Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

STASE KDP DENGAN OKSIGENASI


DI PUSKESMAS KEDOPOK KOTA PROBOLINGGO

Disusun Oleh :

ELSYE
14201.13.21074

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY
ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI


DI PUSKESMAS KEDOPOK
KOTA PROBOLINGGO

Probolinggo,08 Desember 2022

Mahasiswa

( ELSYE )

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

(..................................) (.....................................)

Kepala Ruangan

( )
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses


kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh.
Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka
akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan
menyebabkan kematian Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan
jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan
memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal (Taqwaningtyas, Ficka
(2013)(Budyasih, 2014)

Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku
apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).(Eki, 2017)
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh baik
itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami
dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas
antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara
untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013). Kebutuhan Oksigenasi
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai
aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi
oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan
(Ernawati, 2012).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan respirasi
dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh
mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan
melepaskan karbondioksida (Peate and Nair, 2011)

Gambar 2.1 Organ respirasi tampak depan (Tortora dan Derrickson, 2014) Sistem
respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah. Sistem
pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan
bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011). a) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam sistem
respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di hidung
bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago yang
terbungkus oleh otot dan kulit.

Struktur interior dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi :

(1) menghangatkan , melembabkan, dan menyaring udara yang masuk

(2) mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau); dan


(3) modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema.
Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang yang besar pada
anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior pada rongga mulut); rongga
hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa (Tortorra and Derrickson, 2014)

b) Faring, atau tenggorokan,

Faring adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm. Dinding faring
disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka yang
terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi
maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara
dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat
bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing) (Tortorra and
Derrickson, 2014)

c) Laring

Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan
corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid,
epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara.
Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar
melewati esofagus (Peate and Nair, 2011).

d) Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati


udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia
sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas
melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus
juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang
masuk kembali keatas (Peate and Nair, 2011).

e) Bronkus

Bronkus (Martini et al., 2012) Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua
cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang mana cabang-cabang ini memasuki paru
kanan dan kiri pula. Didalam masing-masing paru, bronkus terus bercabang dan
semakin sempit, pendek, dan semakin banyak jumlah cabangnya, seperti percabangan
pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole (Sherwood, 2010).
Pada pasien PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam cabang bronkus sehinga
menyebabkan bronkitis kronis.

f) Paru-Paru

Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga


lobus di paru sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru
terdapat ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung.
Masing-masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut
parietal dan visceral pleura. Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan
visceral pleura membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis
cairan pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua
lapisan dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu
pleura visceral dan parietal melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang
melekat saat basah (Peate and Nair, 2011).

C.MANIFESTASI KLINIS

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan


oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior- posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya
pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis,
warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala
ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


a. Faktor fisiologis

1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.

2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluaran napas


bagian atas.

3) Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2


terganggu.

4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu hamil, luka.

5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru.

b. Faktor perkembangan

1) Bayi prematur

2) Bayi dan toodler

3) Anak usia sekolah dan pertengahan

4) Dewasa tua

c. Faktor prilaku

1) Nutrisi

2) Latihan fisik

3) Merokok

4) Penyalahgunaan substansi kecemasan

d. Faktor lingkungan

1) Tempat kerja

2) Suhu lingkungan

3) Ketinggian tempat dari permukaan laut (Haswita & Reni, 2017)

F. MASALAH-MASALAH YANG TERJADI


Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), tipe kekurangan Oksigen dalam tubuh di bagi
menjadi 7 bagian yaitu:

1. Hipoksemia

Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri
(PaO2) atau saturasi O2 arteri ( SaO2 ) dibawah normal (normal PaO 85-100 mmHg,
SaO,95%). Pada neonates, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%. Pada dewasa, anak, dan bayi,
PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini disebabkan oleh ganguuan ventilasi,
perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan
hivoksemia, tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan,
meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkata nadi. Tanda dan
gejala hipoksemia di anaranya sesak nafas, frekuensi nafas dapat mencapai 35 kali per menit,
nadi cepat dan dangkal, serta sianosis.

2. Hipoksia

Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya pemenuhan


kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya
penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi
berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia antara lain: 1) Menurunnya hemoglobin 2)
Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada di puncak gunung 3)
Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada keracunan sianida 4) Menurunya
difusi oksigen dan alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia; 5) Menurunnya perfusi
jaringan seperti pada syok; 6) Kerusakan atau gangguan ventilasi Tanda-tanda hipoksia di
antaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernapasan cepat dan dalam sianosis sesak nafas, serta jari tabuh (clubling finger).

3. Gagal nafas

Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen


karna pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekut sehingga terjadi kegagalan
pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan
gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal nafas di tandai oleh adanya peningkatan CO2 dan
penurunan O2 dalam darah secara signifikan. Gagal nafas dapat disebabkan oleh gangguan
system saraf pusat yang mengontrol system pernapasan, kelemahan neuromuscular,
keracunan obat, gangguan metabolism, kelemahan otot pernapsan, dan obstruktif jalan nafas.

4. Perubahan pola nafas Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa
sekitar 12-20 x/menit,dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
Pernafasan normal disebut eupnea. Perubahan pola nafas dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

1) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.

2) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.

3) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24
x/menit.

4) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan frekuensi
kurang dari 16x/menit.

5) Kussmaul, yaitu pernpasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama, sehingga
pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada pasien koma dengan penyakit
diabetes mellitus dan uremia.

6) Cheyne-stokes,merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian berangsur-ansur


dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara teratur. Misalnya pada
keracunan obat bius,penyakit jantung, dan penyakit ginjal. 7) Biot, adalah pernapasan
dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan periode yang tidak teratur, misalnya
pada meningitis. (Ambara, 2019)

G. PATOFISIOLOGI

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru),
apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran
gas(Sasmi, 2016).

H.PATHWAY
Faktor Lingkungan
Udara,bakteri,virus,jamur
masuk melalui saluran nafas
atas

Infeksi dan peradangan

Kuman Melepas Hipersekresi Hipersekresi


endotoksin kelenjar kelenjar

Merangsang tubuh Akumulasi Sekret Penyempitan


untuk melepas zat berlebihan Saluran pernapasan
pirogen oleh leukosit

Sekret mengental Keletihan otot


Di jalan nafas pernapasan
Hipotalamus
Ke bagian
termoreguler
Gangguan Hipersekresi
penerimaan O2 kelenjar
Dan pengeluaran
Suhu tubuh C02
meningkat
Dispnea,gas darah
arteri,abnormal,hiper
Gangguan Pertikaran kapnia,konfusi,nafas
Hipertermia Gas cuping hidung,pola
pernapaan
abnormal(kecepatan
irama ,kedalaman)si
anosis

Pola Nafas Tidak


efektif
I. PENATALAKSANAAN

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen
melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen
adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah
hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2
> 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas
2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard
6) Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya
adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas dalam dan batuk
efektif, dan penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,2014).
a. Inhalasi oksigen Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan
menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui
kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega
terjadinya hipoksia.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen
yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah
Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen dan masih
mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan
untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, Sungkup muka sederhana.Sungkup muka
sungkup muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
a. Nasal kanula/binasal kanula. Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan
dapat memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi oksigen
sebesar 20% - 40%.
b. Sungkup muka sederhana Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-
seling atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing Sungkup muka dengan kantong
rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi
dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari
udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 –
10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%. d) Sungkup muka dengan kantong
nonrebreathing Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup
terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang
fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada
saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 80 – 100%
2) Sistem aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan
tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen
yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury
mask atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit.
Prinsip pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup
diatur dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna
alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%,
dan hijau 60%

b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas (Eki, 2017)
1) Perkusi Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung
pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan secara
bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga
pernapasan menjadi lancar.
2) Vibrasi Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan
getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada
pasien secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi
udara yang dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran
sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan
dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen
paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk
memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk
efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring,
trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas (Eki, 2017) 5)
Penghisapan lendir Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret
atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas
dan memenuhi kebutuhan oksigen (Eki, 2017)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Menurut Brunner & Suddarth (2016), pengkajian keperawatan untuk pasien gagal
jantung berfokus pada pemantauan keefektifan terapi dan kemampuan pasien untuk
memahami dan menjelaskan strategi manajemen diri. Tanda dan gejala kongesti paru
dan kelebihan beban cairan harus segera dilaporkan yang akan mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen atau timbulnya masalah oksigenasi.
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh
melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnese
1) Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam
tidak terlalu tinggi tiga hari yang lalu.
3) Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya sesak
nafas, penyebab terjadinya sesak nafas, serta upaya yang telah
dilakukan oleh pasien untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit –
penyakit lain yang ada kaitannya dengan pernafasan pada kasus
terdahulu serta tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obatobatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat sakit yang sama pada
keluarga atau penyakit lain yang berpotensi menurun atau menular pada
anggota keluarga lain
6) Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan
dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya
serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

c. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.
3) Sistem integument Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun,
luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur
rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada
dan terdapat retraksi dinding dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan
menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi,
polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahn tinggi badan, apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya
gangren di ekstrimitas.
9).Sistem neurologis Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan
sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, dan disorientasi.
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
1) Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
2).Analisa gas darah: - Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila
terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk. - Kadang – kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi. - Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi. - Pada
pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan,
dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan. - Pemeriksaan tes
kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3) Pemeriksaan sputum: - Kristal –kristal charcotleyden yang merupakan
degranulasi dari kristal eosinofil. - Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral
yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus. – Terdapa
tnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. - Terdapatnya
neutrofileosinofil.
e. Pemeriksaan Radiologi Foto Thoraks:
1) Jika disertai dengan bronkhitis, bercakanhilus akan bertambah.
2) Jika terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang
bertambah.
3) Jika terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada
paru.
f. Lain –Lain
1) Tes fungsi paru: Untuk mengetahui fungsi paru, menetapkan luas beratnya
penyakit, mendiagnosis keadaan.
2) Spirometristatik: Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
2. Diagnosa
a. Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu diatas normal
b. Defisit Nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan d.d nafsu makan menurun c.
Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d pola napas
abnormal
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk yang tidak
efektif
d. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea

3.ANALISA DATA

NO Data Etiologi Masalah


Keperawatan

1 DS: Pasien mengatakan badannya panas Faktor lingkungan (udara, Hipertermia b.d
DO: Td: 110/80 mmHg bakteri, virus, jamur) masuk proses penyakit d.d
Suhu : 380C melalui saluran napas atas suhu diatas normal
RR : 36 x/mnit ↓
Nadi : 100 x/mnt Infeksi dan peradangan
Kulit teraba hangat ↓
Mukosa bibir kering Kuman melepas endotoksin

Merangsang tubuh untuk
melepas zat progen oleh
leukosit

Hipotalamus kebagian
termoregulator

Suhu tuhuh meningkat
2 ↓
Hipertermia

DS:Pasien mengatakan kesulitan bernafas → Faktor lingkungan (udara, Bersihan jalan napas
Pasien mengatakan sulit berbicara bakteri, virus, jamur) masuk tidak efektif b.d
melalui saluran napas atas
DO :Td: 110/80 mmHg sekresi yang tertahan

Suhu : 380C Infeksi dan peradangan ↓ d.d batuk yang tidak
RR : 36 x/mnit Hipersekresi kelenjar efektif
mukosa
Nadi : 100 x/mnt

Batuk tidak efektif Akumulasi sekret berlebihan
Ronchi (+) ↓
Sekret mengental dijalan
Pasien tampak gelisah
napas

Obstruksi jalan napas

Batuk yang tidak efektif,
penurunan bunyi napas,
sputum dalam jumlah yang
berlebihan, perubahan pola
napas tambahan

Bersihan Jalan Napas Tidak
Efektif

3. DS: → Pasien mengatakan sesak saat Faktor lingkungan (udara, Pola napas tidak
. bernapas bakteri, virus, jamur) masuk efektif b.d hambatan
DO → Td: 110/80 mmHg → Suhu : 380C → melalui saluran napas atas upaya napas d.d
RR : 36 x/mnit → Nadi : 100 x/mnt → ↓ dispnea
Pasien tampak kesulitan bernapas → Pola Infeksi dan peradangan

napas takipnea ↓
Kontaksi otot-otot polos
saluran pernafasan

Pernyempitan saluran
pernapasan

Keletihan otot pernapasan

Dipnea, gas darah arteri,
hiperkopnia, hipoksemia,
napas cuping hidung,
konfusi, pola pernapasan
abnormal, sianosis

Pola Nafas Tidak Efektif
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

DI PUSKESMAS KEDOPOK KOTA PROBOLINGGO

Probolinggo, Desember 2022

Mahasiswa

( ELSYE )

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

(..................................) (.....................................)
Kepala Ruangan

( )

Anda mungkin juga menyukai