Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

ASUHAN KEPERAWATAN NY.S DENGAN KEBUTUHAN DASAR PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGEN DI RUANG PATTIMURA
RS TK II PROF DR.J.A.LATUMETEN AMBON

Di susun oleh kelompok III :


1) ASHRI FATMAWATI
2) ASTIKA MOCHTAR
3) CHRISELVA B. PESIRERON
4) ERRIL STESIA KUHUELA
5) ESMERALDA KIKALESSY
6) ESPERENCA LATUHARHARY
7) GERLOV B TITALESSY
8) HARUNISA OHORELLA
9) HAPSA SELLA
10) HIMATUL ULYA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIkes)
MALUKU HUSADA
AMBON
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Oksigenasi merupakan sutatu proses untuk mendapatkan O2 dan
mengeluarkan O2. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungn metabolism sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ aataau sel. Apabila lebih dari 4 menit
orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang
tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal (Kusnanto 2019)
Keberadaan osigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
tubuh. Secra normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali
bernafas dari atmosfer. Oksigen (O2) untuk kemudian diedarkan keseluruh jaringan
tubuh (Sulisteyo Andarmoyo 2019). Bila ada gangguan pada salah satu organ system
respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Seringkali invidu tidak
menyadari terhadapn pentingnya oksigen. Proses pernafasan diangap sebagai sesuatu
yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseoraang mengalami
gangguan dalam pemnuhaan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada
saluran pernafasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen
(Kusnanto 2019).
Asma bronchial adalah salah satu penyakit saluran pernafasan yang banyak
dijumpai di masayarakat. Asama bronchial merupakan suatu penyakit pada jalan nafas
yang dibebabkan oleh stimulus tertentu yang menyerang bagian trakea dan bronki.
Asama bronkial dapat menyerang dari semua gologan usia dari usia anak-anak hingga
dewasa yang paling umum terajadi pada anak-anak dan sebagain besar kematian
terjadi pada orang dewasa. Klien yang mengalami ketidakefektifan pola nafas akan
mengalami penurunan ventilasi yang actual ataau potenssiaal yang disebabkan oleh
perubahaan pola nafas. Faktor yang mempengaruhi terjadinya asma bronchial
meliputi faktor alergi, faktor non alergi, faktor psikologis, faktor genetic atau
keturunan dan faktor lingkungan. Ketidakefektifan pola nafas ditandai dengan
adaanya suaara mengi, sesak nafaas, pengunaan otot bantu nafas (Puspasari 2019).

B. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Pernapasan


Sumber : (Sherwood L.2010. Human Physiology From Cells to System. 7th ed.)
Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam
jaringan atau pernapasan dalam dan yang terjadi di dalam paru merupakan pernapasan
luar. Organ yang berperan penting dalam proses respirasi adalah paru-paru/pulmo.
System respirasi terdiri dari hidung/nasal, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan alveolus. Respirasi/Pernapasan adalah pertukaran antara oksigen dan
karbondioksida dalam paru-paru, tepatnya dalam alveolus (Utama, 2018).
Anatomi pada sistem pernapasan sebagai berikut (Sumiyati, et al 2021) :
a) Anatomi
1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Selama bernapas, udara masuk ke hidung melewati lubang hidung. Bagian
rongga hidung terdiri dari rongga hidung, dibagi oleh septum yang merupakan
garis tengah pada hidung. Rongga hidung mengeluarkan lender yang membantu
menghilangkan partikel debu dari udara dan juga menormalkan udara sesuai
dengan suhu tubuh. Hidung mempunyai fungsi yaitu, menghangatkan, menyaring,
dan membahasi udara sebelum memncapai paru-paru.

2. Faring atau Tekak


Faring atau tenggorokan merupakan tabung berbentuk corong dengan Panjang
sekitar 13 cm. Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu
menelan makanan. Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring,
dan laringofaring. Nasofaring merupakan bagian teratas dari faring dan berada di
belakang dari cavum nasi. Udara dari cavum nasi akan melewati nasofaring dan
turun melalui orofaring yang terletak di belakang cavum oris dimana udara yang
diinhalasi melalui mulut akan memasuki orofaring. Berikutnya udara akan
memasuki laringofaring dimana terdapat epiglottis yang berfungsi mengatur aliran
udara dari faring ke laring, Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi
udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang
ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara
percakapan.

3. Laring
Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot
yang mengandung pita suara, selain fonasi laring juga berfungsi sebagai
pelindung. Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan
nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring adalah saluran pernapasan
yang membawa udara menuju ke trakea. Fungsi utama laring adalah untuk
melindungi saluran pernapasan dibawahnya dengan cara menutup secara cepat
pada stimulasi mekanik, sehingga mencegah masuknya benda asing ke dalam
saluran napas. Laring terdiri dari 1 tulang dan 3 tulang rawan (cartilago) yaitu Os.
Hyoid, Cartilago Epiglotis, Cartilago Tiroid, dan Cartilago Cricoid.

4. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup
laring pada saat proses menelan.

5. Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang sekitar 12 cm
yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima.
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring. Trakea berfungsi
sebagai tempat perlintasan udara setelah melewati saluran pernapasan bagian atas,
yang membawa udara bersih, hangat, dan lembab. Pada trakea terdapat sel-sel
bersilia yang berguna untuk mengeluarkan bendabenda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernapasan.

6. Bronkus
Bronkus adalah merupakan organ cabang dari trakea, yang tersusus atas tulang
yang rawan dengan bentuk cincin. maksudnya ialah bahwa bronkus memiliki dua
organ/ jalur yang menuju paru-pari kanan dan kiri. Bronkus merupakan bentuk
percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan
dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar yang daripada bagian kiri yang
memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang
dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah. Fungsi keduanya
adalah mengantarkan udara, baik oksigen serta karbondioksida dari dan menuju
paru-paru.

7. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercabang-cabang
menjadi saluran yang semakin halus, kecil, dan dindingnya semakin tipis.
Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan tetapi rongganya bersilia. Fungsi
bronkiolus adalah sebagai media yang menghubungkan oksigen yang kita hirup
agar mencapai paru-paru.

8. Alveolus
Alveolus adalah merupakan gelembung-gelembung udara didalam paru-paru
dengan jumlah kurang lebih sebanyak 300 juta buah. Pada gelembung tersebut
terdapat dinding yang tipis berisi kapiler darah dan disetiap gelembungnya
terdapat kapiler darah yang menyelimuti. Tempat terjadinya pertukaran oksigen
dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup.

9. Paru-paru / Pulmo
Paru-paru berada pada rongga dada bagian atas, di bagian samping di batasi
oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot
kuat. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana
paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus. Paru-
paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.

b) Fisiologi Pernapasan
Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk memasok tubuh dengan oksigen
dan membuang karbon dioksida. Respirasi terjadi apabila terjadi peristiwa sebagai
berikut (Marieb & Keller, 2011 : Peate, 2015) dalam (Sumiyati et al, 2021) :

1. Ventilasi Paru
Ventilasi paru melibatkan pergerakan fisik udara ke dalam dan keluar dari
paru-paru. Fungsi utama ventilasi paru untuk mempertahankan ventilasi alveolar
yang adekuat. Hal ini untuk mencegah penumpukan karbondioksida di alveoli dan
mencapai pasokan oksigen yang konstan ke jaringan. Udara mengalir diantara
atmosfer dan alveoli paru-paru sebagai akibat dari perbedaan tekanan yang
diciptakan oleh kontraksi dan relaksasi otot pernapasan. Laju aliran udara dan
usaha yang dibutuhkan untuk bernapas dipengaruhi oleh tegangan permukaan
alveoli dan integritas paru. Proses ventilasi paru ini disebut pernapasan.

2. Difusi Gas
Difusi gas O2 dan CO2, yaitu perpindahan molekul oksigen dari rongga
alveolus, melewati membrane kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah,
dan selanjutnya menembus dinding sel darah merah, dimana akhirnya masuk ke
interior sel darah merah hingga berikatan dengan hemoglobin.

3. Perfusi
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan
hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung,
dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.

Gambar 2.2 Mekanisme Pernapasan


Sumber : (Sherwood L.2010. Human Physiology From Cells to System. 7th ed.)

Jenis-jenis pernapasan dibedakan atas dua macam (Widia, 2019), yaitu :


1. Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Fase Inspirasi
Fase ini berupa berkontaksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga
dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya akan oksigen masuk.
b) Fase Ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar tulang
rusuk ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga
rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada
menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada
yang kaya karbondioksida keluar.
2. Pernapasan Perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas
otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme
pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu sebagai berikut:

a) Fase Inspirasi
Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma
mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil
sehingga udara luar masuk.
b) Fase Ekspirasi
Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali
ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan
menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.

C. Proses Kebutuhan Manusia (Pemberian Terapi O2)


a) Proses Kebutuhan Manusia dengan masalah Asma Broncial
1. Rasa Aman dan Nyaman
Kebutuhan akan rasa aman nyaman adalah : suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari). Ketidak nyamanan adalah keadaan ketika
ndividu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu
ransangan.
Berikut beberapa faktor yang dapat mengganggu rasa aman dan nyaman :
1) Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Nyeri yang dirasakan atau yang muncul pada pasien Asma Broncial sangat
mengganggu bahkan bisa menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan
aktifitas apapun nyeri yang bermacam-macam, nyeri yang hilang timbul, sensori
yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosi secara aktual atau potensi
kerusakan mukosa atau kerusakan dapat di prediksi kurang dari 6 bulan. (Asosiasi
Studi Nyeri Internsional).
Tanda dan gejala yang mengganggu aman dan nyaman akibat rasa sensasi
nyeri
a) Gangguan tidur
b) Posisi menghindari nyeri
c) Depresi
d) Raut wajah kesakitan (menangis merintih)
e) Perubahan nafsu makan
f) Tekanan darah meningkat
g) Nadi meningkat
h) Pernafasan meningkat

2) Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan
3) Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
4) Gangguan persepsi sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap ransangan yang berbahaya seperti
gangguan peniuman dan penglihatan

2. Asma Bronchial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
bronkopasme periodik ( kontraksi spasme pada saluran napas) terutama percabangan
trakeobronial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti faktor
biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik.
Klasifikasi asma berdasarkan etiologi
a. Asma Bronkhial Tipe Atopik
Asma timbul karena seseorang yang mengalami atopi akibat pemaparan
alergen.akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting
cells (APC)
b.Asma Bronkhial Tipe Non-Atopik
Terjadi bukan karena pernapasan alergen tetapi terjadi akibat beberapa faktor salah
satunya infeksi saluran pernapasan bagian atas, olahraga atau tekanan jiwa yang
berat stres psikologis.
c. Keadaan Umum
Kaji kesadaran klien, kecemasan, kegelisaan, kelemahan suara, denyut nadi
frekuensi pernapasan yang meningkat, penggunaan otot-otot bantu pernapasan,
lendir lengket, dn posisi yg baik.

1. B1 (Breathig)
a) Inspeksi, Inspeksi dada terutama untuk melihat postur bentuk dan
kesimetrisam adanya peningkatan diameter anteroposterior,
b) Palpasi kesimetrisan ekspansi, dan taktil fremitus normal
c) Perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar
d) Auskultasi,

2. B2 Blood
Memonitor dampak asma pada status kardiovaskuler meliputi keadaan
hemodinamik seperti nadi, Tekanan darah, dan darah, dan CRT.

3.B3 (Brain)
Diperlukan pemeriksaan GCS Untuk menentukan tingkat kesadaran

4.B4 Bladder
Pengkuran folume output urine. Perawat perlu memonitor ada tidaknya oliguria,
karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
D. Patway

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigen antara

fisiologi, perkembangan, perilaku, dan lingkungan.

1. Faktor Fisiologi

a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.


b.Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi

saluran napas bagian atas.

c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport


O2

terganggu.

d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu

hamil, luka, dan lain-lain.

e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti

pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,

penyalit kronik seperti TBC paru.

2. Faktor Perkembangan

a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.

b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.

c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.

d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang

aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-

paru.

e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan

kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru

menurun.

3. Faktor Perilaku

a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan

ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat

oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan

arterioklerosis.

b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.


c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah

perifer dan koroner.

d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake

nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol,

menyebabkan depresi pusat pernapasan.

e. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat

4. Faktor Lingkungan

a. Tempat kerja

b. Suhu lingkungan

c. Ketinggian tempat dan permukaan laut.

Perubahan-perubahan fungsi jantung yang memengaruhi kebutuhan oksigenasi:

1. Gangguan kondiksi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).

2. Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti

pada pasien dekom menimbulkan hipoksia jaringan.

3. Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi,

regurgitasi darah yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih

keras.

4. Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan

darah dari arteri koroner ke miokardium.

F. Manifestasi klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan
ventilasi permenit, penggunaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas
flaring (napas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek,
posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior,frekuensi napas kurang, penurunan kapasitas vital
menjadi tanda dan gejala adanya pola napas yang tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenasi (NANDA,2016). Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran
gas yaitu takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingunan,
AGS abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas
(NANDA,2016)

G. Diagnosa keperawatan

1. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan / D.005


2. Nyeri akut b.d fisiologis penyakit / D.0077
3. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan / D.0055

H. Intervensi
Hari/tgl/jam Diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi
keperawatan hasil
Selasa 19-12- Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
2023 sampai efekstif b.d tindakan keperawatan I.01011
dengan depresi pusat selama 1 x 18 jam Observasi
tanggal 21- pernapasan maka pola napas 1. Monitor pola
12-2023 D.0005 diharapkan membaik, napas
Dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi
1. Dispnea menurun napas tambahan
2. pemanjangan fase
ekspirasi menurun Terapeutik
3. frekuensi napas 1. Pertahankan
membaik posisi semi-
4. kedalaman napas fowler atau
membaik fowler
2. Berikan minum
air hangat
3. Lakukan
fisioterapi dada
(jika perlu)
4. Berikan oksigen

Edukasi
Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
ada
kontraindikasi

Kolanorasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektora
n,mukolitik, jika perlu.

Pemantauan respirasi
I.01014
Observasi
1. Monitor
frekuensi,irama,k
edalaman dan
upaya napas
2. Monitor pola
napas
3. Monitor
kemampuan
batuk efektif
4. Monitor adanya
produksi sputum
5. Monitor adanya
sumabatan jalan
napas
6. Monitor saturasi
oksigen
7. Monitor hasil x-
ray thoraks
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasi
hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil
pemantauan,jika
perlu

Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Observasi


tindkan keperawatan 1. Identifikasi lokasi
fisiologi
selama 1 x 18 jam 2. Identifikasi skla
penyakit diharapkan nyeri nyeri
berkurang dengan Terapeutik
kriteria hasil : 1. Berikan obat
1. Keluhan nyeri ketorolac untuk
menurun mengurangsi rasa
2. Meringis nyeri
menurun 2. Fasilitasi istirahat
3. Gelisah meurun tidur
4. Kesulitan tidur Edukasi
menurun 1. Jelaskan
penyebab,periode
dan pemicu nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2019). Kebutuhan Dasar Manusia (oksigenasi). Yogyakarta : Graha Ilmu.
Kusnanto. (2019). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Mulyorejo,
Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI
Riskesdas. (2019). Retrived Februari 12, 2021 from
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-
riskesdas-2018_1274.pdf
Riyadi, S. (2019). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sherwood L.2010. Human Physiology From Cells to System. 7th ed. United States of
America : Boorks/cole.
Sumiyati, et al. (2021). Anatomi Fisiologi (K. Abdul (ed.); 1st ed.). Yayasan Kita Menulis.
Utama Ardhi Yudha Saktya. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.
Deepbublish.
Widia, L. (2019). ANATOMI FISIOLOGI DAN SIKLUS KEHIDUPAN MANUSIA (1st
ed.). Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai