Anda di halaman 1dari 9

1.

Anatomi, Histologi, dan Fisiologi kulit


a. ANATOMI DAN HISTOLOGI KULIT(1)

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari
lingkugan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15
% berat badan. Kulit mempunyai variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya : kulit
yang longgar dan elastis terdapat pada palpebra, bibir dan prepitium.

Kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit
yang tipis terdapat pada muka, yang lembut dan leher dan badan, dan yang berambut
kasar terdapat pada kepala.

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama :

1) Lapisan epidermis
2) Lapisan dermis
3) Lapisan subkutis

Gambar 8. Kulit(1)

Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai
dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.

1) Lapisan epidermis(1,2)

Merupakan lapisan terluar kulit. Dibentuk oleh epitel berlapis gepeng. Adapun
fungsi dari epidermis adalah sebagai pelindung terhadap pengaruh lingkungan dan
terhadap kehilangan cairan.
Adapun morfologi epidermis yaitu avaskuler. Dan sekitar 85 % mengalami
keratinisasi. Terdapat 4 jenis sel yaitu sel keratinosit, sel langhans, sel merkel, dan
sel melanosit. Epidermis terdiri dari 5 lapisan antara lain :

Gambar.9 Lapisan epidermis(1,2)

a) Stratum korneum (lapisan tanduk)


Lapisan kulit paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang
mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)

b) Stratum lusidum

Terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel


gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut
eleidin.Tampak lebih jelas pada telapak tangan dan kaki

c) Stratum granulosum ( lapisan keratohialin)


Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di
telapak tangan dan kaki

d) Stratum spinosum (stratum malphigi) / prickle cell layer (lapisan akanta)

Terdiri atas beberapa sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-
beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah tengah. Sel sel ini makin dekat
permukaan makin gepeng bentuknya.
Diantara sel stratum spinosum terdapat jembatan antarsel (intercellular
bridge) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril / keratin. Perlekatan antar
jembatan ini membentuk penebalan kecil yang disebut Nodulus Bizzozero.
Diantara sel - sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.

e) Stratum basale

Terdiri atas sel – sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertical pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar. Merupakan lapisan epidermis
yang paling bawah. Sel - sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reduktif.
Lapisan ini terdiri atas 2 jenis sel yaitu :

i. Sel – sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong


dan besar, di hubungkan dengan jembatan antarsel
ii. Sel pembentuk melanin (melanosit) / clear cell berwarna muda, dengan
sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (
melanosomes).

2. Lapisan dermis(1,2)

Lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan
ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selulaer
dan folikel rambut. Di bagi menjadi 2 bagian :

Gambar 10. Dermis(1,2)


a. Pars papilaris
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh
darah. Terdiri dari jaringan ikat longgar yaitu : sel fibroblast, lekosit, sel mast, dan
serat kolagen tipis.

b. Pars retikularis
Bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas
serabut – serabut penunjang misalnya : serabut kolagen, elastin, dan retikulin.

3. Lapisan subkutis(1)
Kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel – sel lemak di
dalamnya, sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir
sioplasma lemak yang bertambah.

Sel – sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainya
oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel – sel lemak disebut panikulus adiposa,
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan – lapisan ini terrdapat ujung –
ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak
tidak sama, bergantung lokasinya.

Vaskularisasi di kulit di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di atas
dermis ( pleksus superficialis) dan terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus
di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang
terletak di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian
ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah
terdapat saluran getah bening.

ADNEKSA KULIT(1)

Adneksa kulit terdiri atas kelenjar- kelnjar kulit, rambut , dan kuku.

1. Kelenjar kulit,
Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, yang terdiri atas :
a. Kelenjar keringat
b. Kelenjar ekrin : kecil, di dermis, di pengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas,
dan stress emosional
c. Kelenjar apokrin : besar, sekret, dipengaruhi oleh saraf adrenergik
d. Glandula sebasea

Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki.
Kelenjar sebasea disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret
kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel – sel kelenjar.

B. FISIOLOGI KULIT(1)
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap :
a. Gangguan fisis/ mekanis Mis.tekanan, gesekan, tarikan
b. Gangguan kimiawi, misalnya :zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan.
Contoh : lisol, karbol, dll
c. Gangguan yang bersifat panas, mis.radiasi,sengatan sinar ultraviolet
d. Gangguan infeksi luarkuman/bakteri maupun jamur

Hal tersebut dimungkinkan karena adanya :


a. Bantalan lemak tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang
yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
b. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena stratum korneum yang
impermeabel terhadap pelbagai zat kimia dan air, dismping itu terdapat
lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit.
(terbentuk dari hasil eskresi keringat dan sebum)
c. Keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5-6.5 , sehingga
merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur
d. Proses keratinisasi sebagai sawar mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri
secara teratur

2. Fungsi Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 ,dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi
oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan, metabolisme dan jenis vehikulum.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel
epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui
sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

3. Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi/sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl,urea, as.urat,amonia.

4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis:
a. Terhadap rangsangan panasbadan-badan Ruffini di dermis dan subkutis
b. Terhadap rangsangan dinginbadan-badan Krause di dermis
c. Terhadap rabaan halusbadan taktil Meissner di papilla dermis
d. Terhadap rabaan kasarbadan Merkel Ranvier di epidermis
e. Terhadap tekananbadan Paccini di epidermis

5. Fungsi Pengatur Suhu Tubuh


Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.

6. Fungsi Pembentukan Pigmen


Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lappisan basal, dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan
merupakan sel dendrit, disebut pula sebagai clear cell.
Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim tirosinase,ion Cu
dan O2. Pajanan sinar matahari memperngaruhi produksi melanosom.

Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit, sedangkan ke


lapisan dibawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor).

7. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain
akan berpindah keatas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke
atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin
lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung seumur hidup.

8. Fungsi Pembentukan Vitamin D


Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan
sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vit.D tidak cukup hanya dari hal
tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

PATOMEKANISME LUKA ROBEK (VULNUS LASERATU

Luka robek merupakan luka terbuka yang terjadi akibat kekerasan tumpul yang kuat
sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot. Laserasi disebabkan oleh benda yang
permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah
kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler
dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari
benda tersebut yang mengalami indentasi.
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya
tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler,
kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi
dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi
laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar
juga menunjukkan arah awal kekerasan.
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan
tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum
robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk
permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung
laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow
tails”. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan
tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang
berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan
darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk skar atau
krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi
saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan
penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat,
rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka
atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari
beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan dengan yang terjadi saat
korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya
robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus.
Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan
perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya
diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari
permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi
tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari
sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak
dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik.
Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu
pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa.Hal yang harus diwaspadai dari
laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama
setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Pada skenario korban ditemukan tewas dengan luka pada dada sebelah kiri. Dari foto
yang terdapat pada skenario terdapat luka robek yang terjadi akibat benda semi tajam. Pada
Penekanan karena trauma tumpul dengan penggunaan benda semi tajam mengakibatkan
rusaknya kulit dan jaringan subkutan. Perubahan awal terjadi pembekuan darah pada dasar
laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang
bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk skar atau krusta.

Anda mungkin juga menyukai