Anda di halaman 1dari 45

TUGAS MANDIRI

Airin Bismarullah P

1102018160

1. M & M ANATOMI KULIT ( MAKRO DAN MIKRO)

Kulit adalah organ tunggal terberat di tubuh dengan berat sekitar 15% dari
berat badan total dengan luas permukaan sekitar 1,2 - 2,3 m2 pada orang dewasa.
Kulit terdiri atas lapisan epidermis yang berasal dari ektoderm permukaan dan
lapisan dermis yang berasal dari mesoderm. Berdasarkan ketebalan epidermis
kulit dapat dibedakan menjadi kulit tebal dan kulit tipis. Turunan epidermis
meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat.
Kulit terbagi menjadi 3 lapisan:

1) Epidermis

Epidermis terdiri dari 5 lapisan dan tidak mempunyai pemubuluh darah


maupun limpa sehingga semua nutrisi dan oksigen di dapat dari pembuluh
kapiler pada lapisan dermis yang berdifusi melalui cairan jaringan serta membran
basal untuk mencapai epidermis.

Sel-sel epidermis

a. Keratinosit

Sel terbanyak dengan jumlah mencapai 85%-95% pada epidermis.


Berasal dari ektoderm permukaan. Sel berbentuk gepeng ini memiliki sitoplasma
yang dipenuhi oleh skleroprotein birefringen, yakni keratin. Keratin ini
mengandung sedikitnya 6 macam polipeptida dengan berat molekul 40kDa
sampai 70 kDa. Sel basal mengandung berat molekul yang lebih rendah. Proses
keratinisasi berlangsung selama 2-3 minggu yang dimulai dari proses proliferasi,
diferensiasi, kematian sel dan pengelupasan. Pada tahap akhir diferensiasi diikuti
penebalan membran sel, kehilangan inti dan organel lain di dalam sel. Selama
proses keratinisasi berlangsung enzim hidrolitik lisosom berperan pada
penghancuran organel sitoplasma.

b. Melanosit

Warna kulit ditentukan oleh berbagai faktor penting seperti kandungan


melanin dan karoten, jumlah pembuluh darah dalam dermis, dan warna darah
yang mengalir di dalamnya. Eumelanin adalah pigmen coklat tua yang dihasilkan
oleh melanosit. Sel ini berjumlah 7%-10% dan berasal dari neuroektoderm.
Melanosit memiliki badan sel yang bulat dengan cabang dendritik yang panjang
dan tipis. Hemidesmosom mengikat melanosit ke lamina basalis.

Melanosit paling banyak terdapat pada kulit muka dan genitalia eksterna.
Jumlah melanosit tiap individu hampir sama, hanya jumlah produksi melanin
berbeda. Sintesis melanin berlangsung di dalam melanosit dengan tirosinase
berperan penting. Tirosin mula-mula diubah menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin
(dopa) dan kemudian menjadi dopaquinon yang kemudian bertransformasi dan
dikonversi menjadi melanin. Dalam melanosit, melanin berkumpul dalam vesikel
yang disebut premelanosom. Vesikel kemudian matang menjadi melanosom yang
disebarkan melalui cabang sitoplasma melanosit ke keratinosit di sekitarnya
terutama yang berada di stratum basale. Setelah granula melanin bermigrasi di
dalam juluran sitoplasma, granula melanin akan berkumpul di daerah
supranuklear sehingga inti sel terlindungi dari radiasi matahari yang merusak.
Menggelapnya kulit karena sinar uv adalah hasil proses dua tahap yakni reaksi
fisikokimia menghitamkan melanin dan melepaskannya dengan cepat ke
keratinosit. Pada tahap kedua kecepatan sintesis melanin menjadi meningkat dan
mengakibatkan peningkatan jumlah pigmen.

c. Sel langerhans

Merupakan sel dendritik yang berbentuk bintang, ditemukan terutama


di antara keratinosit dalam lapisan atas stratum spinosum. Sel ini mempunyai
reseptor penanda imunologis yang mirip makrofag. Sel ini mengikat antigen
asing di permukaannya dan merupakan sel pembawa antigen yang menyebabkan
limfosit T dapat bereaksi terhadap antigen yang dibawanya. Sel ini berasal dari
sekelompok sel prekursor dalam sumsum tulang.

d. Sel Merkel

Sel ini memiliki jumlah paling sedikit dan berasal dari krista neuralis.
Sel ini terdapat pada lapisan basal kulit tebal, terutama banyak ditemukan di
ujung jari, folikel rambut dan mukosa mulut. Sel ini memiliki peranan sebagai
mekanoreseptor.

Terbagi atas 5 lapisan:

a. Stratum korneum/Lapisan tanduk

 Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak berinti

 Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)

b. Stratum Lusidum

 Lapisan sel gepeng tanpa inti

 protoplasma berubah menjadi protein (eleidin)

 Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan

 Tidak tampak pada kulit tipis

c. Stratum granulosum / Lapisan Granular


 Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng

 Sitoplasma berbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan terdapat


inti diantaranya

 Mukosa tidak mempunyai lapisan ini

d. Stratum spinosum / lapisan Malphigi

 Lapisan epidermis yang paling tebal

 Terdiri dari sel polygonal, besarnya berbeda-beda karena ada proses


mitosis

 Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti


terletak ditengah

 Terdapat jembatan antarsel (intecelluler bridges) yg tdd: protoplasma


dan tonofibril

 Perlekatan antar jembatan membentuk nodulus Bizzozero

 Terdapat juga sel langerhans yang berperan dalam respon – respon


antigen kutaneus. Seperti ditunjukan dibawah

e. Stratum basale

 Terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis

 Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade

 Lapisan terbawah dari epidermis

 Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif


 Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel dendritik yang yang
membentuk melanin melindungi kulit dari sinar matahari. Dengan sitoplasma
yang basofilik dan inti gelap, mengandung butir pigmen (melanosomes)

Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous
insoluble yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:

 Mengusir mikroorganisme patogen


 Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh

 Unsur utam yang mengerskan rambut dan kuku.

Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu. Epidermis akan
bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara
epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat
pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers
prints.

2) Dermis (korium)

Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri
dari 2 lapisan:

a. Pars papilare

o Bagian yang menonjol ke epidermis

o Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah

b. Pars retikulare

o Bagian yang menonjol ke subkutan

o Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin),


matiks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta fibroblas)

o Terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis


yang terdapat banyak p. darah, limfe, akar rambut, kelenjar kerngat dan k.
sebaseus.

3) Jaringan Subkutan atau Hipodermis / Subcutis


Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Pada
lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.

a. Sel lemak

o Sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa

o Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang


menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi
sebagai cadangan makanan

o Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal


seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan
penyekatan panas. Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan
energi

b. Vaskularisasi

Dikulit diatur oleh 2 pleksus:

o Pleksus superfisialis

o Pleksus profunda

Adneksa Kulit

1) Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit

a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)

Terdapat di lapisan dermis. Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:

- Kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit


 Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan dan
suhu tubuh.

 Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik.


Pengeluaran keringat pada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh
terhadap setress, nyeri dll

- Kelenjar Apokrin

 Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara pada


folkel rambut

 Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan membesar


dan berkurang pada sklus haid

 Kelenjar Apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang


diuraikan oleh bajkteri menghasilkan bau khas pada aksila

 Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut
K. seruminosa yang menghasilkan serumen (wax)

2) Kelenjar Sebasea

Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut


dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur
dan lunak.

