BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
Kegiatan Belajar 1
A. Deskripsi singkat Pokok Bahasan
Kulit merupakan pembungkus yang elastisk yang melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan. Kulit merupakan organ paling luas
permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga
kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya
matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap
mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan.
Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan
umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya menjadi
pucat, kekuning–kuningan, kemerah–merahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh gangguan kulit
karena penyakit tertentu.
B. Tujuan Pembelajaran
Diharapakan kepada mahasiswa setelah menyelasaikan mata kuliah
ini mahasiswa mampu menjelaskan:
1. Pengertian Kulit
2. Anatomi Kulit
3. Lapisan – lapisan kulit
4. Fisiologi Kulit
5. Fungsi kulit
C. Anatomi Kulit
1. Pengertian
Kulit merupakan pembungkus yang elastisk yang melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang
terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan
luasnya 1,50 – 1,75 m2. Rata- rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6
mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm)
terdapat di penis. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis,
dermis atau korium, dan jaringan subkutan atau subkutis.
a. Epidermis
Epidermis terbagi atas empat lapisan yaitu :
1) Lapisan Basal atau Stratum Germinativum
2) Lapisan Malpighi atau Stratum Spinosum
3) Lapisan Granular atau Sratum Granulosum
4) Lapisan Tanduk atau Stratum Korneum
Pada telapak tangan dan kaki terdapat lapisan tambahan di atas
lapisan granular yaitu Stratum Lusidium atau lapisan-lapisan jernih.
Stratum Lusidium, selnya pipih, bedanya dengan stratum
granulosum ialah sel-selnya sudah banyak yang kehilangan inti dan
butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Dalam
lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening, batas- batas sel
sudah tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidium.
D. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus
seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh
E. Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain
menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu :
a. Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang
dapat menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan
panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar
misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya
lapisan kulit dan serabut–serabut jaringan penunjang berperan
sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan
dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan
tanning (pengobatan dengan asam asetil).
b. Proteksi rangsangan kimia
Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable
terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan
keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan
keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang
menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5. Ini merupakan
perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel–sel kulit yang telah mati
melepaskan diri secara teratur.
c. Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga
yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap
air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui
celah di antara sel, menembus sel–sel epidermis, atau melalui saluran
kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel–sel epidermis.
d. Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan.
Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh
pusat pengatur panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh
yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah.
Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua
cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan
kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi
penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi
(pembuluh darah
e. Ekskresi
Kelenjar–kelenjar kulit mengeluarkan zat–zat yang tidak berguna lagi
atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat,
dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk
melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang
melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan
keasaman pada kulit
f. Persepsi
Kulit mengandung ujung–ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan
subkutis terhadap dingin diperankan oleh dermis, peradaban
diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan
R AN G K U M AN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PENGERTIAN LUKA
Kegiatan Belajar 2
A. Deskripsi Singkat Pokok Bahasan
Perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir. Makin banyaknya inovasi terbaru
dalam perkembangan produk-produk perawatan luka juga memberikan
kontribusi yang baik dalam menunjang praktek perawatan luka. Perubahan
profil pasien mendukung kompleksitas perawatan luka dimana pasien
dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik semakin
banyak ditemukan dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses
penyembuhan luka bisa tercapai dengan optimal.
Perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat,
implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan
serta dokumentasi hasil yang sistematis. Manajemen keperawatan luka
tersebut harus mengedepankan pertimbangan biaya (cost effectiveness),
kenyamanan (comfort) dan keamanan (safety). Secara umum, perawatan
luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi
yang melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis,
ekonomi, dan sosial.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini diharapakan mahasiswa
mampu menjelaskan:
1. Definisi Luka
2. Klasifikasi Luka
3. Proses penyembuhan Luka
4. Faktor Yang Memperngaruhi Penyembuhan Luka
5. Proses penyembuhan Luka
6. Faktor yang mempengaruhi Proses penyembuhan Luka
URAIAN MATERI
C. Pengertian Luka
Luka adalah terganggunya suatu kontinuitas dari struktur bagian tubuh
yang bisa diakibatkan oleh berbagai trauma baik secara mekanik, panas
(thermal), kimia, dan radiasi atau dari invasi oleh mikroorganisme
patogen. Bagian tubuh yang rusak dapat meliputi membran mukosa pada
kulit atau sampai pada jaringan tubuh yang paling dalam seperti otot,
tendon bahkan sampai pada tulang (Berger, 1999).
D. Klasifikasi Luka
Berdasarkan terminologi luka yang dihubungkan dengan waktu
penyembuhan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Luka Akut
Luka akut adalah luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan
konsep penyembuhan yang normal.
b. Luka Kronis
Luka kronis adalah luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan yang bisa diakibatkan oleh faktor eksogen dan faktor
endogen. Biasanya luka kronis terjadi bila luka selama 3 s.d 8 minggu
tidak mengalami perbaikan.
