Anda di halaman 1dari 17

5.

SKABIES
Anatomi & HIstologi Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar yang melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan hidup manusia dan merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas.

1. EPIDERMIS

 Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan
lapisan tanduk.
 Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai pembuluh darah maupun limf
 karena itu semua nutrien dan oksigen diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis.

terbagi atas empat lapisan yaitu :


1. Lapisan Basal atau Stratum Germinativum
2. Lapisan Malpighi atau Stratum Spinosum
3. Lapisan Granular atau Sratum Granulosum
4. Lapisan Tanduk atau Stratum Korneum

1. Lapisan basal atau stratum geminativum


o Sel sel nya terletak dibasal
o Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong.Di dalamnya terdapat butir-butir
yang halus disebut butir melanin warna.
o Sel tersebut disusun seperti pagar (palisade) di bagian bawah sel tersebut
terdapat suatu membran yang disebut membran basalis.
o Sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari epidermis
dengan dermis.

o Sel- selnya kuboid atau silindris.


o Intinya besar, jika dibanding ukuran selnya, dan sitoplasmanya basofilik.
o Pada lapisan ini biasanya terlihat gambaran mitotik sel, proliferasi selnya
berfungsi untuk regenerasi epitel. Sel-sel pada lapisan ini bermigrasi ke arah
permukaan untuk memasok sel-sel pada lapisan yang lebih superfisial. Pergerakan ini
dipercepat oleh adalah luka, dan regenerasinya dalam keadaan normal cepat.

2. Stratum spinosum
o lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm
terdiri dari 5-8 lapisan.
o Sel–selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel–selnya
terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk
(spina).
o stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel–sel pipih seperti kumparan.
o Sel–sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
o Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut keratohiolin yang
merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir–butir
stratum granulosum.

o sel yang besar-besar berbentuk poligonal dengan inti lonjong.


o Sitoplasmanya kebiruan. Bila dilakukan pengamatan dengan pembesaran obyektif
45x, maka pada dinding sel yang berbatasan dengan sel di sebelahnya akan terlihat
taju-taju yang seolah-olah menghubungkan sel yang satu dengan yang lainnya.
o Pada taju inilah terletak desmosom yang melekatkan sel-sel satu sama lain pada
lapisan ini. Semakin ke atas bentuk sel semakin gepeng.

3. Stratum granulosum (lapis berbutir)


o Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak granula
basofilik yang disebut granula kerato- hialin,
o yang dengan mikroskop elektron ternyata merupakan partikel amorf tanpa membran
tetapi dikelilingi ribosom.
o Mikro- filamen melekat pada permukaan granula.

4. Stratum lusidum (lapis bening)


o Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya, dan agak
eosinofilik.
o Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini.
o Walaupun ada sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang sehingga pada
sajian seringkali tampak garis celah yang memisahkan stratum korneum dari lapisan
lain di bawahnya.

5. Stratum korneum (lapis tanduk)


o Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti serta
sitoplasmanya digantikan oleh keratin.
o Sel- sel yang merupa-kan sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas.

Sel-sel epidermis
Terdapat 4jenis sel epidermis, yaitu: keratinosit, melanosit, sel Langerhans, dan sel
Merkel.

1. Keratinosit
 sel terbanyak (85-95%), berasal dari ektoderm permukaan.
 sel epitel yang mengalami keratinisasi, menghasilkan lapisan kedap air dan
perisai pelidung tubuh.
 Proses keratinisasi berlangsung 2-3 minggu mulai dari proliferasi mitosis,
diferensiasi, kematian sel, dan pengelupasan (deskuamasi).
 Pada tahap akhir diferensiasi terjadi proses penuaan sel diikuti penebalan membran
sel, kehilangan inti organel lainnya.
 Keratinosit merupakan sel induk bagi sel epitel di atasnya dan derivat kulit lain.
2. Melanosit
 meliputi 7-10% sel epidermis,
 merupakan sel kecil dengan cabang dendritik panjang tipis dan berakhir pada keratinosit di
stratum basal dan spinosum.
 Terletak di antara sel pada stratum basal, folikel rambut dan sedikit dalam dermis.
 Pembentukan melanin terjadi dalam melanosom
3. Tirosin dan enzim tirosinase.
 Melalui serentetan reaksi, tirosin akan diubah menjadi melanin yang
berfungsi sebagai tirai penahan radiasi ultraviolet yang berbahaya.
4. Sel Langerhans
 sel dendritik yang bentuknya ireguler, ditemukan terutama di antara
keratinosit dalam stratum spinosum. Tidak berwarna baik dengan
HE.
 Sel ini berperan dalam respon imun kulit, merupakan sel pembawa-
antigen yang merangsang reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada kulit.
5. Sel Merkel
 Jumlah sel jenis ini paling sedikit, berasal dari krista neuralis dan
ditemukan pada lapisan basal kulit tebal, folikel rambut, dan membran
mukosa mulut.
 Merupakan sel besar dengan cabang sitoplasma pendek.
 Serat saraf tak bermielin menembus membran basal, melebar
seperti cakram dan berakhir pada bagian bawah sel Merkel.
 Kemungkinan badan Merkel ini merupakan mekano- reseptor atau
reseptor rasa sentuh.

2. DERMIS
 Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan
dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas
 Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas, pars papilaris (stratum papilar) dan
bagian bawah, retikularis (stratum retikularis).
 jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut–serabut yaitu serabut kolagen (untuk
kekuatan kepada kulit) , serabut elastis dan serabut retikulus.
A. Stratum papilar
 Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya papila dermis.
 Sebagian besar papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang memberi nutrisi pada
epitel di atasnya.
 Papila lainnya mengandung badan akhir saraf sensoris yaitu badan Meissner.

B. Stratum retikularis
 Lapisan ini lebih tebal dan dalam.
 Pada bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di antaranya terisi jaringan
lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut.
 Lapisan retikular menyatu dengan hipodermis/fasia superfisialis di bawahnya yaitu jaringan
ikat longgar yang banyak mengandung sel lemak.

Sel-sel dermis

Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit. Sel-sel dermis merupakan sel-sel jaringan ikat seperti
fibroblas, sel lemak, sedikit makrofag dan sel mast.

3. Subkutis
 Subkutis terdiri dari kumpulan–kumpulan sel–sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan
serabut–serabut jaringan ikat dermis.
 Sel–sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti
cincin.
 Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap–tiap tempat
 Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock braker atau pegas bila tekanan trauma mekanis
yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan
tambahan untuk kecantikan tubuh.

 jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus

Fisiologi Kulit
Fungsi Kulit
1. Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap
gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat).
Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut–serabut jaringan penunjang berperan
sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
2. Proteksi rangsangan kimia
Dapat terjadi karena sifat stratum korneum. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit
yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi
keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan
terhadap infeksi jamur dan sel–sel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
3. Absorbsi
Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan
metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel, menembus sel–sel epidermis,
atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel–sel epidermis.
4. Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena adanya
penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla oblongata. Suhu normal
dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah.
Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi
(kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga
terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit
menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
5. Ekskresi
Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan
berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.
6. Persepsi
Kulit mengandung ujung–ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap
rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin diperankan oleh dermis,
peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh
epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
7. Pembentukan Pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi
saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit
melainkan juga oleh tebaltipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
8. Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Makin ke atas sel ini semakin
gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya menghilang dan keratinosit ini
menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui
proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira–kira 14-21 hari dan
memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanisme fisiologik.

kelainan-kelainan kulit

- Setinggi permukaan kulit :


1. Makula : kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata-mata.

Bentuk peralihan, tidak terbatas pada permukaan kulit


1. Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler
yang reversibel.

2. Urtika : edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan.

3. Vesikel : gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari ½ cm garis
tengah, dan mempunyai dasar; vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik.
4. Pustul : vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah vesikel
disebut vesikel hipopion.

4. Abses : merupakan kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit berarti
didalam kutis atau subkutis.

5. Bula : vesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal dengan juga istilah bula
hemoragik, bula purulen, dan bula hipopion.

6. Kista : Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista berbentuk
bukan akibat peradangan, walaupun kemudian dapat meradang.

7. Papul : Penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran diameter lebih


kecil dari ½ cm dan berisikan zat padat.
8.Nodus : Massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat menonjol, jika
diameternya lebih kecil daripada 1 cm disebut nodulus.

