Tumor Kulit
Oleh:
Andini Agustina*
G1A220107
Pembimbing:
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Tumor Kulit
UNIVERSITAS JAMBI
2021
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
penulis dapat menyelesaikan CSS yang berjudul “Tumor Kulit”
Penulis menyadari bahwa CSS ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ tubuh paling luar yang melindungi tubuh manusia dari
lingkungan hidup sekitar. Kulit adalah organ terbesar dan organ yang paling
kompleks dari tubuh. Meskipun kulit pada dasarnya berfungsi sebagai pelindung
untuk berinteraksi dengan lingkungan. Kulit juga melindungi terhadap agen paling
berbahaya seperti bahan kimia (yang impermeabilitas terhadap epidermis), radiasi
matahari (dengan membentuk pigmentasi), agen infeksi (melalui immunosurveillance
efficient) dan deformitas fisik (pertahanan dermis).1
Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu epidermis sebagai lapisan paling
luar dan dermis. Sedangkan subkutis atau jaringan lemak terletak dibawah dermis. 1
Seperti organ tubuh lain pada umumnya, kulit juga terdiri tersusun dari jutaan sel.
Normalnya, sel-sel di dalam tubuh akan membelah lebih cepat pada masa
pertumbuhan, sedangkan pada masa dewasa sel akan lebih banyak membelah untuk
menggantikan sel-sel yang mati atau untuk memperbaiki kerusakan jaringan. Sel
kanker terjadi akibat kerusakan dari DNA. Sel kanker akan terus tumbuh dan
membelah menjadi sel yang abnormal dan juga dapat meluas ke jaringan yang normal
atau metastasis.2
1
2
tahun. Di Indonesia penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3
negara tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain
menyebabkan kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat
berakibat fatal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menyelimuti seluruh tubuh dan
melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Kulit atau sistem integumen
merupakan organ tubuh manusia yang paling besar karena fungsinya sebagai
pembungkus seluruh tubuh manusia. Kulit juga merupakan organ tubuh yang terletak
paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia.2
1. Kulit mempunyai berbagai jenis epitel, terutama epitel berlapis gepeng dengan
lapisan tanduk. Penbuluh darah pada dermisnya dilapisi oleh endotel. Kelenjar-
kelenjar kulit merupakan kelenjar epitelial.
2. Terdapat beberapa jenis jaringan ikat, seperti serat-serat kolagen dan elastin, dan
sel-sel lemak pada dermis.
3
4
3. Jaringan otot dapat ditemukan pada dermis. Contoh, jaringan otot polos, yaitu otot
penegak rambut (m. arrector pili) dan pada dinding pembuluh darah, sedangkan
jaringan otot bercorak terdapat pada otot-otot ekspresi wajah.
4. Jaringan saraf sebagai reseptor sensoris yang dapat ditemukan pada kulit berupa
ujung saraf bebas dan berbagai badan akhir saraf. Contoh, badan Meissner dan badan
Pacini.
Secara umum, kulit terdiri atas 3 lapisan utama yaitu, epidermis, dermis, dan
hypodermis/subkutis.
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel berlapis
gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke
5
luar yaitu stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan
stratum korneum.4
a. Stratum basal
Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang tersusun
berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada dermis di bawahnya. Sel-
selnya kuboid atau silindris. Intinya besar.
b. Stratum spinosum
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk
poligonal dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan. Bila dilakukan pengamatan
dengan pembesaran obyektif 45x, maka pada dinding sel yang berbatasan dengan sel
di sebelahnya akan terlihat taju-taju yang seolah-olah menghubungkan sel yang satu
dengan yang lainnya. Semakin ke atas bentuk sel semakin gepeng.
c. Stratum granulosum
6
Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak granula
basofilik yang disebut granula keratohialin, yang dengan mikroskop elektron ternyata
merupakan partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi ribosom. Mikrofilamen
melekat pada permukaan granula.
d. Stratum lusidum
Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya, dan
agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organel. pada sel-sel lapisan ini. Walaupun ada
sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang sehingga pada sajian
seringkali tampak garis celah yang memisahkan stratum korneum dari lapisan lain di
bawahnya.
Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti
serta sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Selsel yang paling permukaan
merupakan sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas. Lapisan
epidermis bersifat translusent, hal ini memungkinkan sebagian cahaya melewatinya.
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah namun mendapatkan oksigen dan
nutrisi dari lapisan dibawahnya. Epidermis tersusun oleh epitel skuamous dan
mengandung 4 tipe sel utama. Sekitar 90% sel epidermis adalah sel keratinosit (tipe
1). Keratinosit ini memproduksi protein keratin yang menyebabkan kedap air
(waterproof) dan melindungi kulit dan jaringan sekitar. Sel melanosit (tipe 2) yang
memproduksi melanin, berjumlah sekitar 8% dari sel epidermis. Melanin adalah
pigmen coklat-hitam mempunyai peranan untuk warna kulit dan absorbsi sinar ultra
violet (UV). Tipe ketiga sel dalam epidermis adalah sel Langerhans. Sel-sel ini
berasal dari sumsum tulang dan mograsi ke epidermis. Dalam respon system imunitas
sel Langerhans berinteraksi dengan sel darah putih (helper T cell) dan mudah dirusak
oleh radiasi sinar UV. Tipe keempat adalah sel Merkel yang berlokasi di lapisan
paling dalam (stratum basale) dilekatkan ke keratinosit oleh desmosome. Sel merkel
7
berhubungan dengan ujung saraf sensoris dan berfungsi dalam sensasi perabaan
(sensation of touch).
2. Dermis
a. Stratum papilaris
Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya papila dermis yang
jumlahnya bervariasi antara 50–250/mm2. Jumlahnya terbanyak dan lebih dalam pada
daerah di mana tekanan paling besar, seperti pada telapak kaki. Sebagian besar papila
mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang memberi nutrisi pada epitel di
atasnya. Papila lainnya mengandung badan akhir saraf sensoris yaitu badan Meissner.
Tepat di bawah epidermis serat- serat kolagen tersusun rapat.
b. Stratum retikularis
Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan sejumlah
kecil serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler. Pada bagian lebih dalam,
jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di antaranya terisi jaringan lemak, kelenjar
keringat dan sebasea, serta folikel rambut. Serat otot polos juga ditemukan pada
tempat-tempat tertentu, seperti folikel rambut, skrotum, preputium, dan puting
payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat otot skelet menyusupi jaringan ikat pada
8
dermis. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi wajah. Lapisan retikular menyatu
dengan hipodermis/fasia superfisialis di bawahnya yaitu jaringan ikat longgar yang
banyak mengandung sel lemak.
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga tubuh dari gangguan fisik, kimia, suhu, sinar ultraviolet dan
mikroorganisme. Proteksi terhadap gangguan fisik dan mekanis dilaksanakan oleh
stratum korneum pada telapak tangan dan telapak kaki dan proses keratinisasi
berperan sebagai barier mekanis. Serabut elastis dan kolagen menyebabkan adanya
elastisitas kulit dan lapisan lemak pada sub kutis juga sebagai barier terhadap
tekanan. Proteksi terhadap gangguan kimia dilaksanakan oleh stratum korneum yang
impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air serta adanya keasaman kulit.
Proteksi tehadap radiasi dan sinar ultraviolet dilaksanakan oleh melanosit, ketebalan
stratum korneum dan asam uroleanat yang dijumpai pada keringat.
9
2. Fungsi Ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat dan sisa metabolisme seperti Na, Cl, urea,
asam urat, amonia. Kelenjar sebasea menghasilkan sebum yang berguna untuk
menekan evaporasi air yang berlebihan. Kelenjar keringat mengeluarkan keringat
beserta garam-garamnya.
3. Fungsi Absorbsi
4. Fungsi Keratinisasi
6. Fungsi Termoregulasi
8. Fungsi Persepsi
Fungsi persepsi dimungkinkan dengan adanya saraf sensori di dermis dan sub
kutis. Persepsi yang dapat diterima kulit adalah perabaan, tekanan, panas, dingin dan
rasa sakit. Persepsi raba terletak pada badan taktil Meisnier yang berada di papila
dermis dan Merkel Ranvier di epidermis. Persepsi tekana oleh badan Vater Paccini di
epidermis, rasa panas oleh badan Ruffini di dermis dan sub kutis, rasa dingin oleh
badan Krause dan rasa sakit oleh “ free nerve ending”. Saraf-saraf sensorik lebih
banyak jumlahnya di daerah erotik.
Pada kulit didapat apa yang disebut SALT (Skin Associated Lymphoid
Tissue) yang terdiri dari sel Langerhans, keratinosit, saluran limfatik kulit dan sel
endotel kapiler khusus yang memiliki reseptor khusus untuk menarik sel limfosit T
kedalam epidermis. Sel Langerhans berfungsi sebagai antigen presenting cell yang
membawa antigen ke sel limfatik dalam reaksi alergi kontak. Sel keratinosit
11
memproduksi cairan yang mengandung protein yang akan berikatan dengan antigen
yang masuk ke epidermis untuk membentuk antigen kompleks yang potensial.
Keratinosit juga memproduksi Limphokine Like Activity seperti Epidermal
Thymocyte Activating Factor (ETAF) yang identik dengan IL-1 dan berbagai fungsi
lain. SALT juga sangat penting untuk memonitor sel-sel ganas yang timbul akibat
radiasi UV, zat kimia maupun oleh virus onkogenik. Sampai saat ini peranan SALT
masih terus diselidiki.
2.2 Epidemiologi
Karsinoma sel basal (Basal cell carcinoma; BCC) adalah kanker ganas kulit
tersering, (75% dari semua kanker kulit nonmelanoma) dan diperkirakan setiap
tahunnya ditemukan 500.000 kasus baru diseluruh dunia. Kanker kulit ini bersifat
destruktif, dan invasi setempat, serta sangat jarang metastasis. Insiden pada laki- laki
lebih tinggi daripada perempuan (4:1), biasanya timbul pada usia diatas 50 tahun, dan
90% diderita oleh kulit putih atau Caucasian. BCC lebih dari 80% berlokasi di kepala
dan leher (30% di hidung). Terjadinya kanker ini jelas berhubungan dengan paparan
kronis radiasi ultraviolet (UV) dari sinar matahari, namun yang tidak terpapar juga
beresiko.
Penyebab pasti dari karsinoma ini masih belum diketahui walaupun diyakini
terdapat beberapa factor predisposisi. Paparan terhadap radiasi ultraviolet B dari sinar
matahari merupakan faktor penyebab utama dari pathogenesis karsinoma sel basal.
Ultraviolet B diyakini memegang peranan yang lebih besar dibanding ultraviolet A
yang menginduksi mutasi pada gen penekan tumor. Radiasi UVB merusak DNA,
yang mengarah pada perubahan genetik dan neoplasma. Mutasi imbas UV pada gen
penekan tumor p53 telah ditemukan pada sekitar 50% kasus BCC. Namun, tepatnya
hubungan antara resiko terjadinya karsinoma sel basal dengan jumlah, lama, dan pola
paparan dari radiasi sinar ultraviolet masih belum jelas. Sumber UV lain memegang
peranan untuk terjadinya BCC adalah ultraviolet light therapy dan tanning booth.8
Kulit putih, rambut merah, dan pirang, mata biru atau hijau merupakan faktor-
faktor resiko untuk terjadinya karsinoma sel basal. Riwayat keluarga kanker kulit
juga merupakan faktor prediktif untuk terjadinya pertumbuhan karsinoma sel basal.
Radiasi ion (x-ray untuk terapi wajah), diet tinggi kalori khususunya lemak, konsumsi
13
vitamin yang rendah, zat-zat kimia, dan arsenic. Beberapa kondisi genetic
dihubungkan dengan resiko terjadinya pertumbuhan karsinoma sel basal. Termasuk
diantaranya albinisme, xeroderma pigmentosa, sindrom bazex, dan sindrom nevoid
karsinoa sel basal (Gorlin’s Syndrome).8
B. Manifestasi Klinis
Adanya lesi yang tidak sembuh harus meningkatkan kecurigaan kanker kulit.
BCC biasanya berkembang pada area kepala dan leher yang terkena sinar matahari
tetapi dapat terjadi di bagian tubuh mana saja. Gambaran yang umum terlihat meliputi
translusensi, ulcerasi, telangiektasis, dan adanya rolled border. Karakteristik dapat
bervariasi untuk subtipe klinis yang berbeda, yang meliputi BCC nodular, superfisial,
morfeaform, dan BCC berpigmen serta fibroepithelioma of Pinkus (FEP). Lokasi
anatomi BCC dapat mendukung pengembangan subtipe tertentu.
Gambaran histopatologis agak berbeda pada tiap subtipe, tetapi sebagian besar
BCC memiliki beberapa karakteristik histologis yang sama. Sel-sel basal ganas
memiliki inti yang besar dan sitoplasma yang relatif sedikit. Meskipun nukleinya
besar, sel-sel tersebut mungkin tidak tampak atipikal. Biasanya, angka mitosis tidak
ada. Seringkali, terdapat retraksi mirip celah dari stroma dari pulau- pulau tumor,
menciptakan peritumoral lacunae yang membantu dalam diagnosis histopatologis.
Bentuk BCC yang paling umum adalah nodular diikuti oleh superfisial dan kemudian
morfeaform. Nodular dan morfeaform paling sering ditemukan di kepala dan leher,
dan superfisial paling sering ditemukan di daerah batang.9,10
14
Basal Cell Carsinoma nodular adalah subtipe klinis BCC yang paling umum.
Umumnya memiliki gambaran nodul bulat, seperti tanduk (pearly) dan papulae
berwarna seperti daging dengan telangiektasis. Jika melebar lesi ini umunya
membentuk ulkus di sentral, pinggiran menonjol dan tepi bertanduk dengan
telangiektaksis.
Basal Cell Carsinoma berpigmen adalah varian dari nodular karsinoma sel
basal yang jarang terjadi. Tipe ini memiliki tampilan berupa macula coklat sampai
hitam, sering sulit dibedakan dengan melanoma. Basal Cell Carsinoma berpigmen
tampak sebagai papula hiperpigmentasi dan tembus cahaya, kadang disertai tepi
menonjol dengan telangiektaksis, gambaran ini membedakan dari melanoma.
Diagnosis banding meliputi melanoma nodular dan keratosis seboroik. Sekitar
75% BCC mengandung melanosit, tetapi hanya 25% yang mengandung melanin
dalam jumlah besar. Melanosit diselingi antara sel-sel tumor dan mengandung banyak
butiran melanin di sitoplasma dan dendritnya. Meskipun sel-sel tumor mengandung
sedikit melanin, banyak melanophage mengisi stroma yang mengelilingi tumor.8
Basal Cell Carsinoma superfisial paling sering terjadi pada trunkus dan
muncul sebagai patch eritematosa dengan batas tegas dan multicentris. Terkadang
ditemukan scar didalam patch. Tumor ini menyebar secaran superficial dan dan
melibatkan area yang luas. Diagnosis banding meliputi Karsinoma Sel Skuamosa,
keratosis lichenoid, dan dermatitis nummular. Suatu patch terisolasi dari "eksim"
yang tidak respon terhadap pengobatan menimbulkan kecurigaan untuk Basal Cell
Carsinoma superfisial.8
16
D. Prosedur Diagnosis
E. Stadium
18
Gambar 2.7 Klasifikasi Tumor Primer (T) untuk Karsinoma Sel Basal
F. Tatalaksana
Tujuan karsinoma sel basal yaitu kesembuhan dengan hasil kosmetik yang
baik karena umumnya karsinoma sel basal terdapat pada wajah. Terapi dapat bersifat
preventif dan kuratif. Banyak metode pengobatan karsinoma sel basal yaitu: 4
1. Preventif
Oleh karena sinar matahari predisposisi utama untuk terjadi kanker kulit maka
perlu diketahui perlindungan kulit terhadap sinar matahari, terutama bagi orang-orang
yang sering melakukan aktifitas diluar rumah dengan cara memakai sunscreens (tabir
surya) selama terpajan sinar matahari. Penggunaan tabir surya untuk kegiatan diluar
rumah diperlukan tabir surya dengan SPF yang lebih tinggi(>15-30).
19
2. Kuratif
Bedah eksisi atau bedah skalpel pada KSB dini memberikan tingkat sembuhan
yang tinggi dan merupakan terapi utama. Dianjurkan batas sayatan adalah 0,5-1 cm
diluar induransi. Pada kasus rekuren batas sayatan yang dianjurkan 10 mm oleh
karena rerata kuratif jelek. Radiasi dapat diberikan pada daerah yang sulit dicapai
dengan operasi atau pasca operasi yang tidak bebas tumor.8
Karsinoma sel skuamosa adalah tumor paling banyak kedua yang biasanya
muncul di tempat yang terpapar sinar matahari pada orang dewasa yang lebih tua.
Tumor ini memiliki insiden yang lebih tinggi pada pria daripada pada wanita. Lebih
dari 100.000 kasus baru ditemukan di seluruh dunia. Insiden diperkirakan 20-25%
dari karsinoma sel basal dan merupakan 25% dari seluruh keganasan kulit.
dan disfungsi telomer.11 Insidens meningkat tajam pada usia di atas 40 tahun, lebih
banyak menyerang individu berkulit terang, kondisi imunosupresi misalnya pada
resipien transplantasi organ dan pengobatan imunosupresan.8
B. Klinikopatologi
Terbatas pada epidermis dan terjadi pada berbagai lesi kulit yang telah ada
sebelumnya seperti solar keratosis, kronis radiasi keratosis, hidrokarbon keratosis,
arsenikal keratosis, kornu kutanea, penyakit Bowen dan eritroplasia Queyrat.
Karsinoma sel skuamosa kulit insitu ini dapat menetap di epidermis dalam jangka
waktu lama dan tak dapat diprediksi, dapat menembus lapisan basal sampai ke dermis
dan selanjutnya bermetastase melalui saluran getah bening regional. Distribusi
biasanya terisolasi tapi dapat multipel. Biasanya pada area yang terekspos seperti
kepala terutama yang botak, pipi, hidung, bibir bawah, telinga, area periaurikular,
punggung tangan, lengan bawah, badan dan tulang kering.
Karsinoma sel skuamosa kulit invasif dapat berkembang dari karsinoma sel
skuamosa kulit insitu dan dapat juga dari kulit normal, walaupun jarang. Karsinoma
sel skuamosa kulit yang dini baik yang muncul pada karsinoma insitu, lesi pramaligna
atau kulit yang normal, biasanya adalah berupa nodul kecil dengan batas yang tidak
jelas, berwarna sama dengan warna kulit atau agak sedikit eritema. Permukaannya
mula - mula lembut kemudian berkembang menjadi verukosa atau papilamatosa.
Ulserasi biasanya timbul di dekat pusat dari tumor, dapat terjadi cepat atau lambat,
sering sebelum tumor berdiameter 1 – 2 cm. Permukaan tumor mungkin granular dan
mudah berdarah, sedangkan pinggir ulkus biasanya meninggi dan mengeras, dapat
dijumpai adanya krusta. Distribusi biasanya terisolasi tapi dapat juga multipel,
terutama pada daerah genital, badan, kaki dan wajah yang awalnya berkembang dari
Bowen disease. Secara histologi, karsinoma sel skuamosa invasive berdasarkan
diferensiasainya dikelompokkan pada :
C. Manifestasi Klinis
Karsinoma sel skuamosa in situ tampak sebagai plak bersisik yang jelas,
berwarna merah beberapa tampaknya muncul dalam hubungannya dengan keratosis
aktinik sebelumnya. Secara mikroskopis, karsinoma sel skuamosa in situ ditandai
oleh sel-sel yang sangat atipikal di semua tingkat epidermis, dengan nuclear crowding
dan disorganisasi. Karsinoma sel skuamosa invasif yang lebih lanjut adalah nodular,
seringkali berupa lesi bersisik yang mungkin mengalami ulserasi. Tumor tersebut
menunjukkan derajat diferensiasi yang bervariasi, mulai dari tumor dengan sel-sel
yang tersusun dalam lobulus teratur yang memperlihatkan keratinisasi luas hingga
neoplasma yang terdiri dari sel yang sangat anaplastik dengan fokus nekrosis dan
keratinisasi sel tunggal yang gagal (diskeratosis).10
D. Staging
Staging adalah proses untuk menentukan keberadaan dan perkembangan suatu kanker
dalam tubuh. Terdapat 3 macam staging kanker, yakni:
Pasien dengan karsinoma sel skuamosa/kanker kulit lainnya tanpa ada metastasis
regional atau metastasis jauh secara klinis, radiologis, atau patologis dikelompokkkan
menjadi:
a) Stadium 1 : lesi ≤ 2 cm
b) Stadium 2 : lesi ≥ 2 cm tapi terdapat 2 atau lebih high-risk features
c) Stadium 3 : secara klinis, histologis, atau radiologis terdapat pembesaran
KGB dengan ukuran ≤ 3 cm, terdapat ekstensi ketulang misal maksila,
mandibula,orbita, atau tulang temporal
25
E. Diagnosis
F. Tatalaksana
26
1. Pembedahan
• Lokasi tumor yang bila dilakukan eksisi dapat menimbulkan problem baru
(seperti palpebra) dan jarak eksisi dari tepi tumor yang tidak dapat optimal.
27
2. Radioterapi
3. Sitostatika
Modalitas terapi ini dianjurkan sebagai suatu terapi tambahan dan terutama untuk
kasus dengan adanya metastase jauh, juga pada penderita dengan lesi pada tempat
sulit untuk melakukan eksisi 2 cm dari tepi tumor. Adapun yang dipergunakan untuk
terapi ini adalah Bleomysin dengan dosis 15 mg/m2 luas permukaan badan (lpb),
dapat dikombinasi dengan Metotrexat 30 mg/m2 atau dikombinasi dengan
Cisplatinum 60 mg/m2 dan Metotrexat 30 mg/m2 hari kedua, serta diulang tiap 3
minggu. Berreta menganjurkan pemberian Adriamycine dengan dosis 50 mg/m2 lpb
dan Cisplatinum dengan dosis 75 mg/m2 lpb (CP) dengan pemberian setiap 3 minggu
sekali atau siklofosfamid 500 mg/m2 hari kedua, Vinkristin 1,5 mg/m2 lpb hari ke-1,
8, dan 15, Adriamicin 50 mg/m2 hari kedua, dan Dakarbasin 250 mg/m2 hari ke-1
sampai ke-5 (CYDAVIC) serta diulang tiap 3 minggu. Pada stadium lanjut dan tak
bisa dioperasi maka modalitas terapi yang lebih baik adalah kombinasi antara
sitostatika Karboplatin (turunan Cisplatin) 50 mg/m2 pada hari ke-1 – 4, minggu ke
1,2,5, dan 6 (hari ke 1 dan 2) diikuti radioterapi mulai minggu ke 3, 6 7,2 Gy dengan
2,1 Gy perhari.
3. Melanoma Maligna
28
Adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sel melanosit dengan gambaran
berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit. Penyebabnya belum diketahui, sering terjadi
pada usia 30 sampai 60 tahun. Frekuensi sama pada pria maupun wanita. Berbagai
faktor yang diperkirakan sebagai faktor penting dalam mekanisme karsinogenesis
keganasan adalah sebagai berikut
1. Faktor genetik.
Adalah keluarga yang menderita keganasan ini meningkatkan risiko 200 kali
terjangkitnya Melanoma Maligna. Ditemukan Melanoma Maligna familial pada 8%
kasus baru. Terjadinya Melanoma Maligna juga dihubungkan dengan terjadinya
keganasan lainnya misalnya retinoblastoma dan beberapa sindroma keganasan dalam
keluarga.
2. Melanocytic nevi
Keadaan ini dapat timbul berhubungan dengan kelainan genetik atau dengan
lingkungan tertentu. Jumlah nevi yang ditemukan berkaitan dengan jumlah paparan
sinar matahari pada masa kanak-kanak dan adanya defek genetik tertentu. Sejumlah
30 - 90% Melanoma Maligna terjadi dari nevi yang sudah ada sebelumnya.
3. Faktor biologik
4. Faktor lingkungan
29
Paparan sinar UV dari matahari merupakan faktor penting yang dikaitkan dengan
peningkatan terjadinya Melanoma Maligna, terutama bila terjadi sun burn yang
berulang pada orang yang berpigmen rendah. Gejala dan tanda-tanda spesifik
ditemukan pada Melanoma Maligna yang telah dikenal secara luas, adalah sebagai
berikut (ABCD dari Melanoma Maligna)
- C-olour variation, dari yang tidak berwarna sampai hitam pekat dalam
satulesi.
A. Gambaran Klinik
A. Epidermis :
Dermis: - Sejak semula sel-sel tersebut mempunyai kemampuan untuk meluas secara
vertikal. Menginvasi lapisan retikularis dermis, pembuluh darah dan subkutis.
a. Epidermis :
b. Dermis:
C. Klasifikasi Klinik
Sampai saat ini digunakan Stadium Klinik (dengan beberapa modifikasi) sebagai
klasifikasi standar Melanoma Maligna, terdiri atas 3 stadium
Termasuk stadium I :
Melanoma primer yang belum diobati atau telah dilakukan biopsi eksisi.
Melanoma rekuren lokal yang berada dalam jarak 4 sentimeter dari lesi primer.
Melanoma primer multipel.
Termasuk Stadium II :
35
Bila sudah terjadi metastasis ke alat- alat dalam dan atau subkutan. Pada kira-
kira 25-30% penderita Melanoma Maligna sudah menunjukkan adanya metastasis ke
kelenjar limfe regional, walaupun secara klinik belum teraba pembesaran kelenjar
limfe. Hal ini menerangkan bahwa untuk menentukan prognosis dan tindakan
pengobatannya tidak cukup hanya didasarkan pada klasifikasi Stadium Klinik saja,
tetapi perlu disertai dan ditentukan berdasarkan histologik.
Tingkat III : Invasi sel melanoma sampai dengan perbatasan antara lapisan
papilaris dan lapisan retikularis dermis. Sel melanoma mengisi papiladermis.
C. Diagnosis
D.Tatalaksana
A. Eksisi bedah.
Dilakukan pada melanoma stadium I dan IL Zitelli dkk. Menyarankan untuk
mengambil sampai 1,5 cm diluar tepi lesinya, kecuali bila dilakukan Moh's
microsurgery. Pada melanoma yang terdapat pada kuku dianjurkan untuk dilakukan
amputasi pada seluruh jari yang terkena.
B. Elective Lymph Node Dessection (ELND)
C. Interferon a 2b
Dapat digunakan sebagai terapi adjuvan pada melanoma yang berukuran lebih
dari 4 mm, tetapi harus dipertimbangkan tingkat toksisitasnya yang masih tinggi.
Tujuan terapi ini diharapkan dapat menghambat metastasis yang lebih jauh lagi.
D. Kemoterapi
37
Dikatakan tidak terlalu bermanfaat pada terapi melanoma. Jenis kemoterapi yang
paling efektif adalah dacarbazine (DTIC = Dimethyl Triazone Imidazole
Carboxamide Decarbazine).
E. Kemoterapi Perfusi
F. Terapi Radiasi
E.Stadium Klinis
T3 diameter tumor terbesar > 5 cm atau sudah ada infiltrasi ke dalam dermis
T4 tumor yang sudah mengenai unsur lain : fascia, otot, tulang rawan, tulang
M1 ada metastase jauh pada organ lain (paru, tulang, hepar, otak, pleura)
Metastase karsinoma sel skuamosa kulit yang sebelumnya normal yaitu 3%,
mukokutan metastase 11 %, skar luka bakar atau adanya lesi sebelumnya metastase
10 – 30 %. Sedangkan proses terjadinya metastase dari sakit selang 1 bulan 2,5 %, 6
bulan 40 %, 1 tahun 70%.
Stadium I = T1N0M0
Stadium II = T2 – T3 N0M0
Stadium III = T4N0M0 atau any TN1M0 Stadium IV = Any T Any N dan
M1
KESIMPULAN
Kulit adalah organ terbesar dan organ yang paling kompleks dari tubuh.
Meskipun kulit pada dasarnya berfungsi sebagai pelindung untuk berinteraksi dengan
lingkungan. Kulit secara anatomi terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan epidermis yang
paling terluar, dibawahnya terdapat lapisan dermis, dan lapisan hypodermis/subkutis
yang banyak mengandung jaringan lemak. Kulit memiliki banyak fungsi diantaranya
sebagai fungsi proteksi terhadap gangguan fisik, kimia, sinar ultraviolet, dan
mikroorganisme, fungsi sekresi, fungsi absorbs, fungsi keratinisasi, fungsi
pembentukan pigmen, fungsi termotegulasi, fungsi pembentukan vitamin D, fungsi
persepsi dan berperan terhadap imunologi tubuh.
40
DAFTAR PUSTAKA
4. Suyatno, Pasaribu ET. Bedah Onkologi. Diagnosis Dan Terapi Edisi Ke-2.
2014. Jakarta: Sagung seto.
5. Kumar, V, Abul KA, Jon CA. Robbins Basic Pathology 10th Edition.
Philadelphia: Elsevier.2017; p900-8
8. Suyatno, Pasaribu ET. Bedah Onkologi. Diagnosis Dan Terapi Edisi Ke-2. 2014.
Jakarta: Sagung seto.
9. Kumar, V, Abul KA, Jon CA. Robbins Basic Pathology 10th Edition.
Philadelphia: Elsevier.2017; p900-8
41
42