sarung tangan pengusap. Keringkan   dengan handuk.
5. Kain penutup diturukan, kedua tangan pasien diangkat dan pindahkan handuk di
atas dada pasien, lalu bentangkan. Kemudian kembalikan kdua tangan ke posisi
awal diats handuk, lalu basahi kedua tangan dengan air bersih. Keringkan dengan
handuk.
6. Kedua tangan diangkat, handuk dipindahkan di sisi pasien, bersihkan daerah
dada dan perut, lalu keringkan dengan handuk
7. Miringkan pasien ke kiri, handuk dibentangkan kebawah punggung sampai
glutea dan basahi punggung h inga glutea, lalu keringkan degan handuk.
Selanjutnya miringkan pasien ke kanan dan laukan hal yang sama. Kemudian
kembalikan pasien pada posisi terlentang dan pasangkan pakaian dengan rapi.
8. Letakkan handuk di bawah lutut lalu bersihkan kaki. Kaki yang paling jauh
didahulukan dan keringkan dengan handuk.
9. Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea. Pakaian bawah perut dibuka, lalu
bersihkan daerah lipatan paha dan genitalia. Setelah selesai, pasang kembali
pakaian dengan rapi.
10. Cuci tangan.
3.      Hygiene mulut
 Pasien immobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan mulut, sebagai
akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi dan menimbulkan bau tidak enak. Gigi
dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab
melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu mempertahankan
status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok membersihkan gigi dari partikel –
partikel makanan, plak, bakteri, memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang
dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Tujuan perawatan hygiene mulut pasien
adalah pasien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya tifus, hepatitis), mencegah
penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman,
memahami praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut
dengan benar.
4.      Perawatan mata, hidung, dan telinga
Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga selama
pasien mandi. Normalnya, telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun, pasien
dengan serumen yang terlalu banyak telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri pasien atau
dilakukan oeh perawat dan keluarga. Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman
pendengaran. Bila benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu
konduksi suara. Tujuan perawatan mata, hidung, dan telinga adalah pasien akan memiliki
organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga pasien akan bebas dari
infeksi, dan pasien akan mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga sehari –
hari.
5.      Perawatan rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan
dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang
untuk memelihara perawatan rambut seharisehari. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah
cara-cara dasar higienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator
status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan,
infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut.
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur
suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi.
6.      Perawatan kaki dan kuku
Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi,
bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan
kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam
mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh
melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih.
7.      Perawatan genitalia
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien yang paling butuh
perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi.
Pasien yang mampu melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk melakukannya sendiri.
Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan genitalia, terutama pada
pasien yang berlainan jenis kelamin. Dapat membantu jika memiliki perawat yang sama
jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan pada saat memberikan perawatan genitalia.
Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan
kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal higiene.
F. Masalah/Gangguan YangTimbul Pada Kebutuhan Dasar Manusia
Dampak yang timbul pada masalah personal hygiene meliputi
1.    Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan yang sering timbul adalah gangguan
integritas kulit,gangguan membran mukosa mulut,infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada luka.
2.    Gangguan psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri,aktualisasi diri dan gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan harga,aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
Menurut KDM Tarwoto Wartonah, macam-macam personal hygiene yaitu :
1. Perawatan kulit kepala dan rambut.
Rambut berbentuk bulat panjang, makin ke ujung makinkecil dan ujungnya makin kecil.
Pada bagian dalam berlubangdan berisi zat warna.Warna rambut setiap orang tidak
samatergantung zat warna yang ada didalamnaya.
Rambut dapattumbuh dari pembuluh darah yang ada disekitar rambut (Depdikbud,
1986:23).
Rambut merupakan pelindung bagi kulit kepala dari sengatan matahari dan hawa dingin.
Dalam kehidupan sehari-hari sering nampak pemakaian alat perlindungan lain sepertitopi,
kain kerudung dan masih banyak lagi yang lain. Penampilan akan lebih rapi dan menarik
apabila rambutdalam keadaan bersih dan sehat. Sebaliknya rambut yangdalam keadaan
kotor, kusam dan tidak terawat akan terkesan jorok dan penampilan tidak menarik.
Rambut dan kulit kepala harus selalu sehat dan bersih, sehingga perlu perawatan yang
baik. Untuk perawatan rambutdapat ditempuh dengan berbagai cara namun demikian
carayang dilakukan adalah cara pencucian rambut.