9. Tumor : Istilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel maupun jaringan.

- Bentuk peralihan, tidak terbatas pada suatu lapisan saja :


1. Sikatriks : terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan kulit
licin dan tidak terdapat adneksa kulit.

2. Erosi : Kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui
stratum basal.

2. Ekskoriasi : bila garukan lebih dalam lagi sehingga tergores sampai ujung papil,
maka akan terlihat darah yang keluar selain serum.

4. Ulkus : hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi.


5. Skuama : lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.

UKURAN KELAINAN-LOKALISASI

UKURAN - MILIAR : sebesar jarum pentul


- LENTIKULER : sebesar biji jagung
- NUMULER : sebesar uang logam
- PLAKAT : lebih besar numuler

SUSUNAN KELAINAN
-LINIER : spt.garis lurus
-SIRSINAR: spt lingkaran
-ARSINAR: spt bulan sabit
-POLISIKLIS: bentuk pinggiran
sambung menyambung
-KORIMBIFORMIS: lesi induk
dikelilingi lesi yg lebih kecil

Definisi

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis.

Epidemiologi

 Mengenai semua ras dan golongan di dunia


 Banyak di jumpai pada anak dan dewasa muda dan semua umur
 Pria dan wanita insidens nya sama
 Sosial ekonomi yang rendah
 Higiene yang buruk
 Hubungan seksual dan sifatnya promiskuitas (ganti-ganti pasangan)
 Kesalahan diagnosis

Etiologi
Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum
Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili Sarcoptes.
Morfologi

Tungau kecil berbentuk oval, Punggung yang cembung, Bagian perut rata

Berwarna putih kotor dan tidak bermata

Ukuran : Betina berkisar 330-450 mikron X 250-350 mikron

Jantan 200-240 mikron X 150-200 mikron

Bentuk dewasa : 4 pasang kaki, 2 pasang kaki depan (untuk melekat),

Betina  2 pasang kaki kedua berakhir dengan rambut,

Jantan  Pasanagan kaki 3 berakhir dengan rambut, kaki 4

(alat perekat)

Siklus Hidup
Setelah kopulasi (perkawinan) di atas kulit  Tungau jantan akan mati kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari di dalam terowongan yang digali oleh betina  Tungau betina mengali
terowongan dalam stratum korneum (kecepatan 2-3 milimeter/hari)  Sambil meletakan telur 2/4
butir/ hari sampai jumlah telur 40-50 Betina yang dibuahi hidup sebulan.

Telur menetas (3-5 hari)  menjadi larva 3 pasang kaki (2-3 hari)  nimfa mempunyai 2 bentuk
jantan dan betina dengan 4 pasang kaki.  Siklus hidupnya dari telur hingga dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari

Cara penularan

1. Kontak langsung (kulit-kulit)


 Berjabat tangan
 Tidur bersama
 Paling sering pada dewasa Berhubungan seksual
 Paling sering pada anak  dari orangtua atau temannya

2. Kontak tidak langsung


Perlengkapan tidur
Pakaian atau handuk
Selimut ( sumber penularan utama)

Klasifikasi

1. Skabies noduler
 Bentuk nodus coklat kemerahan yang gatal
 Tenpat tertutup genital, inguinal, aksila
 Nodus  sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungan skabies
 Nodus > 1 bulan  tungau jarang ditemukan
 Nodus bertahan sampai 1 tahun  pengobatan anti skabies dan corticosteroid
2. Skabies krustosa (Norwegian scabies)
 Ditandai : Lesi luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang
tebal
 Tempat predileksi : Kulit kepala yang berambut, siku, lutut, telapak tangan dan
kaki
 Rasa gatal tidak menonjol beda enga tipe skabies lain
 Sangat menular  Jumlah tungau yang menginfasi banyak
 Norwegia akibat  defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tunggau  berkembang biak dengan mudah
3. Skabies pada orang bersih
 Tingkat kebersihannya cukup
 Sangat suakr ditemukan terowongan
 Kutu hilang akibat mandi secara teratur
 Tandai  Lesi berupa papul sdan terowongan sedikit di jumpai
4. Skabies inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda dari scabies
5. Skabies yang di tularkan oleh hewan
 Tidak terdapat terowongan tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna
 Lesi pada tempat kontak dengan hewan
 Kelainan bersifat sementara dan dapat sembuh sendiri
6. Skabies pada bayi dan anak
 Lesi pada anak seluruh tubuh
 Sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, eksima sehingga terowongan
jarang ditemukan
7. Skabies terbaring ditempat tidur
Penderita penyakit kronis pada orang tua tang harus tinggal ditempat tidur
8. Skabies yang disertai dengan penyakit menular seksual
Seperti pada gonore, sifilis, pedikulosis pubis
Patogenesis

Patofisiologi

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri
akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu dijumpai kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urticaria, dan lain-lain. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.
Gejala Klinis

Gejala utama  Gatal

Skabies kronis  Gatal seluruh tubuh

Gejala dewasa  gatal yang hebat pada malam hari, ruam kulit yang terjadi terutama di bagian sela-
sela jari tangan, bawah ketiak, pinggang, sekeliling siku, areola mammae, permukaan depan
pergelangan tangan, skrotum, dan penis

Gejala bayi dan anak  lesi biasanya mengenai wajah, kepala, leher, kulit kepala, dan telapak kaki.

4 tanda kardinal gejala skabies

a. Pruritus noktural

gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. 


b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok

misalnya dalam keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga, begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh
tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya 
 terkena. 


c. Adanya kunikulus (terowongan)

pada tempat-tempat yang dicurigai 
 berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel
(kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul polimorf (gelembung leokosit). 


d. Menemukan tungau

merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Gatal yang hebat terutama pada malam sebelum tidur. Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil
bernanah), ekskoriasi (bekas garukan). 
 Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan
rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, selangkangan dan lipatan paha, dan
muncul gelembung berair pada kulit 


Diagnosis

 Kerokan kulit

papula menggunakan skalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi minyak mineral
atau minyak imersi, diberi kaca penutup, dan dengan mikroskop pembesaran 20x atau 100x dapat
dilihat tungau, telur, atau fecal pellet.

 Kuretase terowon gan.


Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau 
 puncak papula kemudian kerokan
diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di gelas objek atau ditetesi minyak mineral. 


 Apusan kulit.


Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada 
 lesi dan diangkat dengan gerakan
cepat. Selotip kemudian diletakk an di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu
gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop. 


Diagnosis Banding

1. Papular Urtikaria. 


 Terjadi pada anak-anak berumur diantara 2-10 tahun.

Yang membedakannya dari skabies adalah tidak hadiran terowongan pada lesinya.

tidak terdapat karakteristik gatal pada skabies. 


2. Atopic Dermatitis.


 Terdapat gatal dan erupsi vesikopapular yang predominan di 
 fleksor.

Yang membedakannya dengan skabies adalah adanya terowongan dan pembungkusan


ruang jaringan. 


3. Infantile Acropustulosis.


 dibedakan dengan skabies dengan tidak adanya lesi pada jaringan cutaneous di badan, dan
juga tidak adanya gatal. 


Tatalaksana

Prinsip:
Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan secara serentak
1. Talaksana secara umum

a. Higiene perorangan : mandi bersih, pakaian yang dipakai harus disetrika


b. Semua perlengkapan rumah tanggan seperti bantal, sprei, selimbut, kasus harus
dibersihkan dan di jemur dibawah sinar matahari selama beberapa jam
2. Tatalaksana secara khusus
A. Belerang endap (sulfur presipitatum), kadar 4-20%
 dalambentuk salep atau krim.
 Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi.
 Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun. 


B. Emulsi benzil-benzoas (20-25%),


 Efektif terhadap semua stadium, d
 Diberikan setiap malam selama tiga hari.
 Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin
gatal setelah dipakai. 


C. Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1%


 dalam krim atau losio,
 termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi.
 Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu
kemudian. 

D. Krotamiton 10%
 dalam krim atau losio
 merupakan obat pilihan,
 mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal.
 Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
E. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim,
 kurang toksik dibandingkan gameksan,
 efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam.
 Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu.
 Tidak anjurkan pada bayi di bawah umur 12 bulan.

Komplikasi

Infeksi sekunder

1. Lesi impetiginosa
2. Ektima
3. Furunkulosis
4. Selulitis
Infeksi sistemik  Stafilokok dan streptokok yang ada di lesi skabies

1. Pielonefritis
2. Abses interna
3. Septikemia

Prognosis

Ad vitam : bonam

Ad fungsionam : bonam

Ad sanationam : bonam

Anda mungkin juga menyukai