Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

A. DEFINISI
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses
kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan
oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka akan terjadi
kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan menyebabkan kematian.
Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara
pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar
berfungsi secara normal (Taqwaningtyas, Ficka, 2013).
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan
unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses penting tubuh seperti
pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh,
pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak
oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh
(Atoilah & Kusnadi, 2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh
baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan ke dalam tubuh secara alami
dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara
individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk
mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasarmanusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan
hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan
(Ernawati, 2012).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan
respirasi dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh
mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan
karbondioksida (Peateand Nair, 2011).
Gambar Organ respirasi tampak depan (Tortora dan Derrickson, 2014)
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah. Sistem
pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah
terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).
a) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama
dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal.
Di hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline
kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian eksternal
hidung memiliki tiga fungsi : 1) Menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara
yang masuk, 2) Mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau), 3) Modifikasi getaran
suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema. Rongga hidung sebagai
bagian internal digambarkan sebagai ruang yang besar pada anterior tengkorak (inferior
pada tulang hidung, superior pada rongga mulut), rongga hidung dibatasi dengan otot
dan membrane mukosa (Tortorraand Derrickson, 2014).
b) Faring
Faring, atau tenggorokan adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13
cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot
rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot
rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai
saluran untuk udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat
berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing)
(Tortorra and Derrickson, 2014).
c) Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3
bagian berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilagoarytenoid, cuneiform,
dan corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid,
epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara.
Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar
melewati esofagus (Peateand Nair, 2011).
d) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati
udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia
sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas
melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga
memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang masuk
kembali keatas (Peate and Nair, 2011).
e) Bronkus

Gambar struktur bronkus (Martini et al., 2012)


Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkuskanan dan
kiri, yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanandan kiri pula. Didalam masing-
masing paru, bronkus terus bercabangdan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak
jumlah cabangnya,seperti percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal
dengansebutan bronchiole (Sherwood, 2010).
f) Paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga
lobus di paru sebelah kanan dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru
terdapat ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung.
Masing-masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut parietal
dan visceral pleura. Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura
membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas.
Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan dapat
bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura visceral
dan parietal melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah
(Peate and Nair, 2011).

Gambar Alveoli (Sherwood, 2010)


Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu bronchiole.
Bronchiole pada akhirnya akan mengarah pada bronchioleterminal. Di bagian akhir
bronchiole terminal terdapat sekumpulan alveolus, kantung udara kecil tempat dimana
terjadi pertukaran gas (Sherwood, 2010).
Dinding alveoli terdiri dari dua tipe sel epitel alveolar. Sel tipe I merupakan
sel epitel skuamosa biasa yang membentuk sebagian besar dari lapisan dinding alveolar.
Sel alveolartipe II jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan berada diantara sel alveolar
tipe I. sel alveolar tipe I adalah tempat utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II
mengelilingi sel epitel dengan permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang
mensekresi cairan alveolar. Cairan alveolar ini mengandung surfaktan sehingga dapat
menjaga permukaan antar sel tetap lembab dan menurunkan tekanan pada cairan
alveolar. Surfaktan merupakan campuran kompleks fosfolipid dan lipoprotein.
Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara ruang udara dan darah terjadi secara
difusi melewati dinding alveolar dan kapiler, dimana keduanya membentuk membran
respiratori (Tortoradan Derrickson, 2014).
Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu
respirasi seluler dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada proses
metabolisme intraseluler yang terjadi dimitokondria. Respirasi eksternal adalah
serangkaian proses yang terjadi saat pertukaran oksigen dan karbondioksida antara
lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh (Sherwood, 2014).
Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi ini yaitu:
1) Ventilasi pulmonar - bagaimana udara masuk dan keluar dari paru
2) Respirasi eksternal - bagaimana oksigen berdifusi dari paru kesirkulasi darah dan
karbondioksida berdifusi dari darah ke paru
3) Transport gas - bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari paru ke
jaringan tubuh atau sebaliknya
4) Respirasi internal - bagaimana oksigen dikirim ke sel tubuh dan karbondioksida
diambil dari sel tubuh (Peate and Nair, 2011)

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


1) Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2003) yaitu hiperventilasi (nafas berlebihan),
hipoventilasi (bernafas terlalu pendek), deformitas dinding dada, nyeri, cemas,
penurunan energi atau kelelahan, kerusakan neuromuskular, kerusakan muskuloskeletal,
kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot
pernafasan dan adanya perubahan membran kapiler-aveoli.
2) Faktor Risiko
Berikut faktor risiko menurut (Haswita & Reni, 2017) :
a. Faktor fisiologis
 Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia
 Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi saluaran
napas bagian atas.
 Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
 Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka.
 Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti padakehamilan,
obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakitkronis seperti TB paru.
b. Faktor perkembangan
 Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
 Bayi dan toodler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
 Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
 Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
 Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
c. Faktor prilaku
 Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
 Latihan fisik akan meningkatkan kebutuhan oksigen
 Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
 Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
 Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. Faktor lingkungan
 Tempat kerja
 Suhu lingkungan
 Ketinggian tempat dari permukaan laut

D. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan
volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas (Sasmi, 2016).

