Anda di halaman 1dari 8

TATALAKSANA ANAK DENGAN DEMAM KEJANG

Ns. Wike Rosalini., M.Kes

A. PENGERTIAN
Kejang demam adalah kejang yang muncul akibat demam pada bayi atau
anak kecil (National Institute of Neurogical Disorder and Stroke/ NINDS,
2013. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38’C) yang disebabkan oleh suatu proses
ektrakranium

B. ETIOLOGI/PENYEBAB
Penyebab pasti belum diketahui dan sering disebabkan kerna infeksi
seperti ISPA, otitis media, pneumonia, gastroentritis dan ISK

C. KLASIFIKASI KEJANG DEMAM


Kejang diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Kejang Parsial
Beberapa hal berbeda dapat menyebabkan kejang parsial, misalnya cedera
kepala, infeksi otak, stroke, tumor, atau perubahan dalam cara daerah otak
dibentuk sebelum lahir (disebut dysplasia kortikal). Penyebab kejang parsial
masih belum jelas tetapi faktor genetik mungkin berperan (Schachter, 2013).
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
Kejang parsial diklasifikasikan lagi menjadi tiga yaitu kejang parsial
sederhana, kejang sensori khusus, dan kejang parsial kompleks (Wong, 2006).
a. Kejang parsial sederhana ditandai dengan kondisi yang tetap sadar dan
waspada, gejala motorik terlokalisasi pada salah satu sisi tubuh.
Manifestasi lain yang tampak yaitu kedua mata saling menjauh dari sisi
fokus, gerakan tonik-klonik yang
Melibatkan wajah, salivasi, bicara berhenti, gerakan klonik terjadi secara
berurutan dari mulai kaki, tangan, atau wajah.
b. Kejang sensori khusus dicirikan dengan berbagai sensasi. Kebas,
kesemutan, rasa tertusuk, atau nyeri yang berasal dari satu lokasi
(misalnya wajah atau ekstremitas) dan menyebar ke bagian tubuh
lainnya merupakan beberapa manifestasi kejang ini. Penglihatan dapat
membentuk gambaran yang tidak nyata. Kejang ini tidak umum pada
anak-anak di bawah usia 8 tahun.
c. Kejang parsial kompleks lebih sering terjadi pada anak-anak dari usia 3
tahun sampai remaja. Kejang ini dicirikan dengan timbulnya perasaan kuat
pada dasar lambung yang naik ke tenggorokan, adanya halusinasi rasa,
pendengaran, atau penglihatan. Individu juga sering mengalami perasaan
deja-vu. Penurunan kesadaran terjadi dengan tanda-tanda individu tampak
linglung dan bingung, dan tidak mampu merespons atau mengikuti
instruksi. Aktivitas berulang tanpa tujuan dilakukan dalam keadaan
bermimpi, seperti mengulang kata-kata, menarik-narik pakaian, mengecap-
ngecapkan bibir, mengunyah, atau bertindak agresif (kurang umum pada
anak-anak). Anak dapat merasa disorientasi, konfusi, dan tidak mengingat
fase kejang pada saat pasca kejang
2. Kejang Umum
Kejang demam dengan salah satu tanda yaitu kejang lama lebih dari 15 menit,
kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial,
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang lama adalah kejang yang
berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di
antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang
demam. Kejang umum terbagi menjadi kejang tonik-klonik, kejang atonik,
kejang akinetik, dan kejang mioklonik (Wong, 2004).
Gambar 4.4
Posisi Tonik dan Klonik

D. MANIFESTASI KLINIS KEJANG DEMAM


Kejang yang dialami anak diawali dan disertai dengan suhu tubuh yang
tinggi. Mayoritas anak-anak dengan kejang demam memiliki suhu rektal lebih
dari 38,9oC (NINDS, 2013). Kejang demam pada anak umumnya terjadi
selama hari pertama demam. Anak-anak yang rentan terhadap kejang demam
tidak dianggap memiliki epilepsi, karena epilepsi ditandai dengan kejang
berulang yang tidak dipicu oleh demam. Seorang anak dikatakan mengalami
demam saat suhu tubuh mencapai atau di atas salah satu dari level:
1. 100.4° F (38° C) diukur dalam bagian bawah (dubur).
2. 99,5° F (37,5° C) diukur dalam mulut (per oral).
3. 99° F (37,2 ° C) diukur di bawah lengan (aksila).

Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks


- Kejang terjadi selama < 15 menit. - Kejang terjadi selama lebih
- Gejala motorik terlokalisasi pada dari 15 menit.
salah satu sisi tubuh. - Gejala motorik dapat terlokalisasi
- Tidak berulang dalam periode 24 jam. atau
terjadi pada seluruh tubuh, atau
kejang umum didahului kejang parsial.
- Berulang atau lebih dari 1 kali
dalam
periode 24 jam.

Sumber: Mick & Cummings (2006)


Pada pemeriksaan fisik akan tampak ketika anak mengalami kejang demam yaitu
anak teraba panas dengan suhu 39,8oC (Mick & Cummings, 2006). Anak tidak
sadar dan tampak kaku atau bergetar pada tangan dan kaki pada salah satu sisi
atau seluruh tubuhnya. Mata anak tampak berputar atau melihat ke arah atas
selama kejang berlangsung (Appleton & Marson, 2009).
PROSEDUR KERJA
PENANGANAN ANAK PADA KEJANG DEMAM

NO.DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

TGL TERBIT Ditetapkan oleh ;


PROSEDUR
TETAP
PENGERTIAN Prosedur ini bertujuan sebagai acuan penanganan pasien
dengan kejang demam
TUJUAN 1. Untuk mengatasi serangan kejang2.
2. Untuk mencegah atau meminimumkan cedera akibat kejang
INDIKASI 1. Klien yang mengalami kejang

PERSIAPAN 1. Pastikan identitas klien


PASIEN 2. Kaji kondisi anak (adanya hambatan, riwayat perdarahan,
fraktur)
3. Jaga privacy pasien
4. Jelaskan maksud dan tujuan pada anak/keluarga
Libatkan orang tua/pengasuh (terutama pasien anak)
PERSIAPAN ALAT ALAT
DAN OBAT 1. face mask/ oksigen set
2. Kassa Steril
3. Kom tertutup
4. Bak instrumen
5. Spuit 1 cc
6. Bengkok
7. Alkohol swab
8. Handscoen
9. Selimut/ bantal
10. termometer
OBAT
1. Diazepam IV/ Rektal
5. Phenobarbital
PERSIAPAN 1. Perkenalkan diri
PERAWAT 2. Tanyakan berapa kali kejang terjadi
3. Tanyakan berapa durasinya
4. Tanyakan berapa usia anak
5. Tanyakan berapa berat badan anak
2. Tanyakan apakah mempunyai penyakit penyerta lain
misalkan epilepsi
FASE KERJA 1. Lakukan pendekatan dengan tenang
2. Memperbaiki sirkulasi udara ruangan dengan
mempersilakan selain petugas untuk keluar ruangan
3. Membaringkan anak di tempat yang datar dengan posisi
miring, kaki bagian atas ditekuk untuk mencegah bahaya
tersedak ludah atau muntahan
4. Letakkan bantal atau lipatan selimut di bawah kepala
anak.Jangan :
- Menahan gerakan anak atau menggunakan paksaan
- Memasukkan apapun ke dalam mulut anak
- Memberikan makanan atau minuman
5. Longgarkan pakaian yang ketat
6. Singkirkan benda-benda keras atau berbahaya
7. Memberikan diazepam melalui dubur untuk mengatasi
kejangnya 0,5-0,75 m/kgBB atau
a. 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg
dan dibawah usia 3 tahun
b. 10 mg untuk anak diatas 10 kg
c. 7.5 mg untuk diatas 3 tahun
8. Apabila tidak tersedia diazepam suppositoria maka bisa
diberikan diazepam injeksi secara intravena 0.3-
0.5mg/kgBB
9. Memastikan jalan napas tidak tersumbat
10. Memberikan oksigen melalui face mask 2 ml/menit
11. Awasi tanda-tanda gangguan pernafasan dengan menghitung
jumlah pernafasan dalam satu menit, melihat ada
tidaknya tarikan dinding dada, melihat ada tidaknya
pernafasan cuping hidung
12. Apabila kejang teratasi maka dilanjutkan pemberian
fenobarbital secara IV langsung setelah kejang berhenti
dengan dosis awal
a. bayi 1 bln = 30 mg
b. 1-12 bulan =50 mg
c. > 1 tahun = 75 mg
13. Hitung lamanya periode postiktal (pasca kejang)
14. Jangan memberi makanan atau minuman sampai anak
benar-benar sadar dan refleks menelan pulih
15. Melakukan evaluasi tindakan
16. Membereskan alat-alat
17. Mencuci tangan
18. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
FASE TERMINASI 1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcemen positif
3. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
5. Catat tindakan yang sudah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan pada catatan keperawatan
6. Catat respon klien dan hasil pemeriksaan
7. Dokumentasi evaluasi tindakan : SOAP
REFERENSI - Kementerian Kesehatan RI. 2016.
KEPERAWATAN ANAK. Jakarta
- Arief Fadli R. 2016. Penatalaksanaan Kejang Demam.
Cermin Jendela Kedokteran. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai