Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses kehidupan
karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen
didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan
pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan menyebabkan kematian Proses
pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian
oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar
berfungsi secara normal (Taqwaningtyas, Ficka (2013)(Budyasih, 2014)
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh bersama
dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan unsur
yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses penting tubuh seperti
pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh,
pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat
banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).(Eki, 2017)
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh baik
itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami
dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas
antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara
untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi
oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan
(Ernawati, 2012)
B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan respirasi dimana
respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh mengekstrak oksigen
dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida (Peate and
Nair, 2011).
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah.
Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan
bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).
a). Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam sistem
respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di hidung bagian
eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago yang terbungkus
oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi : (1)
menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk; (2) mendeteksi stimulasi
olfaktori (indra pembau); dan (3) modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang
besar dan bergema. Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang yang
besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior pada rongga mulut);
rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa (Tortorra and Derrickson, 2014)
b). Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm. Dinding
faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka yang
terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi maka
sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara dan
makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat bagi tonsil
(berperan pada reaksi imun terhadap benda asing) (Tortorra and Derrickson, 2014).
c). Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian berpasangan.
3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan corniculate. Arytenoid
adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini mempengaruhi pergerakan
membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk menghasilkan suara. 3 bagian lain yang
merupakan bagian tunggal adalah tiroid, epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya
berfungsi melindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan
makanan dan minuman agar melewati esofagus (Peate and Nair, 2011).
d). Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara dari laring
menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia sehingga dapat
menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas melewati esofagus untuk
ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor
iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang masuk kembali keatas
(Peate and Nair, 2011).
e). Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang mana
cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam masing-masing paru, bronkus
terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak jumlah cabangnya,
seperti percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole
(Sherwood, 2010). Pada pasien PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam cabang bronkus
sehinga menyebabkan bronkitis kronis.
f). Paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga lobus di
paru sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat
ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-
masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut parietal dan
visceral pleura. Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura
membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan
pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan
dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura
visceral dan parietal melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang melekat
saat basah (Peate and Nair, 2011).

C. KLASIFIKASI
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi, difusi
dan transportasi.
1. Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer
kedalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka
tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai
otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya
rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi,
kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat
menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda
asing yang mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk
meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan
alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara
yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi
saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menerik napas, sedangkan
recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka co2 tidak dapat dikelurkan
secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons dapat
mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki kemampuan merangsang pusat
pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang
pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.

2. Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan
CO 2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
a. Luasnya permukaan paru
B. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli dan
intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.

3. Transportasi gas

Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh


CO2,jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan hb
membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2
akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm
plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%).

Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:


a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya
5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output
(misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah
oksigen yang dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan
menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan
transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan
penggunaan o2 oleh sel.(Pradana, 2019).

D. MANIFESTASI KLINIS
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior- posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya
pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,
2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman
nafas (NANDA, 2011).
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH
a. Faktor fisiologis
1). Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
2). Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluaran
napas bagian atas.
3). Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
4). Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu hamil, luka.
5). Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru.
b. Faktor perkembangan

1) Bayi premature
2) Bayi dan toodler
3) Anak usia sekolah dan pertengahan
4) Dewasa tua

C. Faktor prilaku

1) Nutrisi
2) Latihan fisik
3) Merokok
4) Penyalahgunaan substansi kecemasan
d. Faktor lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut (Haswita & Reni, 2017)

F. MASALAH-MASALAH YANG TERJADI


Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), tipe kekurangan Oksigen dalam tubuh di bagi
menjadi 7 bagian yaitu:
1. Hipoksemia
Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah
arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri ( SaO2 ) dibawah normal (normal PaO 85-100
mmHg, SaO,95%). Pada neonates, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%. Pada
dewasa, anak, dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini
disebabkan oleh ganguuan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada
tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hivoksemia, tubuh akan melakukan
kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume,
vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkata nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di
anaranya sesak nafas, frekuensi nafas dapat mencapai 35 kali per menit, nadi cepat
dan dangkal, serta sianosis.
2. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi
atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi
setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia antara lain:
1) Menurunnya hemoglobin
2) Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada di puncak gunung
3) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada keracunan
sianida
4) Menurunya difusi oksigen dan alveoli ke dalam darah seperti pada
pneumonia;
5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok;
6) Kerusakan atau gangguan ventilasi Tanda-tanda hipoksia di antaranya
kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi
meningkat, pernapasan cepat dan dalam sianosis sesak nafas, serta jari
tabuh (clubling finger)
3. Gagal nafas
Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen
karna pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekut sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh
adanya peningkatan gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal nafas di tandai oleh
adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan. Gagal
nafas dapat disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang mengontrol system
pernapasan, kelemahan neuromuscular, keracunan obat, gangguan metabolism,
kelemahan otot pernapsan, dan obstruktif jalan nafas.
4. Perubahan pola nafas
Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa sekitar 12-20
x/menit,dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
Pernafasan normal disebut eupneaPerubahan pola nafas dapat berupa hal-hal
sebagai berikut:
1) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.
2) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas
3) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24
x/menit.
4) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan
frekuensi kurang dari 16x/menit.
5) Kussmaul, yaitu pernpasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama, sehingga
pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada pasien koma dengan
penyakit diabetes mellitus dan uremia.
6) Cheyne-stokes,merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian
berangsur-ansur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara
teratur. Misalnya pada keracunan obat bius,penyakit jantung, dan penyakit
ginjal.
7) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan
periode yang tidak teratur, misalnya pada meningitis. (Ambara, 2019).

G. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas(Sasmi, 2016)

Anda mungkin juga menyukai