Faktor lingkungan (udara,


bakteri, virus, jamur) masuk
melalui saluran nafas atas
Infeksi dan peradangan

Hipersekresi kelenjar Kontraksi otot-otot


mukosa polos saluran
pernafasan

Akumulasi secret Penyempitan saluran pernafasan


berlebihan

Keletihan otot pernafasan


Secret mengental Obstruksi jalan nafas
dijalan nafas

Dispnea, gas darah arteri


Batuk yang tidak abnormal, hipoksemia,
Gangguan penerimaan
efektif, penurunan hipoksia, pernafasan
O2 dan pengeluaran CO2
bunyi nafas, cuping hidung, pola
sputum dalam pernafasan abnormal
jumlah yang (kecepatan, irama,
berlebih, kedalamaan)
Dispnea, Fase ekspirasi
perubahan pola
memanjang, orthopnea,
nafas, suara
penurnan kapasitas paru, pola
tambahan (ronkhi,
nafas abnormal, takipnea,
wheezing, cracles) Ketidakefektifan
hiperventilasi, pernafasan sukar
pola nafas

Gangguan pertukaran gas Ketidakefektifan


bersihan jalan nafas

E. TANDA DAN GEJALA


Adanya penurunan tekanan inspirasi atau ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas,
pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada,
nafas pendek, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-
posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola nafas yangtidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,
2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal,
sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit
kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
1) Pemeriksaan fungsi paru untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan
pertukaran gas secara efisien.
2) Pemeriksaan gas darah arteri untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui
membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3) Oksimetri untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4) Pemeriksaan sinar X dada untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-
proses abnormal.
5) Bronkoskopi untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
6) Endoskopi untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
7) Fluoroskopi untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
8) CT-SCAN untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %.
Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi
respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung,
serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen
dapat dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas
2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard
6) Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode,
diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas dalam dan
batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,2014).
a. Inhalasi oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan
melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi
kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia. Menurut Tarwoto dan Wartonah
(2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran
tinggi.
1) Sistem aliran rendah
Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen
dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem
ini diberikan untukmenambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen
diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup
muka dengan kantong rebreathing dansungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
 Nasal kanula/binasal kanula. Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan
dapat memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi
oksigen sebesar 20% - 40%.
 Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau dengan aliran 5-
10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %.
 Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus
mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi,
oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong
reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8-10 liter/menit, dengan konsentrasi 60-
80%.
 Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing mempunyai dua katup,satu
katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup
yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10-12 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 80-100%.
2) Sistem aliran tinggi Sistem ini memungkinkan pemberian oksigendengan FiO2
lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah
konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi
adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran
sekitar 2-15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen
yang menuju sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat
diatur sesuai dengan warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%,
jingga31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60%.
b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengantujuan meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas (Eki, 2017).
1) Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung pasien
yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan secara
bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga
pernapasan menjadi lancar.
2) Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan getaran
yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien
secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang
dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret dari
berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan dalam
pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif. Latihan napas dalam merupakan cara bernapas
untuk memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegahat
elektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk
efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea,
dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas (Eki, 2017)
5) Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender sendiri. Tindakan
ini memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan
oksigen (Eki, 2017).
H. ASUHAN KEPERAWATAN
H.1 PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnese
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam tidak terlalu tinggi tiga
hari yang lalu
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas, penyebab terjadinya sesak nafas,
serta upaya yang telah dilakukan oleh pasien untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan pernafasan pada kasus terdahulu serta tindakan medis yang pernah di
dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit lain yang
berpotensi menurun atau menular pada anggota keluarga lain
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
c. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan terdapat retraksi
dinding dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun, nadi perifer
lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
7) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine, inkontinensia urine,
rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, apakah
cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris, parasthesia,
anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, dan disorientasi.
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
1) Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
2) Analisa gas darah:
 Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang
buruk.
 Kadang – kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi.
 Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi.
 Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
 Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
e. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks:
1) Jika disertai dengan bronkhitis, bercakanhilus akan bertambah.
2) Jika terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang
bertambah.
3) Jika terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
f. Lain –Lain
1) Tes fungsi paru: Untuk mengetahui fungsi paru, menetapkan luas beratnya penyakit,
mendiagnosis keadaan.
2) Spirometristatik: Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.

H.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan:
 Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau influenza.
 Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
 Sumbatan jalan nafas karena benda asing
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan:
 Lemahnya otot pernafasan
 Penurunan ekspansi paru
c. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:
 Perubahan suplai oksigen
 Adanya penumpukan cairan dalam paru
 Edema paru

H.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa yang diangkat:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan d.d batuk yang tidak
efektif
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d hambatan upaya napas d.d dispnea
c. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d pola napas
abnormal

NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


DX KRITERIA HASIL

1 Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada untuk 1. Pernafasan rochi, wheezing


tindakan keperawatan karakter bunyi nafas dan menunjukkan tertahannya
selama … x 24 jam adanya secret. secret obstruksi jalan nafas
diharapkan bersihan 2. Berikan air minum hangat. 2. Membantu mengencerkan
jalan napas efektif 3. Beri posisi yang nyaman secret
sesuai dengan kriteria: seperti posisi semi fowler 3. Memudahkan pasien untuk
1. Menunjukkan jalan 4. Sarankan keluarga agar tidak bernafas
nafas bersih memakaikan pakaian ketat 4. Pakaian yang ketat
2. Suara nafas normal kepada pasien menyulitkan pasien untuk
tanpa suara tambahan 5. Kolaborasi penggunaan bernafas
3. Tidak ada nebulizer 5. Kelembapan mempermudah
penggunaan otot pengeluaran dan mencegah
bantu nafas pembentukan mucus tebal
4. Mampu melakukan pada bronkus dan membantu
perbaikan bersihan pernafasan
jalan nafas

2 Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi pernafasan 1. Mengetahui frekuensi


tindakan keperawatan pasien. pernafasan pasien
selama….X24 jam 2. Tinggikan kepala dan bantu 2. Duduk tinggi memungkinkan
diharapkan pola napas mengubah posisi. ekpansi paru dan memudahkan
efektif dengan kriteria : 3. Ajarkan teknik bernafas dan pernafasan
1. Menunjukkkan pola relaksasi yang benar. 3. HE dapat memberikan
nafas efektif dengan pengetahuan pada pasien
frekuensi nafas 16-20 4. Kolaborasikan dalam tentang teknik bernafas
kali/menit dan irama pemberian obat 4. Pengobatan mempercepat
teratur penyembuhan dan
2. Mampu menunjukkan memperbaiki pola nafas
perilaku peningkatan
fungsi paru

         

3 Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada untuk 1. Weezing atau mengiindikasi


tindakan keperawatan karakter bunyi nafas dan akumulasi
selama ….X 24 jam adanya secret. sekret/ketidakmampuan
diharapkan pertukaran 2. Beri posisi yang nyaman membersihkan jalan napas 
gas dapat dipertahankan seperti posisi semi fowler sehingga otot aksesori
dengan kriteria : 3. Anjurkan untuk bedrest, batasi digunakan dan kerja
1. Menunjukkan dan bantu aktivitas sesuai pernapasan meningkat.
perbaikan ventilasi kebutuhan 2. Memudahkan pasien untuk
dan oksigenasi 4. Ajarkan teknik bernafas dan  bernafas
jaringan relaksasi yang benar. 3. Mengurangi konsumsi oksigen
2. Tidak ada sianosis 5. Kolaborasikan terapi oksigen pada periode respirasi.
4. HE dapat memberikan
pengetahuan pada pasien
         
tentang teknik bernafas.
5. Memaksimalkan sediaan
oksigen khususnya ventilasi
menurun
DAFTAR PUSTAKA

Ambara, Y. (2019). Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi


Budyasih, S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada..., SUPRAPTI BUDYASIH, Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP, 2014
Eki. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGEN PADA PASIEN DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI
IRNA PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2017
Haswita & Reni, 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Tim
Nair, M., & Peate, I., (2011). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta :Bumi Medika.
Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC
Pradana, F. A. A. (2019). PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI
(201902040042).
Sasmi, A. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. R DENGANGANGGUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI
Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperaweatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014. Principles of Anatomy & Physiology13th Edition. United
States of America: John Wiley & Sons, Inc
https://www.academia.edu/download/66050537/
LAPORAN_PENDAHULUAN_DAN_ASKEP_KEBUTUHAN_OKSIGENASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai