Anda di halaman 1dari 18

Pembengkakan pada Ekstremitas Inferior di Tungkai Bawah

102015056-Agus Suweca
102020028-Muhammad Abrar Rafii Garnida
102020094-Andy Saputra
102017040-Gisela Natasha Pufianny
102020030-Denasya Putirana
102020057-Ritsma Rein Ortomika Ginting
102020111-Josephine Natasha Stephanie
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna no.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Abstrak
Tubuh kita dapat tegak berdiri sebab terdapat tulang yang menjadi lokasi melekatnya otot.
Anatomi tulang manusia adalah ilmu yang mempelajari struktur tulang, jenis tulang, dan
bagaimana tulang dapat berperan dalam sistem otot dan kerangka (sistem muskuloskeletal).
Mekanisme kerja dari bagian terluar yaitu kulit, tulang ekstremitas inferior serta struktur otot
yang akan merangsang pada bagian tungkai bawah yang mengakibatkan pembengkakan dan
luka.

Kata kunci : kulit, tulang ekstremitas inferior, mekanisme kerja otot.

Swelling of the Inferior Extremities in the Lower Legs

Abstract

Our body can stand upright because there is a bone to which the muscles attach. Human
bone anatomy is the study of bone structure, types of bones, and how bones can play a role in
the musculoskeletal system (musculoskeletal system). The working mechanism of the
outermost part is the skin, the bones of the inferior limb and the muscle structure that
stimulates the lower limbs which results in swelling and injury.

Keywords: skin, inferior limb bones, muscle action mechanism.

1
Pendahuluan

Tubuh manusia tersusun dari 206 tulang yang memiliki peran dan fungsinya masing-
masing. Tulang merupakan jaringan ikat,yang terdiri dari sel, serat, dan substansi dasar yang
berfungsi untuk penyokong dan pelindung kerangka. Tulang merupakan penyokong tubuh
dan pelindung otot dan tendo untuk daya gerak. Tulang dan otot terbagi atas makroskopis dan
mikroskopis.

Pada manusia ada terdapat kulit dimana kulit terbagi menjadi 4 bagian utama, fungsi
dari kulit terutama tergantung pada sifat epidermis. Kulit juga mempunyai komponen seperti
epidermis dan dermis, masing-masing mempunyai tugasnya masing-masing. Matriks tulang
adalah matriks keras yang terkalsifikasi dan tersusun hampir sebagian besar oleh senyawa
anorganik. Senyawa anorganik paling melimpah yang dapat ditemukan dalam matriks tulang
adalah hidroksiapatit.

Tugas utama dari jaringan otot ini adalah untuk melakukan kontraksi. Otot dapat
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : otot polos, otot jantung dan otot lurik. Tulang termasuk ke
dalam kelompok jaringan ikat khusus yang berperan sebagai pembentuk utama rangka tubuh
dewasa yang memberikan perlindungan terhadap organ-organ dalam, sebagai tempat
penghasil sel-sel darah, dan tempat penyimpanan mineral tertentu, seperti kalsium dan fosfat.

Skenario 9

Si kecil anak berusia 1 tahun, mulai belajar berdiri dengan bantuan ibunya, berjalan
selangkah demi selangkah, saat berjalan sendiri tanpa bantuan, si kecil terjatuh dan menangis.
Setelah dilihat oleh ibunya, ada luka pada tungkai bawah, warna merah bengkak.

Identifikasi Istilah

Bengkak = disebabkan oleh kelebihan cairan yang terjebak dalam jaringan tubuh

Hipotesis

Anak tersebut mengalami bengkak yang disebabkan oleh adanya luka pada tungkai bawah.

Pembahasan

Kulit

Kulit merupakan organ yang tersusun dari 4 jaringan dasar, kulit mempunyai berbagai
jenis epitel di dalamnya. Salah satunya adalah epitel berlapis gepeng dan lapisan tanduk,

2
pembuluh darah pada dermis dilapisi oleh endotel. Pada kelenjar-kelenjar kulit merupakan
kelenjar epithelial. Di dalam kulit juga terdapat beberapa jenis-jenis jaringan ikat seperti
serat-serat kolagen dan elastin dan sel-sel lemak pada dermis. Fungsi spesifik kulit terutama
tergantung sifat epidermis.

Struktur kulit

Kulit manusia terdiri dari 2 lapisan yaitu epidermis dan dermis. Epidermis adalah
jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan pada dermis adakah jaringan ikat yang
padat dan berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar
yaitu hipo-dermis, yang pada beberapa tempat terutama terdiri dari jaringan lemak.

● Epidermis

Epidermis adalah lapisan yang paling luar di kulit dan terdiri dari epitel berlapis
gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, dan tidak
mempunyai pembuluh darah maupun limf oleh karena itu semua nutrien dan oksigen yang
diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis. Epitel berlapis gepeng pada epidermis ini tersusun
oleh banyak lapisan sel yang disebut keratinosit. Sel-sel ini secara tidak langsung diperbarui
melalui mitosis dalam sel-sel.

Gambar 1.1 Struktur Kulit

Sumber : KesselRING, 1998

3
Gambar 1. 2 Lapisan-lapisan dan apendiks kulit. Diagram lapisan kulit memperlihatkan saling hubung dan
lokasi apendiks dermal (folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea).

lapis basal yang secara berangsur digeser ke permukaan epitel. Selama perjalanan-nya, sel-sel
ini berdiferensiasi, membesar, dan mengumpulkan filamen keratin dalam sitoplasmanya.
Mendekati permukaan, sel-sel ini mati dan secara tetap dilepaskan (terkelupas). Waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai permukaan adalah 20 sampai 30 hari. Modifikasi struktur selama
perjalanan ini disebut sitomorfosis dari sel-sel epidermis. Bentuknya yang berubah pada
tingkat berbeda dalam epitel memungkinkan pembagian dalam potongan histologi tegak lurus
terhadap permukaan kulit.Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke luar, stratum
basale, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum.

Sel-sel epidermis terdapat empat jenis sel epidermis yaitu: keratinosit, melanosit, sel
Langerhans, dan sel Merke

✔ Keratinosit adalah sel terbanyak sekitar 85-95%, yang berasal dari ektoderm
permukaan merupakan sel epitel yang mengalami keratinisasi, yang akan
menghasilkan lapisan kedap air dan perisai pelindung tubuh. Proses keratinisasi
ini berlangsung selama 2-3 minggu mulai dari proliferasi mitosis, diferensiasi,
kematian sel, dan pengelupasan (deskuamasi). Pada tahap akhir diferensiasi akan
terjadi proses penuaan sel diikuti penebalan membran sel, kehilangan inti organel
lainnya. Keratinosit merupakan sel induk bagi sel epitel meliputi di atasnya dan
derivat kulit lain.
✔ Melanosit meliput 7-10% sel epidermis, adalah sel kecil dengan cabang dendritik
panjang tipis dan berakhir pada keratinosit di stratum basale dan spinosum.
Terletak di antara sel pada stratum basal, folikel rambut dan sedikit dalam dermis.
Dengan pewarnaan rutin sulit dikenali dengan reagen DOPA (3,4-dihidroksi-

4
fenilalanin), melanosit akan terlihat hitam. Dan akan membentuk melanin
sehingga akan terjadi melanosit, salah satu organel sel melanosit yang
mengandung asam amino. tirosin dan enzim tirosinase. Melalui serentetan reaksi,
tirosin akan diubah menjadi melanin yang berfungsi sebagai tirai penahan radiasi
ultraviolet yang berbahaya.
✔ Sel Langerhans adalah sel dendritik yang membentuk ireguler, ditemukan di
antara keratinosit dalam stratum spinosum. Tidak berwarna baik dengan HE. Sel
ini juga berperan dalam respon imun kulit, merupakan sel pembawa-antigen yang
merangsang reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada kulit.
✔ Sel Merkel Jumlah sel jenis ini paling sedikit, berasal dari krista neuralis dan
ditemukan pada lapisan basal kulit tebal, folikel rambut, dan membran mukosa
mulut. Merupakan sel besar dengan cabang sitoplasma pendek. Serat saraf tidak
bermielin menembus membran basal, melebar seperti cakram dan berakhir pada
bagian bawah sel Merkel. Kemungkinan badan merkel ini merupakan mekano-
reseptor atau reseptor rasa sentuh.

● Dermis

Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara kedua lapisan
tidak tegas, serat antaranya saling menjalin.

Stratum papilaris

Lapisan ini tersusun lebih longgar, dan ditandai oleh adanya papila dermis yang jumlahnya
bervariasi antara 50 – 250/mm2. Jumlahnya terbanyak dan lebih dalam pada daerah di mana
tekanan paling besar, seperti pada telapak kaki. Sebagian besar papila mengandung
pembuluh-pembuluh kapiler yang memberi nutrisi pada epitel di atasnya. Papila lainnya
mengandung badan akhir saraf sensoris yaitu badan Meissner. Tepat di bawah epidermis
serat-serat kolagen tersusun rapat.

Stratum retikularis

Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan sejumlah kecil serat
elastin membentuk jalinan yang padat ireguler. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi wajah.
Lapisan retikular menyatu dengan hipodermis/fasia superfisialis di bawahnya yaitu jaringan
ikat longgar yang banyak mengandung sel lemak.

5
Sel-sel dermis

Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit. Sel-sel dermis merupakan sel-sel jaringan ikat seperti
fibroblas, sel lemak, sedikit makrofag dan sel mast.

Tulang ekstremitas inferior

● Secara Mikroskopis Tulang

Secara mikroskopis dari extremitas inferior berkaitan dengan struktur mikroskopis


tulang. Tulang termasuk ke dalam kelompok jaringan ikat khusus yang berperan sebagai
pembentuk utama rangka tubuh dewasa yang memberikan perlindungan terhadap organ-
organ dalam, sebagai tempat penghasil sel-sel darah, dan tempat penyimpanan mineral
tertentu, seperti kalsium dan fosfat. Sebagai jaringan ikat, tulang memiliki tiga komponen
yang merupakan ciri khas dari jaringan ikat, yaitu sel, serat ekstraseluler, dan substansi dasar.
Terdapat tiga jenis sel yang dapat ditemukan dalam tulang, yaitu osteoblas, osteosit, dan
osteoklas.

Matriks tulang adalah matriks keras yang telah mengalami proses kalsifikasi. Osteoblas
adalah turunan sel mesenkim yang berperan dalam proses sintesis senyawa-senyawa organik
penyusun matriks tulang, yang terdiri dari serat kolagen tipe I, proteoglikan, dan beberapa
jenis glikoprotein, salah satunya adalah osteonectin dan juga terlibat dalam pembentukan
senyawa anorganik. Osteoblas merupakan satu lapis sel yang terlihat seperti jaringan
epitelium. Saat osteoblas aktif bekerja, osteoblas berbentuk kubus atau kolumnar dengan
sitoplasma yang bersifat basofil dan ketika tidak aktif, osteoblas menjadi lebih gepeng dan
sitoplasmanya tidak terlalu basofilik.

Osteosit adalah osteoblas yang dikelilingi oleh senyawa sekretnya dan terdapat di dalam
sebuah rongga yang disebut lakuna. Osteosit memiliki penjuluran sitoplasma yang berfungsi
sebagai saluran penyaluran molekul-molekul nutrisi yang disebut sebagai kanalikuli. Satu
kanalikuli dapat menyalurkan molekul nutrisi sampai dengan sepuluh sel.

Osteoklas adalah sebuah sel yang bergerak bebas dan memiliki lebih dari satu inti sel.
Osteoklas adalah sel turunan dari sel-sel sumsum tulang yang berfungsi untuk mencerna dan
mereabsorpsi matriks tulang dengan cara membentuk lingkungan yang bersifat asam untuk
mencerna senyawa hidroksiapatit. Aktivitas ini akan meyebabkan terbentuknya sebuah
cekungan atau depresi pada matriks yang disebut sebagai lakuna Howship.

6
Matriks tulang adalah matriks keras yang terkalsifikasi dan tersusun hampir sebagian
besar oleh senyawa anorganik. Senyawa anorganik paling melimpah yang dapat ditemukan
dalam matriks tulang adalah hidroksiapatit. Sedangkan untuk senyawa organik penyusun
matriks tulang adalah kolagen tipe I, proteoglikan, dan beberapa jenis glikoprotein salah
satunya adalah osteonectin. Kolagen membantu mempertahankan kekuatan dan resistensi
tulang. Osteopontin adalah glikoprotein yang mengikat kalsium dan bekerja sama dengan
fosfat yang dilepaskan oleh osteoblas mendorong terjadinya proses kalsifikasi matriks.

Pada tulang dewasa, matriks yang terkalsifikasi membentuk struktur lingkaran berlapis,
setiap struktur lingkaran tersebut disebut sebagai lamela. Lamela-lamela yang ada tersusun
paralel satu sama lain dan secara konsentris mengelilingi kanal vaskular yang disebut kanal
Havers. Setiap kumpulan lamela yang mengelilingi kanal Havers, berisikan pembuluh darah,
saraf, dan jaringan ikat longgar, disebut sebagai osteon. Satu osteon umumnya terdiri dari 4-
10 lamela dan di bagian luarnya dilindungi oleh lapisan kaya kolagen yang disebut garis
semen. Di antara lamela-lamela dapat ditemukan lakuna-lakuna yang mengandung satu
osteosit di dalamnya yang saling dihubungkan oleh kanalikuli.

Selain itu, juga terdapat struktur kanal Volkman yang memungkinkan komunikasi atau
menghubungkan kanal Havers dari satu osteon dengan osteon lainnya. Di antara osteon-
osteon, terdapat kelompok lamela dengan bentuk yang tidak beraturan, struktur tersebut
dinamakan lamela interstisialis yang merupakan struktur lamela yang berasal dari osteon
sebelumnya yang sudah dicerna oleh osteoklas.

Pada tulang, terdapat struktur osteon yaitu berapa lamela-lamela atau lingkaran berlapis
yang mengelilingi kanal Havers (H). Di antara setiap lamela, terdapat lakuna-lakuna (L) yang
berisikan satu osteosit (O). Osteosit-osteosit itu saling terhubung dengan kanalikuli (C).
Terdapat juga struktur lamela yang bentuknya tidak beraturan yang disebut lamela
interstisialis yang merupakan sisa dari lamela osteon yang telah dicerna oleh osteoklas.

Di bawah mikroskop, dapat terlihat struktur tulang yang terdiri dari daerah yang tidak
berongga disebut sebagai tulang kompak dan daerah yang berongga disebut sebagai tulang
kanselosa atau spons. Tulang kompak menunjukkan susunan osteon yang dapat terlihat jelas
sedangkan tulang kanselosa atau spons terdiri dari trabekula-trabekula yang bercabang dan
beranastomosis dan berada di rongga sumsum tulang. Namun, apabila trabekula-trabekula
tulang kanselosa atau spons dipotong, maka dapat terlihat bahwa trabekula-trabekula tersebut
tersusun pula oleh struktur osteon seperti pada tulang kompak.

7
● Secara Makroskopis Tulang

Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal,
dan tulang-tulang phalangs.

1. Pelvis

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih.
Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium.
Ilium terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum,
ischium terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-
medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara
pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan
di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk
artikulasi denga

n tulang femur.

2. Femur

8
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis
dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah proksimal
terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor, dihubungkan oleh
garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat condyle lateral dan condyle
medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di bagian
distal posterior terdapat fossa intercondylar.

3. Tibia

Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan
fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana keduanya
merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk
berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas
untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-
tulang tarsal dan malleolus medial.

4. Fibula

9
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan
tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal,
fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang
tarsal.

5. Tarsal

Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan tibiadi
proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus, talus,
cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus berperan sebagai tulang penyanggah
berdiri.

6. Metatarsal

Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan


dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang
sesamoid.

7. Phalangs

Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan 3
phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki,
menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.

10
Otot ekstremitas inferior

● Secara Makroskopik Otot

Dari sudut anatomi, secara garis besarnya, otot tungkai bawah dibagikan kepada
musculi flexor, musculi extensor dan musculi petronaei. Musculi flexor pula dibagi atas
lapisan dangkal yang terdiri dari musculus gastrocnemius, musculus soleus dan musculus
plantaris; serta lapisan dalam yang terdiri dari musculus popliteus, musculus flexor digitorum
longus, musculus tibialis posterior dan musculus flexor hallucis longus. Manakala musculi
extensor dibagi kepada musculus tibialis anterior, musculus extensor digitorium longus,
musculus peroneus tertius dan musculus extensor hallucis longus. Musculi peronaei pula
dibagi atas musculus peroneus longus dan musculus peroneus brevis.

Kelompok anterior di tungkai bawah adalah musculus tibialis anterior, musculus


extensor hallucis longus dan musculus extensor digitorum longus yang keluar dari tibia,
fibula dan ligamentum interossea di antara kedua tulang, berjalan ke bawah sepanjang
tungkai, menjadi tendon (yang diperkuat pada pergelangan kaki oleh pita fascia) dan
berinsersi melalui tendon tersebut pada os tarsus dan phalanges. Kerja utamanya adalah
dorsifleksi kaki dan jari kaki.

Pada kelompok posterior pula ialah musculus gastrocnemius, musculus soleus,


musculus flexor digitorum longus dan musculus tibialis posterior membentuk betis. Musculus
gastrocnemius keluar sebagai dua tendon, satu dari tiap condylus femoris. Ketika serat
berjalan ke bawah mereka bergabung dengan serat musculus soleus dan kedua otot berjalan
sebagai tendo Achilles, yang berinsersi pada bagian belakang calcaneus. Tendon-tendon dari
otot lain berjalan di belakang malleolus medialis memasuki telapak kaki dan berinsersi pada
os tarsus dan pada jari-jari. Musculus gastrocnemius dan musculus soleus adalah fleksor
plantar yang kuat, membantu mempertahankan keseimbangan, dan merupakan kekuatan
utama saat berjalan, berlari dan melompat. Musculus gastrocnemius juga fleksor dan
penstabil lutut.

Pada kelompok peroneal pula dibagi atas musculus peroneus longus dan musculus
peroneus brevis yang keluar dari fibula, berjalan ke bawah pada sisi lateral tungkai, dan
berjalan di belakang malleolus external untuk berinsersi pada ossa tarsalia dan metatarsalia.
Kerja external untuk berinsersi pada ossa tarsalia dan metatarsalia. Kerja otot-otot ini adalah
eversi kaki dan membantu plantar fleksi.

11
Secara garis besarnya otot kaki terdiri daripada otot dorsum pedis dan plantar pedis.
Dorsum pedis itu bermaksud belakang atau berada pada kedudukan tumit. Manakala planta
pedis adalah tapak kaki. Otot-otot dorsum pedis pula terdiri atas musculus extensor
digitorium brevis dan musculus extensor hallucis brevis. M. extensor digitorium brevis
menempel pada permukaaan kasar pada superolateral calcanei. Otot ini menuju ke bahagian
depan tengah (anteromedially) kaki, dan insertionya adalah pada jari 1 hingga jari ke 4.
Namun, otot pada jari 1 diberi gelaran yang lain, yaitu m. extensor hallucis brevis.

Sementara pada planta pedis, ia dibagikan kepada beberapa bagian, mengikut lapisan.
Pada planta pedis terdapat empat lapisan, dari superficial kepada internal. Lapisan pertama
mempunyai 3 komponen. Dari medial ke lateral, otot-ototnya adalah abductor hallucis, flexor
digitorium brevis dan abductor digiti minimi. Origo m. abductor hallucis adalah pada
processus medialis tuberalis calcanei dan insertio adalah pada os sesamoideum mediale dan
basis phalanx pertama jari kaki 1. M. flexor digitorium brevis berada superior dari plantar
aponeurosis dan inferior dari tendon flexor digitorium longus pada tapak kaki. Origonya
adalah pada permukaan inferior corporis calcanei dan aponeurosis plantaris. Insertionya
adalah phalanx tengah jari kaki II hingga V yang membenarkan gerakan flexi secara lateral
kepada empat jari kaki tersebut pada sendi proximal interphalangeal. M. abductor digiti
minimi adalah pada bagian lateral kaki. Origonya adalah luas yaitu pada permukaan inferior
tuberis calcanei dan aponerosis plantaris. Ia membentuk tendon yang menuju pada tuberositas
ossis metatarsalis V dan basis phalanx pertama jari kaki V.

12
Lapisan kedua mempunyai dua komponen yang terdiri daripada m. quadratus plantae
dan m. lumbricales. M. quadratus plantae adalah otot yang berbentuk segi empat dan
mempunyai dua cabang origo yaitu permukaan processus lateralis tuberalis calcanei dan
medialis calcanei. Manakala insertionya adalah pada pinggir lateralis tendo m. flexor
digitorium longus. M. lumbricales adalah empat otot yang origonya adalah dari tendon m.
flexor digitorium longus. Tapi dibedanya lagi, yaitu untuk jari kaki II, originya adalah pada
sisi medial m. flexor digitorium longus dan untuk jari kaki III hingga V, adalah pada sisi
medial m. flexor digitorium longus dan sisi lateral tendo yang berdekatan. Insertinya adalah
pada aponeurosis dorsalis jari kaki II hingga V.

Lapisan ketiga mempunyai tiga komponen otot yaitu flexor hallucis brevis, adductor
hallucis dan flexor digiti minimi brevis. M. flexor hallucis brevis mempunyai origo dua
kepala tendo. Origonya adalah ossa cuneifome I, II dan III, os navicularis dan ligament
calcaneocuboideum plantare. Kepala bagian lateral bermula dari permukaan plantar
cuboideum, dan bersebelahan pada permukaan lateral cuneiform. Manakala kepala bagian
medial bermula dari tendo tibialis posterior. Insertionya adalah pada os sesamoideum mediale
dan os sesamoideum laterale. Seterusnya, m. adductor hallucis. Otot ini mempunyai dua
kepala yaitu kepala transversal dan juga kepala oblique, yang dicantumkan di basis phalanx
pertama jari kaki I. Origonya adalah dari processus medialis tuberalis calcanei dan tuberositas
ossis navicularis. Manakala insertionya adalah pada os sesamoideum dan basis phalanx
pertama jari kaki I. M. flexor digiti minimi brevis bermula dari basis ossis metatarsalis V dan
ligamentum plantare longum manakala insertionya adalah pada basis phalanx pertama jari
kaki V.

Lapisan ke empat yaitu lapisan paling dalam mempunyai dua otot yaitu interossei
dorsalis dan juga plantares. Keempat interossei dorsalis adalah otot yang terletak paling
superior dalam tapaka kaki dan melakukan gerakan abduksi jari kedua dan keempat. Otot ini
bermula dari sisi-sisi yang berhadapan pada ossa metatarsalia I-IV. Manakala insertionya
untuk jari pertama ia adalah pada sisi medial basis phalanx pertama jari kaki II dan jari yang
lainnya adalah pada sisi lateral basis phalanx pertama jari kaki II-V. M. plantar interossei
adduksi jari ke III-V melalui jari kedua. Origonya adalah dari sisi medial ossa metatarsalia
III-V manakala insertionya adalah aponeurosis dorsalis jari kaki III-V dan sisi medial basis
phalanx pertama jari kaki III-V.

● Secara mikroskopik Otot

13
Otot rangka adalah jenis jaringan otot lurik. Jaringan ini berada di bawah sistem saraf
somatik, dan karena itu dikendalikan oleh tindakan sadar. Mereka juga disebut otot lurik, otot
somatik dan otot sadar. Otot-otot rangka yang dibuat dari serat otot yang dibentuk oleh fusi
myoblast. Miofibril yang terdiri daripada miosin, aktin yang tersusun rapi membentuk otot-
otot dan memberikan penampilan lurik. Serat otot berjalan sepanjang jalan dari titik asal ke
titik penyisipan otot rangka terikat bersama oleh jaringan ikat. Melalui jaringan ikat,
pembuluh darah dan saraf melewatinya. Serat-serat otot mengandung mioglobin, miofibril,
organel yaitu glikogen, mitokondria, retikulum endoplasma halus (SER) dan banyak inti.

Di antara serat-serat otot terdapat sedikit jaringan ikat jarang yang membungkus
setiap serat yaitu endomisium. Sekelompok serat otot membentuk berkas disebut fasikulus.
Setiap fasikulus dibungkus jaringan ikat jarang disebut perimisium. Endomisium menyatu
dengan perimisium. Semua berkas serat otot kemudian berkelompok membentuk berkas yang
lebih besar disebut muskulus atau otot dan dibungkus oleh jaringan ikat padat kolagen yang
disebut epimisium. Sarkomer adalah unit struktural dasar dari otot lurik. Tiap miofibril lurik
terdiri atas sejumlah sarkomer. Otot skelet mengandung sejumlah kapiler kontinyu yang
mengalirkan darah secara berlebih. Selain itu, otot skelet sering berakhir pada tendo, yang
menghubungkannya dengan tulang.

Komposisi miofibril otot secara keseluruhan bervariasi. Reaksi histokimia untuk


enzim mitokondria memperlihatkan tiga jenis serat dasar yaitu merah, putih dan campuran.
Perbedaan warna fibril sebahagian kerana perbedaan dalam jumlah mitokondria dan
banyaknya sitokrom pigmen pigmen mitokondria terdapat dalam setiap jenis.

Serat merah mempunyai sejumlah mitokondria dengan krista yang tersusun padat.
Serat ini berkontraksi relatif lambat dan mendapat hubungan neuromuskular yang
mempunyai sedikit lipatan dan vesikel sinaptik. Serat putih mempunyai mitokondria lebih
sedikit daripada serat merah dan mitokondria mempunyai sedikit krista. Serat ini berkontraksi
dengan cepat dan dihubungkan ke taut neuromuskular dengan lipatan terurai dan sejumlah
vesikel sinaptik. Serat campuran sesuai dengan namanya antara serat merah dan serat putih
dalam jumlah mitokondria dan krista mitokondria yang dikandungnya dan dalam struktur
halus taut neuromuskular.

Mekanisme Kerja Otot

14
Otot manusia merupakan jaringan terluas pada tubuh manusia. Jaringan otot menyusun 40-
50% dari berat badan. Tugas utama dari jaringan otot ini adalah untuk melakukan kontraksi.
Otot dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Otot Lurik (skelet)

Disebut juga dengan otot voluntary karena otot ini bekerja secara sadar. Otot lurik
memiliki ciri berbentuk silindris dengan inti yang banyak dan berada di tepi. Otot ini
mudah lelah, sehingga tidak dapat bekerja terus-menerus. Otot ini ada di anggota gerak
tubuh manusia dan merupakan otot yang secara langsung melekat pada rangka.

2. Otot Polos

Merupakan otot involuntary karena bekerja secara tidak sadar. Otot ini berbentuk
gelendong dengan bagian ujung yang memanjang. Otot polos dapat bekerja secara terus
menerus karena tidak mudah lelah. Otot ini berada di organ pencernaan, pembuluh darah,
ekskresi, dan kelamin.

3. Otot Jantung

Struktur otot jantung mirip dengan otot lurik, bedanya pada otot jantung terdapat
percabangan. Otot jantung memiliki banyak inti yang terletak di tengah. Otot jantung
bekerja secara tidak sadar dan terus menerus berkontraksi sepanjang hidup manusia.

Seperti sudah dijelaskan di atas, otot lurik (skelet) merupakan otot yang melekat langsung
pada rangka. Ini menunjukkan bahwa bagian ekstremitas inferior pada tubuh manusia
diselimuti oleh otot rangka. Untuk melakukan kontraksi, otot rangka memerlukan sumber
energi. Sumber energi untuk kontraksi otot rangka ada 3 jenis, yaitu :

1. Fosfokreatin: mengandung banyak ATP, dapat langsung digunakan namun cepat


habis.
2. Proses glikolisis: asam piruvat dan asam laktat didapat dari glikogen. Merupakan
reaksi anaerob.
3. Fosforilasi oksidatif: merupakan penggabungan oksigen dan produk glikolisis. Proses
ini memakan waktu lebih lama daripada 2 proses lainnya.

Setelah mendapatkan energi untuk melakukan kontraksi, maka kontraksi otot dapat
berlangsung. Kontraksi otot dimulai ketika potensial aksi mulai dihantarkan sepanjang syaraf
dan kemudian berakhir pada membran otot. Kemudian, ujung saraf melepaskan

15
neurotransmitter asetilkolin. Asetilkolin membuka gerbang natrium pada serabut otot. Ion
natrium masuk dalam jumlah yang besar, ini akan memulai potensial aksi pada membran
otot. Potensial aksi kemudian dihantarkan sepanjang membran otot seperti pada membran
saraf. Retikulum sarkoplasma terstimulasi untuk melepaskan ion Ca, karena potensial aksi di
membran otot telah sampai ke tengah otot. Setelah itu, ion Ca berikatan dengan troponin-c,
adanya ikatan tersebut menjadi tanda mula ikatan aktin dan miosin. Ikatan dari aktin dan
miosin kemudian menyebabkan tarikan oleh kedua filamen ini menuju ke tengah (sliding
filament mechanism). Setelah beberapa waktu, terjadi pemompaan ion Ca kembali ke
retikulum sarkoplasma, yang kemudian melepaskan ikatan antara aktin dan miosin
(relaksasi).

Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot

Proses atau mekanisme kontraksi dan relaksasi otot dapat dilihat dari sudut
biokimiawinya. Mekanisme otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan
yang relatif dari filamen-filamen aktin dan miosin yang menyebabkan myosin bergerak
sebagai penggerak pergeseran filamen. Apabila otot berkontraksi, panjang filamen tebal atau
filamen tipis tidak mengalami perubahan tetapi daerah H dan pita I memendek.

Selama kontraksi otot, setiap sarkomer memendek, menyebabkan garis Z menutup


bersama. Tidak ada perubahan pada ukuran daerah A tetapi daerah I dan zona H hampir tidak
terlihat . Filamen aktin akan berpindah menuju ke daerah A dan zona H karena filamen aktin
dan miosin yang bergeser antara satu sama lain. Kontraksi berlangsung oleh interaksi pada
pengikatan dan pelepasan bagian kepala globular miosin dan filamen F-aktin untuk
membentuk komplek aktin-miosin. Interaksi tersebut perlu energi, secara tidak langsung dari
hidrolisis.

Proses kontraksi dan relaksasi mempunyai beberapa tahapan. Pada mulanya, kontraksi
otot boleh terjadi akibat impuls saraf. Apabila potensial aksi disampaikan oleh neuron
motorik ke serabut otot rangka, neuron melepaskan asetilkolin/ACh (neurotransmitter saraf
untuk neuron motorik) ke dalam taut neuromuskular. Asetilkolin berdifusi ke daerah khusus
di sel otot yang disebut end plate. End plate sel otot dipusatkan pada reseptor untuk
asetilkolin. Potensial aksi yang terhasil melalui tubule T dan merangsang pelepasan Ca2+
dari retikulum endoplasma. Pelepasan ion kalsium dari retikulum sarkoplasmik
meningkatkan konsentrasi kalsium di sitosol kira 10-7 menjadi 10-5 M.

16
Pasca pelepasan kalsium ion dari reticulum sarkoplasma, tempat pengikatan Ca2+
pada TpC dalam filamen tipis dengan cepat diduduki oleh Ca2+. Kompleks TpC- 4 Ca2+
berinteraksi dengan TpI dan TpT untuk mengubah interaksinya dengan tropomyosin ini. Jadi,
tropomyosin ini hanya keluar dari jalannya atau mengubah bentuk F aktin sehingga kepala
myosin ADP-Pi dapat berinteraksi dengan F aktin untuk mengawali siklus kontraksi. Kepala
miosin menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi. Pabila kompleks troponin-tropomyosin
berikatan dengan ion kalsium, active sites pada filamen aktin terdedah dan seterusnya kepala
miosin akan berikatan pada kompleks itu. Ikatan pada kompleks tersebut akan menyebabkan
perubahan pada kepala myosin dan akan menyebabkan ia membengkok ke depan. Ini akan
menyebabkan terjadinya power-stroke yang seterusnya akan menarik filament aktin ke arah
tengah sarkomer. Apabila kepala cross-bridge tersebut bergeser, ia akan melepaskan ADP
dan Pi dari kepala kompleks tersebut. Pada daerah yang sama, ATP akan terikat dan ini akan
menyebabkan kepala myosin terlepas daripada aktin. Seterusnya siklus yang sama akan
terulang apabila ATP pada kepala myosin terhidrolisis lagi.

Proses relaksasi pula akan terjadi kalau konsentrasi Ca2+ menurun hingga di bawah
10-7 mol/L. Retikulum sarkoplasma bertindak sebagai tempat penyimpanan Ca2+ . Jumlah ia
menurun sebagai akibat dari pelepasannya kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh
Ca2+ ATPase dan apabila TpC-4 Ca2+ kehilangan Ca2+. Ini akan menghambat kepala
myosin untuk berikatan pada aktin. Justru proses relaksasi berlaku.

Kesimpulan :

Dapat disimpulkan ada beberapa hal yang dapat menyebabkan pembengkakan pada
inferior di kaki tungkai bawah yang bisa membuat kulit, tulang serta otot mempengaruhi
perubahan pada kaki anak kecil yang terluka akibat terjatuh . Proses kontraksi dan relaksasi
yang memiliki beberapa tahapan yang menghambat darah untuk melancarkan mekanisme
kerja pada otot,tulang dan kulit.

Daftar Pustaka :
1. Kalangi,S. J. Histofisiologi kulit. [Jurnal BIOMEDIK]. 2013 [cited 2021 Mar 23],
5(3).
Available from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/4344/3873

17
2. Khasanah, F. T. Karsinoma Mammae Stadium IV Dengan Tanda-tanda Dyspnoe
Dan Paraplegi Ekstremitas Inferior. [Jurnal Medula]. 2013 [cited 2021 Mar
24], 1(02), 43-51.
Available from :
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/96/94
3. Wheeler L. Tubuh manusia. Jakarta: PT Balai Pustaka;2013.h.120-25.Netter FH.
Atlas of human anatomy. 5th edition. Singapore: Elsevier Pte Ltd; 2013.p.419-
59.501-25.
4. Mescher AL. Junquiera’s Basic Histology: text & atlas. 12th ed. New York City:
Mc-Graw Hill Education; 2011
5. Isbagio H. Struktur dan biokimia tulang rawan sendi. In: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th
ed. Jakarta: InternaPublishing, 2009; 2382-4.

18

Anda mungkin juga menyukai