Rambut adalah bagian tubuh yang paling banyak mengandung minyak. Karenaitu
kotoran, debu, asap mudah melekat dengan demikian makapencucian rambut adalah suatu
keharusan. Pencucian rambutdengan shampoo dipandang cukup apabila dilakukan dua
kalidalam seminggu.
Rambut yang sehat yaitu tidak mudah rontok dan patah, tidak terlalu berminyak dan
terlalu kering serta tidak berketombedan berkutu. Tujuan bagi klien yang membutuhkan
perawatan rambut dan kulit kepala meliputi sebagai berikut:
a.      Pola kebersihan diri klien normal
b.      Klien akan memiliki rambut dan kulit kepala bersih yang sehat
c.      Klien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri
d.      Klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri
e.      Klien akan berpartisipasi dalam praktik perawatan rambut.
2. Perawatan mata.
Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi dan melibatkan pembersihan
dengan washlap bersih yang dilembabkan kedalam air. Sabun yang menyebabkan panas dan
iritasi biasanya dihindari. Perawat menyeka dari dalam ke luar kantus mata untuk mencegah
sekresi dari pengeluaran ke dalam kantong lakrimal. Bagian yang terpisah dari washlap
digunakan sekali waktu untuk mencegah penyebaran infeksi. Jika klien memiliki sekresi
kering yang tidak dapat diangkat dengan mudah dengan menyeka, maka perawat dapat
meletakkan kain yang lembab atau kapas pada margin kelopak mata pertama kali untuk
melunakkan sekresi. Tekanan langsung jangan digunakan diatas bola mata karena dapat
meyebabkan cedera serius.
Klien yang tidak sadar memerlukan perawatan mata yang lebih sering. Sekresi bisa
berkumpul sepanjang margin kelopak mata dan kantus sebelah dalam bila refleks berkedip
tidak ada atau ketika mata  tidak dapat menutup total. Mata dapat dibersihkan dengan kapas
steril yang diberi pelembab normal salin steril. Air mata buatan bisa diperlukan, dan pesanan
untuk itu harus diperoleh dai dokter.  Tindakan pencegahan harus digunakan jika potongan
kecil digunakan pada mata karena dapat meyebabkan cedera kornea.
3. Perawatan hidung.
Klien biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan ke
dalam dengan tisu lembut. Hal ini menjadi hygiene harian yang diperlukan. Perawat
mencegah klien jangan mengeluarkan kotoran dengan kasar karena mengakibatkan tekanan
yang dapat mencenderai gendang telinga, mukosa hidung, dan bahkan struktur mata yang
sensitif. Perdarahan hidung adalah tanda kunci dari pengeluaran yang kasar, iritasi mukosa,
atau kekeringan.
Jika klien tidak dapat membuang sekresi nasal, perawat membantu dengan
menggunakan washlap basah atau aplikator kapas bertangkai yang dilembabkan dalam air
atau salin. Aplikator seharusnya jangan dimasukkan melebihi panjang ujung kapas. Sekresi
nasal yang berlebihan dapat juga dibuang dengan pengisap. Pengisap nasal merupakan
kontraindikasi dalam pembedahan nasal atau otak.
4. Perawatan telinga.
Telinga dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu bagianpaling luar, bagian tengah, dan
daun telinga.Telinga bagian luar terdiri dari lubang telinga dan daun telinga.Telinga
bagiantengah terdiri dari ruang yang terdiri dari tiga buah ruang
tulangpendengaran.Ditelinga bagian dalam terdapat alatkeseimbangan tubuh yang terletak
dalam rumah siput.Telinga merupakan alat pendengaran, sehingga berbagaimacam bunyi-
bunyi suara dapat didengar.Disamping sebagai alat pendengaran telinga juga dapat berguna
sebagai alatkeseimbangan tubuh.Menjaga kesehatan telinga dapat dilakukan dengan
pembersihan yang berguna untuk mencegah kerusakan dan infeksi telinga. Telinga yang
sehat yaitu lubang telinga selalu bersih,untuk mendengar jelas dan telinga bagian luar selalu
bersih.
5. Perawatan kuku kaki dan tangan.
Kuku terdapat di ujung jari bagian yang melekat pada kulit yang terdiri dari sel-sel yang
masih hidup. Bentuk kuku bermacam-macam tergantung dari kegunaannya ada yangpipih,
bulat panjang, tebal dan tumpul. Guna kuku adalah sebagai pelindung jari, alatkecantikan,
senjata , pengais dan pemegang. Bila untuk keindahan bagi wanita karena kuku harusrelatif
panjang, maka harus dirawat terutama dalam halkebersihannya. Kuku jari tangan maupun
kuku jari kaki harus selalu terjaga kebersihannya karena kuku yang kotor dapat
menjadisarang kuman penyakit yang selanjutnya akan ditularkan kebagian tubuh yang lain.
6. Perawatan genetalia.
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien yang paling butuh
perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi.
Pasien yang mampu melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk melakukannya sendiri.
Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan genitalia, terutama pada
pasien yang berlainan jenis kelamin. Dapat membantu jika memiliki perawat yang sama
jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan pada saat memberikan perawatan genitalia.
Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan
kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal higiene.
7. Perawatan kulit seluruh tubuh
Kulit terletak diseluruh permukaan luar tubuh. Secara garis besar kulit dibedakan
menjadi 2 bagian yaitu bagian luar yang disebut kulit ari dan bagian dalam yang disebut
kulit jangat. Kulit ari berlapis-lapis dan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok, yaitu lapisan luar yangdisebut lapisan tanduk dan lapisan dalam yang disebut
lapisanmalpighi. Kulit jangat terletak disebelah bawah atau sebelahdalam dari kulit ari.
Kulit merupakan pelindung bagi tubuh dan jaringan dibawahnya. Perlindungan kulit
terhadap segala rangsangan dariluar, dan perlindungan tubuh dari bahaya kuman
penyakit.Sebagai pelindung kulitpun sebagai pelindung cairan-cairantubuh sehingga tubuh
tidak kekeringan dari cairan.Melaluikulitlah rasa panas, dingin dan nyeri dapat dirasakan.
Guna kulit yang lain sebagai alat pengeluaran ampas-amps berupa zatyang tidak terpakai
melalui keringat yang keluar lewat pori-pori.
Kulit yang baik akan dapat menjalankan fungsinyadengan baik sehingga perlu
dirawat. Pada masa yang modernsekarang ini tersedia berbagai cara modern pula berbagai
perawatan kulit. Namun cara paling utama bagi kulit, yaitupembersihan badan dengan cara
mandi. Perawatan kulitdilakukan dengan cara mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Tentu
saja dengan air yang bersih. Perawatan kulit merupakankeharusan yang mendasar
(Depdikbud, 1986:23). Kulit yang sehat yaitu kulit yang selalu bersih, halus, tidakada
bercak-bercak merah, tidak kaku tetapi lentur (fleksibel).
8. Perawatan tubuh secara keseluruhan.
Sedangkan menurut KDM Wahit Iqbal Mubarak, SKM dan Ns. Nurul Chayatin,
S.Kep, sama dengan macam personal hygiene menurut KDM Tarwoto Wartonah hanya saja
ditambah dengan :
1.   Perawatan gigi dan mulut.
Mulut beserta lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat pencerna makanan.
Mulut berupa suatu rongga yangdibatasi oleh jaringan lunak, dibagian belakang
berhubungandengan tengggorokan dan didepan ditutup oleh bibir. Lidah terdapat didasar
rongga mulut terdiri dari jaringan yang lunakdan ujung-ujung syaraf pengecap. Gigi
terdiri dari jaringan kerasyang terdapat di rahang atas dan bawah yang tersusun rapidalam
lengkungan.
Makanan sebelum masuk ke dalam perut, perludihaluskan, maka makanan
tersebut dihaluskan oleh gigi dalam rongga mulut. Lidah berperan sebagai pencampur
makanan, penempatan makanan agar dapat dikunyah dengan baik danberperan sebagai
indera perasa dan pengecap. Penampilanwajah sebagian ditentukan oleh tata letak gigi.
Disamping itu juga sebagai pembantu pengucapan kata-kata dengan jelas danterang.
Seperti halnya dengan bagian tubuh yang lain, makamulut dan gigi juga perlu perawatan
yang teratur danseyogyanya sudah dilakukan sejak kecil. Untuk pertumbuhangigi yang
sehat diperlukan sayur-sayuran yang cukup mineralseperti zat kapur, makanan dalam
bentuk buah-buahan yangmengandung vitamin A atau C sangat baik untuk kesehatan
gigidan mulut.
Gosok gigi merupakan upaya atau cara yang terbaikuntuk perawatan gigi dan
dilakukan paling sedikit dua kali dalamsehari yaitu pagi dan pada waktu akan tidur.
Denganmenggosok gigi yang teratur dan benar maka plak yang adapada gigi akan hilang.
Hindari kebiasaan menggigit benda-benda yang keras dan makan makanan yang dingin
dan terlalupanas. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya, gigi tidak
berlubang dan didukung oleh gusi yang kencang danberwarna merah muda. Pada kondisi
normal, dari gigi dan mulut.
Tindakan yang dapat dilakukan keluarga/perawat bagi klien yang tidak dapat
merawat diri sendiri adalah :
1. Meningkatkan kesadaran dan percaya diri klien
a.     Bina hubungan saling percaya
b.     Bicarakan tentang pentingnya kebersihan diri
c.     Kuatkan kemampuan klien untuk merawat diri
2. Membimbing dan mendorong klien merawat diri
a.     Bantu klien merawat diri
b.     Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c.     Buat kegiatan harian setiap hari
d.     Ingatkan setiap kegiatan
e.      Beri pujian serta kegiatan yang positif
3.Ciptakan lingkungan yang mendukung
a.      Sediakan perlengkapan yang dibutuhkan (misal : sabun, odol, baju,dll)
b.      Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi klien
4. Sikap keluarga
a.      Sabar dan selalu siap membantu
b.      Menerima dan memuji setiap upaya klien saat merawat diri
c.      Tidak mencela atau menghina
5. Membantu klien untuk melakukan perawatan diri.
6. Memberikan health education agar klien tahu dan sadar bahwa kebersihan diri
penting dijaga.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian
Mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan palpasi abdomen untuk area
nyeri tekan, distensi dan massa padat, spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan
adanya darah. Identitas pasien yang perlu untuk dikaji meliputi:
1) Meliputi nama dan alamat
2) Jenis kelamin: kanker usus ini lebih banyak menyerang pada laki – laki.
3) Umur: paling sering menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan pertanyaan yang
bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata “ya” atau “tidak” atau
hanya dengan anggukan kepala atau gelengan. Contohnya: pasien mengeluh nyeri pada
bagian perut, (terasa sangat nyeri saat beraktivitas) badan lemas, mual muntah, nafsu makan
menurun, Lokasi nyeri pada abdomen.
c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita penyakit lain. Orang yang sudah pernah terkena kanker usus besar dapat terkena
kanker usus besar untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung
telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk
terkena kanker usus besar.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Secara patologi kanker colon tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya mempunyai riwayat kanker usus
besar pada keluarga, maka kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika
saudara anda terkena kanker pada usia muda.
e. Riwayat Tumbuh Kembang
Kelainan – kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan pertumbuhan
seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit seperti gizi buruk atau obesitas.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
Pada riwayat sosial ekonomi pasien terkait makanan dan nutrisi yang dikonsumsi oleh
pasien setiap harinya.
g. Riwayat Psikologi
Cara pasien menghadapi penyakitnya saat ini, dapat menerima, ada tekanan psikologis
berhubungan dengan sakitnya itu. Kita kaji tingkah laku dan kepribadian.
h. Persepsi kesehatan dan cara pemeliharaan kesehatan
Cara klien menjaga kesehatan, cara menjaga kesehatan, pengetahuan klien tahu tentang
penyakitnya, tanda dan gejala apa yang sering muncul, perilaku mengatasi kesehatan,
pengetahuan penyebab sakitnya.
i. Nutrisi metabolik
Makan atau minum, frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi, obat-obatan yang
dikonsumsi.
j. Eliminasi
Pola buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan
nyeri. kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah yang dialami. Ada atau
tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, retensi, dan gangguan lainnya. Kaji penggunaan
alat bantu.
k. Aktivitas dan latihan
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, bantuan
dalam melakukan aktivitas, keluhan klien saat beraktivitas.
l. Tidur dan istirahat
Kualitas tidur klien, kebiasaan tidur klien, kebiasaan sebelum tidur klien.
m. Kognitif dan persepsi sensori
Pengkajian nyeri PQRST, penurunan fungsi Panca indera, alat bantu yang digunakan
misalnya kaca mata.
n. Persepsi dan konsep diri
Cara klien menggambarkan dirinya sendiri, pandangan klien terhadap penyakitnya,
harapan klien terhadap penyakitnya.
o. Peran dan hubungan dengan sesama
Dengan sesama, hubungan klien dengan orang lain keluarga, perawat dan dokter
p. Reproduksi dan seksualitas
Gangguan pada hubungan seksualitas klien, mekanisme koping dan toleransi terhadap
stres.
q. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Cara klien menghadapi masalah, cara klien mengatasi solus.
r. Nilai dan kepercayaan
Kebiasaan dalam menjalankan agama, tindakan medis yang bertentangan dengan
kepercayaan klien, menjalankan ajaran agama yang dianut klien, persepsi terkait dengan
penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang nilai dan kepercayaan klien
s. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
Tanda vital:
a. Tekanan Darah: 120/80 mm/Hg
b. Nadi: 105 X/mnt
c. RR: 24 X/mnt
d. Suhu: 36°C
Inspeksi: Tidak ada benjolan / kanker kolon, tidak ada lesi dikepala, penyebaran rambut
merata, rambut bersih, hitam, tidak ada ketombe.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
a. Mata
Inspeksi: Konjungtiva anemis, posisi dan kesejajaran mata normal, dilatasi pupil
normal, ada reaksi dengan cahaya, tidak memakai kacamata, fungsi penglihatan
normal.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
b. Telinga
Inspeksi: Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak ditemukan pembengkakan, telinga
dalam keadaan bersih, ketajaman pendengaran normal.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
c. Hidung
Inspeksi: bentuk hidung normal, simetris, pernapasan cuping hidung, bersih, tidak
ada pembengkakan, tidak ada secret
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
d. Mulut
Inspeksi:
Bibir: mukosa bibir kering, rongga mulut: jumlah gigi lengkap, lidah: bersih, warna
lidah putih
e. Leher
Inspeksi: bentuk normal, simetris, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening Palpasi: tidak ada nyeri tekan, teraba nadi karotis
f. Dada
Inspeksi: bentuk dada normal, simetris, tidak ada retraksi dada
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi: suara paru-paru sonor (normal), suara jantung pekak
Auskultasi: S1 - S2, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan seperti
ronkhi, wheezing, snoring
g. Abdomen
Inspeksi: distensi abdomen
Auskultasi: Peristaltik normal (20x/menit)
Perkusi: Timpani Palpasi: tidak ada nyeri tekan
h. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi: gerak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang, kekuatan otot
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa
Ekstremitas Bawah
Inspeksi: kekuatan otot dekstra sinistra 5
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa
i. Kulit dan kuku
Inspeksi:
Kulit: kulit lembab, warna kulit kuning langsat, turgor kulit baik
Kuku: kuku pendek dan bersih
Palpasi: CRT 2 detik
Keadaan lokal Kondisi umum pasien biasanya adalah composmentis degan nilai
GCS 14 -15
2. Diagnosa
Menurut SDKI 2015, diagnosis keperawatan umum untuk klien dengan masalah
perawatan hygiene adalah Defisit Perawatan Diri. Lebih lanjut diagnosa tersebut terbagi
menjadi dua, yaitu:
1.   Defisit perawatan diri : mandi/hygiene
2.   Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
3. Rencana Tindakan Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (SIKI)
(SLKI)
1. Defisit Perawatan Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri
Diri tindakan Observasi
Gejala dan Tanda keperawatan 3x24 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas diri
mayor jam, diharapkan sesuai usia
Subjektif pasien mampu 2. Monitor tingkat kemandirian
1. Menolak merawat dirinya 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
melakukan sendiri, dengan kebersihan diri, berpakaian, berhias,
perawatan diri kriteria hasil: dan makan
Objektif 1. Kemampuan
Terapeutik
1. Tidak mampu mandi meningkat
1. Sediakan lingkungan yang
mandi/ 2. Kemampuan
terapeutik (mis. Suasana hangat,
mengenakan mengenakan
rileks, privasi)
pakaian/makan/ pakaian meningkat
ketoilet/berhias 3. Kemampuan 2. Siapkan keperluan pribadi (mis.
secara mandiri makan meningkat Farpum, sikat gigi, dan sabun
Gejala dan Tanda 4. Kemampuan mandi)
Minor ketoilet 3. Dampingi dalam melakukan
Subjektif (BAK/BAB) perawatan diri sampai mandiri
(tidak tersedia) meningkat 4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
Objektif 5. Verbalisasi ketergantungan
(tidak tersedia) keinginan 5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika
melakukan tidak mampu melakukan perawatan
perawatan diri
diri meningkat 6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
6. Minat melakukan Edukasi
perawatan 1. Anjurkan melakukan perawatan diri
diri meningkat secara konsistensi sesuai
7. Mempertahankan kemampuan
kebersihan
diri meningkat
8. Mempertahankan
kebersihan
mulut meningkat

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana ksehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien. S = subjektif O = objektif A = Analisa
P = Planning
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2012.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi
13.Jakarta:EGC
Damaiyanti Mukhripah,dkk.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika
Aditama
Fitria Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP).Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta: EGC
Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai