LUKA BAKAR
Disusun oleh :
Shahcoga Luthfi Yuvhendmindo
1102011258
Pembimbing :
Dr. Aditya, Sp.BP
Maret 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Akibat yang ditimbulkan oleh luka bakar yaitu kerusakan jaringan kulit yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas. Kulit dengan adanya luka bakar akan
mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan. Kerusakan yang
timbul tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan faktor penyebab.Lama
kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan.
Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi.
Luka bakar dibedakan menjadi: derajat pertama, kedua superfisial, ketiga dalam,
dan derajat keempat.Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis yang disertai eritema
dan nyeri.Luka bakar derajat kedua superfisial meluas ke epidermis dan sebagian lapisan
dermis yang disertai lepuh dan sangat nyeri.Luka bakar derajat ketiga dalam meluas ke
seluruh dermis.Luka bakar derajat ketempat meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan
subkutis, seringkali kapiler dan vena hangus dan darah ke jaringan tersebut berkurang.
Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi dan
memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LUKA BAKAR
2
Anatomi Histopatologik
1. Lapisan Epidermis (kutikel)
3
e. Stratum Basalis
Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-
epidermal berbaris seperti pagar (palisade).Sel basal bermitosis dan berfungsi
reproduktif.
- Sel kolumnar :protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh
jembatan antar sel.
- Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell : sel berwarna muda, sitoplasma
basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes)
2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)
Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.
4
3. Lapisan Subkutis (hipodermis)
Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang bulat,
besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.Sel ini
berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa.Lapisan sel lemak disebut
dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan.Di lapisan ini terdapat
saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening.Lapisan lemak berfungsi juga sebagai
bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit.Di kelopak mata dan penis lebih tipis,
di perut lebih tebal (sampai 3 cm). Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis
(terletak di bagian atas dermis) dan pleksus profunda (terletak di subkutis)
Adneksa Kulit
1. Kelenjar Kulit (terdapat pada lapisan dermis)
a. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH nya sekitar 4-6,8.
Kelenjar Ekrin : kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan secret encer.
Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan berfungsi 40
minggu setelah kelahiran.Salurannya berbentuk spiral dan bermuara langsung pada
kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi, dan aksila. Sekresi tergantung
beberapa faktor dan saraf kolinergik, faktor panas, stress emosional.
5
Kelenjar Apokrin : lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih kental.
Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mammae, pubis, labia
minora, saluran telinga. Fungsinya belum diketahui, waktu lahir ukurannya kecil, saat
dewasa menjadi lebih besar dan mengeluarkan secret
b. Kelenjar Palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan
kaki.Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar
ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar.Kelenjar palit biasanya terdapat di
samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut).
Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan
kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen.Pada anak-anak, jumlahnya
sedikit.Pada dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara aktif.
2. Kuku adalahbagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.
Pertumbuhannya 1mm per minggu.
6
Batang rambut : bagian yang berada di luar kulit
Jenis rambut
Lanugo : rambut halus pada bayi, tidak mengandung pigmen.
Rambut terminal : rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai
medula, terdapat pada orang dewasa.
Pada dewasa, selain di kepala, terdapat juga bulu mata, rambut ketiak, rambut
kemaluan, kumis, janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh androgen (hormon
seks). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.Rambut tumbuh secara
siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh 0,35
mm perhari.Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa bulan.Di antara kedua fase
tersebut terdapat fase katagen (involusi temporer).Pada suatu saat 85% rambut
mengalami fase anagen dan 15 % sisanya dalam fase telogen.Rambut normal dan sehat
berkilat, elastis, tidak mudah patah, dan elastis.Rambut mudah dibentuk dengan
memperngaruhi gugusan disulfida misalnya dengan panas atau bahan kimia.
Fungsi Kulit
1. Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi
tubuh dari gangguan :
- Fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
- Kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
- Panas : radiasi, sengatan sinar UV
- Infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
- Melanosit :melindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit)
- Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
- Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum memberi perlindungan kimiawi
terhadap infeksi bakteri maupun jamur
- Proses keratinisasi sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri
secara teratur.
2. Fungsi Absorpsi
7
Sebagai fungsi permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil fungsi respirasi.Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum.Penyerapan dapat melalui celah
antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan
amonia.Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya
memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir
ditemui sebagai Vernix Caseosa.
4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis.Saraf sensori lebih banyak
jumlahnya pada daerah yang erotik.
- Badan Ruffini di dermis dan subkutis :peka rangsangan panas
- Badan Krause di dermis :peka rangsangan dingin
- Badan Taktik Meissner di papila dermis :peka rangsangan rabaan
- Badan Merkel Ranvier di epidermis :peka rangsangan rabaan
- Badan Paccini di epidemis :peka rangsangan tekanan
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh
darah kulit.Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik.Tonus
vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin).Pada bayi, dinding pembuluh darah
belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih
edematosa (banyak mengandung air dan Na).
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen
(melanosomes)
7. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel
makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin
menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21
hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
8
Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.Tapi
kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik
masih tetap diperlukan.12
2.2. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas pada
suhu tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme. Luka bakar
merupakan trauma yang disebabkan oleh suhu tinggi seperti api, air panas, arus listrik, bahan
kimia, radiasi, dan petir yang mengenai mukosa, dan jaringan yang lebih dalam.1
2.3. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah :
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn umumnya disebabkan oleh air panas (scald),jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flame), dan akibat terpapar atau kontak dengan
objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain).2
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat
dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas
kompor rumah tangga, cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka
bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak kurang lebih 60% luka bakar
disebabkan oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya
merupakan luka bakar superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit
(derajat tiga). 1
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakan
untuk keperluan rumah tangga.2
Asam kuat menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi protein dan rasa nyeri
yang hebat. Asam hidrofluorida mampu menembus jaringan sampai ke dalam dan
menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang kecil sekalipun. Alkali
atau basa kuat yang banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan emutih pakaian
(bleaching), berbagai cairan pembersih, dll. Luka bakar yang disebabkan oleh basa kuat
akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis).
9
Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat daripada asam, kerusakan
jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan
kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita sering terlambat datang
untuk berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas.1
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah.Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground.5
c. Luka bakar radiasi (Radiation Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif.Tipe injury ini
sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia
kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi.5
2.3. Klasifikasi
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hiperemik berupa eritem,
tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi.Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
2.4. Patofisiologi
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m 2 pada anak baru lahir
sampai 1m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh
kapiler dibawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh sekali pun akan rusak dan
menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke
interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya
kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan
penguapan. 1
Kedua penyebab di atas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan
intravaskular. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok
hipovolemik disertai gejla yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil
dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi
perlahan, maksimal terjadi setelah delapan jam. 1
11
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel
darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. 1
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhirup. Udem laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,
takipnea, stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga terjadi
keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbonmonoksida sangat kuat terikat dengan
hemoglobin sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan
ringan yaitu lemas, bingung, pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi
koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. 1
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan dari ruang interstisial ke pembuluh darah yang ditandai dengan
meningkatnya diuresis. 1
Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan
medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit
diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis.
Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab
infeksi pada luka bakar, selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi
kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi
nosokomial biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten
terhadap berbagai antibiotik. 1
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari
kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram
negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin
lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi
pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman
memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan
granu lasi membentuk nanah. 1
Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah
terlepas dengan nanah yang bayak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang
kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik;
akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi kuman
12
menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan
trombosis. 1
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat dua dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang
masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal
rambut. Luka bakar derajat dua yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang
nyeri, gagal, kaku dan secara estetik sangat jelek. 1
Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur.
Bila ini terjadi di prsendian; fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltis usus
menurun atau berhenti karena syok. Juga peristaltis dapat menurun karena kekurngan ion
kalium. 1
Stres atau beban faali setra hipoperfusi daerah splangnikus pada penderita luka bakar
berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala
yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling atau stress
ulcer. Aliran darah ke lambung berkurang sehingga terjadi iskemia mukosa. Bila keadaan ini
berlanjut, dapat timbul ulkus akibat nekrosis mukosa lambung. Yang dikhawatirkan pada
tukak Curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau
melena. 1
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan
protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi,
dan mudah terjadi infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan
kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat pembakaran
protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan
berat badan menurun. Kecacatan akibat luka bakar bisa sangat hebat, terutama bila mengenai
wajah. Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat akibat cacat tersebut., sampai
bisa menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia postburn.1
13
2.5. Manifestasi klinis
14
1. Pada Kulit
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada
luas dan ukuran luka bakar.Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh
bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami luka. Sedangkan pada luka bakar
yang lebih luas misalnya 25% dari total permukaan tubuh (TBSA :total body surface area)
atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap luka dapat bersifat sistemik dan sesuai
dengan luasnya luka. Luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari
tubuh.
2. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah terjadinya luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif
(catecholamine,histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang
mengalmi luka.Substansi-substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler
sehingga plasma masuk kedalam sekitar jaringan.Luka bakar yang secara langsung
mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Secara keseluruhan
akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan
intrasel dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan
volume cairan intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan
catecholamine dan terjadinya hipovolemia relative.
Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran
cairan intravaskuler.Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka
terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal.Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada
orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml. Keadaan ini dapat
mengakibatkan penurunan pada perfusi organ.Jika ruang intravaskuler tidak diisi kembali
dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian bagi penderita
luka bakar yang luas dapat terjadi.
Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi
tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput
kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik
tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi
sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi
kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari
setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada
15
waktu injuri.Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3
minggu berikutnya.
3. Sistem Renal dan Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan
menurunnyaGFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah
menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan
disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25%.
4. Sistem Imun
Fungsi sistem imun mengalami depresi.Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu
penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan
perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang
mengalami luka bakar yang luas.Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya
infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.
5. Sistem Respiratori
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadaroksigen
arteri dan “lung compliance”.
a. Smoke Inhalation.
Menghisap asap dapat mengakibatkan kerusakan pulmoner yang seringkali
berhubungan dengan luka akibat jilatan api. Kejadian luka inhalasi ini diperkirakan
lebih dari 3% untuk luka yang diakibatkan oleh api.
Manifestasi klinik yang dapat diduga dari inhalasi meliputi adanya luka bakar
yang mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau
nasopharynx, rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, takipneu,
kemerahan pada selaput hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat
carbon dalam sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat
mengkonfirmasikan diagnosis.
Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan
dengan berat dan tipe asap atau gas yang dihirup.
b. Keracunan Carbon Monoxide.
CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organic
terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat
mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka
molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin
16
sehingga membentukcarboxyhemoglobin (COHb).Hipoksia jaringan dapat terjadi
akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen dalam
darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah.
17
Derajat luka bakar
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu
tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam
luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan
sintetis, seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu tinggi,
lalu menjadi lengket sehigga memperberat kedalaman luka bakar.
Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7
hari; misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagau eritema dengan keluhan rasa nyeri
atau hipersensitivitas setempat.
Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel
sehat tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri
dalam dua sampai tiga minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri, gelembung atau bula berisi
cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meningkat.
Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis, atau
organ yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka; biasanya diikuti dengan
terbentuknya eskar yang merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan skin grafting. Kulit tampak
pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang
masih sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.1
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori yang didasarkan pada elemen kulit
yang rusak.
18
Derajat luka bakar dapat dibagi berdasarkan berat ringannya (American Burn Association):
1. Luka bakar ringan
a. Luka bakar derajat II <15%
b. Luka bakar derajat II <10% pada anak-anak
c. Luka bakar derajat III <2%
2. Luka bakar sedang
a. Luka bakar derajat II 15-25%
b. Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
c. Luka bakar derajat III <10%
3. Luka bakar berat
a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih
b. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
c. Luka bakar derajat III 10% atau lebih
d. Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki, dan alat genital
e. Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain
19
Beratnya luka bakar
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka
bakar. Walaupun demikian beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur
dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Selain dalam dan luasnya luka bakar, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak
luka, usia, dan keadaan kesehatan penderita. Perawatan daerah perineum, ketiak, leher, dan
tangan sulit, antara lain karena mudah mengalami kontraktur. Bayi dan orang usia lanjut daya
kompensisanya lebih rendah, maka bila terbakar digolongkan ke dalam golongan berat.1
2.7. Tatalaksana
Luka Bakar.
Menurut WHO 2003 penanganan pertama pada pasien dengan luka bakar:
-Asses (penilaian)
1. Airway
2. Breathing
3. Circulation : penggantian cairan
4. Disability : compartement syndrome
5. Exposure : area presentasi luka bakar
20
Poin penanganan
1. Hentikan luka bakar
2. ABCDE
3. Presentasi luka bakar dengan menggunakan rule of 9’s
4. Penggunaan IV line dan penggantian cairan dini
Airway
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwarna jelaga (black
sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada
daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran
napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap
terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
Pastikan jalan nafas bersih danterbuka pada pasien yang mengalami suspek trauma
servikal, dan minimumkan pergerakkan leher pasien,jangan pernah melakukan pergerakkan
hyperreflex atau hiperekstensi kepala dan leher. Gunakan collar neck.
Breathing
Lihat pergerakkan dinding dada dan perhatikan apakah pergerakkan dinding dada
cukup kuat.
Selalu berikan O2 pada pasien dengan luka bakar atau luka pada jalan nafas, berikan
4-8L/menit.
Waspadai pada pasien dengan Respiratory Rate lebih dari 20x/menit.
Escharotomy (decompression) pada pasien dengan luka bakar yang mengelilingi dada
Circulation
Check pulse
- Jika pulsasi arteri radialis teraba, maka tekanan darah sistolik 100 atau lebih
- Jika tidak teraba pulsasi arteri radialis, cek pulsasi arteri femoralis
- Jika pulsasi arteri femoralis teraba, maka tekanan darah sistolik 80 atau lebih
- Jika tidak teraba pulsasi arteri femoralis, cek pulsasi arteri karotis
- Jika pulsasi arteri karotis teraba, maka tekanan darah sistolik 60 atau lebih
- Jika tidak teraba pulsasi arteri karotis, maka segera lakukan CPR
21
- Cek capillary refill, jika >2 detik, maka pada pasien ini kemungkinan mengalami
hipovelemia
- Pallor terjadi pada pasien degan >30% kehilangan volume darah
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas
luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan
merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui
penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana
terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang
mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang
banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang
dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ
tubuh.
D. Disablity-neurological status
Cek GCS pasien
Lakukan percobaan dengan menggunakan cahaya pada pupil pasien
Hipoksia bisa menyebabkan penurunan kesadaran pada pasien luka bakar
22
3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc glukosa
5% per 24 jam.
Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama(pertama dari saat pasien
mengalami kejadian bukan saat pasien dipasang iv line. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita mula-mula dipuasakan karena
peristaltis usus terhambat pada keadaan prasyok, dan mulai diberikan minum segera setelah
fungsi usus normal kembali. Kalau diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat
dikurangi, bahkan dihentikan.
Pada pasien anak <12 tahun, apabila tidak bisa menentukan berat badan pasien,
gunakan rumus: 2x( usia (dalam tahun+4)=....kg
Berikan IV fluid pada pasien dengan .10% TBSA pada anak-anak dan 15% pada
orang dewasa.
Gunakan Ringer ;actat atau sodium chloride 0,9%
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus
Baxter, yaitu luas luka bakar dalam % x BB dalam kg x 4mL larutan Ringer. Separuh dari
jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari
pertama terutama diberikan kristaloid yaitu larutan ringer laktat . Hari kedua diberikan
setengah cairan pertama.
Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya bila penderita dalam keadaan
syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu, pemantauan yang ketat sangat penting , karena
fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat terutama pada fase awal luka bakar.
Intinya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus-menerus.
Keberhasilan pemberian cairan dapat diihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya
1000-1500mL/24jam atau 1 mL/kgBB/jam dan 3mL/kgBB/jam pada pasien anak. Yang
penting juga adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau tidak.
Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang tidak betul
dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hionatremia sebagai gejala keracunan air
dapat menyebabkan udem otak dengan tanda-tanda kejang. Kekurangan ion K akibat
23
banyaknya kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan depresi segmen ST
atau gelomabang U. Ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus dikoreksi namun bukan
menjadi prioritas utama dalam resusitasi cairan emergensi manajemen primer pasien trauma.
Nutrisi
24
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan
kadar protein tinggi.
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi untuk
memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu, sendi
diistirahatkan dalam posisi fungsional dengan bidai.1,3
Kebutuhan nutrisi pada penderita luka bakar:
1. Minuman diberikan pada penderita luka bakar
Segera setelah peristalsis normal
25 ml/kgBB/hari
Sampai diuresis sekurang-kurangnya mencapai 30mL/jam
2. Makanan oral diberikan pada penderita luka bakar
Segera setelah dapat minum tanpa kesulitan
Sedapat mungkin 2500 kalori/hari
Sedapat mungkin mengandung 100-150 mg protein/hari
3. Sebagai tambahan diberikan setiap hari
Vitamin A, B, dan D
Vitamin C 500 mg
Fe sulfat 500 mg
Mukoprotektor
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan perawatan
luka.Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka.Tujuan dari semua
perawatan luka bakar agar luka segera sembuh dengan rasa sakit yang minimal.Setelah luka
dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi:
- Pertama, dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur
- Kedua,Luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak
hipotermi
- Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman
dan meminimalkan timbulnya rasa sakit
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.
25
1. Luka bakar derajat I,
Merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barrier pertahanan kulit.Luka seperti
ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi
rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,
Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan
2. Luka bakar derajat II (superfisial)
Perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep
antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban
elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat
dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin)) atau
bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)
Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit
(early exicision and grafting )
Non medikamentosa
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada
api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan
berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas
juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau
menceburkan diri ke air dingin, atau melepaskan baju yang tersiram panas.
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka
bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima
belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam
pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu
tinggi. Yang akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap
meluas. Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama
dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih
dangkal dan diperkecil, luka yang sebenarya menuju derajat dua dapat berhenti pada derajat
satu, atau luka yang akan menjadi tingkat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu.
Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah
steril.
26
Pada luka bakar ringan prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau
perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita
menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen.
Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi
berfungsi untuk membebaskan jalan napas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan
pembersihan jalan napas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, segera
diberikan oksigen murni.
Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak-banyaknya dan
diberi gel kalsium glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik juga diperlukan karena asam
hidrofluorida mengendapkan kalsium pada luka bakar.
Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya
terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut sterila untuk perawatan
tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan dahulu.
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC
(airway, breathing, Circulation).
Penanganan pada pasien dengan luka bakar akibat listrik:
Dibagi menjadi
- Low voltage (<1000 volts) biasanya akibat perabotan rumah tangga
- High voltage (>1000 volts) akibat power supply
- Lightning, extremely high voltage
Low voltage bisa menyebabkan kerusakan lokal tapi tidak dengan kerusakan pada jaringan
yang dalam, tetapi dapat menyebakan cardiac arrest
Tatalaksana:
- Lepaskan pasien dari sumber listrik, hati hati pada high voltage, listrik mengeluarkan
4000 volts dan akan menyebabkan terlempar hingga 13 cm, jika tidak bisa
27
memisahkan dengan sumber gunakan kayu untuk memisahkan pasien dengan sumber
listrik,saat memisahkan hendaknya menggunkan sepatu yang terbuat dari karet atau
alas kaki dari karet.
- Setelah memisahkan dari sumber listrik lanjutkan dengan survey primer pada pasien.
- Periksa;
o Warna kulit
o Edema
o CRT
o Pulsasi peripheral
o Sensory
- Perhatikan apakah ada tanda-tanda sindroma kompartemen
- Resusitasi. Pemberian cairan infus pada ekstremitas yang tidak terkena. Tujuan untuk
mencapai pengeluaran urin 75-100 cc/hr atau pada anak 1,5cc/kg/hr.
- Pemasangan kateter untuk perhatikan: jumlah dan warna. Urin yang berwarana gelap
menandakan adanya hemokromogens didalamnya.dan, dan segera dilakukan terapi
untuk mioglobinuria tanpa menunggu hasil lab. Pemberian cairan harus ditingkatkan
agar mencpai produksi urin normal. Bila pemberian cairan urin belum jernih, maka
diberikan manitol 25 gr segera dan pada tiap liter cairan berikutnya tambahkan
manitol 12,5 gr
- Penanganan asidosis metabolik.
28
Dressing Luka Bakar
Medikamentosa
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak
dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada
infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.
Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena dalam dosis
serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertai
hipotensi. Selanjutnya, diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid.
Penghilang nyeri
Digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan membuat pasien bisa beristirahat.
- Gunakan opiates IV atau IM tiap 4-6 jam
- Gunakan morhpine (tidak pada neonatus), berikan 0,1 mg/kg/dose, tidak diguanakan
lebih sering dari tiap 2 jam
- Jika morhine tidak tersedia gunakan pethidine (1-1.5 mg/kg/dose diberikan tiap 4-
6jam)
- Penggantian dressing luka dengan menggunakan ketamine, 2 mg/kg/dose IM
- Setelah 48 jam, gunakan paracetamol, 15 mg/kg/dose (max 4 gr pada orang dewasa
dalam 24 jam).
Penanganan Lokal
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga
29
supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam, perlu diusahakan secepat mungkin
membuang jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi
sampai mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka
atau tertutup.
Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan
yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment). Obat topikal yang dipakai dapat
berbentuk larutan, salep atau krim. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa
(tulle). Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres
nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua
kuman. Obat ini mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna hitam
sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna karena bersifat
bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak
menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan
dan diganti setiap hari.
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu
terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya, bila
digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan
keluarga pun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin
luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi obat.
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk
menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedeikian rupa sehingga masih
cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan. Keuntungan perawatan tertutup adalah luka
tampak rapi, terlindung, dan enak bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dan lebih
banyak pembalut dan antiseptik. Kadang suasana luka yang lembap dan hangat
memungkinkan kuman untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut melekat pada
luka, tetapi tidak berbau, sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi ditunggu sampai terlepas
sendiri.1
Tindakan bedah
Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang
melingkar pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang
terus berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga
bagian distal bisa mati. Tanda dini penjepitan adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa
30
sampai kebas pada ujung-ujung distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat
irisan memanjang yang membuka keropeng sampai jepitan terlepas.
Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan
eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita
menjadi stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan. Biasanya eksisi dini
ini dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7, dan pasti boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi
tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat
terjadi perdarahan yang cukup banyak. Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi
dapat ditutup dengan skin graft yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri (skin
grafting autologus). Penutupan luka bakar dengan bahan biologis seperti kulit mayat atau
kulit binatang atau amnion manusia dapat dilakukan jika terdapat keterbatasan luas kulit
penderita atau terlalu payah. Walaupun kemungkinan ditolak, bahan tersebut dapat berfungsi
sementara sebagai penghalang penguapan berlebihan, pencegah infeksi yang lebih parah, dan
mengurangi nyeri. Namun, sedikit demi sedikit penutup sementara ini harus diganti dengan
kulit penderita sendiri sebagai penutup permanen.
Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan
skin grafting untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik. Skin
grafting dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu sebelum timbulnya jaringan granulasi.
Saat ini telah banyak terdapat material pengganti kulit (skin subtitute) yang dapat
digunakan jika skin grafting tidak bisa dilakukan. Skin subtitute ini antara lain integra,
aloderm, dan dermagraft. Aloderm adalah dermis manusia yang elemen-elemen epitelnya
telah dibuang sehingga secara teoritis bersifat bebas antigen, dan berfungsi sebagai kerangka
pengganti dermis. Dermagraft merupakan hasil pembiakan fibroblas neonatus yang digabung
dengan membran silikon, kolagen babi, dan jaring (mesh) nilon. Setelah dua minggu,
membran silikon dikelupas dan digantikan dengan STTG (split thickness skin graft). Integra
merupakan analog dermis yang terbuat dari lapisan kolagen dan kondroitin ditambah lapisan
silikon tipis.
Indikasi merujuk pasien luka bakar ke unit luka bakar menurut American Burn
Association:
1. Luka bakar derajat dua dan tiga >10% LPT pada pasien <10 tahun dan >50tahun.
2. Luka bakar derajat dua dan tiga >20% LPT.
3. Luka bakar derajat tiga >5%.
31
4. Luka bakar yang mengenai daerah wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum, dan
persendian utama.
5. Luka bakar derajat 3 pada kelompok usia berapa pun.
6. Luka bakar listrik (termasuk petir).
7. Luka bakar zat kimia.
8. Terdapat cedera inhalasi.
9. Terdapat masalah medis sebelumnya/ kondisi komobiditas.
10. Luka bakar derajat tiga yang mengelilingi ekstremitas atau dada.
11. Luka bakar yang melibatkan traumda dengan risiko morbiditas dam mortalitas tingga
(contoh: trauma ledakan).
2.8. Komplikasi
Setelah sembuh dari luka bakar, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut yang
dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetis yang sangat tidak bagus,
terutama bila parut tersebut berupa keloid. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi
intensif dan kontraktur membutuhkan tindakan bedah. Pada cacat estetik yang berat mungkin
diperlukan psikiater untuk mengembalikan rasa percaya diri penderita, dan diperlukan
pertolongan ahli bedah rekonstruksi.
32
Bila luka bakar merusak jalan napas akibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis,
pneumonia, atau insufiensi fungsi paru pasca trauma.
2.9. Prognosis
Orang yang berusia sangat muda dan tua memiliki risiko mortaitas yang tinggi sesudah
mengalami luka bakar.Peluang untuk bertahan hidup lebih besar pada anak-anak yang berusia
di atas 5 tahun dan pada dewasa yang berusia 40 tahun atau kurang. Cedera inhalasi yang
menyertai luka bakar sendiri akan memperberat prognosis pasien. Berat ringan luka bakar
tergantung pada kedalaman luka bakar, luas luka bakar, agent, riwayat penyakit, dan trauma.7
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta. p 66-88
33
2. Moenadjat Y. 2009. Luka bakar masalah dan tata laksana. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. Hlm 90-110
3. Sjamsuhidajat R. Luka, trauma, syok dan bencana. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong
W, ed. Buku Ajar ilmu Bedah. Edisi 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
1997.
4. Moenadjat Y. 2005. Resusitasi: dasar-dasar manajemen luka bakar fase akut.
Jakarta: Komite Medik Asosiasi Luka Bakar Indonesia. hlm.60
5. Moenadjat, Yefta (2001). Luka Bakar Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta: FK UI
6. Brunicardi F C, Anderson D, Dunn DL. 2005. Schwartz’s Principles of surgery. 8
edition. New York: McGraw-Hill Medical Publishing.
7. American Collage Surgeon. Penilaian awal dan pengelolaannya dalam Advanced
8. Guyton, C. Arthur dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi
ke-11, Cetakan ke-1). Jakarta: EGC.
9. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran (Edisi ke-6,
Cetakan ke-1). Jakarta: EGC.
10. Price Sylvia, Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses Penyakit
Volume 1 (Edisi ke-6, Cetakan ke-1). Jakarta: EGC.
11. Hudak, C.M. dan Gallo, B.M. 1996. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik
(Critical Care Nursing: A Holistic Approach) edisi VI, volume II. Jakarta: EGC
12. Djuanda, Adhi, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta : Balai
Penerbit FK UI
13. Rule Of Nines diaksestanggal 31 Agustus 2015. Diunduh dari http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/rule+of+nines
14. Mayoclinicstaff.BurnsFirstAids.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus.
15. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s Principles
ofSurgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216
34