TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Kulit
Kulit adalah organ terbesar di tubuh dan menutupi seluruh permukaan luar tubuh.
Ini terdiri dari tiga lapisan, epidermis, dermis, dan hipodermis, ketiganya bervariasi
secara signifikan dalam anatomi dan fungsinya. Struktur kulit terdiri dari jaringan rumit
yang berfungsi sebagai penghalang awal tubuh terhadap patogen, sinar UV, bahan
kimia, dan cedera mekanis. Ini juga mengatur suhu dan jumlah air yang dilepaskan ke
Kulit dibagi menjadi dua, yaitu kulit tebal dan kulit tipis. Kulit tebal terdapat pada
telapak tangan dan kaki. Kulit tebal mengandung banyak kelenjar keringat, tanpa
folikel rambut, kelenjar sebasea, atau serat otot polos. Kulit tipis terdapat pada seluruh
permukaan tubuh kecuali pada telapak tangan dan kaki. Kulit tipis mengandung folikel
2.1.1.1 Epidermis
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel berlapis
gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak
mempunyai pembuluh darah maupun limfe oleh karena itu semua nutrisi dan oksigen
diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis. Epitel berlapis gepeng pada epidermis ini
tersusun oleh banyak lapis sel yang disebut keratinosit. Sel-sel ini secara tetap
5
6
diperbarui melalui mitosis sel-sel dalam lapis basal yang secara berangsur digeser
ini mati dan secara tetap dilepaskan (terkelupas). Waktu yang dibutuhkan untuk
ini disebut sitomorfosis dari sel-sel epidermis. Bentuknya yang berubah pada tingkat
berbeda dalam epitel memungkinkan pembagian dalam potongan histologi tegak lurus
terhadap permukaan kulit. Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke luar,
stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum
korneum (Kalangi, 2014). Menurut Kalangi (2014) epidermis memiliki lima lapisan,
yaitu:
1. Stratum basal
Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang tersusun
Sel-selnya kuboid atau silindris. Intinya besar, jika dibanding ukuran selnya,
mitotik sel, proliferasi selnya berfungsi untuk regenerasi epitel. Sel-sel pada
lapisan ini bermigrasi ke arah permukaan untuk memasok sel-sel pada lapisan
2. Stratum spinosum
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk
pengamatan dengan pembesaran obyektif 45x, maka pada dinding sel yang
7
menghubungkan sel yang satu dengan yang lainnya. Pada taju inilah terletak
desmosom yang melekatkan sel-sel satu sama lain pada lapisan ini. Semakin ke
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak granula
4. Stratum lusidum
Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya, dan
agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini.
Walaupun ada sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang
sehingga pada sajian seringkali tampak garis celah yang memisahkan stratum
5. Stratum korneum
Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti
Terdapat empat jenis sel epidermis yaitu: keratinosit, melanosit, sel langerhans, dan
sel merkel.
1. Keratinosit
8
lapisan kedap air dan perisai pelidung tubuh. Proses keratinisasi berlangsung
2-3 minggu mulai dari proliferasi mitosis, diferensiasi, kematian sel, dan
penuaan sel diikuti penebalan membran sel, kehilangan inti organel lainnya.
Keratinosit merupakan sel induk bagi sel epitel di atasnya dan derivat kulit
lain.
2. Melanosit
cabang dendritik panjang tipis dan berakhir pada keratinosit di stratum basal
dan spinosum. Terletak di antara sel pada stratum basal, folikel rambut dan
sedikit dalam dermis. Pewarnaan rutin sulit dikenali. reagen DOPA (3,4-
terjadi dalam melanosom, salah satu organel sel melanosit yang mengandung
asam amino tirosin dan enzim tirosinase. Melalui serentetan reaksi, tirosin
akan diubah menjadi melanin yang berfungsi sebagai tirai penahan radiasi
3. Sel langerhans
dengan HE. Sel ini berperan dalam respon imun kulit, merupakan sel pembawa
4. Sel merkel
Jumlah sel jenis ini paling sedikit, berasal dari krista neuralis dan
ditemukan pada lapisan basal kulit tebal, folikel rambut, dan membran
mukosa mulut. Merupakan sel besar dengan cabang sitoplasma pendek. Serat
saraf tak bermielin menembus membran basal, melebar seperti cakram, dan
berakhir pada bagian bawah sel merkel. Kemungkinan badan merkel ini
2.1.1.3 Dermis
Dermis terhubung ke epidermis di tingkat membran dasar dan terdiri dari dua
lapisan, lapisan papiler dan reticular yang bergabung bersama tanpa demarkasi yang
jelas. Lapisan papiler adalah lapisan atas, lebih tipis, terdiri dari jaringan ikat longgar
dan epidermis kontak. Lapisan retikuler adalah lapisan yang lebih dalam, lebih tebal,
kurang seluler, dan terdiri dari jaringan ikat padat/bundel serat kolagen. Dermis
menampung kelenjar keringat, rambut, folikel rambut, otot, neuron sensorik, dan
pembuluh darah. Dermis juga menyatu dengan hipodermis atau subkutis yang terdapat
bagian ini disebut stratum papillare yang terdiri dari jaringan ikat longgar, kapiler,
fibroblast, dan makrofag. Lapisan dermis yang lebih dalam disebut stratum retikulare
yang terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur, terutama kolagen, dan sel-selnya lebih
sedikit daripada stratum papillare. Jaringan ikat dermis mengandung banyak pembuluh
darah, pembuluh limfe, dan reseptor sensorik seperti corpusculum tactile dan
10
corpusculum lamellosum. Dermis juga menyatu dengan hipodermis atau subkutis yang
1. Stratum papilaris
Stratum papilaris Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya
terbanyak dan lebih dalam pada daerah di mana tekanan paling besar, seperti
mengandung badan akhir saraf sensoris yaitu badan meissner. Tepat di bawah
2. Stratum retikularis
Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan
sejumlah kecil serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler. Pada
jaringan lemak, kelenjar keringat, sebasea, dan folikel rambut. Serat otot
skrotum, preputium, dan puting payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat
otot skelet menyusupi jaringan ikat pada dermis. Otot-otot ini berperan untuk
Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit. Sel-sel dermis merupakan sel-sel jaringan
ikat seperti fibroblast, sel lemak, sedikit makrofag, dan sel mast. Fungsi sel-sel yang
3. Limfosit: immunosurveillance.
4. Sel langerhans dan sel dermal dendritik: melintasi dermis antara limfonodus
5. Sel mast: distimulasi antigen, komplemen, dan zat lain untuk mengeluarkan
2.1.1.4 Hipodermis
hipodermis. Hipodermis berupa jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus
menyatu dengan yang dari dermis. Pada daerah tertentu seperti punggung tangan,
lapisan ini memungkinkan gerakan kulit di atas struktur di bawahnya. Di daerah lain,
serat-serat yang masuk ke dermis lebih banyak dan kulit relatif sukar digerakkan. Sel-
sel lemak lebih banyak daripada dalam dermis. Jumlahnya tergantung jenis kelamin
dan keadaan gizinya. Lemak subkutan cenderung mengumpul di daerah tertentu. Tidak
12
ada atau sedikit lemak ditemukan dalam jaringan subkutan kelopak mata atau penis,
namun di abdomen, paha, dan bokong. Dapat mencapai ketebalan 3 cm atau lebih.
(Kalangi, 2014)
Gambar 2.1
Histologi Kulit Normal
Gambaran histologi kulit normal terdiri dari epidermis, dermis, dan
hipodermis. Lapisan paling luar adalah epidermis dengan lapisan tipis
keratin terhampar diatasnya. Dibawah epidermis terdapat dermis yang
mengandung jaringan ikat dengan kolagen dan jaringan elastis. Dibawah
dermis terdapat hipodermis yang mengandung jaringan ikat dan jaringan
adiposa.
(Kalangi, 2014)
Gambar 2.2
Histologi Kulit Normal: Epidermis dan Dermis
Gambaran epidermis dari lapisan paling luar ke lapisan dalam terdiri
dari: stratum korneum dengan lapisan keratin yang terdeskuamasi,
stratum lusidum yang tipis, berwarna merah gelap, dan sulit dibedakan,
stratum granulosum yaitu lapisan granula sitoplasma yang berwarna
keunguan dan menonjol, stratum spinosum yaitu sel-sel segi banyak
yang mempunyai jembatan intraseluler yang menonjol, dan terakhir
adalah statum basalis yang terdapat pada membran yang paling dasar.
13
fisik terhadap abrasi fisik, bahan kimia, patogen, atau mikroorganisme lainnya dai luar
tubuh. Selain itu, lapisan tanduk juga bisa mencegah tubuh dari kehilangan cairan,
elektrolit, dan makromolekul karena lapisan tanduk tahan air. Sel langerhans juga
berperan dalam perlindungan terhadap antigen dan mikroba. Kulit juga melindungi dari
radiasi sinar UV karena mengandung pigmen melanin yang terdapat dalam sel
melanosit. Lapisan dermis dan lemak subkutan berfungsi sebagai peredam getaran.
Lemak subkutan sendiri berfungsi sebagai isolator listrik (Weller, R. B., Hunter, H. J.,
pengeluaran panas yang dilakukan kulit adalah penguapan keringat dari permukaan
kulit dan vasodilatasi sehingga aliran darah ke kulit maksimum. Sebaliknya jika di
Sensasi sensorik cutaneous sensations adalah sensasi yang timbul di kulit, termasuk
sensasi taktil: sentuhan, tekanan, dan getaran. cutaneous sensations yang lain adalah
rasa sakit, biasanya sakit adalah indikasi adanya jaringan yang akan rusak. Di kulit ada
banyak susunan akhiran saraf dan reseptor, seperti korpuskel di dalam dermis dan
Ekskresi terdapat kelenjar keringat pada kulit yang membentuk keringat dari air,
larutan garam, urea, dan produk sisa nitrogen. Sehingga dapat diekskresikan ke
Absorbsi kulit dapat mengabsorbsi zat-zat yang larut dalam air. Selain itu, beberapa
vitamin yang larut lemak (A, D, E, & K), beberapa obat, dan gas oksigen serta gas
karbondioksida dapat menembus kulit. Beberapa material toksik seperti aseton dan
karbon tetraklorida, garam dari logam berat seperti timah, arsen, dan merkuri juga
Manusia dan tikus memiliki lapisan sel kulit yang sama di epidermis dan dermis.
Tetapi kulit manusia relatif tebal dan kencang dibandingkan kulit tikus yang lebih tipis
dan longgar. Kulit tikus memiliki tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan
subcutis. Lapisan epidermis tikus terdiri dari tiga lapisan yaitu: stratum corneum,
spinosum, dan basale. Lapisan dermisnya tidak memiliki kelenjar keringat ekrin dan
memiliki dua lapisan, yaitu papillary dermis dan reticular dermis. Sedangkan lapisan
subcutis terdiri atas tiga lapis, yaitu jaringan adiposa putih dermal, otot panniculus
(Naldaiz-Gastesi, 2018)
Gambar 2.3
Histologi kulit tikus
Bagian epidermis manusia yang tidak ada pada tikus adalah stratum
granulosum dan lucidum, sedangkan bagian subcutis tikus yang
berbeda dengan manusia adalah adanya otot panniculus carnosus.
Otot ini terletak diantara jaringan adiposa putih dermal dan jaringan
ikat interstisial. Panniculus carnosus adalah otot lurik yang melekat
erat pada kulit dan fasia tikus. Otot ini terdapat pada bagian
proksimal tungkai belakang, dada, perut, dan punggung tikus. Selain
itu, otot ini memiliki ketebalan sekitar tiga sampai empat serat. Di
atas otot panniculus carnosus terdapat jaringan adiposa putih dermal.
Jaringan adiposa putih ini terdiri dari adiposit unilokular yang
berfungi untuk menyimpan energi dalam bentuk asam lemak.
2.2. Luka
Luka kulit terjadi akibat rusaknya integritas lapisan epidermis. Setiap cedera
Luka akut adalah luka yang dapat sembuh dengan sendirinya dengan tahapan dan
waktu yang sesuai dengan proses penyembuhan luka, sehingga hasilnya adalah
pemulihan jaringan dengan baik, baik struktur anatomi maupun fungsinya (Velnar, T.
Bailey, T. & Smrkolj, 2009). Model luka akut dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
a. Luka insisi
berujung tajam, yang mana lebih panjang pada kulit daripada kedalamannya
b. Luka eksisi
tersebut diisi oleh material-material dari penyembuhan luka. Luka eksisi, ada
beberapa pengamatan yang dapat diamati yaitu evaluasi ukuran luka dengan
cara menghitung area yang berubah dan waktu yang dibutuhkan untuk
Luka kronik adalah luka yang gagal dalam kemajuan penyembuhan lukanya dan
tidak dapat diperbaiki sesuai dengan tahapan dan waktu penyembuhan luka yang
normal. Proses penyembuhan lukanya terganggu oleh banyak faktor, yang dapat
memperpanjang satu atau lebih tahapan penyembuhan luka. Beberapa faktor yang
17
dapat menyebabkan luka kronik adalah infeksi, hipoksia jaringan, nekrosis, eksudat,
dan level sitokin inflamasi yang berlebihan (Velnar, T., Bailey, T., & Smrkolj, 2009).
Apabila faktor dari luar tidak mampu ditahan oleh pelindung tersebut maka terjadilah
luka. Dalam merespon luka tersebut, tubuh memiliki fungsi fisiologis penyembuhan
luka. Proses penyembuhan ini terdiri dari fase awal, intermediate, dan fase lanjut
(Janosik, 2005).
trombosit, dan koagulasi darah. Trombosit memiliki peranan kunci dalam hemostasis
(Janosik, 2005).
Pembuluh darah yang tersayat atau robek akan segera berkonstriksi. Konstriksi
spasme vaskular awal ini sehingga permukaan tersebut menjadi lekat satu sama lain
terpotong atau terobek. Trombosit dalam keadaan normal tidak melekat ke permukaan
endotel pembuluh darah yang licin tetapi mereka melekat ke pembuluh darah yang
rusak. Ketika permukaan endotel terganggu karena cedera pada pembuluh darah, von
18
melekatnya trombosit yang bergerak cepat melalui reseptor permukaan selnya yang
spesifik bagi protein plasma ini, Perlekatan ini mencegah trombosit untuk tersapu oleh
sirkulasi. Lapisan trombosit yang tersumbat ini membentuk dasar dari sumbatan
trombosit. Trombosit yang teraktivasi juga melepaskan beberapa senyawa kimia yang
penting dari granula simpanan mereka. Di antara senyawa-senyawa kimia ini adalah
adenosin difosfat (ADP) yang menyebabkan permukaan trombosit darah yang terdapat
di sekitar mereka menjadi lekat sehingga trombosit tersebut melekat ke lapis pertama
Proses agregasi ini diperkuat oleh pembentukan parakrin yang serupa prostaglandin
yang distimulasi oleh ADP, tromboksan A2, dan dari komponen membran plasma
banyak ADP dari granula trombosit. Karena itu, pembentukan sumbat trombosit
melibatkan tiga kejadian adhesi, aktivasi, dan agregasi yang berurutan dan saling
prostasiklin dan nitrat oksida dari endotel normal di dekatnya. Kedua bahan kimia ini
menghambat agregasi trombosit. Karena itu, sumbat trombosit bersifat terbatas pada
kerusakan dan tidak menyebar ke jaringan vascular sekitar yang tidak rusak (Janosik,
2005).
19
(janosik 2005)
Gambar 2.4
Pembentukan Sumbat Trombosit
Koagulasi darah atau pembekuan darah adalah transformasi darah dari cairan
menjadi gel padat. Pembentukan bekuan di atas sumbatan trombosit akan memperkuat
pembuluh. Selain itu, sewaktu darah di sekitar kerusakan pembuluh memadat, darah
tidak lagi dapat mengalir. Pembekuan darah adalah mekanisme hemostasis tubuh yang
paling kuat. Mekanisme ini diperlukan untuk menghentikan perdarahan dari semua
bekuan adalah perubahan fibrinogen menjadi fibrin, fibrinogen adalah suatu protein
plasma larut berukuran besar yang dihasilkan oleh hati dan secara normal selalu ada di
dalam plasma. Fibrin adalah suatu molekul tak larut berbentuk benang. Perubahan
fibrinogen menjadi fibrin ini dikatalisis oleh enzim trombin di tempat cedera. Molekul-
20
molekul fibrin melekat ke permukaan pembuluh yang rusak dan membentuk jala
longgar yang mdenjerat sel-sel darah termasuk agregasi trombosit. Massa yang
terbentuk atau bekuan biasanya tampak merah karena banyaknya SDM yang
terperangkap tetapi bahan dasar bekuan dibentuk dari fibrin yang berasal dari plasma.
faktor XIII untuk menstabilkan jala fibrin yang terbentuk. Melalui mekanisme umpan
Trombin berada dalam plasma dalam bentuk prekursor inaktif yang dinamai
(Janosik 2005)
Gambar 2.5
Pembekuan darah
Faktor X itu sendiri dalam keadaan normal terdapat dalam bentuk inaktif di dalam
21
darah dan harus diubah menjadi bentuk aktifnya oleh faktor teraktivasi lainnya,
demikian seterusnya, Kaskade pembekuan dapat dipicu oleh jalur intrinsik atau jalur
ekstrinsik.
Jalur intrinsik memicu pembekuan di dalam pembuluh yang rusak serta pembekuan
sampel darah di dalam tabung reaksi. Semua unsur yang diperlukan untuk
menghasilkan pembekuan melalui jalur intrinsik terdapat di darah. Jalur ini yang
melibatkan tujuh langkah berbeda teraktifkan jika faktor XII diaktifkan oleh kontak
dengan kolagen yang terpajan di pembuluh yang cedera atau permukaan benda asing
misalnya kaca tabung reaksi. Ingat bahwa kolagen yang terpajan juga memicu agregasi
saling memperkuat. Agregasi trombosit mensekresikan PF3 yang esensial bagi kaskade
Jalur ekstrinsik mengambil jalan pintas dan hanya memerlukan empat Langkah.
Jalur ini yang memerlukan kontak dengan faktor-faktor jaringan yang eksternal
terhadap darah akan memicu pembekuan darah yang telah keluar dari jaringan. Ketika
2002).
22
(Lawrence 2002)
Gambar 2.6
Jalur intriksi dan jalur ekstrinsik
Reaksi inflamasi adalah respon fisiologis normal tubuh dalam mengatasi luka.
dan dolor (nyeri). Tujuan dari reaksi inflamasi ini adalah untuk membunuh bakteri yang
Pada awal terjadinya luka terjadi vasokonstriksi lokal pada arteri dan kapiler untuk
norepinephrin dan prostaglandin yang dikeluarkan oleh sel yang cedera. Setelah 10-15
menit pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi yang dimediasi oleh serotonin,
histamin, kinin, prostaglandin, leukotriene, dan produk endotel. Hal ini yang
menyebabkan lokasi luka tampak merah dan hangat (Eslami A, Gallant-Behm, 2009).
Sel mast yang terdapat pada permukaan endotel mengeluarkan histamin dan
berpindah ke jaringan yang luka melalui proses aktif yaitu diapedesis. Proses ini
dimulai dengan leukosit menempel pada sel endotel yang melapisi kapiler dimediasi
oleh selectins. Kemudian leukosit semakin melekat akibat integrin yang terdapat pada
permukaan leukosit dengan intercellular adhesion moleculer (ICAM) pada sel endotel.
Leukosit kemudian berpindah secara aktif dari sel endotel ke jaringan yang luka
(Lawrence, 2002).
leukotriene, dan platelet derived growth factor (PDGF) menstimulasi leukosit untuk
berpindah dari sel endotel. Leukosit yang terdapat pada luka di dua hari pertama adalah
neutrofil. Sel ini membuang jaringan mati dan bakteri dengan fagositosis. Netrofil juga
melaksanakan fungsi fagositosis, neutrofil akan difagositosis oleh makrofag atau mati.
Meskipun neutrofil memiliki peran dalam mencegah infeksi, keberadaan neutrofil yang
persisten pada luka dapat menyebabkan luka sulit untuk mengalami proses
penyembuhan. Hal ini bisa menyebabkan luka akut berprogresi menjadi luka kronis
Pada hari kedua sampai ketiga luka, monosit atau makrofag masuk ke dalam luka
yang sangat penting dalam penyembuhan luka memiliki fungsi fagositosis bakteri dan
(ECM) dan penting untuk membuang material asing, merangsang pergerakan sel, dan
mengatur pergantian ECM. Makrofag merupakan penghasil sitokin dan growth factor
darah baru, dan proses penyembuhan lainnya. Limfosit T muncul secara signifikan
pada hari kelima luka sampai hari ketujuh. Limfosit mempengaruhi fibroblast dengan
mengeluarkan sitokin seperti IL-1 dan tumor necrosis factor alpha (TNF-α). Sel T
Pada fase ini terjadi penurunan jumlah sel-sel inflamasi. Tanda-tanda radang
pada hari 3 dan puncaknya pada hari ke 7. Pembentukan pembuluh darah baru,
epitelialisasi, dan kontraksi luka. Matriks fibrin yang dipenuhi platelet dan makrofag
daerah luka dan mulai berproliferasi hingga jumlahnya lebih dominan dibandingkan
sel radang pada daerah tersebut. Fase ini terjadi pada hari ketiga sampai hari kelima
(Lawrence, 2002).
(MMP) untuk memecah matriks yang menghalangi migrasi. Fungsi utama dari
fibroblast adalah sintesis kolagen sebagai komponen utama ECM. Kolagen tipe I dan
III adalah kolagen utama pembentuk ECM dan normalnya ada pada dermis manusia.
Kolagen tipe III dan fibronectin dihasilkan fibroblast pada minggu pertama dan
kemudian kolagen tipe III digantikan dengan tipe I. Kolagen tersebut akan bertambah
banyak dan menggantikan fibrin sebagai penyusun matriks utama pada luka (Schultz,
2007).
25
dirangsang oleh kebutuhan energi yang tinggi untuk proliferasi sel. Selain itu
angiogenesis juga diperlukan untuk mengatur vaskularisasi yang rusak akibat luka dan
distimulasi kondisi asam laktat yang tinggi, kadar pH yang asam, dan penurunan
Setelah trauma sel endotel yang aktif karena terekspos berbagai substansi akan
mendegradasi membran basal dari vena post kapiler sehingga migrasi sel dapat terjadi
antara celah tersebut. Migrasi sel endotel ke dalam luka diatur oleh fibroblast growth
factor (FGF), platelet-derived growth factor (PDGF), dan transforming growth factor-
β (TGF-β). Pembelahan dari sel endotel ini akan membentuk lumen. Kemudian
deposisi dari membran basal akan menghasilkan maturasi kapiler (Leong M, 2012).
dihasilkan oleh makrofag dan platelet. Tumor necrosis factor-α (TNF-α) yang
Heparin yang bisa menstimulasi migrasi sel endotel kapiler berikatan dengan berbagai
faktor angiogenik lainnya. vascular endothelial growth factor (VEGF) sebagai faktor
angiogenik yang dihasilkan oleh keratinosit, makrofag, dan fibroblast selama proses
Pada fase ini terjadi pula epitelialisasi yaitu proses pembentukan kembali lapisan
kulit yang rusak. Pada tepi luka keratinosit akan berproliferasi setelah kontak dengan
ECM dan kemudian bermigrasi dari membran basal ke permukaan yang baru terbentuk.
Ketika bermigrasi keratinosis akan menjadi pipih dan panjang dan juga membentuk
tonjolan sitoplasma yang panjang. Pada ECM mereka akan berikatan dengan kolagen
26
dikeluarkan keratinosit akan mendisosiasi sel dari matriks dermis dan membantu
pergerakan dari matriks awal. Keratinosit juga mensintesis dan mensekresi MMP
Matriks fibrin awal akan digantikan oleh jaringan granulasi. Jaringan granulasi
akan berperan sebagai perantara sel-sel untuk melakukan migrasi. Jaringan ini terdiri
dari tiga sel yang berperan penting yaitu: fibroblast, makrofag, dan sel endotel. Sel-sel
ini akan menghasilkan ECM dan pembuluh darah baru sebagai sumber energi jaringan
granulasi. Jaringan ini muncul pada hari keempat setelah luka. Fibroblast akan bekerja
menghasilkan ECM untuk mengisi celah yang terjadi akibat luka dan sebagai perantara
migrasi keratinosit. Matriks ini akan tampak jelas pada luka. Makrofag akan
akan merangsang sel endotel untuk membentuk pembuluh darah baru (Gurtner, 2007).
Kontraksi luka adalah gerakan centripetal dari tepi luka menuju arah tengah luka.
Kontraksi luka maksimal berlanjut sampai hari ke-12 atau ke-15 tapi juga bisa berlanjut
apabila luka tetap terbuka. Luka bergerak ke arah tengah dengan rata -rata 0,6 sampai
0,75 mm/hari. Kontraksi juga tergantung dari jaringan kulit sekitar yang longgar. Sel
yang banyak ditemukan pada kontraksi luka adalah myofibroblast. Sel ini berasal dari
Sel-sel fibroblast terlihat sebagai sel gepeng dengan juluran sitoplasma, inti lonjong
dengan sedikit kromatin, dan satu atau dua nukleus. Fibrosit adalah sel bentuk
kumparan kecil yang lebih matang tanpa juluran sitoplasma dan intinya lebih kecil dari
fibroblast. Serat kolagen adalah protein fibrosa tebal kuat untuk membentuk matriks
27
eksrtaseluler. Serat kolagen dalam sediaan berwarna merah muda (serat eosinofilik),
paling tebal, dan paling besar. Sel-sel fibroblast bisa dihitung jumlahnya dengan
(Mescher, 2013)
Gambar 2.7
Fibroblast dan Serat Kolagen
Gambar a. Nukleus fibroblast (panah) dan serat kolagen
sedangkan pada gambar b. fibroblast, fibrosit (panah),
dan leukosit.
Fase akhir jaringan parut adalah fase terlama dari proses penyembuhan Proses ini
dimulai sekitar hari ke-21 hingga satu tahun. Pembentukan kolagen akan mulai
menurun dan stabil. Meskipun jumlah kolagen sudah maksimal, kekuatan tahanan luka
hanya 15% dari kulit normal. Proses remodelling akan meningkatkan kekuatan tahanan
luka secara drastis. Proses ini didasari pergantian dari kolagen tipe III menjadi kolagen
tipe I. Peningkatan kekuatan terjadi secara signifikan pada minggu ketiga hingga
minggu keenam setelah luka. Kekuatan tahanan luka maksimal akan mencapai 90%
Kingdom : Plantae
Subdivision : Viridiplantae
Class : Magnoliopsida
Order : Lamiales
Family : Oleacelae
Genus : Jasminum
Semak dapat merambat sejauh 0,4-5 m. Cabang-cabang bersudut atau beralur dan
majemuk berjumlah 7-11. Bunga berdiameter 3-3,8 cm, putih, bergaris-garis dengan
bagian luar merah jambu, pada daun longgar, ketiak dan terminal lebih panjang dari
daun; tangkai bunga 1,3-2,5 cm; mahkota berbentuk bulat telur sampai spathulate
lonjong, berdaun-daun, kecil atas, linier. Calyx 5-10 mm. panjang, putik berambut
halus, benang sari bentuk tabung panjang 2.5 mm atau kurang; lobus 5, subulate 2-8
kali panjang tabung. Corolla tabung sepanjang 1,8-2,5 cm; lobus 5; elips atau lonjong
(Al-Snafi, 2008).
metode Ordon et.al, Total kandungan flavonol diperkirakan dengan metode Oyaizu
Daun melati gambir secara spesifik disebutkan memiliki kandungan phenol sebesar
(57,7 mg/100 g) dan selain itu memiliki kandungan flavonoid yaitu sebesar 10,76
mg/100 mg quercetin.
2.4 Flavonoid
(Panche, 2016)
Gambar 2.9
Struktur Kerangka Dasar Flavonoid dan Kelasnya
Salah satu kandungan tertinggi pada melati gambir adalah flavonoid. Pada beberapa
(Vascular endothelial growth factor) dan TGF-β1 (Transforming Growth Factor Betha
sel endotel pembuluh darah. Sedangkan TGF-β1 dapat menginduksi sel-sel inflamasi
untuk berkumpul di daerah kulit yang terluka. Hal-hal tersebut dapat membantu dan
mempercepat penyembuhan luka (Gopalakrishnan, A., Ram, M., & Kumar, 2016).
VEGF adalah agen angiogenik mayor yang menstimulasi migrasi, proliferasi, dan
diferensiasi sel endotel. Level mRNA dan protein VEGF meningkat signifikan pada
kelompok tikus yang diberi perlakuan flavonoid pada hari ke-3 dan hari ke-7,
menunjukkan efek penyembuhan luka dan potensi angiogenik dari flavonoid pada kulit
TGF-β1 memiliki beberapa fungsi pada proses penyembuhan luka yaitu modulator
flavonoid dapat meningkatkan ekspresi TGF-β1 pada awal fase proliferasi, sehingga
jaringan granulasi yang lebih baik. Akan tetapi, ekspresi TGF-β1 pada kelompok tikus
yang diberi perlakuan flavonoid pada hari ke-11 dan seterusnya mengalami penurunan.
32
Hal tersebut mungkin karena terjadi keseimbangan antara deposisi dan degradasi
jumlah sel fibroblast karena adanya zat aktif seperti flavonoid yang terkandung dalam
daun alpukat.
meningkatnya kepadatan pembuluh darah mikro, reepitelialisasi yang lebih baik, dan
endapan kolagen yang lebih teratur. Dari beberapa data diatas dapat disimpulkan
Adla, 2018).
Gel merupakan formulasi semipadat terdiri dari suspensi yang terbuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar. Gel bersifat hidrofobik atau
hidrofilik dan memiliki struktur jaringan tiga dimensi. Berdasarkan sifat fase cair, gel
dapat dibedakan menjadi dua jenis berbeda yaitu organogel yang mengandung pelarut
organik dan hidrogel yang mengandung air. Senyawa basis gel adalah bahan
pembentuk gel dalam sediaan. Keuntungan sediaan gel adalah mampu menghantarkan
bahan obat dengan baik, mudah merata saat dioleskan pada kulit, memberikan sensasi
dingin, dan tidak berbekas di kulit (Hanum P., A. & Mimiek, 2015).
Untuk membuat suatu gel diperlukan gelling agent sebagai bahan pembentuk gel
dalam sediaan. Terdapat berbagai macam jenis gelling agent diantaranya tragakan, Na
CMC, karbopol, HPMC, dan MC (Wong Yi, S. & Imam Adi, 2018).
larut dalam air. HPMC diproduksi dari selulosa yang berasal dari pohon dan kapas.
Kelebihan HPMC yaitu inert terhadap banyak zat, ph 3 hingga 11, gel yang dihasilkan
34
jernih, bersifat netral, viskositas stabil, tidak mengiritasi kulit, dan tidak dimetabolisme
oleh tubuh. Selain digunakan pada produk komestika dan produk farmasi, gelling agent
ini juga digunakan dalam produk perawatan pribadi (misalnya sampo, kondisioner
rambut, dan pasta gigi) dan produk makanan (Christine C, D. & Nyi M, 2016).