BAB I
PENDAHULUAN
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam ligkungan atau
stressor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif baik
secra mandiri maupun bantuan perawat. Model Konseptual keperawatan jiwa merupakan
upaya yang dilakukan baik perawat untuk menolong seseorang dalam mempertahankan
keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stressor yang
dialaminya (Videbeck, 2008 : 54).
Terdapat enam model keperawatan jiwa, diantaranya yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah mengenai konsep model keperawatan jiwa psikoanalisa. Model ini pertama kali
dikemuka kan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia
dewasa berhubungan pada perkembangan pada masa anak-anak.
Model psikoanalisa tidak dapat terpisahkan dalam praktik keperawatan khususnya dalam
lingkup keperawatan jiwa. Model psikoanalisa memandang bahwa perilaku yang ditunjukan
oleh setiap manusia tidak terlepas dari proses tumbuh kembang yang dialaminya. Sehingga
kegagalan seseorang dalam fase tumbuh kembangnya dapat menyebabkan seseorang
melakukan perilaku yang maladaptive.
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari model keperawatan jiwa psikoanalisa.
2. Mengetahui teknik-teknik yang digunkan dalam model psikoanalisa.
3. Dapat menjelsakn tentang proses terapi yang dilakukan dalam model psikoanalisa.
4. Dapat menyebutkan peran dari pasien dan terapi dalam model psikoanalisa.
5. Mengetahui ciri unik yang terdapat pada model psikoanalisa.
6. Mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan jiwa menurut model psikoanalisa.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Model psikoanalisa ini pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud. Teori ini
berfokus pada proses-proses intra psikis dan perkembangan psikoseksual. Teori ini meyakini
bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada
masa anak-anak. Setiap fase perkembangan memiliki tugas perkembangan yang harus
dicapai. Gejala yang timbul merupakan simbol dari konflik.
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego
(akal) tidak berfungsi id (kehendak, nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam
menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama, akan
mendorong terjadinya penyimpangan perilaku.
1. Asosiasi Bebas
- Pasien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam
pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang ini, sehingga pasien mudah mengungkapkan
pengalaman masa lalunya.
- Tujuan tekhnik ini adalah untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu dan
menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lampau.
Hal itu disebut juga katarsis.
2. Interpretasi
- Tekhnik menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi pasien.
- Dengan cara menetapkan, menjelaskan bahkan mengajar pasien tentang makna perilaku
yang termanifestasi dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan transferensi pasien.
- Tujuannya agar ego pasien dapat mencerna materi baru dan mempercepat proses
penyadaran.
4
3. Analisis Mimpi
- Tekhnik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan pasien
untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
- Proses terjadinya mimpi adalah karena diwaktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan
kompleks yang terdesakpun muncul kepermukaan.
- Freud menafsirkan mimpi sebagai jalan raya terhadap keinginan-keinginan dan
kecemasan yang tak disadari yang diekspresikan.
4. Analisis Resistensi
- Ditujukan untuk menyadarkan pasien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensinya.
Dimana pasien diminta untuk menafsirkan resistensinya.
5. Analisis Transferensi
- Pasien mengembangkan transferensinya agar terungkap neurosisnya terutama pada usia
selama 5thn pertama dalam hidupnya. Disini digunakan sifat-sifat netral, objektif, anonym
dan pasif agar terungkap transferensi tersebut.
- Lebih sering menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk
memperbaiki traumatik masa lalu.
- Misalnya , pasien dibuat dalam keadaaan ngantuk yang sangat kemudian diajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatik masa lalu atau lebih dikenal dengan
hipnotis. Melalui itu terapis berusaha menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
1. Asosiasi bebas
5
Yaitu pasien diupayakan untuk mencernihkan atau mengikis alam pikirannya dan alam
pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang ini, sehingga pasien mudah mengungkapkan
pengalaman masa lalunya.
Tujuan teknik ini adalah untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan
emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatic masa lampau. Hal itu disebut
juga katarsis.
2. Interpretasi
Adalah teknik yang digunakan oleh terapis untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi,
resistensi, dan transferensi pasien.
Terapis menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar pasien tentang makna perilaku
yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan transferensi pasien.
Tujuannya adalah agar ego pasien dapat mencerna materi baru dan memercepat proses
penyadaran.
3. Analisis mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan
pasien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
Proses terjadinya mipi adalah karena diwaktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan
kompleks yang terdesak pun muncul kepermukaan. Oleh freud mimpi itu ditafsirkan sebagai
jalan raya terhadap keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari yang
diekspresikan.
4. Analisis resistensi
5. Analisis transferensi
Proses terapi pada model ini adalah lebih sering menggunakan metode asosiasi bebas dan
analisis mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya pasien dibuat
dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah
sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini
lebih dikenal dengan metode hypnotis yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, pasien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya.
Sedangkan terapis berupaya untuk menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien.
6
Model psikoanalisis ini mempunyai ciri unik dalam proses terapinya. Yaitu konselor
bersikap anonym, artinya konselor berusaha tidak dikenal pasien, dan bertindak sedikit sekali
memperlihatkan perasaan dan pengalamannya. Tujuannya adalah agar pasien dengan mudah
memantulkan perasaan kepada konselor.
Pemantulan itu merupakan proyeksi pasien yang menjadi bahan analisis bagi konselor
atau terapis. Pada tahap awal konseling, konselor membuat suatu hubungan kerja dengan
pasien, selanjutnya kegiatan konselor adalah mendengarkan dan kemudian memberikan
tafsiran terhadap pernyataan pasien.
Hal yang penting dalam proses terapi adalah memberikan perhatian terhadap keadaan
resistensi pasien yaitu suatu keadaan dimana pasien melindungi suatu perasaan, trauma atau
kegagalan pasien terhadap konselor. Keadaan resistensi pasien ditandai oleh munculnya
reaksi dalam bentuk pertahanan diri terhadap interpretasi yang tidak mengenakkan dari
konselor.
Fungsi konselor atau terapis adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang
tersimpan dalam ketidaksadaran pasien yang dilindunginya dengan cara transferensi itu.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-
keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya (pernah
disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secara kasar, ditelantarkan, diasuh dengan
kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi
terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
Proses terapi psikoanalisa memakan waktu yang lama dan mahal. Karakter psikoanalisis
adalah terapis atau analisa membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan
dan pengalaman sehingga pasien memproyeksikan dirinya kepada analisis. Proyeksi-proyeksi
pasien, yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis. Analisis terutama berurusan
dengan usaha membantu pasien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan, dalam
melakukan hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis serta dalam
memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsive dan irasional.
Analisis terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja dengan pasien, kemudian
perlu banyak mendengar dan menafsirkan. Analisis memberikan perhatian khusus pada
penolakan-penolakan pasien. Sementara yang dilakukan oleh pasien sebagian besar adalah
berbicara, yang dilakukan oleh pasien sebagian besar adlah berbicara, yang dilakukan oleh
analisis adalah mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan dia harus membuat
penafsiran-penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tak
disadari.
Salah satu fungsi utama analisis adalah mengajarkan arti proses-proses ini kepada pasien
sehingga pasien mampu memperoleh pemahaman terhadap masalah-masalahnya sendiri,
mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara untuk berubah. dengan demikian,
memperoleh kendali yang lebih rsaional atas kehidupannya sendiri.
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya kontak intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidak puasan pada masa oral dimana anak tidak
mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata-kata,
dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan
sebagainya. Hal ini menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan management,
bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan.
3.2 Saran
1. Mahasiswa
Makalahinisangatbagusuntukdibacasebagaipedomankitadalammemahamiteoripeplau
mengenai konseptual model keperawatan jiwa interpersonal,
Sehinggakedepannantikitabisaberkerjadenganbaik,danhubungan interpersonal yang
kitalakukanbaik.Sehinggakita bisa memberikankeperawatan yangbaikkepadapasien.
2. Perawat
Diharapkan lebih mengetahui dan memahami tentang berbagai macam model keperawatan
jiwa yang dapat diterapkan kepada pasien.
3. Pelayanan kesehatan
9
Diharapkan dapat melayani dan menangani klien yang mengalami gangguan psikososial
maupun gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA