Disusun oleh:
SAMUDRA TITTO ALIF RAMADHAN
042SYE21
Rumah Sakit : RSUD PROVINSI NTB Nama Mahasiswa : Samudra Titto Alif R.
Tanggal : 26 Desember 2022 NIM/Kelompok : 042SYE21 / 3
Inisial Pasien :
Umur/No.Reg :
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan
bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan
sistem pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair,
2011).
1) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama
dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian
internal. Di hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang
dan hyaline kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari
bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi :
a) Menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk.
b) Mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau).
c) Modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan
bergema.
Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang yang
besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior pada rongga
mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa (Tortorra and
Derrickson, 2014).
2) Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang
13 cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane
mukosa. Otot rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap
sedangkan apabila otot rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan.
Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara dan makanan, menyediakan
ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan
pada reaksi imun terhadap benda asing) (Tortorra and Derrickson, 2014).
3) Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3
bagian berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid,
cuneiform, dan corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan
dimana jaringan ini mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal
sebenarnya) untuk menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian
tunggal adalah tiroid, epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya
berfungsi melindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran udara dan
mengalihkan makanan dan minuman agar melewati esofagus (Peate and Nair,
2011).
4) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati
udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar
bersilia sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan
didorong keatas melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak.
Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk,
memaksa partikel besar yang masuk kembali keatas (Peate and Nair, 2011).
5) Bronkus
2) Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi
atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat
terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia
antara lain:
a) Menurunnya hemoglobin
b) Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada di puncak
gunung.
c) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada keracunan
sianida.
d) Menurunya difusi oksigen dan alveoli ke dalam darah seperti pada
pneumonia.
e) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f) Kerusakan atau gangguan ventilasi Tanda-tanda hipoksia di antaranya
kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi
meningkat, pernapasan cepat dan dalam sianosis sesak nafas, serta jari tabuh
(clubling finger).
3) Gagal nafas
Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan
oksigen karna pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekut sehingga
terjadi kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas
ditandai oleh adanya peningkatan gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal nafas
di tandai oleh adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara
signifikan. Gagal nafas dapat disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang
mengontrol system pernapasan, kelemahan neuromuscular, keracunan obat,
gangguan metabolism, kelemahan otot pernapsan, dan obstruktif jalan nafas.
4) Perubahan pola nafas
Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa sekitar 12-20
x/menit,dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
Pernafasan normal disebut eupnea. Perubahan pola nafas dapat berupa hal-hal
sebagai berikut:
a) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.
b) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.
c) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih
dari 24 x/menit.
d) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan
frekuensi kurang dari 16x/menit.
e) Kussmaul, yaitu pernpasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama,
sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada pasien koma
dengan penyakit diabetes mellitus dan uremia.
f) Cheyne-stokes,merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian
berangsur-ansur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara
teratur. Misalnya pada keracunan obat bius,penyakit jantung, dan penyakit
ginjal.
g) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan
periode yang tidak teratur, misalnya pada meningitis (Ambara, 2019).
3) Pemeriksaan sputum:
a) Kristal – kristal charcotleyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
b) Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus.
c) Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d) Terdapatnya neutrofileosinofil.
e. Pemeriksaan Radiologi
1) Jika disertai dengan bronkhitis, bercakanhilus akan bertambah.
2) Jika terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran
yang bertambah.
3) Jika terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat
pada paru.
f. Lain-lain
1) Tes fungsi paru: Untuk mengetahui fungsi paru, menetapkan luas
beratnya penyakit, mendiagnosis keadaan.
2) Spirometristatik: Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.
2. Diagnose
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas.
b. Gangguan penyapihan ventilator b.d ketidakcukupan energy
c. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfisi.
d. Gangguan ventilasi spontan b.d gangguan metabolisme.
e. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan.
f. Risiko aspirasi b.d gangguan menelan
3. Intervensi
No Dx. Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil (SLKI) (SIKI)
A D.0001 L.01001 1.01006
Bersihan Jalan Napas Tidak Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif
Efektif
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaboraasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan abalisis dan kesimulan perawat serta
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi
adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang
direncanakan, terus menerus, aktivitas yang disengaja dimana klien, keluarga
dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya ikut serta dalam
menentukan (Potter & Perry, 2005).
a. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai.
b. Keefektifan dari rencana asuhan keperawatan..
(Wilkinsom, 2007)
Pada dasarnya tindakan evaluative adaalh sama dengan tindakan pengkajian,
tetapi dilakukan pada saat perawatan, dimana disisni juga akan disusun
keputusan tentang status klien dan kemajuan klien (Poter & Perry, 2005).
Maksud dari pengkajian adalah untuk mengidentifikasi apa yang harus
dilakukan jika terdapat suatu masalah. Sedangkan maksud dari evaluasi adaalh
menentukan apakah masalah yang di ketahui telah teratasi, memburuk atu
sebaliknya telah mengalami perubahan (Potter & Perry, 2005). Evaluasi daapt
dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
a. Evaluasi akhir (sumatif)
Evaluasi sumatif menjelaskan perkembangan kondisi dengan menilai
apakah hasil yang di harapkan telah tercapai. Perawat enggunakan
pendokumentasian dari pengkajian dan criteria hasil yang diharapkan
sebagai dasar untuk menulis evaluasi sumatif. Tipe ecaluasi ini dilaksanakan
pada akhir asuhan keperawatan secaraaa paripurna. Format yang dipakai
adalah format SOAP (Setiadi, 2008).
b. Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi ini menggunakan hasil observasi dan analisis perawat terhadap
respon klien segera setelah tindakan atau bisa juga disebut sebagai evaluasi
berjalan. Biasanya digunakan dalm catatan keperawatan, atau respon hasil
ketika melaksanakan implementasi (Deswani, 2009 dalam Mariati, Sumiati,
& Eliana, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Budyasih, S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada... (S. Budyasih, Ed.) Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP.
Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada Pasien
Dengan Congestive Heart Failure (Chf) Di Irna Penyakit Dalam Rsup Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2017.
Sasmi, A. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Nn. R Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
Di. 0–27.
Nair, M., & Peate, I., (2011). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta : Bumi Medika.
Tortora, Gj, Derrickson, B. 2014. Principles Of Anatomy & Physiology 13th Edition. United
States Of America: John Wiley & Sons, Inc
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.