Anda di halaman 1dari 7

1.

DEFENISI KEBUTUHAN OKSIGEN


Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses kehidupan
karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen
didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan
pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan menyebabkan kematian Proses.

Pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian
oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar
berfungsi secara normal (Taqwaningtyas, Ficka (2013)(Budyasih, 2014).

Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan
lingkungan (Ernawati, 2012).

2. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN


Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan respirasi
dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh
mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan
karbondioksida (Peateand Nair, 2011).

Gambar Organ Respirasi Tampak Depan


(Tortora dan Derricson,2014)
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan system pernafasan bawah.
Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem
pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).

a. Hidung : Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama
dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal.
Di hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline
kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian eksternal
hidung memiliki tiga fungsi : (1) menghangatkan, melembabkan, dan menyaring
udara yang masuk; (2) mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3)
modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema.
Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang yang besar pada
anteriortengkorak (inferior pada tulang hidung; superior pada rongga mulut); rongga
hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa (Tortorraand Derrickson, 2014)

b. Faring : Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang
13 cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa.
Otot rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila
otot rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah
sebagai saluran untuk udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara
saat berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda
asing). (Tortorra and Derrickson, 2014)

c. Laring : Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan3
bagian berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid,
cuneiform dan corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana
jaringan ini mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya)
untuk menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah
tiroid,epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita
suara. Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan minuman
agar melewati esofagus (Peateand Nair, 2011).

d. Trakea : Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati
udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia
sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas
melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus
juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang
masuk kembali keatas (Peate and Nair, 2011)

e. Bronkus : Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan
dan kiri, yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam
masing-masing paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan
semakin banyak jumlah cabangnya,seperti percabangan pada pohon. Cabang terkecil
dikenal dengan sebutan bronchiole (Sherwood, 2010). Pada pasien PPOK
sekresimukus berlebih ke dalam cabang bronkus sehinga menyebabkan bronkitis
kronis.

f. Paru : Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga
lobus di paru sebelah kanan dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru
terdapat ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung.
Masing-masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut
parietal dan visceral pleura.Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan
visceral pleura membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan
tipis cairan pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga
kedua lapisan dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga
membantu pleura visceral dan parietal melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca
yang melekat saat basah (Peate and Nair, 2011).

Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu respirasi
seluler dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada proses metabolism
intraseluler yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah serangkaian proses
yang terjadi saat pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan
sel-sel tubuh (Sherwood, 2014).

Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi yaitu:


1) Ventilasi pulmonar – bagaimana udara masuk dan keluar dari paru
2) Respirasi eksternal – bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke sirkulasi darah dan
karbondioksida berdifusi dari darah ke paru
3) Transport gas – bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari paru ke
jaringan tubuh atau sebaliknya
4) Respirasi internal – bagaimana oksigen dikirim ke sel tubuh dan karbondioksida
diambil dari sel tubuh (Peate and Nair, 2011)

3. PROSES KEBUTUHAN MANUSIA SESUAI KASUS


Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
a) Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen di atmosfer ke dalam
alveoli ke atmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi diantaranya adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan
paru. Semakin tinggi maka tekanan udara semakin rendah. Demikian sebaliknya,
semakin rendah tempat maka semakin tinggi tekanan udara.
b) Difusi Gas
Difusi gas merupakan oertukaran gas antara oksigen alveoli dengan kapiler paru
dan CO2 kapiler dengan paru. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapat
factor yang dapat mempengaruhinya diantaranya luas permukaan paru, tebal
membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.
Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi penebalan.
c) Transportasi
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan
tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi O2 akan berkaitan dengan Hb
membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%) kemudian
transportasi CO2 akan berikatan dengan 10 Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%) dan larut dalam plasma (5%) kemudian sebagian
menjadi HCO3 berada pada darah (65%).

4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN OKSIGEN


Menurut Haswita (2017) keadekuatan sirkulasi ventilasi, perfusi dan transport gas-gas
pernapasan ke jaringan di pengaruhi oleh lima faktor diantara lain:
1) Faktor Fisiologi
- Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
- Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas.
- Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor
O2 terganggu.
2) Faktor Perkembangan
- Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukkan surfaktan.
- Bayi dan toddler: adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.
- Anak usia sekolah dan remaja: resiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
- Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
- Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3) Faktor perilaku
- Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang buruk
- Exercise: akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
- Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
- Substance abuse (alkohol dan obat- obatan): menyebabkan intake nutrisi
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol, menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
- Kecemasan: menyebabkan metabolisme meningkat.
4) Faktor lingkungan
- Tempat kerja (polusi)
- Suhu lingkungan.
- Ketinggian tempat dari permukaan laut.
- Tipe kekurangan oksigen dalam tubuh
5) Faktor Psikologi
Stress adalah kondisi dimana seseorang mengalami ketidakenakan oleh karena
harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak dikehendaki (stressor). Stress
akut biasanya terjadi oleh karene pengaruh stressor yang sangat berat, datang
dengan tiba-tiba, tidak terduga, tidak dapat mengelak, serta menimbulkan
kebingungan untuk mengambil tindakan. Stress akut tidak hanya berdampak pada
psikologisnya saja tetapi juga pada biologisnya yaitu mempengaruhi sistem
fisiologis tubuh, khususnya organ tubuh bagian dalam yang tidak berpengaruh
terhadap organ yang disarafi oleh saraf otonom. Hipotalamus membentuk rantai
fungsional dengan kelenjar pituitary (hipofise) yang ada di otak bagian bawah.
Bila terjadi stress, khususnya stress akut, dengan cepat rantai tersebut akan
bereaksi dengan tujuan untuk mempertahankan diri dan mengadaptasi dengan
cara dikeluarkannya adrenalin dari kelenjar adrenal tersebut.

5. MANIFESTASI KLINIK OKSIGENASI


Menurut Tarwoto & Wartonah (2015):
1. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam
darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri 12 (SaO2) di bawah normal (normal PaO2
85-100 mmHg, SaO2 95%). Tanda dan gejala hipoksemia diantaranya sesak napas,
frekuensi napas 35 x/menit, nadi cepat dan dangkal, serta sianosis.

2. Hipoksia
Hipoksia merupakan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau
meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah
4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab hipoksia lainnya adalah:
-. Menurunnya hemoglobin
-. Berkurangnya konsentrasi oksigen
-. Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen
-. Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah
-. Menurunnya perfusi jaringan
3. Perubahan pola napas
Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang dewasa sekitar 18 - 22
x/menit, dengan irama teratur, serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernapasan
normal disebut apnea. Perubahan pola napas dapat berupa:
- Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.
- Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti napas.
- Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi napas lebih
dari 24 x/menit.
- Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan frekuensi
kurang dari 16 x/menit.
- Kusmaul, yaitu pernapasan dnegan panjang ekspirasi dan inspirasi sama sehingga
pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada penyakit diabetes melitus
dan uremia.
- Cheyne-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian berangsur-
angsur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara teratur.
- Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan periode
yang tidak teratur.

4. Gagal Napas
Merupakan kedaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen
karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh
adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan.
Gagal napas dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat yang mengontrol
sistem pernapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat, gangguan
metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tubuh
7. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Pola napas tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi :
hambatan upaya napas keperawatan 3x24 jam - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha
diharapkan : napas)
- Tekanan ekspirasi dan - Monitor bunyi napas
inspirasi normal Teraputik :
- Tidak ada tanda-tanda - Posisikan fowler atau semi-fowler
dispepnea - Berikan minuman hangat
- Frekuensi napas, kedalaman - Berikan oksigen
napas dan pola napas dalam Edukasi :
rentang normal - Anjurkan teknik napas dalam untuk mengurangi sesak
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan dokter saat pasien hipoventilasi atau
membutuhkan penaganan sesak
Intoleransi aktivitas b/d Setela dilakukan tindakan Observasi
ketidak seimbangan antara keperawatan 3x24 jam, diarapkan: - Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
suplai dan kebutuhan O2 - spo2 dalam rentang normal - Identfikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Tidak ada tanda-tanda sianosis Teraupetik
- Adanya kemudahan dalam - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (pagar
melakukan aktivitas tempat tidur)
- Tidak ada dispnea saat dan - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
setela melakukan aktivitas meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
( duduk di tempat tidur)
Gangguan pula tidur b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi
kurang control tubuh keperawtan 3x24 jam, - Identivikasi pola aktivitas dan tidur
diharapkan : - Identivikasi factor pengaggu tidur
- Keluan sulit tidur dan keluhan Teraupetik
dan sering terjaga menurun - Modivikasi lingkungan (suhu,pencahayaan, dll)
- Pola tidur meningkat - Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Kemampuan beraktivitas Edukasi
meningkat - Jekaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

8. PATHWAY

Anda mungkin juga menyukai