Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA PASIEN


DENGAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

NI LUH APRININDRA KUSUMA DEWI


038SYE22

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.3
MATARAM 2022/2023

LEMBAR PENGESAHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah diperiksa, disetujui dan dievaluasi oleh
pembimbing lahan dan pembimbing pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik

Kusniyati Utami, S.Kep., Ners., M.kep., Gusti Ayu Neti Sutanti, S.ST
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI

Rumah Sakit : RSUD PROVINSI NTB Nama Mahasiswa : Ni Luh Aprinindra K.D.
Tanggal : 19 Desember 2022 NIM/Kelompok : 038SYE22/3
Inisial Pasien :
Umur/No.Reg :

I. Masalah Keperawatan Dasar


Oksigenasi

II. Landasan Teori


a. Konsep Fisiologis
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan
respirasi dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk
memastikan bahwa tubuh mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida (Peate and Nair, 2011).

Gambar Organ respirasi tampak depan (Tortora dan Derrickson, 2014)


Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan
bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan
sistem pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and
Nair, 2011).
1) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama
dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian
internal. Di hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang
dan hyaline kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior
dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi :
a) Menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk.
b) Mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau).
c) Modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan
bergema.
Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang yang
besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior pada
rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa
(Tortorra and Derrickson, 2014).
2) Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan
panjang 13 cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh
membrane mukosa. Otot rangka yang terelaksasi membuat faring dalam
posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi maka sedang terjadi
proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara dan
makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan
tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing) (Tortorra
and Derrickson, 2014).
3) Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3
bagian berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid,
cuneiform, dan corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan
dimana jaringan ini mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan
vokal sebenarnya) untuk menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan
bagian tunggal adalah tiroid, epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid
keduanya berfungsi melindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran udara
dan mengalihkan makanan dan minuman agar melewati esofagus (Peate and
Nair, 2011).
4) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati
udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar
bersilia sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan
didorong keatas melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat
dahak. Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi
batuk, memaksa partikel besar yang masuk kembali keatas (Peate and Nair,
2011).
5) Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2
buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus
itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru.Bronkus
kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8
cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping
dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus
bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli).
Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat
gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.

Gambar. Struktur bronkus (Martini et al., 2012)

6) Paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat
tiga lobus di paru sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara
kedua paru terdapat ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan
tempat bagi jantung. Masing-masing paru dibungkus oleh dua membran
pelindung tipis yang disebut parietal dan visceral pleura. Parietal pleura
membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura membatasi paru itu
sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan
ini mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan dapat
bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura
visceral dan parietal melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang
melekat saat basah (Peate and Nair, 2011).
Gambar Alveoli (Sherwood, 2010)
Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu bronchiole.
Bronchiole pada akhirnya akan mengarah pada bronchiole terminal. Di
bagian akhir bronchiole terminal terdapat sekumpulan alveolus, kantung
udara kecil tempat dimana terjadi pertukaran gas (Sherwood, 2010). Dinding
alveoli terdiri dari dua tipe sel epitel alveolar. Sel tipe I merupakan sel epitel
skuamosa biasa yang membentuk sebagian besar dari lapisan dinding
alveolar. Sel alveolar tipe II jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan berada
diantara sel alveolar tipe I. sel alveolar tipe I adalah tempat utama pertukaran
gas. Sel alveolar tipe II mengelilingi sel epitel dengan permukaan bebas yang
mengandung mikrofili yang mensekresi cairan alveolar. Cairan alveolar ini
mengandung surfaktan sehingga dapat menjaga permukaan antar sel tetap
lembab dan menurunkan tekanan pada cairan alveolar. Surfaktan merupakan
campuran kompleks fosfolipid dan lipoprotein. Pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara ruang udara dan darah terjadi secara difusi melewati
dinding alveolar dan kapiler, dimana keduanya membentuk membran
respiratori (Tortora dan Derrickson, 2014).
Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu
respirasi seluler dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada
proses metabolism intraseluler yang terjadi di mitokondria. Respirasi
eksternal adalah serangkaian proses yang terjadi saat pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh (Sherwood,
2014).
Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi ini yaitu:
a) Ventilasi pulmonar – bagaimana udara masuk dan keluar dari paru.
b) Respirasi eksternal – bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke sirkulasi
darah dan karbondioksida berdifusi dari darah ke paru.
c) Transport gas – bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari paru
ke jaringan tubuh atau sebaliknya.
d) Respirasi internal – bagaimana oksigen dikirim ke sel tubuh dan
karbondioksida diambil dari sel tubuh (Peate and Nair, 2011).

b. Definisi
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses
kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh.
Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang
maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama
akan menyebabkan kematian Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada
manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran
pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya
oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara
normal (Taqwaningtyas, Ficka (2013)(Budyasih, 2014).
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan
hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber
tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013, Eki,
2017).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan
kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-
hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis,
perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati, 2012).

c. Karakteristik Gangguan Kebutuhan Oksigenasi


Mekanika tubuh (body mechanic) adalah penggunaan organ secara efisien
dan efektif sesuai dengan fungsinya. Pergerakan merupakan rangkaian aktivitas
yang terintegrasi antara sistem musculoskeletal dan sistem persarafan didalam
tubuh. Komponen sistem musculoskeletal melibatkan tulang, otot, tendon,
ligamen, kartilago, dan sendi (Kasiati, 2016).
1) Hipoksemia
Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) di bawah
normal (normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada neonatus PaO2
2) Hipoksia
Hipoksia merupakan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab
hipoksia lainnya adalah:
a) Menurunnya hemoglobin
b) Berkurangnya konsentrasi oksigen
c) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen
d) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah
e) Menurunnya perfusi jaringan
f) Kerusakan atau gangguan ventilasi
Tanda- tanda hipoksia adalah kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak
napas, serta clubbing finger.
3) Gagal napas
Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan
oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat
sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal
napas ditandai oleh adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah
secara signifikan.Gagal napas dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf
pusat yang mengontrol sistem pernapasan, kelemahan neuromuskular,
keracunan obat, gangguan metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan
obstruksi jalan napas.
4) Perubahan pola napas
Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang dewasa sekitar 18
- 22 x/menit, dengan irama teratur, serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
Pernapasan normal disebut apnea. Perubahan pola napas dapat berupa:
a) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.
b) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti napas.
c) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi
napas lebih dari 24 x/menit.
d) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan
frekuensi kurang dari 16 x/menit.
e) Kusmaul, yaitu pernapasan dnegan panjang ekspirasi dan inspirasi sama
sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada penyakit
diabetes melitus dan uremia.
f) Cheyne-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian
berangsur-angsur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara
teratur.
g) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan
periode yang tidak teratur.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Kebutuhan Oksigenasi


1) Faktor Fisiologi
a) Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada anemia.
b) Menurunya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran pernapasan bagian atas.
c) Hipovolemia, sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya O2.
d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, Kondisi yang
mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.
2) Faktor Perkembangan
a) Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b) Bayi dan toddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.
c) Usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
d) Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e) Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3) Faktor Perilaku
a) Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang,
diet tinggi lemak menimbullkan arteriosclerosis.
b) Exercise : akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c) Merokok : nikotin dapat menyababkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
d) Substance abuse (obat-obatan dan alcohol): menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan hemoglobin menurun, alcohol menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
e) Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.
4) Faktor Lingkungan
a) Tempat kerja (polusi)
b) Suhu lingkungan
c) Ketinggian tempat dari permukaan laut.

e. Tahapan-Tahapan dalam Kebutuhan Oksigenasi


Tujuan pernapasan adalah untuk menghantarkan oksigen ke jaringan dan
mengeluarkan karbon dioksida. Fisiologi pernapasan meliputi tiga proses berikut:
1) ventilasi atau pergerakan udara antara atmosfir atau alveoli.
2) difusi oksigen dan karbon dioksida antara kapiler pulmonalis dan alveoli.
3) transpor oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan menuju sel.
a) Ventilasi
Ventilasi merupakan proses kompleks dengan banyak variabel, antara
lain perubahan tekanan dan integritas otot-otot yang bertanggung jawab
dalam pergerakan udara keluar masuk paru, dan resistensi jalan napas.
semua variabel ini disebut sebagai mekanisme ventilasi. Pergerakan udara
keluar masuk paru memerlukan otot-otot untuk mengembangkan dan
mengontarksikan rongga dada serta tekanan gas untuk memudahkan
pergerakan udara dari satu kompartemen lain. paru dapat mengembang
dan berkontraksi dalam dua cara:
(1).dengan pergerakan diafragma keatas dan ke bawah untuk
memperpanjang dan memperpendek rongga dada.
(2).dengan elevasi dan depresi tulang rusuk untuk memperbesar dan
memperkecil diameter rongga dada. Menurut hukum fisika, udara
selalu bergerak dari daerah tertekan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. ada beberapa tekanan yang terlibat dalam proses pernapasan:
tekanan jalan napas, tekanan intra pleura, tekanan intra alveolar, dan
tekanan intratoraks. Tekanan jalan napas adalah tekanan yang terdapat
di jalan napas konduksi. Tekanan intrapleura adalah tekanan yang
terdapat di dalam ruang sempit antara pleura viseral dan pleura
pariental. Tekanan alveolar adalah tekanan terdapat di dalam alveoli
dan tekanan intrapleura di sebut tekanan transpulmonal. Tekanan
intratoraks adalah tekan yang terdapat di keseluruhan rongga toraks
b) Difusi
Setelah udara segar memasuki alveoli langkah selanjutnya dalam
proses pernapasan adalah difusi. Oksigen dari alveoli ke kapiler
pulmonalis dan difusi karbon dioksida dari kapiler pulmonalis ke alveoli.
Difusi, atau pergerakan molekul, berlangsung dari daerah dengan
konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah. Hukum fick menjelaskan
proses difusi gas melewati membran kapiler alveolus. Hukum fick
menyatakan bahwa laju perpindahan gas dari membran semipermeabel
sebanding dengan area permukaan jaringan dan perbedaan tekanan gas
antara kedua area tersebut, dan berbanding terbalik dengan ketebalan
jaringan. penting untuk diingat bahwa area permukaan alveoli sangat luas
(50-100m2 ) dan ketebalan membran alveolar adalah 0,3 um, dengan
demikian dimensi sawar gas darah ideal untuk proses difusi gas. Gas-gas
yang berbeda juga melintasi sawar tersebut dengan kecepatan yang
berbeda, bergantung pada karakteristik molekulnya. karbon dioksida
berdifusi 20 kali lebih cepat dari pada oksigen. Dengan demikian ada
empat faktor yang mempengaruhi pertukaran gas kapiler alveolus:
(1).area permukaan yang tersedia untuk proses difusi.
(2).ketebalan membran kapiler alveolar.
(3).tekanan parsial gas yang melintasi membran.
(4).daya larut dan karakteristik molekul gas tersebut
c) Transpor oksigen
Oksigen diangkut di dalam darah melalui dua bentuk: terlarut dan
terikat pada hemoglobin. Tekanan parsial oksigen dalam darah arteri
(PaO2) menggambarkan tingkat kelarutan oksigen di dalam plasma. Tidak
sampai 3% dari total oksigen yang diangkut dalam bentuk ini. 90%
oksigen diangkut dalam darah terikat hemoglobin dan di sebut
oksihemoglobin. Setiap gram hemoglobin mengangkut hampir 1,34 mL
oksigen pada saat oksigen tersaturasi dengan sempurna. setelah berdifusi
melintasi membran kapiler alveolar, oksigen bergabung dengan
hemoglobin di sel darah merah dan membentuk ikatan yang reversibel.
Oksihemoglobin diangkut dalam darah arteri dan disediakn untuk
kebutuhan metabolisme sel jaringan. saturasi oksigen dalam darah arteri
(saO2) menggambarkan presentase molekul hemoglobin yang berkaitan
dengan oksigen. Molekul hemoglobin dikatakan tersaturasi penuh apabila
oksigen berkaitan dengan empat area peningkatan oksigen yang ada, dan
hanya tersaturasi sebagian apabila kurang dari empat molekul yang
berikatan dengan area tersebut. istilah afinitas digunakan untuk
menggambarkan kapsitas hemoglobin yang berkaitan dengan oksigen.
Saat afinitas tinggi, hemoglobin mengikat oksigen dengan mudah di
membran kapiler alveolus. Tetapi pada tingkatjaringan, hemoglobin tidak
mudah untuk melepaskan oksigen. Saat afinitas rendah, hemoglobin tidak
dapat mengikat oksigen dengan mudah di membran kapiler alveolus.
sebaliknya, saat afinitas rendah, menjadi lebih mudah melepaskan oksigen
di tingkat jaringan.
PATHWAY
f. Masalah yang Timbul pada Gangguan Kebutuhan Aktivitas
1) Hipoksia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang
diinspirasi ke jaringan. Penyebab terjadinya hipoksia : gangguan pernapasan,
gangguan peredaran darah, gangguan sistem metabolis, gangguan
permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).
2) Hiperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan sering disebut hiperventilasi elveoli,
sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti
bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi sehingga
menyebabkan peningkatan rata-rata dan kedalaman pernafasan. Tanda dan
gejala: pusing, nyeri kepala, henti jantung, koma, dan ketidakseimbangan
elektrolit.
3) Hipoventilasi
Ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat
terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek
samping dari beberapa obat. Tanda dan gejala: napas pendek, nyeri dada, sakit
kepala ringan, pusing, dan penglihatan.

III.Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian Keperawatan
1. Identifikasi Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, golongan darah, no register, tanggal masuk
rumah sakit, diagnosa, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan.
2. Identifikasi Penanggung Jawab
Nama, umur, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien,
no telepon, pekerjaan, pendidikan.
3. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul antara lain batuk, peningkatan produksi
sputum, dispnea, hemoptisis, nyeri dada, ronchi (+), demam, kejang, sianosis
daerah mulut, hidung, muntah, dan diare.
a) Batuk (cough) Batuk merupakan gejala utama dan merupakan gangguan yang
paling sering di keluhkan. Tanyakan pada klien batuk bersifat produktif atau
non produktif.
b) Peningkatan produksi sputum Sputum merupakan suatu subtansi yang keluar
bersama dengan batuk. Lakukan pengkajian terkait warna, konsistensi, bau,
dan jumlah dari sputum.
c) Dispnea Dispnea merupakan suatu persepsi klien yang merasa kesulitan untuk
bernafas. Perawat harus menanyakan kemampuan klien untuk melakukan
aktivitas.
d) Homoptisis Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut dengan di
batukan. Perawat harus mengkaji darimana sumber darah.
e) Nyeri dada Nyeri dada dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru-
paru. Gambaran lengkap mengenai nyeri dada dapat menolong perawat untuk
membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, kardiak, dan
gastrointestinal.

4. Riwayat kesehatan masa lalu


Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan pernafasan pada kasus terdahulu serta tindakan medis yang pernah di
dapat maupun obatobatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit lain yang
berpotensi menurun atau menular pada anggota keluarga lain
6. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami


penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
7. Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
b) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.
d) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan terdapat retraksi
dinding dada, serta suara tambahan nafas.
e) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun, nadi perifer
lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
f) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
g) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine, inkontinensia
urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, apakah
cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di ekstrimitas.
i) Sistem neurologis
Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris, parasthesia,
anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, dan disorientasi.

8. Pemeriksaan laboratorium
1) Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma.
2) Analisa gas darah:
a) Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang
buruk.
b) Kadang – kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi.
c) Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi.
d) Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
e) Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3) Pemeriksaan sputum:
a) Kristal – kristal charcotleyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil.
b) Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-
sel cabang-cabang bronkus.
c) Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d) Terdapatnya neutrofileosinofil.
4) Pemeriksaan Radiologi
a) Jika disertai dengan bronkhitis, bercakanhilus akan bertambah.
b) Jika terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang
bertambah.
c) Jika terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada
paru.
5) Lain-lain
a) Tes fungsi paru: Untuk mengetahui fungsi paru, menetapkan luas beratnya
penyakit, mendiagnosis keadaan.
b) Spirometristatik: Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
ditandai dengan :
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: tidak tersedia
Objektif:
1) Batuk tidak efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi,wheezing dan/atau ronkhi kering
5) Mekonium di jalan nafas (pada neonatus)

Gejala dan tanda minor


Subjektif:
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Orthopnea
Objektif:
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi nafas menurun
4) Frekuensi nafas berubah
5) Pola nafas berubah

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya jalan nafas ditandai
dengan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1) Dispneu
Objektif:
1) Penggunaan otot bantu pernafasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola napas abnominal
Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1) Ortopnea
Objektif:
1) Pernapasan Pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior posterior meningkat
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah

C. Rencana Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

1 Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif


Tidak Efektif intervensi keperawatan di Observasi
harapkan bersihan jalan 1. Identifikasi kemampuan batuk
nafas dapat teratasi 2. Monitor adanya retensi sputum
dengan kriteria hasil : 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
1. Batuk efektif saluran napas
meningkat 4. Monitor input dan output cairan
2. Produksi sputum (mis. jumlah dan karakteristik)
menurun
3. Mengi menurun
4. Wheezing menurun Terapeutik
5. Mekonium (pada 1. Atur posisi semi Flower atau
neonates) menurun flower
6. Dyspnea menurun 2. Pasang perlak dan bengkok di
7. Ortopnea menurun pangkuan pasien
8. Sulit bicara menurun 3. Buang sekret pada tempat sputum
9. Sianosis menurun
10. Gelisah menurun Edukasi
11. Frekuensi napas 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
membaik efektif
12. Pola napas membaik 2. Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8
detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2. Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi


Efektif intervensi keperawatan Observasi:
di harapkan pola nafas 1. Monitor frekuensi, irama,
dapat teratasi dengan
kriteria hasil : kedalaman, dan upaya napas
1. Dyspnea menurun 2. Monitor pola nafas (seperti
2. Penggunaan otot bantu bradipnea takipnea hiperventilasi,
nafas menurun kussmaul, cheyne-stokes, biot,
3. Ortopnea menurun ataksik)
4. Pernapasan pursed-lip 3. Monitor kemampuan batuk efektif
menurun 4. Monitor adanya produksi sputum
5. Pernapasan cuping 5. Monitor adanya sumbatan jalan
hidung menurun nafas
6. Frekuensi nafas 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
membaik 7. Auskultasi bunyi napas
7. Kedalaman nafas 8. Monitor saturasi oksigen
membaik 9. Monitor nilai AGD
8. Ekskursi dada 10. Monitor hasil X-ray toraks
membaik Terapeutik
9. Kapasitas vital 1. Atur Interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
membaik
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
10. Diameter thoraks Edukasi
anterior-posterior 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
membaik pemantauan
11. Tekanan ekspirasi 2. Informasikan hasil pemantauan,
membaik jika perlu
12. Tekanan inspirasi
membaik

D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaboraasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan abalisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk
tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain.

E. Evaluasi
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan,
terus menerus, aktivitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat serta
tenaga kesehatan professional lainnya ikut serta dalam menentukan (Potter & Perry,
2005).
a.Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai.
b. Keefektifan dari rencana asuhan keperawatan..
(Wilkinsom, 2007)
Pada dasarnya tindakan evaluative adalah sama dengan tindakan pengkajian,
tetapi dilakukan pada saat perawatan, dimana disisni juga akan disusun keputusan
tentang status klien dan kemajuan klien (Poter & Perry, 2005). Maksud dari
pengkajian adalah untuk mengidentifikasi apa yang harus dilakukan jika terdapat
suatu masalah. Sedangkan maksud dari evaluasi adaalh menentukan apakah masalah
yang di ketahui telah teratasi, memburuk atu sebaliknya telah mengalami perubahan
(Potter & Perry, 2005). Evaluasi daapt dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
a.Evaluasi akhir (sumatif)
Evaluasi sumatif menjelaskan perkembangan kondisi dengan menilai
apakah hasil yang di harapkan telah tercapai. Perawat enggunakan
pendokumentasian dari pengkajian dan criteria hasil yang diharapkan sebagai
dasar untuk menulis evaluasi sumatif. Tipe ecaluasi ini dilaksanakan pada akhir
asuhan keperawatan secaraaa paripurna. Format yang dipakai adalah format
SOAP (Setiadi, 2008).
b. Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi ini menggunakan hasil observasi dan analisis perawat terhadap
respon klien segera setelah tindakan atau bisa juga disebut sebagai evaluasi
berjalan. Biasanya digunakan dalm catatan keperawatan, atau respon hasil ketika
melaksanakan implementasi (Deswani, 2009 dalam Mariati, Sumiati, & Eliana,
2015).
DAFTAR PUSTAKA

Budyasih, S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada.(S. Budyasih, Ed.) Fakultas Ilmu


Kesehatan UMP.
Y, A. (2019). Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi.
Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada
Pasien Dengan Congestive Heart Failure (Chf) Di Irna Penyakit Dalam Rsup Dr.
M. Djamil Padang Tahun 2017.
Pradana, F. A. A. (2019). Pada Pasien Dengan Gangguan Oksigenasi. (201902040042).
Sasmi, A. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Nn. R Dengan Gangguan Kebutuhan
Oksigenasi Di. 0–27.
Nair, M., & Peate, I., (2011). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta : Bumi Medika.
Tortora, Gj, Derrickson, B. 2014. Principles Of Anatomy & Physiology 13th Edition.
United States Of America: John Wiley & Sons, Inc
Haswita & Reni, 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Tim
Mashudi, Sugeng. (2021). Cetakan Pertama Buku Ajar PROSES KEPERAWATAN
Pendekatan SDKI, SLKI,SIKI. Jawa Timur : CV. Global Aksara Press

Anda mungkin juga menyukai