OLEH:
2041312007
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
mengerjakan makalah studi kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn. Z dengan Gangguan
Integritas Kulit. Kemudian solawat beriring salam tidak lupa kita ucapkan untuk nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-quran dan
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktek keperawatan
dasar klinik di program studi profesi keperawatan Universitas Andalas. Untuk itu,
ini, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan satu dari sekian masalah kesehatan di dunia yang
perlu diwaspadai. Hal ini dikarenakan jumlah penderita diabetes melitus dari
tahun ke tahun selalu meningkat. Pada tahun 2015, sekitar 415 juta orang
dewasa menderita diabetes melitus, dimana angka tersebut mengalami
peningkatan 4 kali lipat dari 108 juta kasus di tahun 1980an. Apabila tidak ada
tindakan untuk pencegahan maka angka ini akan terus meningkat tanpa adanya
penurunan. Diperkirakan pada tahun 2040 angka tersebut akan terus meningkat
menjadi 642 juta penderita (IDF Atlas, 2015).
Dampak yang paling serius dan paling ditakuti dari penyakit dibetes melitus ini
adalah komplikasi kaki ulkus diabetik. Ulkus kaki diabetik merupakan penyakit
kaki pada penderita diabetes melitus yang disebabkan oleh penyakit vaskuler
perifer atau neuropati. Tidak hanya berdampak pada kesehatan, penyakit ini
juga berdampak pada ekonomi masyarakat, yang mana biaya perawatan dan
pengobatan untuk penyakit ini tidaklah murah.
Oleh karena itu peran perawat sangat penting dalam pemberian asuhan
keperawatan gangguan integritas kulit pada pasien Diabetes Melitus. Asuhan
keperawatan yang professional dapat diberikan melalui pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,
pembuatan intervensi, melaksanakan impelementasi keperawatan, dan
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. Z dengan Diabetes Melitus Tipe II
yang mengalami gangguan integritas kulit?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep teoritis kulit
2. Mengetahui konsep teoritis luka
3. Mengetahui konsep teoritis diabetes melitus tipe II
4. Mengetahui asuhan keperawatan teoritis pada Tn. Z dengan Diabetes
Melitus Tipe II yang mengalami gangguan integritas kulit
5. Mampu menegakkan asuhan keperawatan pada Tn. Z dengan Diabetes
Melitus Tipe II yang mengalami gangguan integritas kulit?
BAB II
KONSEP DASAR TEORITIS
A. Konsep Kulit
1. Definisi Kulit
Kulit adalah organ terbesar dalam tubuh manusia, Normalnya kulit orang
dewasa mempunyai luas 2 dan berat sekitar 15% dari berat badan.
Kulit merupakan organ tubuh yang berada paling luar untuk membatasi
lingkungan dalam tubuh dan lingkungan luar. Kulit adalah organ yang
esensial serta vital sehingga merupakan cermin dari kehidupan dan
kesehatan seseorang. Kulit sangat elastis, kompleks, sensitive, bervariasi
dari keadaan iklim, umur, ras, dan tergantung pada lokasi tubuh manusia
sehingga warna kulit manusia ada yang berwarna pirang, terang dan hitam
(Evelyn, 2009).
3. Fungsi Kulit
Menurut Alimul (2009), fungsi kulit adalah antara lain :
a. Perlindungan atau proteksi
Perlindungan pertama bagi kulit supaya terhindar dari bakteria adalah
lapisan epidermis. Kulit merupakan organ tubuh yang berada paling
luar sehingga efektif untuk melindungi tubuh dari invasi
bakteri,trauma, panas, benda asing, radiasi, dan zat kimia.
b. Homeostatis dan keseimbangan cairan
Lapisan paling luar dari luar epidermis yaitu stratum korneum
berfungsi untuk mengabsorbsi air dan mencegah pengeluaran cairan
dan elektrolit dari dalam tubuh. Sementara itu kulit sebagai media
pengeluaran keringat melalui evaposai.
c. Menyimpan lemak
Lapisan kulit paling bawah merupakan lemak subkutan. Lapisan
lemak subkutan merupakan lapisan yang kaya akan lemak.
d. Sintesis vitamin D
Apabila lapisan kulit manusia terpapar sinar ultraviolet atau sinar
matahari, maka akan diserap oleh kulit dan meneruskan ke prekusor
sehingga diubah menjadi vitamin D. Vitamin D berguna dalam
perkembangan dan pertumbuhan tulang.
e. Menghasilkan bau dan penyamaran
Bau berfungsi untuk pertahanan. Bau juga bertujuan sebagai pembeda
dari manusia lain. Pigmen di dalam kulit dapat mengikuti perubahan
warna disekitar.
f. Sensasi
Lapisan kulit yang mempunyai banyak reseptor adalah dermis,
stimulus yang berasal dari luar akan diterima reseptor yang sesuai
dengan jenisnya. Ujung pada reseptor akan selalu memonitor kondisi
di lingkungan. Fungsi dari reseptor adalah untuk mendeteksi suhu,
sentuhan, nyeri, serta tekanan untuk diteruskan ke susunan saraf pusat.
g. Pengaturan temperatur darah
Pembuluh darah pada kulit yang bervasodilatasi dan vasokonstriksi
dapat menimbulkan kulit terasa hangat atau dingin sehingga
temperatur tubuh dipertahankan sekitar 37 derajat celcius. Saat
keadaan lingkungan panas, tubuh akan mengeluarkan keringat
dengan banyak yang berguna untuk melembabkan dan mendinginkan
badan.
4. Mikrobiologi Kulit
Kulit manusia tidak steril atau tidak bebas bakteri. Kulit yang steril
didapatkan hanya saat setelah lahir dan dalam waktu yang singkat. Hal ini
dikarenakan permukaan kulit mengandung banyak nutrisi untuk
pertumbuhan organisme, seperti lemak, bahan yang mengandung nitrogen,
mineral yang merupakan hasil proses keratinisasi atau hasil apendiks kulit.
Untuk hubungannya dengan manusia, bakteri dapat menjadi parasit yang
menimbulkan penyakit atau komensal yang merupakan flora normal.
5. Perawatan Kulit
Kulit merupakan organ yang aktif guna untuk melindungi dari berbagai
bakteri, trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperatur dan sensasi sehingga
diperlukannya perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsi
kulit. Tujuan dari perawatan kulit supaya klien memiliki kulit yang utuh,
bebas dari bau badan, sehingga klien dapat mempertahankan rentang
gerak dan merasa nyaman.
2. Jenis-jenis luka
Menurut Alimut (2008) luka terbagi atas kedalaman dan luasnya, antara
lain:
Stadium I
Luka superficial yang merupakan luka pada bagian epdermis kulit.
Stadium II
Luka partial tickness yang merupakan hilangnya lapisan kulit
bagian epidermis atau bagian atas dari lapisan dermis.
Stadium III
Luka full tickness yang merupakan hilangnya kulit secara
keseluruhan yang menyebabkan kerusakan atau nekrosis jaringan
pada bagian subkutan yang bisa meluas sampai ke bawah tetapi
tidak melawati bagian dasar kulit.
Stadium IV
Luka full thicness yang merupakan luka yang telah mencapai
lapisa otot, tendon hingga tulang dengan adanya destruksi atau
kerusakan yang lebih luas.
3. Etiologi
Menurut Alimul (2008) berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi
dua yaitu :
a. Luka Mekanik
1) Luka sayat yang terjadi akibat benda tajam, dimana pinggiran
lukanya kelihatan rapi.
2) Luka memar yang terjadi akibat cedera pada jaringan dibawah kulit
akibat benturan benda tumpul.
3) Luka robek yang terjadi akibat terkena mesin atau benda asing
yang lain sehingga menyebabkan robeknya jaringan yang dalam.
4) Luka tusuk yang kecil dibagian luar akan tetapi besar dibagian
dalamnya.
5) Luka tembak dari peluru, bagian tepi luka tampak berwarna
kehitam-hitaman.
6) Luka gigitan yang tidak jelas bentukna pada bagian luka
7) Luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai
kedalam pembuluh darah
b. Luka Nonmekanik yang terdiri atas luka akibat zat kimia, termik,
radiasi, atau akibat sengatan listrik.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Alimul (2008) beberapa masalah yang dapat terjadi dalam
proses penyembuhan luka adalah antara lain:
a. Pendarahan yang ditandai dengan keluarnya darah disertai
perubahan tanda-tanda vital seperti kenaikan denyut nadi, kenaikan
frekuensi napas, penurunan tekanan darah, kondisi tubuh melemah,
haus yang berkepanjangan, serta keadaan kulit yang dingin serta
lembab.
b. Infeksi dengan tanda-tandanya seperti kulit kemerahan, kenaikan
suhu tubuh, rasa nyeri dan timbulnya bengkak, jaringan disekitar
luka meneras serta adana kenaikan leukosit saat pemeriksaan darah.
c. Dehiscene merupakan pecahnya sebagian luka atau keseluruhan
yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kegemukan,
kurangannya asupan nutrisi, serta terjadinya trauma.
d. Eviceration yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam ke arah
luar melalui luka yang dialami.
2. Etiologi
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insuline dan gangguan pada
sekresi insuline yang dialami penderita diabetis melitus tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik diperkirakan menjadi faktor dan peran penting
dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu juga terdapat faktor -
faktor risiko lain yang menjadi pemicu seseorang menderita diabetes
melitus tipe II. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Obesitas
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin dari dalam sel target
seluruh tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif
untuk meningkatkan efek metabolik
b. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada rentang usia diatas 65
tahun
c. Gestasional
Diabetes melitus tipe II dengan kehamilan merupakan kehamilan yang
normal dan di sertai dengan peningkatan insulin resistensi (ibu hamil
yang gagal mempertahankan euglycemia). Dalam keadaan ini,
seseorang mengalami diabetes sementara selama masa kehamilan,
umumnya pada trimester kedua atau ketiga (Brunner & suddarth, 2015).
3. Patofisiologi
Terdapat dua masalah yang utama pada penderita Diabetes Melitus Tipe II
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan tetap berkaitan pada reseptor khusus yang meskipun kadar insulin
tinggi dalam darah tetapi tetap membuat glukosa tidak dapat masuki sel
sehingga glukosa dalam sel akan berkurang. Mekanisme seperti ini dikenal
sebagai resistensi insulin. Dalam mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebih maka jumlah insulin yang
disekresikan harus ditingkatkan. Namun jika sel-sel beta tidak mampu
untuk mengimbangi, maka kadar glukosa dalam darah akan meningkat
sehingga terjadilah Diabetes Melitus tipe II. Meskipun gangguan sekresi
insulin merupakan ciri khas Diabetes Melitus tipe II, akan tetapi masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat sehingga dapat mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, oleh sebab
itu ketoasidosis diabetik tidak dapat terjadi pada Diabetes Melitus tipe II
(Bruner & suddarth, 2015).
4. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2015), manifestasi klinis DM Tipe II adalah
sebagai berikut:
a. Poliuri
Produksi insulin yang kurang untuk mengangkut glukosa melalui
membran didalam sel dapat menyebabkan hiperglikemia sehingga
serum plasma darah mengalami peningkatan atau hiperosmolariti
sehingga menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairan intravaskuler sehingga aliran darah ke ginjal meningkat yang
merupakan akibat dari hiperosmolaritas sehingga terjadi lah diuresis
osmotic.
b. Polidipsi
Difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler yang meningkat
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga sel menjadi
dehidrasi. Akibat dari dehidrasi sel, mulut menjadi lebih kering
sehingga sensor haus menjadi aktif dan menyebabkan seseorang
menjadi haus terus menerus dan selalu minum ingin.
c. Poliphagi
Terjadi karena menurunnya kadar insulin sehingga glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel maka produksi energi menurun, penurunan energi
dapat menstimulasi rasa lapar sehingga seseorang akan lebih banyak
makan.
d. Penurunan berat badan terjadi karena glukosa tidak dapat di transport
kedalam sel sehingga sel kekurangan cairan dan tidak bisa melakukan
metabolisme, akibatnya sel akan menciut dan seluruh jaringan terutama
bagian otot mengalami atrofi dan penurunan secara otomatis.
e. Malaise atau kelemahan
f. Kesemutan, lemas dan mata kabur
5. WOC
6. Penatalaksanaan
a. Diet
Tujuan diet adalah untuk membantu pasien memperbaiki kebiasaan
makan sehingga dapat mengontrol metabolik yang lebih baik, cara yang
dilakukan aalah sebagai berikut :
1) Mempertahankan kadar glukosa dalam darah supaya mendekati
nilai normal dengan cara menyeimbangkan asupan makanan dengan
memberikan insulin
2) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum dalam batas
normal
3) Memberi cukup energi agar bisa mempertahankan atau mencapai
berat badan yang normal
4) Menghindari ataupun menangani komplikasi akut pada pasien yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia
5) Meningkatkan derajat kesehatan secara menyeluruh melalui gizi
yang optimal, dengan syarat diet: energi yang cukup untuk
mencapai dan mempertahankan berat badan yang normal,
kebutuhan protein yang normal yaitu sekitar 10-15% dari
kebutuhan energi total, kebutuhan lemak yang sedang yaitu sekitar
10-15% dari kebutuhan energi total, kebutuhan karbohidrat yaitu
sekitar 60-70%, mengkonsumsi gula alternatif dalam jumlah yang
terbatas, asupan serat yang dianjurkan 25g/hari dengan
mengutamakan serat larut dalam air yang terdapat dalam sayur dan
buah 7.
b. Latihan Jasmani
Pada penderita DM tipe II yang obesitas, latihan jasmani dan
penatalaksanaan di dapat memperbaiki metabolisme glukosa dalam
darah serta menghilangkan lemak dalam tubuh. Latihan yang digabung
dengan penurunan berat badan dapat memperbaiki sensitivitas insulin
dan menurunkan kebutuhan penderita terhadap insulin atau obat
hipoglikemia oral. Sehingga toleransi glukosa dapat kembali menjadi
normal. Penderita DM tipe II yang tidak menggunakan insulin mungkin
tidak memerlukan makanan ekstra sebelum melakukan latihan.
c. Obat Hipoglikemik seperti sulfonilurea dan insulin
d. Penyuluhan
Pendidikan atau penyuluhan bagi pasien diabetes meliputi pengetahuan
dan keterampilan yang tujuannya untuk menunjang perubahan perilaku
sehingga meningkatkan pemahaman penderita akan penyakitnya,
sehingga dapat mencapai keadaan sehat yang optimal dan penyesuaian
keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik (Bare & Suzanne,
2002).
e. Pemeriksaan Penunjang
1) kadar glukosa darah
- gula darah sewaktu/random >200 mg/dl
- gula darah puasa > 140 mg
- gula darah 2 jam PP > 200 mg/dl
2) aseton plasma: hasil ( +) mencolok
3) Aseton lemak bebas: peningkatan lipid dan kolestrol
4) osmolaritas serum ( >330 osm/l)
5) urinalisis: proteinuria, ketonuria, dan glukosuria
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis yang mungkin muncul yaitu risiko kerusakan integritas kulit,
kerusakan itegritas kulit, kerusakan integritas jaringan, dan risiko infeksi.
a. Risiko kerusakan integritas kulit, rentan terhadap kerusakan epidermis
atau dermis sehingga dapat mengganggu kesehatan. Faktor risiko
terjadinya diagnosis ini terbagi menjadi faktor internal dan eksternal.
Faktor internalnya berupa gangguan metabolisme, gangguan sensasi,
gangguan pada sirkulasi, gangguan pada turgor kulit dan nutrisi yang
tidak adekuat. Sedangkan faktor ekstrenalnya berupa cedera kimiawi,
hipertermi, faktor mekanik, kelembaban, terapi radiasi.
b. Kerusakan integritas kulit, merupakan kerusakan terhadap terhadap
epidermis dan atau dermis. Batasan karakteristik berupa benda asing
menusuk permukaan kulit. Faktor risiko terjadinya diagnosis ini
terbagi menjadi faktor internal dan eksternal.
c. Risiko infeksi adalah rentan terhadap invasi dan multiplikasi
organisme patogenik yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Faktor risikonya berupa kurangnya pengetahuan supaya terhindar dari
pemajanan patogen, malnutrisi, obesitas, prosedur invasif, penyakit
kronis, gangguan integritas kulit, penurunan hb, dan vaksinasi tidak
adekuat.
d. Kerusakan integritas jaringan merupakan cedera pada membran
mukosa, kornea, sistem integumen, otot, tendon, kartilago, tulang,
kapsul sendi dan atau ligamen. Faktor yang berhubungan berupa agens
cedera kimiawi, faktor mekanik, gangguan metabolisme, hambatan
mobilitas fisik, prosedur bedah, terapi radiasi dan usia ekstrem
(NANDA, 2015).
3. Intervensi Keperawatan
No NANDA NOC NIC
(epidermis)
3. Risiko infeksi Immune Status Pertahankan teknik
Knowledge : yang aseptif
Infection Control Batasi pengunjung
Faktor-faktor risiko : Risk control bila di perlukan
4. Implementasi Keperawatan
Rencana intervensi terkait kerusakan integritas kulit dapat dilakukan
berupa mandi, perawatan kulit, manajemen medikasi sesuai order,
manajemen pruritus, serta manajemen nutrisi. Kagiatan yang dapat
dilakukan untuk intervensi mandi adalah menyediakan peralatan mandi,
kaji suhu, kaji untuk kebersihan perineal, memberi pelembab pada kulit,
memonitor keadaan kulit dan kemampuan klien saat mandi.
Intervensi inovasi yang dapat dilakukan pada klien integritas kulit
adalah perawatan pada kulit secara rutin. Perawatan ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap kulit seperti adanya luka
ataupun lecet. Perawatan dilakukan dengan cara inspeksi keadaan kulit,
pembersihan kulit dilalukan dengan menggunakan air hangat dan sabun
serta memberi minyak zaitun sebagai pelembab kulit. Persiapan alat dan
bahannya antara lain: handscoon, baskom, air hangat, sabun, minyak
zaitun atau baby oil, pengalas, dan handuk. Persiapan dari klien adalah
berada pada posisi yang dirasa nyaman dan rileks (Yuko, 2014). Kegiatan
dilakukan sekitar 15 menit dan rutin setiap hari. Setelah intervesni
dilakukan tanyakan perasaan atau respon klien, mengingatkan jangan
menggaruk bagian yang gatal dengan kuku.
BAB III
B. Asuhan Keperawatan
1. Data Klinis
Nama : Tn. Z No. Rek. Medis : 097653
Usia : 40 Tahun
Tinggi Badan : 165 cm BB: 70kg IMT: 25,7
LILA : 25
Suhu : 37,5 oC
Nadi : 83x/i
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Klien mengatakan ibu beliau meninggal dengan diabetes juga. Tidak ada keluarga
lain yang memiliki penyakit diabetes, riwayat kanker, dan jantung, dan penyakit
keturunan lainnya.
Makan/Minum
Mandi
Berpakaian/berdandan
Toileting
Berpindah
Berjalan
Menaiki Tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Keluhan Saat Beraktifitas : klien mengatakan sulit untuk berjalan dan berpindah
karena luka terasa nyeri dan membuat kaki klien kaku, namun masih bisa mandiri
POLA ISTIRAHAT TIDUR
Klien mengatakan tidur 6-7 jam / hari pada saat sebelum luka meradang. Saat ini
klien mengeluh sulit tidur (2-3 jam / hari) karena nyeri yang dirasakan di kaki.
Klien juga tidak nyaman karena bau dari lukanya.
POLA KOGNITIF –PERSEPSI
Klien dalam keadaan sadar, komunikasi sosial lancar, bahasa sehari-hari bahasa
minang. Tidak ada gangguan pendengaran dan penglihatan, tidak ada riwayat
vertigo.
Ketidak nyamanan / Nyeri: nyeri skala 6-7
P : nyeri karna luka yang tidak sembuh sejak 1 bulan yang lalu
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri pada bagian luka, kaki kanan
S : 6-7
POLA PERAN HUBUNGAN
Klien seorang pegawai swasta di salah satu perusahaan di Kota Padang. Istri
klien seorang dosen di salah satu universitas swasta di Kota Padang. Klien
terdaftar sebagai peserta BPJS kelas III.
POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI
Tidak ada keluhan yang berkaitan dengan seksualitas / reproduksi.
POLA KOPING-TOLERANSI STRES
Keadaan emosi labil, klien tidak mau menerima kunjungan selain keluarga dekat,
klien tidak mengkonsumsi obat penghilang stress.
POLA KEYAKINAN-NILAI
Klien seorang muslim. Kebiasaan keagamaan tidak terkaji.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
- Gula darah sewaktu 300 mg/dl N : <200 mg/dl
- Gula darah puasa 241 mg/dl N : <100 mg/dl
- Gula darah 2 jam PP 382 mg/dl N : <140 mg/dl
- Leukosit 10.000 N : 4000-10.000
- Hb 11 gr% N : 12-16 gr%
- Eritrosit 3,66 mg/dl N : 4,2-11 mg/dl
- Hematokrit 30,7 g/dl N : 38-47 g/dl
- MCV 78,5 g/dl N : 81,1-96,0 g/dl
Pemeriksaan fisik:
1) Rambut
Inspeksi :
Terlihat tipis dan berminyak
Kulit kepala tidak ada ketombe
Tidak ada scar atau luka
Palpasi :
Tidak ada benjolan di kepala pasien
2) Wajah
Inspeksi :
Wajah terlihat simetris
Tidak ada luka
Palpasi :
Tidak adanya pembengkakan
3) Mata
Inspeksi :
Terlihat simetris
Sklera tidak ikterik
Konjungtiva tidak anemis
Tidak ada katarak
4) Telinga
Inspeksi :
Kedua telinga terlihat simetris
Tidak ada luka
Telinga terlihat bersih
Palpasi :
Tidak adanya benjolan di telinga pasien
5) Hidung
Inspeksi
Tidak ada pernafasan cuping hidung
Tidak adanya luka atau scar
Tidak ada edema
Palpasi
Tidak adanya pembengkakan sinus
6) Mulut dan bibir
Inspeksi
Bibir terlihat kering dan pecah-pecah
Tidak adanya sianosis
7) Leher
Inspeksi
Tidak adanya scar ataupun luka
Palpasi
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak adanya pembesaran pembesaran nodus limfe
Nadi karotis teraba
Tidak ada edema
8) Thoraks
Inspeksi
Dada simetris
Perkusi
Tidak adanya masa
Auskultasi
Tidak ada suara tambahan
9) Abdomen
Inspeksi :
Tidak adanya scar
Abdomen tampak tidak membuncit
Palpasi :
Tidak adanya massa atau benjolan
Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi :
Bising usus normal
10) Ekstremitas
Inspeksi :
Terdapat luka di bagian kaki kanan dengan pus 4x6 cm
C. ANALISA DATA
D. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d luka gangrene
b. Kerusakan integritas kulit b.d status metabolik
c. Resiko infeksi b.d penyakit kronis diabetes mellitus
E. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Intervensi Keperawatan
Keperawatan NOC NIC
3. Edukasi
Jelaskan tentang
pengobatan,
perawatan,
kemajuan, dan
prognosis penyakit
P : Intervensi dilanjutkan
Merencanakan
strategi untuk
mengontrol nyeri
Memberitahu teknik
relaksasi yang
efektif yaitu teknik
nafas dalam
Anjurkan istirahat
yang adekuat
P : Intervensi dilanjutkan
Melakukan
perawatan luka
Memperhatikan
teknik septic dan
antiseptic
Mengukur tanda-
tanda vital
3 Gangguan citra tubuh 1. Membantu klien S : Klien mengatakan malu
berhubungan dengan mengenal gangguan dengan kakinya yang
biofisika citra tubuhnya dan sekarang dan takut untuk
penyebab gangguan turun tempat tidur selama
citra tubuhnya dirumah sakit
2. Membantu klien
menyadari akibat
gangguan citra
tubuhnya saat ini O : Klien masih tampak
3. Mendiskusikan menutup luka kakinya
dengan klien cara dengan kain
meningkatkan citra
tubuhnya
4. Mendiskusikan A : Masalah belum teratasi
bersama klien cara
berfikir positif
P : Intervensi dilanjutkan
Mendiskusikan
bersama klien cara
berfikir positif
Mendiskusikan
dengan klien cara
meningkatkan citra
tubuhnya
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan dengan
mengkaji klien secara keseluruhan melalui semua aspek, baik dari segi bio
psikososial dan spiritual. Hasil dari pengkajian mencakup keluhan utama,
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada tahap
pengkajian tidak ada ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada saat pengkajian, didapatkan data klien mengatakan terasa sakit pada
daerah tungkai kaki kanan yang luka. Luka pada kaki sejak 1 bulan yang lalu
dan semakin lama semakin membesar. Rasa sakit yang dialami klien seperti
tertusuk-tusuk dan hanya terasa pada kaki yang luka, skala nyeri yang dialami
klien yaitu 6-7, nyeri biasanya muncul secara tiba-tiba jika Tn. Z terlalu banyak
bergerak dengan durasi waktu terjadinya nyeri 3-5 menit. Klien tampak
meringis dan memegang daerah yang terasa nyeri, luka klien terlihat memerah
di kaki kanan dan mengeluarkan bau busuk, kulit area luka juga kotor, luka
pasien dengan pus berukuran 4x6 cm. Klien mengatakan sedih dengan
kondisinya yang sekarang karna tidak bisa lagi mencari nafkah, klien merasa
malu dan tidak menyukai kakinya yang luka dan berbau tak sedap, klien tampak
selalu berusaha menutup lukanya dengan kain dan tidak mau melihat kakinya
serta sering membandingkan dengan kondisi kakinya saat sehat dulu. Klien juga
terlihat lesu dan sering tertunduk saat pengkajian dilakukan.
B. Saran
Pada kasus gangguan integritas kulit pada pasien diabetes melitus diharapkan
perawat dapat memberikan tindakan yang tepat seperti perawatan luka dengan
menggunakan prinsip steril agar luka pasien tidak terjadi infeksi dan semakin
menyebar. Hal ini dikarenakan gangguan integritas kulit dengan diabetes
melitus jika tidak diatasi dengan tepat akan menyebakan komplikasi luka
semakin menyebar dan menyebabkan jaringan disekitar luka menjadi mati
sehingga harus diamputasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A, H. (2012), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Health Books
Publishing
Linuwih, S. (2009). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Keperawatan
UI
Rosdahi. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Alih Bahasa Widiarti. vol 3, Ed 10.
Jakarta: EGC
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Klien. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yuko, F. Ken, T. Mika, T. Iichiro. (2014). Beneficial Effects of Foot Care Nursing for
People: an Uncontrolled Before and After Intervention Study. Journal of
Advanced Nursing.