Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN TN. A DENGAN PENYAKIT PARU


OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

ANANDA PRASTUTI SUTRISNO


KELOMPOK I

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologi yang tentunya
bertujuan dalam mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Ernawati, 2012). Kebutuhan
dasar yang menjadi prioritas utama menurut Abraham Maslow adalah kebutuhan
fisiologis yaitu kebutuhan akan oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan),
keseimbangan suhu, eliminasi, aktivitas, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual
(Saputra, 2013). Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer dan mutlak harus
dipenuhi untuk memelihara hemeotasis biologis dan kelangsungan kehidupan setiap
manusia (Sutanto, 2017).
Salah satu kebutuhan fisiologis yang paling penting adalah kebutuhan pemenuhan
oksigenasi. Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling vital. Oksigen
dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel sehingga dapat
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel, jaringan, atau organ (Saputra, 2013).
Jika kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, maka akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan dasar yang lainnya. Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel (Hidayat, 2009). Kebutuhan oksigen pada manusia
memiliki kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500 - 5.000 ml (4,5 – 5
L). udara yang diproses dalam paru-paru yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang
dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan biasa (Ambarwati, 2014).
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan
dasar. Hal ini terbukti pada seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami
hipoksia dan akan terjadi kematian (Sutanto, 2017). Pemenuhan kebutuhan oksigen
tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya sistem pernapasan, sistem kardivaskular dan
sistem hematologi. Jika terjadi gangguan pada salah satu sistem tersebut maka akan
mengakibatkan kurangnya asupan pemenuhan oksigen dalam tubuh.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian terhadap klien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
b. Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan terhadap klien yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
c. Agar mahasiswa mampu menentukkan perencanaan keperawatan terhadap klien
yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
d. Agar mahasiswa mampu melakukan implementasi terhadap klien yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
e. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap klien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam mengtasi klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Perawat
Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu contoh hasil dalam melakukan
asuhan keperawatan bagi klien khususnya dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi.
b. Bagi Pasien
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan serta dapat diterapkan
oleh pasirn saat mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Oksigenasi


1. Definisi Oksigenasi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling vital. Oksigen
dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel sehingga dapat
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel, jaringan, atau organ (Saputra,
2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) kedalam sistem
(kimia atau fisika). Penambahan oksigen kedalam tubuh dapat dilakukan secara
alamiah dengan cara bernafas. Pernafasan atau respirasi merupakan proses pertukaran
gas antara individu dengan lingkungannya. Pada saat bernafas, tubuh menghirup
udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan mengembuskan udara untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan ( Saputra, 2013).
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel (Hidayat, 2009). Kebutuhan oksigen pada manusia memiliki
kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500 - 5.000 ml (4,5 – 5 L).
udara yang diproses dalam paru-paru yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang
dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan biasa (Ambarwati, 2014).
Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat
berperan dalam proses metabolisme tubuh. Masalah kebutuhan oksigen merupakan
masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti
pada seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan akan terjadi
kematian (Sutonto & Fitriani, 2017)
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
a. Anatomi
Sistem Pernapasan Atas
1) Hidung
Udara pada hidung yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humudifikasi dan penghangatan.
2) Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan. Faring
terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang
berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk
bersama udara.
3) Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut
jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring juga berfungsi
mempertahankan kepatenan jalan nafas dan melindungi jalan nafas bawah
dari air dan makanan yang masuk.
Sistem Pernapasan Bawah
1) Trakea
Trakea merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago
yang menghubungkan laring dengan bronkus utama kanan dan kiri. Bronkus
utama terbagi menjadi bronkus- bronkus yang lebih kecil dan berakhir di
bronkiolus terminal.
2) Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru
terdiri atas beberapa lobus (patu kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan
dipasok oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan
napsa yang bercababg-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru dan
jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru dilapisi oleh kantong tertutuup
berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar
paru. Di antara ertutuup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal
membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral
membatasi permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat
cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah friksi selama
gerakan bernapas.
b. Fisiologi
Proses respirasi dapat dibagi menjadi empat proses peristiwa fungsional utama
yaitu ventilasi paru-paru, difusi oksigen dan karbondioksida di antara alveolus
dan darah, transport oksigen dan karbondioksida di dalam darah dan cairan tubuh
ke dan dari sel, serta pengaturan (regulasi) pernafasan oleh mekanisme kontrol
tubuh berkenaan dengen frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan (Asmadi
2009).
1) Ventilasi
Ventilasi paru-paru merupakan masuk dan keluarnya udara pernapasan antara
Atmosfer dan paru-paru. Proses ventilasi ini melibatkan beberapa organ tubuh
yang sangat penting dalam pernapasan (Asmadi 2009).
2) Difusi
Setelah proses ventilasi, maka langkah selanjutnya dalam proses respirasi
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah dan difusi
karbondioksida dari pembuluh darah ke alveolus (Asmadi, 2009.
3) Transportasi
Apabila oksigen telah berdifusi dari alveolus ke dalam darah paru, maka
oksigen ditranspor dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin ke kapier
jaringan, dimana oksigen dilepaskan untuk digunakan di sel (Asmadi 2009).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
Menurut Ambawati (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
yaitu :
a. Faktor Fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan
oksigenasi seseorang. Kondisi ini akan mempengaruhi fungsi pernapasannya
1) Penurunan kapasitas angkut O2
Secara fisiologis daya angkut hemoglobin untuk membawa O2 ke jaringan
adalah 97% . Nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat
gangguan pada tubuh. Misalnya pada penderita anemia atau pada saat
terpapar zat beracun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan
kapasitas peningkatan O2.
2) Penurunan konsentrasi O2 inpirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapi pernapasan dan
penurunan kadar O2 lingkungan.
3) Hipovolemia
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstrasekuler yang berlebihan (mis, pada penderita shock
atau dehidrasi berat.
4) Peningkatan laju metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus menerus
yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya tubuh mulai
memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot.
5) Kondisi lainnya
Yang kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas muskuloskletal (mis, kifosis), trauma,
penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit
kronis.
a) Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sistem pernapasan individu.
- Bayi prematur. Bayi yang terlahir prematur beresiko menderita
penyakit membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya
membran serupa yang membatasi ujung saluran pernapasan. Kondisi
ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena
kemampuan paru dalam menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester akhir.
- Bayi dan anak-anak. Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi
saluran pernapasan atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan
aspirasi benda asing.
- Anak usia sekolah. Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi akut
infeksi saluran nafas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok
- Dewasa muda dan paruh baya. Kondisi stres, kebiasaan merokok diet
yang tidak sehat, kurang olahraga merupakan faktor yang dapat
meningkatkan resiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia
ini.
- Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan
perubahan pada fungsi normal pernapasan, seperti penurunan elastisitas
paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan kifosis tulang
belakang yang menghambat ekpansi paru sehingga berpengaruh pada
penurunan kadar O2.
b) Faktor gaya hidup
Modifikasi gaya hidup merupakan hal yang sulit bagi individu untuk
mengubah kebiasaan yang menyenangkan seperti merokok dan makan
makanan tertentu.
- Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonal seperti, obesitas berat
mengurangi pengembangan paru dan peningkatan berat badan sehingga
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan. Obesitas dapat mengalami
pemborosan otot pernapasan yang dapat menyebabkan penurunan
kekuatan otot dan penyimpanan pernapasan.
- Olahraga
Olahraga meningkatkan aktifitas metabolisme tubuh dan kebutuhan
oksigen. Frekuensi dan kedalaman respirasi meningkat, menyebabkan
individu untuk menghirup lebih banyak oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida yang berlebihan.
- Stres
Stres dapat meningkatkan laju metabolisme tubuh dan kebutuhan
oksigen. Karena respon tubuh terhadap stres adalah dengan adanya
meningkat frekuensi kedalaman pernapasan.
c) Faktor Lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi oksigenasi yaitu tempat kerja,
temperatur lingkungan, ketinggian dari tempat permukaan laut karena
semakin tinggi tempat maka semakin sedikit kandungan oksigen.
4. Patofisologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi, transportasi, apabila
proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan napas sebagai benda asing yang mengeluarkan mucucs
proses difusi yang terganggu dapat menyebabka ngangguan pertukaran gas selain
kerusakan ventilasi juga terjadi kerusakan afterload, perload dan kontraktilitas
miokard (Brunner & Suddart, 2002).
Jika oksigen dalam tubuh berkurang, maka ada beberapa istilah yang dipakai
sebagai manifestasi kekurangan oksigen tubuh, yaitu hipoksemia, hipoksia, dan gagal
napas. Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
Analisis Gas Darah (AGD) dan oksimetri (Tarwoto & Wartonah, 2015).
a. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan keadaan yang disebabkan oleh gangguan ventilasi,
perfusi, dan difusi atau berada pada tempat yang kurang oksigen.
b. Hipoksia
Hipoksia merupakan suatu kondisi ketidakcukupan oksigen ditempat manapun di
dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.
c. Gagal napas
Gagal napas merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi
kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat
sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen (Kozier,
2011).
d. Perubahan pola napas
Perubahan pola napas dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
1) Dyspnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.
2) Apnea, yaitu tidak bernapas atau berhenti bernapas.
3) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih
dari 24 kali per menit.
4) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi
kurang dari 16 kali per menit.
5) Kussmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama,
misalnya pada pasien koma dengan penyakit diabetes mellitus dan uremia.
6) Cheyne stokes merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian berangsur-
angsur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang. Misalnya pada
keracunan obat bius, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
7) Biot adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan
periode yang tidak teratur, misalnya pada meningitis (Tarwoto & Wartonah,
2015).

B. Asuhan Keperawatan Teoritis pada Gangguan Kebutuhan Oksigenasi


1. Pengkajian
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada sistem pernapasan
merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat karena 80% diagnosis masalah
pasien diperoleh dari anamnesis.
a. Identitas
Nama, umur, tempat tenggal lahir, jenis kelamin alamat, pendidikan, pekerjaan
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah yang paling sering dirasakan mengganggu oleh klien
dengan gangguan kebutuhan oksigenasi: batuk, peningkatan produksi sputum,
dispnea, hemoptysis, mengi, chest pain, dll.
c. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian riwayat penyakit saat ini seperti menanyakan tentang riwayat penyakit
sejak timbulnya keluhan hingga pasien meminta pertolongan. Misal sejak kapan
keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan pertama kali timbul, apa
yang dilakukan ketika keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau
memperingan keluhan, adakah usaha untuk mengatasi keluhan ini sebelum
meminta pertolongan, berhasil atau tidak usaha tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu memberikan data tentang informasi kesehatan klien.
Kaji klien tentang kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena kondisi ini
memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru. Dapatkan pula informasi
tentang sejak kapan terjadi penyakit, apakah pasien pernah dirawat sebelumnya,
dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami penyakit yang berat, apakah
pernah mempunyai keluhan yang sama.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
f. Pengkajian riwayat keluarga pada pasien dengan gangguan oksigenasi sangat
penting untuk mendukung keluhan dari penderita. Perlu dicari riwayat keluarga
yang memberikan predisposisi keluhan kepada pasien (Andarmoyo, 2012)
g. Kebutuhan dasar
h. Makan, minum, mandi, eliminasi, aktifitas
i. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
a) Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)
b) Konjungtiva pucat (anemia)
c) Konjungtiva sianosis (hipoksemia)
2) Hidung
a) Pernapasan dengan cuping hidung
b) Membran mukosa sianosis (penurunan oksigen)
c) Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru
kronik)
3) Kulit
a) Sianosis perifer (vasokontriksi)
b) Sianosis secara umum (hipoksemia)
c) Penurunan turgor (dehidrasi)
4) Jari dan kuku
a) Sianosis perifer (kurangngnya suplai O2 ke perifer)
b) Clubbing finger ( hipoksemia kronik)
5) Dada dan Thoraks
a) Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran klien, penampilan umum, postur tubuh,
kondisi kulit dan membrane mukosa, dada, pola napas, (frekuensi,
kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada
secara umum, adanya sianosis, deformitas dan jaringan parut pada dada.
b) Palpasi
Dengan palpasi dada, dapat diketahui jenis dan jumlah kerja thoraks,
daerah nyeri tekan, taktil fremitus, getaran dada (thrill), angkat dada
(heaves), dan titik impuls jantung maksimal, adanya massa di aksila dan
payudara. Palpasi ekstremitas untuk mengetahui sirkulasi perifer, nadi
perifer (takhikardia), suhu kulit, warna, dan pengisian kapiler.
c) Perkusi
Perkusi untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau benda padat di
jaringan. Lima nada perkusi adalah resonansi, hiperresonansi, redup,
datar, timpani.
d) Auskultasi
Auskultasi untuk mendengarkan bunyi paru. Pemeriksa harus
mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas. Auskultasi
bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara di sepanjang
lapangan paru : anterior, posterior, dan lateral. Suara napas tambahan
terdengar jika paru mengalami kolaps, terdapat cairan, atau obstruksi
6) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan
oksigenasi.
a) Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan spirometer.
Klien bernapas melalui masker mulut yang dihubungkan dengan
spirometer. Pengukuran yang dilakukan mencakup volume tidal (Vт),
volume residual (RV), kapasitas residual fungsional (FRC), kapasitas vital
(VC), kapasitas paru total (TLC).
b) Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi hidrogen (H+),
tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2), dan
saturasi oksihemoglobin (SaO2), pH, HCO3-.
c) Oksimetri
Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler (SaO2),
yaitu persentase hemoglobin yang disaturasi oksigen.
d) Hitung Darah Lengkap
Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap meliputi hemoglobin,
hematokrit, leukosit, eritrosit, dan perbedaan sel darah merah dan sel
darah putih.
e) Pemeriksaan sinar X dada
Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanya
cairan (pneumonia), massa (kanker paru), fraktur (klavikula dan costae),
proses abnormal (TBC)
2. Rencana Keperawatan
NO NANDA NOC NIC
1 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Manajemen Jalan Napas
Napas Napas Aktivitas-aktivitas :
Definisi: Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, 1. Posisikan pasien untuk
jalan napas adalah keadaan dimana didapatkan kriteria hasil: memaksimalkan ventilasi
seseorang tidak mampu untuk 1. Frekuensi pernapasan normal. 2. Lakukan Fisioterapi dada,
membersihkan sekresi atau obstruksi 2. Irama pernapasan normal. sebagaimana mestinya.
dari saluran pernapasan guna 3. Kedalaman inspirasi normal. 3. Buang sekret dengan memotivasi
mempertahankan kepatenan jalan 4. Pasien mampu untuk mengeluarkan pasien untuk melakukan batuk atau
napas. sekret. menyedot.
Batasan Karakteristik: 5. Tidak ada suara napas tambahan. 4. Motivasi pasien untuk bernapas
Batuk tidak efektif, dyspnea, gelisah, 6. Tidak ada pernapasan cuping pelan, dalam. berputar, dan batuk.
sianosis, suara napas tambahan, hidung. 5. Instruksikan bagaiman agar bisa
sputum berlebih, perubahan pola 7. Tidak dispnea saat istirahat. melakukan batuk efektif.
napas 8. Tidak dispnea dengan aktivitas 6. Auskultasi suara napas, catat area
Faktor yang berhubungan : ringan. yang ventilasinya menurun atau
Lingkungan, Obstruksi Jalan Nafas, 9. Tidak ada penggunaan otot bantu tidak ada dan adanya suara
fisiologis napas. tambahan.
10. Tidak ada batuk 7. Posisikan untuk meringankansesak
napas.
8. Monitor pernapasan dan oksigenasi,
sebagaimana mestinya.
2. Ketidakefektifan pola napas Status Pernapasan: Ventilasi Monitor Pernapasan
Definisi: Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas :
inspirasi dan/atau ekspirasi Yang keperawatan, didapatkan kriteria hasil: 1. Monitor kecepatan, irama, kedalan
tidak memberi ventilasi adekuat. 1. Frekuensi pernapasan normal dan kesulitan bernapas.
Batasan karakteristik: 2. Irama pernapasan normal 2. Catat pergerakan dada, catat
1. Bradipnea 3. Kedalaman inspirasi normal ketidaksimetrisan, penggunaan otot-
2. Dispnea 4. Tidak ada penggunaan otot bantu otot bantu napas, dan retraksi pada
3. Fase ekspirasi memanjang napas otot supraclaviculas dan interkosta.
4. Penggunaan otot bantu 5. Tidak ada suara napas tambahan. 3. Monitor suara napas tambahan.
pernapasan 6. Tidak ada retraksi dinding dada. 4. Monitor pola napas.
5. Penurunan tekanan ekspirasi 7. Tidak ada pernapasan dengan bibir 5. Auskultasi suara napas, catat area
6. Penurunan tekanan inspirasi mengerucut. dimana terjadi penurunan atau tidak
7. Pernapasan cuping hidung 8. Tidak dispnea saat istirahat. adanya ventilasi dan keberadaan
8. Pola napas abnormal (mis; irama, 9. Tidak dispnea saat latihan. suara napas tambahan.
frekuensi, kedalaman) 10. Tidak ada akumulasi sputum 6. Monitor kemampuan batuk efektif
9. Takipnea pasien.
Faktor yang Berhubungan: 7. Monitor sekresi pernapasan pasien.
1. Hiperventilas 8. Monitor keluhan sesak napas,
2. Keletihan otot pernapasan termasuk kegiatan yang
3. Sindrom hipoventilasi meningkatkan atau memperburuk
sesak napas tersebut.
3. Gangguan pertukaran gas Status Pernapasan:Pertukaran Gas Terapi Oksigen
Definisi: Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, Aktivitas-aktivitas :
Kelebihan atau defisit oksigen didapatkan kriteria hasil: 1. Pertahankan kepatenan jalan napas.
dan atau eliminasi karbondioksida 1. Tekanan parsial oksigen di darah 2. Siapkan peralatan oksigen dan
pada membrane alveolar-kapiler arteri (PaO2) normal. berikan melalui system humidifier.
Batasan Karakteristik: 2. Terkanan parsial karbondioksida di 3. Berikan oksigentambahan seperti
1. Dispnea darah arteri (PaCO2) normal. yang diperintahkan.
2. Gas darah arteri abnormal 3. pH arteri normal 4. Monitor aliran oksigen.
3. Hiperkapnia 4. Saturasi oksigen baik 5. Monitor posisi perangakat
4. Hipoksemia 5. Tidak dispnea saat istirahat. pemberian oksigen
5. Hipoksia 6. Tidak dispnea dengan aktivitas 6. Monitor efektifitas terapi oksigen.
6. Napas cuping hidung ringan.
7. Penurunan karbondioksida 7. Tidak sianosis
8. pH arteri abnormal 8. Tidak mengantuk.
9. Pola pernapasan abnormal (mis; 9. Tidak mengalami gangguan
kecepatan, irama, kedalaman) kesadaran.
10. Sianosis
11. Takikardia
Faktor yang berhubungan:
1. Ketidakseimba ngan ventilasi
perfusi
2. Perubahan membrane alveolar
kapiler
C. Prosedur Klinik
1. Menghitung Frekuensi Pernapasan
Pengertian Menghitung pernafasan merupakan pemeriksaan pernafasan
dengan cara menghitung jumlah/ frekuensi, irama dan
kedalaman pernafasan yang di hitung dalam satu menit
Tujuan Untuk mengetahui jumlah dan sifat pernafasan, keadaan umum
pasien dan perkembangan penyakit
Indikasi & Klien dengan gangguan pernafasan, semua klien yang dirawat.
Kontraindikasi
Persiapan Persiapan pasien:
Posisi yang nyaman
Persiapan Lingkungan:
Memberitahu pasien lain atau keluarganya untuk tidak
mengajak bicara pasien selama dilakukan tindakan
Persiapan alat:
- Jam atau stopwatch
- Buku catatan
Prosedur Tahap prainteraksi
Tindakan 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap orientasi
1. a.Memberikan salam dan nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
Tahap kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan/ beritahu prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi dengan berbaring
4. Lakukan pengukuran dengan meletakkan lengan pasien
pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian
bawahnya atau menempatkan tangan pemeriksa
langsunng pada abdomen pasien
5. Hitung frekuensi, irama, kedalam pola nafas selama 1
menit penuh
6. Catat hasil
7. Cuci tangan
Tahap terminasi :
1. Evaluasi hasil / respon klien
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan
Dokumentasi Dokumentasi hari, tanggal, jam, respon pasien, tanda tangan
perawat.

2. Mengajarkan Napas Dalam & Batuk Efektif


Pengertian Tindakan meningkatkan kemampuan klien menarik nafas
dalam dengan benar dan batuk efektif
Tujuan 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic
laboraturium
3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret
Indikasi & Indikasi:
Kontraindikasi 1. Pasien dengan hipoventilasi
2. Pasien dengan peningkatan produksi sputum
3. Pasien dengan batuk tidak efektif
4. Pasien dengan tirah baring lama
Kontraindikasi:
1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Edema paru
4. Efusi pleura yang luas
Persiapan Persiapan pasien:
Posisi yang nyaman
Persiapan Lingkungan:
Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, jaga
privacy klien
Persiapan alat:
1. Handscoon
2. pot sputum
3. air minum hangat
Prosedur Tahap prainteraksi
Tindakan 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
Tahap kerja
1. Cuci tangan
2. Atur posisi semi fowler
3. Berikan minum air hangat
4. Anjurkan pasien bernafas 2-3 kali melalui hidung dan
dikeluarkan melalui mulut seperti orang bersiul
5. Instruksikan pasien menarik nafas dan ditahan 1-3 detik
6. Siapkan spot sputum anjurkan klien membuang di spot
sputum
7. Bersihkan mulut dengan tissue
Tahap terminasi :
1. Evaluasi hasil / respon klien
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan
Dokumentasi Dokumentasi hari, tanggal, jam, respon pasien, tanda tangan
perawat.

3. Memberikan terapi Oksigen


Pengertian Terapi oksigen adalah salah satu tindakan untuk meningkatkan
tekanan parsial oksigen pada inspirasi yang dapat dilakukan
dengan menggunakan nasal kanul, simple mask, RBM mask
dan NRBM mask.
Tujuan 1. Mempertahankan dan meningkatkan oksigen
2. Mencegah atau mengatasi hipoksia
Indikasi & Indikasi:
Kontraindikasi 1. Pasien hipoksia.
2. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi
tinggi.
Kontraindikasi:
1. Trauma hidung
2. Penggunaan tampon hidung
3. Akibat infeksi/inflamasi.
Persiapan Persiapan pasien:
Posisi yang nyaman
Persiapan Lingkungan:
Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, jaga
privacy klien
Persiapan alat:
1. Tabung oksigen (O2) lengkap dengan manometer
2. Pengukur aliran flow meter dan humidifier
3. Kanule nasal sesuai ukuran (anak 8-10 Fr, dewasa
wanita 10-12 Fr, dan dewasa laki-laki 12-14 Fr) /
Masker
4. Selang oksigen
5. Jelly
6. Plester / pita
Prosedur Tahap prainteraksi
Tindakan 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
Tahap kerja
1. Bantu klien pada posisi semi fowler jika
memungkinkan, untuk memberikan kemudahan
ekspansi dada dan pernafasan lebih mudah.
2. Pasang peralatan oksigen dan humidifier.
3. Nyalakan oksigen dengan aliran sesuai advis.
4. Periksa aliran oksigen pada selang.
5. Sambung nasal kanule / masker dengan selang oksigen.
6. Pasang nasal kanule / kateter kanule / masker pada
hidung
7. Pemberian oksigen menggunakan kanule nasal :
 Letakkan ujung kanule ke dalam lobang hidung dan
selang mengelilingi kepala. Yakinkan kanule masuk
lubang hidung dan tidak ke jaringan hidung.
 Plester kanule pada sisi wajah, selipkan kasa di
bawah selang pada tulang pipi untuk mencegah
iritasi.
8. Pemberian oksigen menggunakan masker hidung
(sederhana, reservoir, venturi) :
 Pasang masker hidung menutupi mulut dan hidung
dan fiksasi dengan menggunakan tali pengikat.
9. Kaji respon klien terhadap oksigen dalam 15-30 menit,
seperti warna, pernafasan, gerakan dada,
ketidaknyamanan dan sebagainya.
10. Periksa aliran dan air dalam humidifier dalam 30 menit.
11. Kaji klien secara berkala untuk mengetahui tanda klinik
hypoxia, takhikardi, cemas, gelisah, dyspnoe dan
sianosis.
12. Kaji iritasi hidung klien. Beri air / cairan pelumas
sesuai kebutuhan untuk melemaskan mukosa membran.
13. Catat permulaan terapi dan pengkajian data
Tahap terminasi :
1. Evaluasi hasil / respon klien
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan
Dokumentasi Dokumentasi hari, tanggal, jam, respon pasien, tanda tangan
perawat.

4. Memberikan Fisioterapi & Postural drainase


Pengertian Fisioterapi dada adalah tindakan untuk melepaskan sekret dari
saluran pernapasan bagian bawah.
Fisioterapi dada terdiri dari :
1. Perkusi atau clapping yaitu tepukan tangan membentuk
mangkuk kepunggung klien.
2. Vibrasi yaitu tindakan penggetaran dengan kekuatan
tangan untuk pengeluaran skret.
3. Postural drainage yaitu pengaturan posisi untuk
mengalirkan sekret jalan napas segmen paru dengan
pengaruh gravitasi.
Tujuan 1. Membebaskan jalan napas dari akumulasi secret
2. Mengurangi sesak napas akibat akumulasi sekret
Indikasi & Indikasi:
Kontraindikasi 1. Digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada
penyakit paru obstruktif menahun, pasien dengan
peningkatan sputum, fibrosis dan pasien yang mendapat
ventilasi mekanik
Kontraindikasi:
1. Kontra indikasi fisioterapi dada bersifat mutlak: kegagalan
jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif.
2. kontra indikasi relatif: infeksi paru berat, patah tulang iga
atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan
kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang
rangsang.
Persiapan Persiapan pasien:
Posisi yang nyaman
Persiapan Lingkungan:
Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, jaga
privacy klien
Persiapan alat:
1. Bantal
2. Tempat penampung sekret berisi desinfektan
3. Tissue
4. Bengkok
5. Air minum hangat
6. Pakaian/handuk
7. Stetoskop
Prosedur Tahap prainteraksi
Tindakan 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
Tahap kerja
Postural drignase
1. Perawat mencuci tangan.
2. Memasang handscoon bersih
3. Minum air hangat
4. Pilih area tersumbat berdasarkan pengkajian bidang
paru
5. Bantu klien dalam posisi sesuai kebutuhan ajarkan
klien memposisikan postur lengan dan kaki yang tepat
pertahankan selama 10-15 menit
6. Selama posisi lakukan clapping dan vibrasi
Clapping dan vibrasi
1. Pastikan daerah yang diperkusi ditutup baju/handuk,
karena perkusi langsung ke kulit dapat menyebabkan
ketidaknyamanan
2. Seluruh lebar bahu atau meluas beberapa jari ke
klavicula apabila daerah paru yang perlu di
clapping/vibrasi adalah daerah bronkhus apical
3. Lebar bahu masing-masing sisi apabila yang akan di
clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus posterior
4. Dada depan di bawah clavicula, apabila yang akan di
clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus anterior
5. Anterior dan lateral dada kanan dan lipat ketiak sampai
mid-anterior dada apabila yang akan di clapping dan
vibrasi adalah daerah lobus tengah (bronkus lateral dan
medial
6. Lipat ketiak kiri sampai mid-anterior dada apabila yang
akan di clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus
superior dan inferior
7. Sepertiga bawah costae posterior kedua sisi, apabila
yang akan di clapping dan vibrasi adalah daerah
bronkus apical
8. Sepertiga bawah costae posterior kedua sisi, apabila
yang akan di clapping dan vibrasi adalah daerah
bronkus medial
9. Sepertiga bawah costae posterior kanan, apabila yang
akan di clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus
lateral
10. Sepertiga bawah costae posterior kedua sisi, apabila
yang akan di Clapping dan Vibrating adalah daerah
bronkus posterior
11. Lakukan clapping dan vibrasi selam kurang lebih 1
menit
12. Dorong klien untuk batuk efektif dan mengeluarkan
sekret kedalam tempat sputum.
13. Bersihkan mulut jika sudah selesai
14. Lakukan auskultasi pada daerah paru yang dilakukan
tindakan drainase postural, clapping dan vibrasi.
15. Rapikan keadaan pasien
16. Bereskan peralatan dan kembalikan pada tempat semula
17. Sampaikan pada pasien bahwa tindakan sudah selesai
dilakukan
18. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Tahap terminasi :
1. Evaluasi hasil / respon klien
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan
Dokumentasi Dokumentasi hari, tanggal, jam, respon pasien, tanda tangan
perawat.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Kasus 1 Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi


Tn. A usia 43 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak nafas. Ners B
melakukan pengkajian dan mendapatkan data sebagai berikut:
- Pasien mengatakan sesak nafas
- Dari hasil pengkajian didapatkan data batuk berdahak berwarna kekuningan, ronchi
positif pada kedua lapang paru.
- Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data yaitu TD 130/80 mmHg, Suhu 38 oC,
sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Ph 7,35, PCO2 46 mmHg, PO2
80 mmHg, HCO3 20 mEq/Dl.

B. Data Demografi Pasien


Nama : Tn. A
No. MR : 01-24-98
Tempat/Tanggal Lahir : Padang, 24 Desember 1977
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Padang
Penanggung Jawab : Ny. N (Istri)
Tanggal MRS : 6 Februari 2021
Tanggal Pengkajian : 8 Februari 2021
Jam Pengkajian : 08.30 WIB
Diagnosa Medis : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

C. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 8 Februari 2021, pasien mengatakan
bahwa ia merasakan sesak nafas dan sulit untuk mengeluarkan dahaknya. Pasien
juga mengatakan lemas dan gelisah. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan
RR 32x/i, TD 130/80 mmHg, suhu tubuh 38oC, pasien batuk berdahak berwarna
kuning, suara nafas ronchi positif di kedua lapang paru, kulit teraba hangat.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Tn. A mengatakan pernah dirawat di rumah sakit 2 tahun yang lalu dengan
keluhan yang sama.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tn. A mengatakn tidak ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang
sama dengan ia. Tn. A juga mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan,
seperti hipertensi, diabetes melitus, asma, dll.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan umum
1) Kesadaran : Compos mentis
2) Tanda-tanda vital
BP : 130/80 mmHg T : 38oC
RR : 32x/menit P : 90 x/menit
b) Pemeriksaan Head to Toe
1) Rambut
- Inspeksi : kepala normochepal, rambut cukup bersih, mulai tumbuh uban,
tidak ada scar atau luka
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
2) Wajah
- Inspeksi : wajah simetris, tidak ada scar atau luka
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
3) Mata
- Inspeksi : simetris kanan kiri, konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
4) Telinga
- Inspeksi : simetris kanan kiri, konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-),
tidak ada scar atau luka, telinga bersih.
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
5) Hidung
- Inspeksi : hidung bersih, ada pernapasan cuping hidung, penciuman baik,
tidak ada luka.
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
6) Mulut
- Inspeksi : mulut bersih, tidak ada stomatitis, mukosa bibir sedikit kering.
7) Leher
- Inspeksi : tidak ada luka
- Palpasi : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis dan
nadi karotis.
8) Dada
- Inspeksi : dada simetris, pigeon chest, retraksi dinding dada (+), tidak ada
lesi
- Palpasi : fremitus sama kanan dengan kiri
- Perkusi : redup
- Auskultasi : ronchi (+/+)
9) Abdomen
- Inspeksi : simetris kiri kanan, warna kulit merata, tidak ada lesi.
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
- Perkusi : tympani
- Auskultasi : bising usus nomal (10x/i)
10) Kulit
- Inspeksi : kulit tampak kering, tidak ada lesi, warna kulit merata
- Palpasi : tidak ada pembengkakan, teraba hangat
11) Ekstermitas
Ekstermitas Atas : Skala kekuatan otot pada ekstremitas atas sinistra dan
dextra yaitu masing-masing 5, ekstermitas dapat melawatan tahanan dengan
kekuatan maksimal, tidak ada udem ekstremitas, tidak ada lesi, tidak ada
udem, tidak ada nyeri tekan
Ekstermitas Bawah : Skala kekuatan otot pada ekstremitas bawah sinistra dan
dextra yaitu masing-masing ekstermitas atas dapat melawan tekanan tetapi
kekuatannya bekurang, tidak ada udem ekstremitas, tidak ada lesi, tidak ada
udem, tidak ada nyeri tekan
Kekuatan otot :
5 5
4 4
Keterangan
0 : Kontraksi otot tidak ada/ lumpuh
1 : Tidak ada gerakan, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi dan terlihat.
2 : Ada gerakan tetapi tidak dapat menahan gravitasi
3 : Ada gerakan, bis melawan gravitasi tetapi tidak bisa menahan atau
melawan tahanan perawat
4 : Ada gerakan, dapat melawan tahanan pemeriksa tetapi kekutan berkurang
5 : Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan laboratorium didapatkan
Ph 7,35
PCO2 46 mmHg (normal : 38-42 mmHg)
PO2 80 mmHg (normal : 75-100 mmHg)
HCO3 20 mEq/Dl (normal : 22-28 mEq/Dl)

D. Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
.
1. Data Subjektif Ketidakefektifan bersihan
- Pasien mengatakan sesak nafas jalan nafas
- Pasien mengatakan sulit untuk mengeluarkan
dahak
- Pasien mengatakan dahak berwarna kuning
Data Objektif
- Pasien tampak sesak
- Pasien tidak mampu batuk dengan efektif
- RR 32x/menit
- Suara nafas ronchi (+/+)
- Sputum (+)
- Retraksi dinding dada (+)
- Pernafasan cuping hidung
- Dispnea (+)
2. Data Subjektif Hipertermia
- Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan gelisah
- Pasien mengatakan badannya panas
Data Objektif
- Suhu 38oC
- Kulit terasa hangat
- Pasien tampak gelisah
- Mukosa bibir sedikit kering
E. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Outcomes Intervensi Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Status Pernapasan : Manajemen Jalan Napas 1. Memposisikan S : Klien mengatakan sesak
bersihan jalan Kepatenan Jalan Nafas Definisi : fasilitasi kepatenan pasien semi nafas berkurang, klien
nafas b.d batuk Definisi : Saluran jalan nafas. fowler/ fowler mengatakan sudah bisa
yang tidak efektif trakeobronkial yang terbuka Aktivitas : 2. Mengajarkan mengeluarkan dahak
d.d mukus yang dan lancar untuk pertukaran - Posisikan pasien untuk pasien batuk O : Pasien masih tampak
berlebihan udara. memaksimalkan ventilasi. efektif sesak, RR 29x/i
Skala Target Outcome : - Buang sekret dengan 3. Memonitor A : Masalah teratasi
Definisi: Dipertahankan pada 2 memotivasi pasien untuk pernapasan sebagian
Ketidakmampuan ditingkatkan ke 4. melakukan batuk P : Intervensi dilanjutkan.
membersihkan - Motivasi pasien untuk - Memonitor
sekresi atau 2 : Deviasi yang cukup berat bernapas pelan, dalam. pernapasan
obstruksi dari dari kisaran normal berputar, dan batuk. - Memonitor batuk
saluran napas 4 : Deviasi ringan dari kisaran - Instruksikan bagaimana agar efektif
untuk normal bisa melakukan batuk efektif.
mempertahankan Indikator : - Auskultasi suara napas, catat
bersihan jalan - Frekuensi pernapasan area yang ventilasinya
nafas - Irama pernapasan menurun atau tidak ada dan
- Kedalaman inspirasi adanya suara tambahan.
- Kemampuan untuk - Posisikan untuk meringankan
mengeluarkan sekret sesak napas.
- Monitor pernapasan dan
2 : Berat oksigenasi, sebagaimana
4 : Ringan mestinya.
Indikator :
- Suara nafas tambahan
- Pernafasan cuping hidung
- Dispnea
- Batuk
- Akumulasi sputum
2. Hipertermia b.d Termoregulasi Pengaturan suhu 1. Monitor suhu S : Klien mengatakan
infeksi d.d suhu Definisi : keseimbangan antara Definisi : mencapai atau setiap 2 jam badannya sudah tidak
tubuh diatas produksi panas, mendapatkan memelihara suhu tubuh dalam 2. Monitor panas lagi
normal panas, dan kehilangan panas. batas normal. perubahan O : Kulit masih terasa
Skala Target Outcome : Aktivitas : warna kulit hangat, suhu 37,8oC
Definisi : suhu Dipertahankan pada 3 - Monitor suhu paling tidak 3. Kompres A : Masalah teratasi
tubuh meningkat ditingkatkan ke 4. setiap 2 jam hangat pasien sebagian
di atas rentang - Monitor suhu dan warna kulit P : Intervensi dilanjutkan.
normal tubuh. 3 : Sedang - Monitor tanda-tanda vital - Memonitor suhu setiap
4 : Ringan - Tingkatkan intake cairan 2 jam
Indikator : - Berikan antipiretik
- Peningkatan suhu kulit - Kompres pasien pada lipatan
- Hipertermia paha, aksila, dan leher.
- Perubahan warna kulit
- Mengantuk
- Dehidrasi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada Tn. A saat dilakukan pengkajian pada tanggal 6 Februari 2021 dari hasil
anamnesa keluhan utama batuk berdahak dan sesak nafas, hasil pemeriksaan fisik
ditemukan ada demam, pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada, penggunaan
otot bantu nafas, batuk dan saat diauskultasi terdengar ronchi positif. Dengan demikian,
pernyataan teori dan kasus sama yang ada di lapangan.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kasus, didapatkan 2 diagnosa pada
kasus yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan batuk yang tidak
efektif ditandai dengan mukus yang berlebihan dan hipertermia berhubungan dengan
penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas normal.
Diagnosa pertama pada pada kedua kasus yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan batuk yang tidak efektif ditandai dengan mukus yang berlebihan
adalah dimana terjadinya sesak nafas diakibatkan oleh sputum yang menghambat proses
pernapasan. berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yaitu pasien, tampak batuk, bewarna
kekuningan, terdengar bunyi gargling pada saat auskultasi. Hal ini sesuai dengan
NANDA 2018 yang menjelaskan bahwa diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas
batasan karakteristiknya adalah ada batuk, ada suara napas tambahan, sputum dalam
jumlah banyak.
Diagnosa kedua yaitu hipertermia berhubungan dengan infeksi ditandai dengan suhu
tubuh diatas normal. Hal ini sejalan dengan teori potter and perry (2018) infeksi sebagai
reaksi peradangan sistem imun didalam tubuh melawan serangan dari mikroorganisme
yang mengakibatkan termogulasi terganggu.

C. Intervensi
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing Intervesions
Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC).
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan batuk yang tidak efektif ditandai dengan mukus yang
berlebihan yaitu posisikan psien untuk memaksimalkan ventilasi, motivasi pasien untuk
melakukan batuk, instruksikan bagaomana agar bisa melakukan batuk efektif, auskultasi
suara nafasa, monitor suara nafaas tambahan, dan monitor pernapasan.
Rencana tindakan yang dilakukan pada diagnosa hipertermia berhubungan dengan
infeksi ditandai dengan suhu tubuh diatas normal yaitu monitor suhu paling tidak setiap 2
jam sekali, monitor suhu dan warna kulit, monitor tanda-tanda vital, tingkatkan intake
cairan pasien, kompres pasien pada lipatan paha, aksila, dan leher.

D. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan batuk yang tidak efektif
ditandai dengan mukus yang berlebihan yaitu memposisikan pasien semi fowler atau
fowler, mengajarkan pasien teknk nafas dalam dan batuk efektif, dan memonitor
pernapasan.
Implementasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada diagnosa hipertermia
berhubungan dengan infeksi ditandai dengan suhu tubuh diatas normal yaitu monitor
suhu setiap 2 jam, monitor perubahan warn akulit, dan kompres hangat pasien.
Menurut observasi, implementasi yang di dilakukan oleh perawat diruangan telah
sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

E. Evaluasi
Pada tanggal 8 februari setelah dilakukan implementasi keperawatan pada diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan batuk yang tidak efektif
ditandai dengan mukus yang berlebihan didapatkan hasil bahwa Tn. A mengatakan
dahak sudah bisa keluar, dan sesak nafasnya sudah sedikit berkurang, masalah teratasi
sebagaian, intervensi dilanjutkan.
Setelah dilakukan implementasi keperawatan pada diagnosa hipertermia berhubungan
dengan infeksi ditandai dengan suhu tubuh diatas normal didapatkan hasil Tn. A
mengatakan badannya sudah tidak panas lagi, suhu 37,8oC, masalah teratasi sebagian,
intervensi dilanjutkan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan gangguan oksigenasi pada pasien Tn.A umur
43 tahun dengan keluhan sesak nafas dan batuk berdahak bewarna kekuningan. Pada saat
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil ronchi +, serta adanya tarikan dinding dada
dengan menggunakan otot bantu pernapasan, dan telah dilakukan implementasi
memposisikan pasien semi fowler, mengajarkan pasien batuk efektif, observasi irama,
adanya cuping hidung, penggunaan otot bantu nafas, monitor pernafasan, kompres
hangat pasien, monitor suhu dan warna kulit. Dengan hasil evaluasi sesak nafas pasien
berkurang dan menurunnya suhu tubuh pasien.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadikan makalah ini sebagai acuan atau referensi terkait asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Bagi Perawat
Dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan atau sumber ilmu pengetahuan
terkait asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
3.
Format Laporan Implementasi Prosedur Keterampilan Keperawatan

Keterampilan : Mengajarkan Napas Dalam & Batuk Efektif

1. Pengertian
Tindakan meningkatkan kemampuan klien menarik nafas dalam dengan benar dan
batuk efektif

2. Tujuan
a. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
b. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic laboraturium
c. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret

3. Indikasi & Kontraindikasi


Indikasi:
a. Pasien dengan hipoventilasi
b. Pasien dengan peningkatan produksi sputum
c. Pasien dengan batuk tidak efektif
d. Pasien dengan tirah baring lama
Kontraindikasi:
a. Tension pneumotoraks
b. Hemoptisis
c. Edema paru

4. Persiapan
Persiapan pasien:
Posisi yang nyaman
Persiapan Lingkungan:
ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, jaga privacy klien
Persiapan alat:
a. Handscoon
b. Pot sputum
c. Air minum hangat
5. Prosedur
No Tindakan Rasional
1. Tahap prainteraksi Mengurangi transmisi
a. Mencuci tangan mikroorganisme

2. Tahap orientasi Memastikan identitas pasien


a.Memberikan salam dan nama klien Meyakinkan pasien
b.Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien untuk mendapatkan
c.Beri kesempatan pada klien untuk kerjasamanya
bertanya
3. Tahap kerja Agar pasien merasa lebih
Menjaga privasi klien tenang untuk melakukan
tindakannya
4. Mempersiapkan klien Menyiapkan pasien
dengan posisi duduk tegak
5. Atur posisi semi fowler Postur yang tegak
memungkinkan secret
6. Anjurkan pasien bernafas 2-3 kali melalui Meningkatkan inspirasi
hidung dan dikeluarkan melalui mulut maksimal inspirasi
seperti orang bersiul meningkatkan volume paru dan
membuka jalan udara untuk
memungkinkan udara tercapai
mencapai belakang mucus dan
mendorong terdepan
7. Instruksikan pasien menarik nafas dan Menggunakan dorongan udara
ditahan 1-2 detik di belakang mucus dan
kontraksi otot untuk membantu
batuk lebih kuat
8. Instruksikan pasien batuk dengan kuat dan Membersihkan sekresi dan jalan
buang secret ke bak sputum nafas

6. Evaluasi tindakan prosedur


a. Pasien melakukan prosedur dengan baik
b. Pasien mampu melakukan tindakan dengan baik
Daftar Pustaka

Abdullah. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Trans Info Media


Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Duo Satria
Offset
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Hidayat, Alimul aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Moorhead, S., Johnson, M., L.Maas, M., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classifications (NOC) (5th ed.).
NANDA International. 2015. NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Budi Anna Keliat, et al, Penerjemah). Jakarta: EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai