OLEH :
Nisma Khairani
NIM : 2314901050
TA. 2023/20204
KONSEP DASAR OKSIGENASI
A. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam
tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan
menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi
dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika). Oksigen
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan
tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan
yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan
mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O₂dari
lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah guna
dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO₂ akan kembali diangkut
oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh
tubuh.
B. Anatomi Fisiologi
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan
respirasi dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk
memastikan bahwa tubuh mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida (Peate and Nair, 2011).
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan
bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem
pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan
paru-paru (Peate and Nair, 2011).
a) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam
sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di
hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline
kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian eksternal
hidung memiliki tiga fungsi : (1) menghangatkan, melembabkan, dan menyaring
udara yang masuk; (2) mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3)
modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema.
Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang yang besar pada
anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior pada rongga mulut); rongga
hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa (Tortorra and Derrickson, 2014)
b) Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm.
Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot
rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot
rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai
saluran untuk udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat
berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing)
(Tortorra and Derrickson, 2014)
c) Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan
corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid,
epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara.
Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar
melewati esofagus (Peate and Nair, 2011).
d) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara dari
laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia sehingga
dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas melewati
esofagus untukditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga
memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang
masuk kembali keatas (Peate and Nair, 2011).
e) Bronkus
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
1) EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi
impuls dan posisi listrik jantung.
2) Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap
stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner
3) Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasidan oksigenasi; pemeriksaan
fungsi paru, analisis gas darah (AGD).
F. Penatalaksaan Medis
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan pemberian
oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi
oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi respiratorik,
mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen
dapat dilakukan pada :
1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen
dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini
diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya
dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong
rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
1. Nasal kanula/binasal kanula. Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar
20% - 40%.
2. Sungkup muka sederhana Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling
atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %.
3. Sungkup muka dengan kantong rebreathing Sungkup muka dengan kantong
rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan
ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang
antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang
masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit,
dengan konsentrasi 60 – 80%.
4. Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing Sungkup muka nonrebreathing
mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat
ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi
dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12
liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%
2) Sistem aliran tinggi Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil
dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen
yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask
atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip
pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat
yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat, misalnya : warna
biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60%.
b.Fisioterapi dada
1. Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung pasien
yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan secara bergantian
dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi
lancar.
2. Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan getaran
yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien
secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang
dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
3. Postural drainase Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran
sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan
dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen paru.
4. Napas dalam batuk efektif Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk
memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk
efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea,
dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas (Eki, 2017) 5) Penghisapan
lendir Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender sendiri. Tindakan ini
memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
(Eki, 2017) .
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
b. Anamnese
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
2) Keluhan Utama
Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam tidak terlalu tinggi tiga hari
yang lalu.
Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas, penyebab terjadinya sesak nafas, serta
upaya yang telah dilakukan oleh pasien untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan
pernafasan pada kasus terdahuluserta tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit lain yang berpotensi
menurun atau menular pada anggota keluarga lain
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
c. Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda
– tanda vital.
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku
4) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan terdapat retraksi dinding
dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang,takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
7) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa
panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, apakah cepat
lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
d. Pemeriksaan laboratorium
- Kadang – kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi.
- Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan,
dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
- Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3) Pemeriksaan sputum:
- Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-
cabang bronkus.
- Terdapatnya neutrofileosinofil.
3) Jika terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
f. Lain –Lain
1) Tes fungsi paru: Untuk mengetahui fungsi paru, menetapkan luas beratnya
penyakit, mendiagnosis keadaan.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk yang tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea
NO DIAGNOSA TUJUAN SLKI SIKI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Bersihnya jalan Setelah Bersihan Jalan Latihan Batuk Efektif 1. Untuk
napas tidak efektif dilakukan Napas Definisi : melatih memaksimalkan
b.d batuk yang intervensi pasien yang tidak ventilasi
tidak efektif selama 3 x 24 1.Batuk efektif: 3 memiliki kemampua
jam maka sedang batuk efektif untuk 2.untuk
Pernapasan membersihkan laring, mengetahui
Akan 2.Sulit berbicara: 4 trakea, dan bronkiolus adanya suara
meningkat cukup membaik dari jalan napas atau tambahan
bendaasing di dalam
3.Sianosi: 3 sedang jalan napas 3. untuk
Tindakan/ observasi memenuhi
4.Gelisah: 3 sedang → Identifikasi kebutuhan
kemampuan batuk oksigen
5.Frekuensi napas → Monitor tanda dan
gejala infeksi saluran 4.untuk
6.cukup membaik napas memperbaiki
pola napas
7.Pola napas: 4 → Monitor input dan
cukup membaik output cairan (mis. 5.untuk
Jumlah dan karateristik mengoktimalkan
Kontol Gejala T erapeutik pernapasan
a. Kemampuan → Atur posisi semi
memonitor fowler atau fowler
munculnya gejala → Pasang perlak dan
secara mandiri: 3 bengkok di pangkuan
sedang pasien → Buang sekret
pada tempat sputum
b. Kemampuan Edukasi
memonitor lama → Jelaskan tujuan dan
bertahannya gejala: prosedur batuk efektif
3 sedang
cv → Anjurkan tarik
c. Kemampuan napas melaluihidung
memonitor selama 4 detik, diahan
selama 2 detik
gejala (2 menurun) kemudian dari mulut
dengan bibir mecucu
Tingkat Infeksi selama 8 detik
→ Anjurkan
variasi cukup mengulangi tarik napas
dalam hingga 3kali
1. Nafsu makan: 1
menurun Kolaborasi
→ Kolaborasi
pemberian mukolitik
2. Demam: 2 cukup atau ekspektoran jika
meningkat perlu Edukasi
Fisioterapi Dada
3. Kemerahan: 3 Definisi : Mengajarkan
sedang memobilisasi sekresi
napas melalui perkusi,
getaran, dan drainase
postural Tindakan
/observasi
→ Identifikasi
kemampuan pasien dan
keluarga menerima
informasi T erapeutik
→ Persiapan materi
dan edukasi
→ Jadwalkan
waktuyang tepat untuk
memberikan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan dengan
pasien dan keluarga
→ Berikan kesempatan
pasien dan keluarga
untuk bertanya
Edukasi
→ Jelaskan
kontraindikasi
fisioterapi dada
→ Jelaskan tujuan dan
prosedur fisioterapi
dada → Ajarkan
mengeluarkan sekret
melalui pernapasan
dalam
→ Ajarkan batuk
selama dan setelah
prosedur
→ Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
→ Auskultasi bunyi
napas
→ Monitor saturasi
oksigen
→ Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
→ Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Manajemen Jalan
Napas
Observasi
usaha napas)
→ Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
→ Pertahankan
kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika
curigatrauma cervical)
→ Posisikan semi-
Fowler atau Fowler
→ Berikan minum
hangat
→ Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
→ Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
→ Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
→ Penghisapan
endotrakeal
→ Keluarkan
sumbatan benda padat
denganforsepMcGill
→ Berikan oksigen,
jika perlu Edukasi
→ Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jikatidak kontraindikasi
ajarkan teknik batuk
efektif.
Kalaborasi
Kalaborasi pemberian
bronkodilator
ekspektron mukolitik
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7.Jakarta: EGC
Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta,
EGC.