Sedangkan pengelompokan luka berdasarkan penyebab dari luka itu
sendiri dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Luka insisi
Luka yang terjadi sebagai akibat dari pembedahan oleh benda tajam
pada bagian tubuh tertentu. Luka ini termasuk kedalam luka bersih
dan biasanya sembuh dengan sendiri tanpa menggunakan perantara
(primary intention healing), contohnya: luka operasi.
b. Abrasi
Luka yang terjadi akibat adanya kerusakan pada membran mucosa
pada kulit yang bisa disebabkan oleh penggunaan obat-obatan atau
kosmetik tertentu yang merangsang pengelupasan kulit.
c. Kontusio
Luka yang terjadi akibat adanya aliran darah yang terhambat pada
suatu bagian tubuh tertentu tanpa adanya bagian dari tubuh yang
terbuka. Contoh, perdarahan bawah kulit (ecchymose), dan
hematome.
d. Luka Laserasi
Luka yang terjadi berupa robekan pada jaringan kulit atau otot yang
disebabkan oleh goresan atau gesekan dengan benda lain dan
biasanya terkontaminasi oleh kotoran, debu dan debris.
e. Luka Tekan (Pressure wound)
Luka yang terjadi akibat penekanan yang terus menerus pada bagian
tubuh tertentu yang menyebabkan rusaknya jaringan pada bagian
tersebut. Luka ini biasanya terjadi pada daerah yang mengalami
penonjolan tulang (bony prominence).
f. Luka Bakar
Luka yang diakibatkan oleh rangsangan panas dari api, air panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi yang menyebabkan kerusakan atau
kehilangan jaringan tubuh terutama kulit.
E. Proses Penyembuhan Luka
Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun berdasarkan
sifat yaitu : abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi,
puncture, sepsis, dll. Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur
lapisan kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis;
partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan
kekeringan akibat dari akumumasi protein sel dan sel mati yang
kering (scab forms) atau eschar. Apabila permukaan luka tersebut
kering maka sel-sel epitel tidak bisa naik ke permukaan luka
sehingga proses migrasi sel akan terhambat.
Proses granulasi jaringan terjadi oleh karena pada fase ini terjadi
peningkatan aktivitas fibroblast. Pada fase granulasi ini ditandai
dengan terbentuknya pembuluh darah baru sehingga luka tampak
berwarna merah terang. Aktivitas fibroblat juga merupakan
stimulator untuk pembentukan myofibril yang menyebabkan
kontraksi luka serta stimulator pembentukan kolagen yang
berfungsi sebagai penguat jaringan (Hartmann, 1999).
c. Fase Maturasi atau Remodelling
Fase ini terjadi mulai minggu ke-3 dan berakhir sampai 12 bulan.
Proses pematangan sel kolagen berkisar antara 6 sampai 10 hari.
Biasanya apada rentang ini luka jahitan operasi sudah mulai bisa
dibuka. Seiring dengan terjadinya kontraksi luka, jumlah pembuluh
darah dan jumlah eksudat berkurang maka struktur luka menjadi
lebih kuat dan berubah menjadi jaringan parut. Pada fase ini
aktivitas myofibroblast yang merupakan bagian dari fibroblast dan
berfungsi menimbullkan kontraksi luka. Komponen ini
menyebabkan serat kolagen tertarik satu sama lainnya sehingga
jaringan parut yang terbentuk menjadi lebih halus dan jaringan
pada kulit pada tepian luka menjadi menyatu sama sama lainnya.
Proses mitosis dan migrasi sel juga terus berlangsung sehingga
permukaan luka menjadi naik dan tertutup sama sekali oleh sel-sel
epitel yang baru. Hasil dari re-epitelisasi ini tidak sama dengan
bentuk dan fungsi dari sel yang sebelumnya tetapi hanya bersifat
pengganti saja, dimana jaringan yang baru ini biasanya mempunyai
pembuluh darah, kelenjar, folikel rambut, serta sel syaraf dalam
d. Penyakit
Penyakit merupakan suatu faktor penyulit dalam proses penyembuhan
luka terutama penyakit yang berhubungan dengan proses metabolik
dan vaskularisasi, contohnya : Diabetes Mellitus, DIC, PVD atau
insufisiensi vena.
e. Pemakaian obat-obatan
Pemberian obat-obatan dalam dosis tinggi dan jangka waktu yang
lama juga merupakan faktor yang dapat menghambat proses
penyembuhan luka. Contoh, pemakaian kortikosteroid dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan penekanan pada respon
inflamasi. Terapi sitolitik dapat mengakibatkan terjadinya penekanan
pada sistem imunologi yang nantinya akan meningkatkan resiko
infeksi.
LATIHAN SOAL
RANGKUMAN
BAB III
PENGKAJIAN LUKA
K e gi a t a n B e l a j a r 3
A. Deskripsi Singkat, Relevansi, capian pembelajaran, dan Petujuk
Belajar
Model dan seni perawatan luka sesungguhnya telah lama di
kembangkan yaitu sejak jaman pra sejarah dengan pemanfaatan bahan
alami yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya, yang
akhirnya perkembangan perawatan luka menjadi modern seiring
ditemukannya ribuan balutan untuk luka. Menurut Carville (1998) tidak
ada satu jenis balutan yang cocok atau sesuai untuk setiap jenis luka.
Pernyataan ini menjadikan kita harus dapat memi;ih balutan yang tepat
untuk mendukung proses penyembuhan luka. Pemilihan balutan luka
yang baik dan benar selalu berdasarkan pengkajian luka.
Tujuan mendapatkan informasi yang relevan tentang pasien dan luka,
memonitor proses penyembuhan luka, menentukan program perawatan
luka pada pasien, mengevaluasi keberhasilan perawatan.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini diharapakan mahasiswa
mampu melaksanakan:
1. Pengkajian Luka
2. Perencanaan Luka
3. Implementasi Luka
4. Evaluasi Luka
5. Dokumentasi Luka
URAIAN MATERI
A. Pengkajian Luka
Pengkajian adalah proses pengumpulan, identifikasi dan analisa dalam
rangka memecahkan masalah klien. Pengkajian dalam hal perawatan luka
bertujuan untuk:
1. Menilai tingkat keseriusan suatu luka
2. Menilai perkembangan proses perawatan luka yang telah dilakukan
3. Observasi kondisi luka apakah terjadi perubahan setiap penggantian
dressing
Secara umum pengkajian luka yang harus diperhatikan adalah :
a. Lokasi dan letak luka
b. Lokasi dan letak luka dapat digunakan sebagai indikator terhadap
kemungkinan penyebab terjadinya luka, tujuannya agar luka dapat
diminimalkan kejadiannya dengan menghilangkan penyebab yang
ditimbulkan oleh letak dan lokasi yang dapat mengakibatkan
terjadinya luka.
c. Stadium luka (anatomi, warna dasar luka)
Salah satu cara menilai derajat keseriusan luka adalah menilai warna
dasar luka. System ini membantu memilih tindakan dan penggunaan
topikal terapi perawatan luka serta mengevaluasi kondisi luka.
System ini dikenal dengan sebutan RYB/Red Yellow Black (Merah--
Kuning-Hitam):
1) RED / MERAH.
Luka dengan dasar warna luka merah tua (granulasi) atau terang
(epitelisasi) dan selalu tampak lembab. Merupakan luka bersih,
dengan banyak vaskularisasi, karenanya mudah berdarah. Tujuan
perawatan luka dengan warna dasar merah adalah dengan
mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab dan
mencegah terjadinya trauma / perdarahan.
2) YELLOW / KUNING.
3) BLACK / HITAM.
b. Tanda infeksi
Luka yang terinfeksi seringkali ditandai dengan adanya erithema
yang makin meluas, edema, cairan berubah purulent, nyeri yang
lebih sensitive, peningkatan temperature tubuh, peningkatan jumlah
sel darah putih dan timbul bau yang khas.
Dalam proses perawatan luka faktor yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka diantaranya status imunologi, nutrisi, Kadar gula
darah (impaired white cell function), hidrasi (slows metabolism),kadar
albumin darah (building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure –
oedema), suplai oksigen dan vaskularisasi, corticosteroid (depresss
immune function)
B. Perencanaan Luka
Perencanaan yang tepat dalam hal menentukan kondisi luka dan
penggunaan dressing yang sesuai dapat menunjang proses
penyembuhan luka yang optimal. Suasana moist (lembab) merupakan
lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Lingkungan luka yang
lembab (moist) berguna untuk mempercepat fibrinolisis, angiogenesis,
menurunkan resiko infeksi, mempercepat pembentukan growth factor dan
mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif. Sedangkan perencanaan
dalam hal menentukan dressing (jenis balutan luka) sebaiknya memenuhi
kaidah – kaidah berikut:
1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh
luka (absorbing)
2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan
mengurangi resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non
viable tissue removal)
3. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
4. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
C. Implementasi Luka
Tindakan keperawatan dalam perawatan luka perawat harus mempunyai
pengetahuan yang baik mengenai topical terapi dan dressing sehingga
penggunaan yang tepat akan mampu menunjang proses penyembuhan
luka. Berikut ini beberapa jenis bahan topical .therapy yang dapat
digunakan untuk penatalaksanaan perawatan luka. Diantaranya adalah ;
calcium alginate, hidrokoioid, hidroaktif gel, Transparan Film,
zinczidazole, nistatin powder, aquacel, metronidazole powder dan
gamgee.
1. Calcium Alginate
Berasal dari rumput laut, berubah menjadi gel jika bercampur dengan
cairan luka, adalah jenis balutan yang dapat menyerap jumlah cairan
luka yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah jika
terjadi perdarahan minor serta barier terhadap kontaminasi oleh
pseudomonas.dapat digunakan oleh semua warna dasar luka.
(Kaltostat, sorbsan, alginate M, comfell pluss, cura sorb )
2. Hidrokoloid
Jenis topical therapy yang berfungsi untuk mempertahankan luka
dalam keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan
menghindari resiko infeksi, mampu menyerap eksudate minimal. Baik
digunakan untuk luka yang berwarna merah, abses atau luka yang
terinfeksi. Bentuknya ada yang berupa lembaran tebal dan tipis serta
pasta.(Duoderm CGF, Duoderm Extra Thin, Duoderm pasta, comfell,
Hollisive dan hollisive thin)
3. Hidroaktif gel
Jenis topical therapy yang dapat membantu proses peluruhan
jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri (support autolisis debridement).
8. Aquacel
Jenis topical therapy yang terbuat dari selulosa dengan daya serap
amat tinggi melebihi kemampuan daya serap calcium alginate.
Keuntungannya adalah tidak mudah koyak/larut, sehingga amat
mudah dalam melepasnnya. Dapat digunakan untuk semua warna
dasar luka.
9. Zincsidazole
Jenis topical therapy yang terbuat dari bahan zinc dan motronidazole,
berupa racikan paten buatan suatu rumah sakit. Bentuknya pasta /
salep.
D. Evaluasi Luka
Evaluasi dalam perawatan luka sebaiknya memperhatikan frekuensi
penggantian dressing, banyaknya produksi exudates, perhatikan apakah
ada undermining/goa, siapa yang akan merawat luka, secondary dressing
(penutup luka) usahakan rapat jangan ada windows wound dressing dan
pemilihan topical terapi harus disesuaikan dengan warna dasar luka.
LATIHAN SOAL
RANG KUMAN
BAB IV
PERSIAPAN DASAR LUKA DAN TEKNIK MENCUCI LUKA
ncuci Luka
URAIAN MATERI
Cairan Pencuci luka apa saja dapat di jadikan cairan pencuci luka,
yang terpenting seorang perawat harus mengetahui apa kandungan
cairan itu dan apakah sesuai dengan tujuan pencucian luka yg
dilakukan.
Berikut cairan pencuci luka menurut Carville K (1998):
a. Normal Saline
b. Chlorhexidine Gluconate
c. Centrimide (Savlon)
d. Hydrogen Peroxide
e. Povidone Iodine
f. Trisdine
g. Varidase Topical
h. Elase
i. Cadexomer Iodine Ointment
Namun di Indonesia sesungguhnya banyak herba/tanaman yang
memiliki effect yang baik dalam pencucian luka misalnya; air rebusan
daun jambu biji, air rebusan daun sirih dll dipercaya mempunyai efect
antiseptik atau memberikan respon pada beberapa jenis bakteri.
LATIHAN SOAL
1. Tuliskan Persiapan dasar Luka (3M)?
RANG KUMAN
1. Persiapan dasar luka pada kasus luka kronik adalah : (3M) Mencucian
Luka, Membuang Jaringan Nekrotik pada Luka, Memilih topikal therapy
tepat guna
2. Mencuci luka merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
perawatan luka. Pencucian luka dibutuhkan untuk membersihkan luka dari
mikroorganisme, benda asing, jaringan mati
3. Tujuan mencuci luka; Meningkatkan memperbaiki dan mempercepat
proses penyembuhan luka, Menghindari Terjadinya infeksi,Membuang
jaringan Nekrosis, cairan luka dan sisa balutan
BAB IV
MANAJEMEN LUKA
K e gi a t a nDEKUBITUS
Belajar 4
A. Deskripsi Singkat, Capian pembelajaran
Luka tekan (pressure ulcer) atau dekubitus merupakan masalah
serius yang sering tejadi pada pasien yang mengalami gangguan
mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang belakang atau penyakit
degeneratif. Istilah dekubitus sebenarnya kurang tepat dipakai untuk
menggambarkan luka tekan karena asal kata dekubitus adalah berbaring.
Ini diartikan bahwa luka tekan hanya berkembang pada pasien yang
dalam keadaan berbaring. Padahal sebenarnya luka tekan tidak hanya
berkembang pada pasien yang berbaring, tapi juga dapat terjadi pada
pasien yang menggunakan kursi roda atau prostesi.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Diharapakan kepada mahasiswa setelah menyelasaikan mata kuliah
ini mahasiswa mampu menjelaskan:
1. Pengertian luka Dekubitus
2. Tanda dan Gejala Luka Dekubitus
3. Faktor Resiko dan Penyebab timbulnya Luka Dekubitus
4. Cara pencegahan dan pengobatan luka decubitus
5. Pengobatan luka decubitus
URAIAN MATERI
Selanjutnya , gangguan ini terjadi pada individu yang berada diatas kursi
atau diatas tempat tidur, seringkali pada inkontinesia , dan malnutrisi atau
individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami
gangguan pada tingkat kesadaran.
lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium
IV dari luka tekan.
Menurut stadium luka tekan diatas, luka tekan berkembang dari
permukaan luar kulit ke lapisan dalam (top-down). Namun menurut
hasil penelitian saat ini, luka tekan juga dapat berkembang dari
jaringan bagian dalam seperti fascia dan otot walapun tanpa adanya
adanya kerusakan pada permukaan kulit. Ini dikenal dengan istilah
injuri jaringan bagian dalam (Deep Tissue Injury). Hal ini disebabkan
karena jaringan otot dan jaringan subkutan lebih sensitif terhadap
iskemia daripada permukaan kulit. Kejadian DTI sering disebabkan
karena immobilisasi dalam jangka waktu yang lama, misalnya karena
periode operasi yang panjang. Penyebab lainnya adalah seringnya
pasien mengalami tenaga yang merobek
Jenis luka tekan ini lebih berbahaya karena berkembang dengan cepat
daripada luka tekan yang dimulai dari permukaan kulit. Kebanyakan
DTI juga lebih sulit disembuhkan walaupun sudah diberikan perawatan
yang adekuat. NPUAP dan WOCN (2005) menyimpulkan bahwa DTI
masuk ke dalam kategori luka tekan, namun stadium dari DTI masih
diperdebatkan karena stadium yang selama ini ada merepresentasikan
luka tekan yang dimulai dari permukaan menuju kedalam jaringan (top-
down), sedangkan DTI dimulai dari dalam jaringan menuju ke kulit
superficial. Selama ini perawat sulit untuk mengidentifikasi adanya DTI
karena kerusakan pada bagian dalam jaringan sulit untuk dilihat dari
luar. Yang selama ini sering digunakan sebagai tanda terjadinya DTI
pada pasien yaitu adanya tanda trauma yang dalam atau tanda memar
pada jaringan. Pada orang yang berkulit putih, DTI sering nampak
sebagai warna keunguan atau kebiruan pada kulit. Saat ini terdapat
metode yang reliabel untuk mengenali adanya DTI, yaitu dengan
menggunakan ultrasonografi. Bila hasil ultrasonografi menunjukan
adanya daerah hypoechoic, maka ini berarti terdapat kerusakan yang
9. Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik
juga merupakan faktor resiko untuk perkembangan dari luka tekan.
10. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut
hasil penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang signifikan antara
merokok dengan perkembangan terhadap luka tekan.
11. Temperatur kulit
Menurut hasil penelitian, faktor penting lainnya yang juga berpengaruh
terhadap risiko terjadinya luka tekan adalah tekanan antar muka
(interface pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan per unit
area antara tubuh dengan permukaan matras. Apabila tekanan antar
muka lebih besar daripada tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh
darah kapiler akan mudah kolap, daerah tersebut menjadi lebih mudah
untuk terjadinya iskemia dan nekrotik. Tekanan kapiler rata rata adalah
sekitar 32 mmHg. Menurut penelitian Sugama (2000) dan Suriadi
1. Kulit memerah dan terdapat lesi seperti suka melepuh didaerah tersebut,
kulit bisa rusak atau tidak.
2. Pindahkan tekanan dengan mengganti posisi pasien
3. Masase dengan lembut daerah sekitar area yang memerah untuk
mencegah pembentukan luka baring.
4. Laporkan ke perawat
Tindakan
1. Lanjutkan tindakan yang dighuanakn pada tahap sebelumnya
2. Pengkajian yang konstan terhadap kerusakan kulit meliputi pengukurn
luas luka dan mengobservasi dan mengevaluasi penyembuhan
Pendidikan
Merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM,
melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV,
kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
5. Luka dikaji dengan seksama sesuai dengan cara mengkaji luka, jangan
lupa dokumentasikan dengan tepat hal-hal yang harus ditulis dan diambil
gambar luka. Jika harus dilakukan pengambilan kultur, sesuaikan dengan
prosedur cara pengambilan kultur.
6. Cuci luka, boleh dilakukan dengan perendaman air hangat atau air yang
mengandung antiseptik. Hati-hati dalam mencuci luka jangan sampai
menyebabkan trauma, terakhir jika luka tidak terdapat infeksi dapat dibilas
dengan NS 0,9 % saja atau jika ada infeksi dapat menggunakan larutan
antiseptik lain, kemudian bilas dengan NS 0,9 % atau hanya dengan
larutan Feracrylum 1%.
7. Siapkan alas bersih dan mulailah dengan merawat luka. ganti sarung
tangan saat akan melakukan pembalutan.
8. Pilih topikal terapi sesuai dengan kondisi luka, misalnya sesuai dengan
warna dasar luka, bentuk luka, luas dan kedalamannya, terinfeksi atau
tidak.
9. Tutup luka dengan seksama, jangan sampai ada luka yang tampak
kelihatan dari luar, ukur ketebalan kasa atau bahan topikal yang
ditempelkan keluka harus mampu membuat suasana luka optimal
(moisture balance) dan memsuport luka kearah perbaikan/segera
sembuh.
10. Jika terdapat edema, lakukan pemeriksaan tentang penggunaan
balutan kompresi (dopler).
11. Perhatikan kualitas hidup pasien, hindari pasienm tidak bisa
melakukan aktifitasnya setelah dikenakan balutan.
12. Jelaskan pada pasien kapan harus kembali lagi untuk melakukan
penggantian balutan dan kontrol ula darah.
13. Rapikan semua alat-alat dan perhatikan tentang pembuangan
sampah medis.
BATASAN VARIABEL
PANDUAN PENILAIAN
1. Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya :
1.1 Memelihara keutuhan jaringan kulit
1.2 Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.
1.3 Menerapkan prinsip-prinsip pencegahan infeksi nosokomial.
2. Kondisi pengujian
2.1 Diuji dalam lingkungan yang nyaman.
2.2 Pengujian sesuai standar yang berlaku di rumah sakit.
2.3 Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diuji langsung pada
pasien yang memerlukan perawatan luka, jika tidak mungkin
dapat diuji dengan simulasi.
2.4 Kompetensi diuji dalam tugas perorangan.
5. Aspek Kritis
5.1 Persiapan alat steril.
5.2 Teknik kerja steril.
5.3 Membaca kondisi luka
5.4 Evaluasi hasil
KOMPETENSI KUNCI
LATIHAN SOAL
PETUNJUK :
Pilihlah jawaban dengan tepat. !
Jawablah pada lembar soal.
SOAL :
1. Lapisan kulit yang banyak terdapat pembuluh darah dan ujung-ujung saraf
adalah :
a. Epidermis
b. Endodermis
c. Hipodermis
d. Dermis
e. Stratum Basale
4. Merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri dari lapisan lemak, jumlah
dan ukuran berbeda beda menurut daerah tubuh dan keadaan nutrisi
individu.
Pernyataan tersebut merupakan pengertian dari?
a. Epidermis
b. Dermis
c. Subcutis
d. Hipodermis
e. Intradermal
10. Adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan
yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah
menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda
asing, sel dimulainya proses penyembuhan.Apakah Fase yang dimaksud
tersebut?
a. Fase Inflamasi
b. Fase Proliferasi
c. Fase Maturasi
d. Fase Inkubasi
e. Fase Intubasi
11. Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah
memperbaiki dan menyembuhkan luka. Peran fibroblas sangat besar
pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan
menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama
proses rekonstruksi jaringan. Apakah Fase yang dimaksud tersebut?
a. Fase Inflamasi
b. Fase Proliferasi
c. Fase Maturasi
d. Fase Inkubasi
e. Fase Intubasi
12. Fase ini dimulai pada minggu ke 3 setelah perlukaan dan berakhir
sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase ini adalah
menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan
penyembuhan yang kuat dan bermutu Apakah Fase yang dimaksud
tersebut?
a. Fase Inflamasi
b. Fase Proliferasi
c. Fase Maturasi
d. Fase Inkubasi
e. Fase Intubasi
18. Fase dimana terjadi penutupan luka dengan bantuan benang fibrin atau
platelet untuk mencegah perdarahan terjadi pada fase :
a. Inflamasi
b. Granulasi
c. Proliferasi
d. Maturasi
e. Infeksi
19. Proses dimana terjadi pertumbuhan kapiler baru serta terjadi pengisian
ruang kosong pada luka terjadi pada fase :
a. Inflamasi
b. Granulasi
c. Epitalisasi
d. Maturasi
e. Infeksi
b. Nekrotik
c. Granulasi
d. Epitalisasi
e. Terinfeksi
25. Penampilan klinis warna Merah disebut
A. Slough
B. Nekrotik
C. Granulasi
D. Epitalisasi
E. Terinfeksi
26. Penampilan klinis warna Pink disebut
A. Slough
B. Nekrotik
C. Granulasi
D. Epitalisasi
E. Terinfeksi
27. Dalam wound bad preparation atau persiapan dasar luka dikenal 3M
secara berurutan adalah
A. Membuang,menutup,menimbun
B. Mencuci luka,memilih topical terapi tepat guna,membuang jaringan
necrotik pada luka
C. Memilih topical terapi tepat guna,membuang jaringan necrotik,dan
mencuci luka
D. Mencuci luka,membuang jaringan necrotik,memilih topikal terapi yang
tepat
E. Mencuci luka,membuang jaringan necrotik,memilih topikal terapi yang
tidak tepat
28. Pernyataan berikut yang benar dalam teknik mencuci luka kecuali :
A. Menggunakan teknik swabing atau teknik menggosok luka
B. Jangan menggosok jaringan granulasi sampai berdarah
BAB V
PENGKAJIAN FISIK
K e gi a t a n B e l a j a r 5
A. Pengertian
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis
Adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien
untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat
dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu
dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian
kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti
test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli
medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes
akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi
pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam
prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan
darah selalu dilakukan pertama kali.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba
dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau
tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba;
tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ
seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan
penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan,
vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan
tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam
membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di
bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian
tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan
D. Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada:
1. Klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
2. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien
F. Prosedur Pemeriksaan
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien
dan pasang handschoen bila di perlukan
4. Pemeriksaan umum meliputi: penampilan umum, status
mental dan nutrisi.
Posisi klien: duduk/berbaring
Cara: inspeksi
1. Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran
penuh, Ekspresi sesuai, tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas)
2. Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :)Relaks, tidak ada tanda-
tanda cemas/takut)
3. Jenis kelamin
4. Usia dan Gender
5. Tahapan perkembangan
6. TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
7. Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)
8. Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik)
9. Postur dan cara berjalan
10. Bentuk dan ukuran tubuh
11. Cara bicara. (Relaks, lancer, tidak gugup)
12. Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
13. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
4. Pernafasan
a. Frekuensi: Normal= 15-20x /menit; >20: Takipnea; <15 bradipnea=""
span="">
b. Keteraturan= Normal : teratur
c. Kedalaman: dalam/dangkal
d. Penggunaan otot bantu pernafasan: Normal : tidak ada
Setelah diadakan pemeriksaan tanda-tanda vital evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.
Prosedur Pelaksanaan
a. Pemeriksaan kulit
Inspeksi;
Kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi;
Kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan
edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
b. Pemeriksaan kuku
Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing
finger), tidak ikterik/sianosis.
Palpasi: ketebalan kuku dan capillary refile (pengisian kapiler)
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
Setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
c. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan
leher
Posisi klien: duduk, untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher
perawat berhadapan dengan klien
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi; ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau
tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan
distribusi rambut.
Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan gizi (rambut jagung dan kering)
Palpasi: adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak
rapuh.
setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat.
Pemeriksaan wajah
Inspeksi: warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.
Palpasi: nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
Pemeriksaan mata
Tujuan
Mengetahui bentuk dan fungsi mata
Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat
1. Senter Kecil
2. Surat kabar atau majalah
3. Kartu Snellen
4. Penutup Mata
5. Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik),
penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink,
dan sclera berwarna putih.
Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain.
Tajam penglihatan tersebut merupakan derajad persepsi deteil dan kontour
beda. Visus tersebut dibagi dua yaitu:
1. Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis
dekat.
Prosedur Pemeriksaan:
1. Minta pasien untuk selalu melihat dan memperhatikan titik fiksasi, jika
objek jauh kurang jelas, maka gunakan kacamata koreksinya.
2. Pemeriksa menempatkan dirinya di depan pasien sedemikian rupa,
sehingga apabila terjadi gerakan dari mata yang barusa saja ditutup dapat
di lihat dengan jelas atau di deteksi dengan jelas.
3. Perhatian dan konsentrasi pemeriksa selalu pada mata yang ditutup.
4. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal)
kearah dalam (nasal) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat
kelainan EXOPHORIA. Exophoria dinyatakan dengan inisial =X
(gambar D)
5. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal)
luar kearah (temporal)pada mata yang baru saja di tutup, berarti
Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi
pendengaran.
Persiapan Alat
Pemeriksaan Webber
1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku
jari yang berlawanan.
2. Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien .
3. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua
telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga.
4. Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi:
Hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung (
lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi,
tanda2 infeksi)
Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi,
tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
Palpasi dan Perkusi;
frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi struktur luar: warna mukosa mulut dan bibir,
tekstur, lesi, dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan
stomatitis
Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi
palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan
keadaan langit2.
Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan
gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink,
langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16
buah di rahang atas dan 16 buah di rahang bawah.
Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh pada usia enam bulan. Gigi
pertama tumbuh dinamakan gigi susu di ikuti tumbuhnya gigi lain yang
disebut gigi sulung. Akhirnya pada usia enam tahun hingga empat belas
tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan diganti gigi tetap.
Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang bawah), usia 7-8 bulan
berjumlah 7 buah (2 dirahang atas dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan
berjumlah 8 buah(4 dirahang atas dan 4 dirahang bawah), usia 12-15 bulan
gigi berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6 dirahang bawah), usia 16-19
bulan berjumlah 16 buah (8 dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan pada
usia 20-30 bulan berjumlah 20 buah (10 dirahang atas dan 10 dirahang
bawah)
setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
Pemeriksaan leher
Tujuan
a. Menentukan struktur integritas leher
b. Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
c. Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat
Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan
Auskultasi :
Bising pembuluh darah.
Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
Pemeriksaan dada (dada dan punggung)
Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring
Cara/prosedur:
System pernafasan
Tujuan:
1. Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding
dada
2. Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan,
3. Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus
Persiapan alat
Stetoskop
Penggaris centimeter
Pensil penada
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi: kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi,
irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu
pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.
Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress
pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis,
tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema
Palpasi:
Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.
(perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan
angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan
kedua telapak tangan pada punggung pasien.)
Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda
peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih
teraba jelas.
Perkusi:
Paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu
sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi)
Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian
udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian
padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi rensonan----
hilang>>redup.
System kardiovaskuler
Tujuan
1. Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung
2. Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar
3. Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
4. Mendeteksi gangguan kardiovaskuler
Persiapan alat
1. Stetoskop
2. Senter kecil
Prosedur pelaks anaan
Inspeksi:
Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
Palpasi: denyutan
Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
Perkusi:
Ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke tengah
dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup)
Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid
sterna, pada RIC 4,5,dan 8.
Auskultasi:
Bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell dari
stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub),
tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).
Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Prosedur pelaksanaan
1. Inspeksi payudara: Integritas kulit
2. Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan
penyebaran vena
3. Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe,
konsistensi.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
Tujuan
1. Mengetahui betuk dan gerakan-gerakan perut
2. Mendengarkan suara peristaltic usus
3. Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan
dalam perut.
Persiapan
a. Posisi klien: Berbaring
b. Stetoskop
c. Penggaris kecil
d. Pensil gambar
e. Bntal kecil
f. Pita pengukur
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi:
Kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi,
tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding perut.
Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak
terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
Auskultasi:
Suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari
stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta, a.renalis, a.
illiaka (bagian bell).
Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan
arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
Perkusi semua kuadran:
Mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam, perhatikan jika
klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.
Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-
tanda infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan genitalia evaluasi
hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
2. Pria:
Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran
Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak
ada pengeluaran pus atau darah
Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk,
turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan
Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema,
hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-
tanda infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka
berikan dengan mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Keterampilan
pengkajian fisik meningkatkan evaluasi tindakan keperawatan melalui
pemantauan hasil asuhan fisiologis dan perilaku. Keterampilan pengkajian
fisik yang sama di gunakan untuk mengkaji kondisi dapat di gunakan sebagai
tindakan evaluasi setelah asuhan diberikan.
Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan objektif
melalui pengkajian fisik. Pengukuran tersebut menentukan tercapainya atau
tidak hasil asuhan yang di harapkan. Perawat tidak bergantung sepenuhnya
Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada
pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki
format khusus yang mempermudah pencatatan data pemeriksaan. Perawat
meninjau semua hasil sebelum membantu klien berpakaian, untuk berjaga-
jaga seandainya perlu memeriksa kembali informasi atau mendapatkan data
tambahan. Temuan dari pengkajian fisik dimasukkan ke dalam rencana
asuhan.
Data di dokumentasikan berdasarkan format SOAPIE, yang hamper sama
dengan langkah-langkah proses keperawatan.
Format SOAPIE, terdiri dari:
1. Data (riwayat) Subjektif, yaitu apa yang dilaporkan klien
2. Data (fisik) Objektif, yaitu apa yang di observasi, inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi oleh perawat.
3. Assessment (pengkajian) , yaitu diagnose keperawatan dan pernyataan
tentang kemajuan atau kemunduran klien
4. Plan (Perencanaan), yaitu rencana perawatan klien
5. Implementation (pelaksanaan), yaitu intervensi keperawatan dilakukan
berdasarkan rencana
6. Evaluation (evaluasi), yaitu tinjauan hasil rencana yang sudah di
implementasikan.
Rangkuman
Latihan soaL
2. Sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan yang memeriksa tubuh pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit.
Pernyataan tersebut pengertian dari?
a. Pemeriksaan Fisik
b. Analisa Data
c. Perencanaan
d. Implemetasi
e. Evaluasi
3. Evaluasi dari hasil wawancara yang diutarakan oleh pasien, merupakan riwayat, mulai
dari keluhan utama hingga tujuan system.
Pernyataan tersebut adalah pengertian dari?
a. Data obyektif
b. Data subyektif
c. Data penunjang
d. Data reabilitas
e. Data actual
4. Dalam proses pemeriksaan fisik apa yang didapatkan selama pemeriksaan semua
temuan kepada pasien dan merupakan hasil dari pengukuran yang dilakukan oleh
perawat.
Pernyataan tersebut pengertian dari?
a. Data obyektif
b. Data subyektif
c. Data penunjang
d. Data reabilitas
e. Data actual
5. Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran pasien yang menyebabkan pasien mencari
perawatan.
Apakah pengertian dari pernyataan tersebut?
a. Riwaya keluhan utama
b. Riwayat kesehatan
c. Riwayat keluarga
d. Keluhan utama
e. Data subyektif
6. Gambaran diagram usia dan keadaan kesehatan, usia dan penyebab kematian, apakah
bersumber dari saudara kandung, orang tua, kakek dan nenek, dokumen yang
menunjukkan ada atau tidak adanya penyakit khusus!
Apakah maksud dari penyataan tersebut?
a. Riwaya keluhan utama
b. Riwayat kesehatan
c. Riwayat keluarga
d. Keluhan utama
e. Data subyektif
7. Seorang laki-laki usia 55 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri dada. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan pergerakan dada tampak terhambat, perkusi dada
terdengar redup, suara napas terdengar lemah, pada foto thoraks tampak timbunan
cairan didaerah pleura.
Manakah data subyektif pada kasus tersebut?
a. Pasien mengatakan mengeluh nyeri dada
b. Tampak terhambat pergerakan dada pasien terhambat
c. Pasien terdengar suara nafas
d. Tampak timbunan cairan
e. Pasien nyeri dada.
8. Pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman.
pada umumnya dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan
umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk.
Apakah maksud dari peryataan tersebut?
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
e. Observasi
9. Teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba; tangan dan jari-jari, untuk
mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk,
ukuran, kelembaban dan penonjolan!
Apakah maksud dari peryataan tersebut?
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
e. Observasi
10. Pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh untuk menghasilkan bunyi
yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di
bawahnya!
Apakah maksud dari peryataan tersebut?
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
e. Observasi
11. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh
tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah: bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus!
Apakah maksud dari peryataan tersebut?
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
e. Observasi
12. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien, menambah, mengkonfirmasi,
atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan, mengkonfirmasi dan
mengidentifikasi diagnosa keperawatan!
Apakah maksud dari peryataan tersebut?
a. Tujuan Pemeriksaan Fisik
b. Manfaat pemeriksaan fisik
c. Indikasi pemeriksaan fisik
d. Prosedur pemeriksaan fisik
e. Riwayat pemeriksaan fisik
13. Mengetahui betuk dan gerakan-gerakan, Mendengarkan suara peristaltic usus, Meneliti
tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga dan benjolan.
Manakah yang sesuai dengan pernyataan tersebut?
a. Pemeriksaan dada
b. Pemeriksaan leher
c. Pemeriksaan Abdomen
d. Pemeriksaaan ekstermitas atas
e. Pemeriksaan ekstermitas bawah
14. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawata,
mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien, Sebagai dasar untuk memilih
intervensi keperawatan yang tepat, Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan
keperawatan.
Manakah yang sesuai dengan pernyataan tersebut?
a. Tujuan Pemeriksaan Fisik
b. Manfaat pemeriksaan fisik
c. Indikasi pemeriksaan fisik
d. Prosedur pemeriksaan fisik
e. Riwayat pemeriksaan fisik
15. Mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada; Klien yang baru masuk ke tempat
pelayanan kesehatan untuk di rawat,Secara rutin pada klien yang sedang di rawat,
sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien!
Manakah yang sesuai dengan pernyataan tersebut?
a. Tujuan Pemeriksaan Fisik
b. Manfaat pemeriksaan fisik
c. Indikasi pemeriksaan fisik
d. Prosedur pemeriksaan fisik
e. Riwayat pemeriksaan fisik
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.
Jakarta. EGC