A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologi yang tentunya
bertujuan dalam mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Ernawati, 2012). Kebutuhan
dasar yang menjadi prioritas utama menurut Abraham Maslow adalah kebutuhan
fisiologis yaitu kebutuhan akan oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan),
keseimbangan suhu, eliminasi, aktivitas, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual
(Saputra, 2013). Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer dan mutlak harus
dipenuhi untuk memelihara hemeotasis biologis dan kelangsungan kehidupan setiap
manusia (Sutanto, 2017).
Salah satu kebutuhan fisiologis yang paling penting adalah kebutuhan pemenuhan
oksigenasi. Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling vital. Oksigen
dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel sehingga dapat
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel, jaringan, atau organ (Saputra, 2013).
Jika kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, maka akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan dasar yang lainnya. Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel (Hidayat, 2009). Kebutuhan oksigen pada manusia
memiliki kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500 - 5.000 ml (4,5 – 5
L). udara yang diproses dalam paru-paru yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang
dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan biasa (Ambarwati, 2014).
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan
dasar. Hal ini terbukti pada seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami
hipoksia dan akan terjadi kematian (Sutanto, 2017). Pemenuhan kebutuhan oksigen
tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya sistem pernapasan, sistem kardivaskular dan
sistem hematologi. Jika terjadi gangguan pada salah satu sistem tersebut maka akan
mengakibatkan kurangnya asupan pemenuhan oksigen dalam tubuh.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian terhadap klien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
b. Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan terhadap klien yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
c. Agar mahasiswa mampu menentukkan perencanaan keperawatan terhadap klien
yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
d. Agar mahasiswa mampu melakukan implementasi terhadap klien yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
e. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap klien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam mengtasi klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Perawat
Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu contoh hasil dalam melakukan
asuhan keperawatan bagi klien khususnya dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi.
b. Bagi Pasien
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan serta dapat diterapkan
oleh pasirn saat mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
C. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 8 Februari 2021, pasien mengatakan
bahwa ia merasakan sesak nafas dan sulit untuk mengeluarkan dahaknya. Pasien
juga mengatakan lemas dan gelisah. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan
RR 32x/i, TD 130/80 mmHg, suhu tubuh 38oC, pasien batuk berdahak berwarna
kuning, suara nafas ronchi positif di kedua lapang paru, kulit teraba hangat.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Tn. A mengatakan pernah dirawat di rumah sakit 2 tahun yang lalu dengan
keluhan yang sama.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tn. A mengatakn tidak ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang
sama dengan ia. Tn. A juga mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan,
seperti hipertensi, diabetes melitus, asma, dll.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan umum
1) Kesadaran : Compos mentis
2) Tanda-tanda vital
BP : 130/80 mmHg T : 38oC
RR : 32x/menit P : 90 x/menit
b) Pemeriksaan Head to Toe
1) Rambut
- Inspeksi : kepala normochepal, rambut cukup bersih, mulai tumbuh uban,
tidak ada scar atau luka
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
2) Wajah
- Inspeksi : wajah simetris, tidak ada scar atau luka
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
3) Mata
- Inspeksi : simetris kanan kiri, konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
4) Telinga
- Inspeksi : simetris kanan kiri, konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-),
tidak ada scar atau luka, telinga bersih.
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
5) Hidung
- Inspeksi : hidung bersih, ada pernapasan cuping hidung, penciuman baik,
tidak ada luka.
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
6) Mulut
- Inspeksi : mulut bersih, tidak ada stomatitis, mukosa bibir sedikit kering.
7) Leher
- Inspeksi : tidak ada luka
- Palpasi : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis dan
nadi karotis.
8) Dada
- Inspeksi : dada simetris, pigeon chest, retraksi dinding dada (+), tidak ada
lesi
- Palpasi : fremitus sama kanan dengan kiri
- Perkusi : redup
- Auskultasi : ronchi (+/+)
9) Abdomen
- Inspeksi : simetris kiri kanan, warna kulit merata, tidak ada lesi.
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
- Perkusi : tympani
- Auskultasi : bising usus nomal (10x/i)
10) Kulit
- Inspeksi : kulit tampak kering, tidak ada lesi, warna kulit merata
- Palpasi : tidak ada pembengkakan, teraba hangat
11) Ekstermitas
Ekstermitas Atas : Skala kekuatan otot pada ekstremitas atas sinistra dan
dextra yaitu masing-masing 5, ekstermitas dapat melawatan tahanan dengan
kekuatan maksimal, tidak ada udem ekstremitas, tidak ada lesi, tidak ada
udem, tidak ada nyeri tekan
Ekstermitas Bawah : Skala kekuatan otot pada ekstremitas bawah sinistra dan
dextra yaitu masing-masing ekstermitas atas dapat melawan tekanan tetapi
kekuatannya bekurang, tidak ada udem ekstremitas, tidak ada lesi, tidak ada
udem, tidak ada nyeri tekan
Kekuatan otot :
5 5
4 4
Keterangan
0 : Kontraksi otot tidak ada/ lumpuh
1 : Tidak ada gerakan, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi dan terlihat.
2 : Ada gerakan tetapi tidak dapat menahan gravitasi
3 : Ada gerakan, bis melawan gravitasi tetapi tidak bisa menahan atau
melawan tahanan perawat
4 : Ada gerakan, dapat melawan tahanan pemeriksa tetapi kekutan berkurang
5 : Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan laboratorium didapatkan
Ph 7,35
PCO2 46 mmHg (normal : 38-42 mmHg)
PO2 80 mmHg (normal : 75-100 mmHg)
HCO3 20 mEq/Dl (normal : 22-28 mEq/Dl)
D. Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
.
1. Data Subjektif Ketidakefektifan bersihan
- Pasien mengatakan sesak nafas jalan nafas
- Pasien mengatakan sulit untuk mengeluarkan
dahak
- Pasien mengatakan dahak berwarna kuning
Data Objektif
- Pasien tampak sesak
- Pasien tidak mampu batuk dengan efektif
- RR 32x/menit
- Suara nafas ronchi (+/+)
- Sputum (+)
- Retraksi dinding dada (+)
- Pernafasan cuping hidung
- Dispnea (+)
2. Data Subjektif Hipertermia
- Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan gelisah
- Pasien mengatakan badannya panas
Data Objektif
- Suhu 38oC
- Kulit terasa hangat
- Pasien tampak gelisah
- Mukosa bibir sedikit kering
E. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Outcomes Intervensi Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Status Pernapasan : Manajemen Jalan Napas 1. Memposisikan S : Klien mengatakan sesak
bersihan jalan Kepatenan Jalan Nafas Definisi : fasilitasi kepatenan pasien semi nafas berkurang, klien
nafas b.d batuk Definisi : Saluran jalan nafas. fowler/ fowler mengatakan sudah bisa
yang tidak efektif trakeobronkial yang terbuka Aktivitas : 2. Mengajarkan mengeluarkan dahak
d.d mukus yang dan lancar untuk pertukaran - Posisikan pasien untuk pasien batuk O : Pasien masih tampak
berlebihan udara. memaksimalkan ventilasi. efektif sesak, RR 29x/i
Skala Target Outcome : - Buang sekret dengan 3. Memonitor A : Masalah teratasi
Definisi: Dipertahankan pada 2 memotivasi pasien untuk pernapasan sebagian
Ketidakmampuan ditingkatkan ke 4. melakukan batuk P : Intervensi dilanjutkan.
membersihkan - Motivasi pasien untuk - Memonitor
sekresi atau 2 : Deviasi yang cukup berat bernapas pelan, dalam. pernapasan
obstruksi dari dari kisaran normal berputar, dan batuk. - Memonitor batuk
saluran napas 4 : Deviasi ringan dari kisaran - Instruksikan bagaimana agar efektif
untuk normal bisa melakukan batuk efektif.
mempertahankan Indikator : - Auskultasi suara napas, catat
bersihan jalan - Frekuensi pernapasan area yang ventilasinya
nafas - Irama pernapasan menurun atau tidak ada dan
- Kedalaman inspirasi adanya suara tambahan.
- Kemampuan untuk - Posisikan untuk meringankan
mengeluarkan sekret sesak napas.
- Monitor pernapasan dan
2 : Berat oksigenasi, sebagaimana
4 : Ringan mestinya.
Indikator :
- Suara nafas tambahan
- Pernafasan cuping hidung
- Dispnea
- Batuk
- Akumulasi sputum
2. Hipertermia b.d Termoregulasi Pengaturan suhu 1. Monitor suhu S : Klien mengatakan
infeksi d.d suhu Definisi : keseimbangan antara Definisi : mencapai atau setiap 2 jam badannya sudah tidak
tubuh diatas produksi panas, mendapatkan memelihara suhu tubuh dalam 2. Monitor panas lagi
normal panas, dan kehilangan panas. batas normal. perubahan O : Kulit masih terasa
Skala Target Outcome : Aktivitas : warna kulit hangat, suhu 37,8oC
Definisi : suhu Dipertahankan pada 3 - Monitor suhu paling tidak 3. Kompres A : Masalah teratasi
tubuh meningkat ditingkatkan ke 4. setiap 2 jam hangat pasien sebagian
di atas rentang - Monitor suhu dan warna kulit P : Intervensi dilanjutkan.
normal tubuh. 3 : Sedang - Monitor tanda-tanda vital - Memonitor suhu setiap
4 : Ringan - Tingkatkan intake cairan 2 jam
Indikator : - Berikan antipiretik
- Peningkatan suhu kulit - Kompres pasien pada lipatan
- Hipertermia paha, aksila, dan leher.
- Perubahan warna kulit
- Mengantuk
- Dehidrasi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada Tn. A saat dilakukan pengkajian pada tanggal 6 Februari 2021 dari hasil
anamnesa keluhan utama batuk berdahak dan sesak nafas, hasil pemeriksaan fisik
ditemukan ada demam, pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada, penggunaan
otot bantu nafas, batuk dan saat diauskultasi terdengar ronchi positif. Dengan demikian,
pernyataan teori dan kasus sama yang ada di lapangan.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kasus, didapatkan 2 diagnosa pada
kasus yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan batuk yang tidak
efektif ditandai dengan mukus yang berlebihan dan hipertermia berhubungan dengan
penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas normal.
Diagnosa pertama pada pada kedua kasus yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan batuk yang tidak efektif ditandai dengan mukus yang berlebihan
adalah dimana terjadinya sesak nafas diakibatkan oleh sputum yang menghambat proses
pernapasan. berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yaitu pasien, tampak batuk, bewarna
kekuningan, terdengar bunyi gargling pada saat auskultasi. Hal ini sesuai dengan
NANDA 2018 yang menjelaskan bahwa diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas
batasan karakteristiknya adalah ada batuk, ada suara napas tambahan, sputum dalam
jumlah banyak.
Diagnosa kedua yaitu hipertermia berhubungan dengan infeksi ditandai dengan suhu
tubuh diatas normal. Hal ini sejalan dengan teori potter and perry (2018) infeksi sebagai
reaksi peradangan sistem imun didalam tubuh melawan serangan dari mikroorganisme
yang mengakibatkan termogulasi terganggu.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing Intervesions
Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC).
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan batuk yang tidak efektif ditandai dengan mukus yang
berlebihan yaitu posisikan psien untuk memaksimalkan ventilasi, motivasi pasien untuk
melakukan batuk, instruksikan bagaomana agar bisa melakukan batuk efektif, auskultasi
suara nafasa, monitor suara nafaas tambahan, dan monitor pernapasan.
Rencana tindakan yang dilakukan pada diagnosa hipertermia berhubungan dengan
infeksi ditandai dengan suhu tubuh diatas normal yaitu monitor suhu paling tidak setiap 2
jam sekali, monitor suhu dan warna kulit, monitor tanda-tanda vital, tingkatkan intake
cairan pasien, kompres pasien pada lipatan paha, aksila, dan leher.
D. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan batuk yang tidak efektif
ditandai dengan mukus yang berlebihan yaitu memposisikan pasien semi fowler atau
fowler, mengajarkan pasien teknk nafas dalam dan batuk efektif, dan memonitor
pernapasan.
Implementasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada diagnosa hipertermia
berhubungan dengan infeksi ditandai dengan suhu tubuh diatas normal yaitu monitor
suhu setiap 2 jam, monitor perubahan warn akulit, dan kompres hangat pasien.
Menurut observasi, implementasi yang di dilakukan oleh perawat diruangan telah
sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
E. Evaluasi
Pada tanggal 8 februari setelah dilakukan implementasi keperawatan pada diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan batuk yang tidak efektif
ditandai dengan mukus yang berlebihan didapatkan hasil bahwa Tn. A mengatakan
dahak sudah bisa keluar, dan sesak nafasnya sudah sedikit berkurang, masalah teratasi
sebagaian, intervensi dilanjutkan.
Setelah dilakukan implementasi keperawatan pada diagnosa hipertermia berhubungan
dengan infeksi ditandai dengan suhu tubuh diatas normal didapatkan hasil Tn. A
mengatakan badannya sudah tidak panas lagi, suhu 37,8oC, masalah teratasi sebagian,
intervensi dilanjutkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan gangguan oksigenasi pada pasien Tn.A umur
43 tahun dengan keluhan sesak nafas dan batuk berdahak bewarna kekuningan. Pada saat
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil ronchi +, serta adanya tarikan dinding dada
dengan menggunakan otot bantu pernapasan, dan telah dilakukan implementasi
memposisikan pasien semi fowler, mengajarkan pasien batuk efektif, observasi irama,
adanya cuping hidung, penggunaan otot bantu nafas, monitor pernafasan, kompres
hangat pasien, monitor suhu dan warna kulit. Dengan hasil evaluasi sesak nafas pasien
berkurang dan menurunnya suhu tubuh pasien.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadikan makalah ini sebagai acuan atau referensi terkait asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Bagi Perawat
Dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan atau sumber ilmu pengetahuan
terkait asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
3.
Format Laporan Implementasi Prosedur Keterampilan Keperawatan
1. Pengertian
Tindakan meningkatkan kemampuan klien menarik nafas dalam dengan benar dan
batuk efektif
2. Tujuan
a. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
b. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic laboraturium
c. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret
4. Persiapan
Persiapan pasien:
Posisi yang nyaman
Persiapan Lingkungan:
ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, jaga privacy klien
Persiapan alat:
a. Handscoon
b. Pot sputum
c. Air minum hangat
5. Prosedur
No Tindakan Rasional
1. Tahap prainteraksi Mengurangi transmisi
a. Mencuci tangan mikroorganisme