Turunan Kulit

Rambut

Rambut merupakann bangunan berzat tanduk yang diproduksi oleh


folikel rambut yang merupakan pertumbuhan epitel permukaan kedalam lapisan
dermis dibawahnya. Pertumbuhan rambut berlangsung dalam bagian pangkal
folikel yang menggelembung dan disebut bulbus pili, yang terdiri atas sel-sel
epitelial yang aktif membelah dan mengitari suatu papila jaringan ikat yang
banyak mengandung pembuluh darah, dan saraf yang penting bagi kelangsungan
hidup folikel rambut. Papila dermis dalam bulbus pili ini disebut papila pili.
Batang rambut dibentuk oleh sel folikel yang paling dalam yang membatasi
papila yang disebut sel matriks. Sel-sel folikel rambut merupakan lanjutan dari
startum basal dan spinosum epidermis kulit. Pada permulaan perkembangan
semua sel pada folikel aktif bermitosis akan tetapi seltelah folikel terdiferensiassi
sempurna hanya tinggal sel-sel matriks yang aktif bermitosis dan menghasilkan
berbagai bagian rambut yaitu, medula, korteks, dan kutikula rambut. Pigmen
melanin ditemukan terjepit diantara dan di dalam sel tersebut sehingga mewarnai
rambut. M. arector pili melekat ke sarung folikel dan berinsersi di daerah papila
dermis pada epidermis. Kontraksi ini menyebabkan rambut menegak dan
menarik ke dalam daerah tempat insersinya pada papila sehingga terjadi keadaan
yang tampak pada kulit yang merinding. Muskulus arektor pili dipersarafi oleh
sistem saraf simpatis dan penegakan rambut terjadi apabila kedinginan atau
ketakutan.

Kuku

Kuku berasal dari sel yang sama pada epidermis, mempunyai matriks yang
aktif bermitosis menghasilkan dasar kuku, yang merupakan lanjutan stratum
germinatif kulit. Bagian pangkal kuku diliputi suatu lipatan kulit yang disebut
eponikium atau kutikula. Lempeng kuku tumbuh dari dasar kuku sebagai suatu
lempeng zat tanduk.Dasar kuku merupakan lanjutan stratum germinatif, terdiri
atas sel-sel basal di atas membran basal dan dua atau tiga lapisan spinosum. Di
bagian proksimal kuku terdapat daerah putih yang berbentuk bulan , disebut
lunula. Stratum korneum yang mengeras di bawah ujung bebas kuku disebut
hiponikium.Pertumbuhan kuku bersifat kontinu dan bisa digunakan sebagai
indikator kesehatan seseorang seperti, adanya lekukan dan kekeruhan sering
ditemukan pada infeksi kuku.Kuku yang tipis, mudah sobek, konkaf atau kuku
sendok, menandakan adanya penyakit seperti anemia kronik, sifilis dan demam
rematik. Kuku yang kering dan rapuh menunjukan defisiensi vitamin atau
keadaan hipotiroid.

2. M & M FUNGSI KULIT

Kulit berfungsi untuk :

1.Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
gangguan kimiawi, gangguan bersifat panas, serta gangguan infeksi luar
terutama kuman/bakteri maupun jamur. Gangguan fisik dan mekanik
ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kilit,
dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh.
Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar
tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan
kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 – 6,5.
Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang
ingin masuk ke dalam kulit.
2.Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula
zat yang larut dalam minyak. Permeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2
mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi tersebut dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
3.Eksresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme berupa NaCl.
Urea, asam urat, dan ammonia. Sebum yang dihasilkan berfungsi untuk
melindungi kulit karena selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air
yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
4.Persepsi
Rangsang panas : badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Rangsang dingin : badan-badan Krause yang terletak di dermis.
Rangsang rabaan : badan taktil Meissner di papilla dermis dan badan Merkel
Ranvier di epidermis.
Rangsang tekan : badan Paccini di epidermis.
5.Pengaturan suhu tubuh
Termoregulasi kulit dilakukan dengan mengeluarkan keringat dan
mengerutkan pembuluh darah kulit.
6.Pembentukan pigmen
Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan
jumlah serta besarnya butiran pigmen menentukan warna kulit ras maupun
individu. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen
disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrite, sedangkan pada dermis
melalui sel melanofag. Warna kulit juga dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,
reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
7.Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin ke atas makin gepeng dan bergranula menjadi sel
granulosum. Makin lama inti menghilangdan keratinosit ini menjadi sel
tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari
dan member perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8.Pembentukan vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan
sinar matahari.
9.Fungsi Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu
berfungsi sebagai alat untuk menentukan emosi yang terdapat dalam jiwa
manusia. Kegembiraan dapat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi
dan tersenyum, kesedihan diutarakan oleh kelenjar air mata yang meneteskan
air matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan
oleh kontraksi pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan
rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar
sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau
khas.Semua fungsi kulit pada manusia berguna untuk mempertahankan
kehidupannya sama seperti organ tubuh lain.

3. M & M INFEKSI JAMUR


3.1 Definisi
 Penyakit pada kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur atau
mikosis dibagi menjadi : mikosis subkutan dan mikosis superfisialis.
 Dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan
mukosa yang disebabkan infeksi jamur (Madani, 2000).
Dermatomikosis mempunyai arti umum, yaitu semua penyakit jamur
yang menyerang kulit (Buldimulja, 2007). Faktor yang mempengaruhi
dermatomikosis adalah udara yang lembab, lingkungan yang padat,
sosial ekonomi yang rendah, adanya sumber penularan disekitarnya,
obesitas, penyakit sistemik, penggunaan obat antibiotik, steroid,
sitostatika yang tidak terkendali. Dermatomikosis terdiri dari
dermatomikosis superfisialis, intermedia dan profunda.
3.2 Klasifikasi
 Dermatomikosis Superfisialis
Dermatomikosis superfisialis adalah dermatomikosis yang
terjadi diatas permukaan kulit tertutama pada bagaian-bagian yang
lembab dan ditutupi pakaian seperti, paha dan kaki. Contoh -
contoh dermatomikosis superfisialis diantaranya adalah:
 Dermatofitosis Superfisial
1. Tinea Kuris.
2. Tinea Kapitis.
3. Tinea Pedis.
4. Tinea Unguium.
5. Tinea Korporis.
6. Tinea Versikolar.
 Non Dermatofitosis
Adalah penyakit jamur superfisial yang kronik biasanya tidak
memberikan keluhan subjektif berupa bercak skuama halus warna
putih sampai coklat hitam, meliputi badan kadang-kadang
menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka,
kulit kepala yang berambut. Disebabkan oleh Malassezia furfur
robin. Gambaran klinik kelainan terlihat bercak-bercak warna
warni bentuk teratur sampai tidak teratur batas jelas sampai difus
kadang penderita merasa gatal ringan.
 Dermatomikosis Subkutan
Dermatomikosis Subkutan adalah dermatomikosis yang terjadi
pada bagian bawah kulit. Contohnya seperti:
1. Misetoma.
2. Sporotrikosis.
3. Kromomikosis.

Berbagai jenis cendawan atau jamur yang dapat menimbulkan penyakit kulit telah
banyak ditemukan. Jamur tersebut terdapat pada kulit dalam bentuk muselia (bagain
vegetatif dari cendawan) yang dapat beruas atau tidak beruas. Dari ruas-ruas tersebut
terbentuk spora - spora. Spora kemudian bertunas untuk membentuk muselia baru.
Spora memiliki bentuk bulat atau lonjong dan sangat kecil sehingga hanya bisa
melalui mikroskop dengan pembesaran ganda.

LO 4 M & M DERMATOFITOSIS

4.1 Definisi

Dermatofitosis adalah setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan oleh


dermatofit dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku, termasuk
onikomikosis dan berbagai macam bentuk tinea. Disebut juga epidermomycosis
dan epidermophytosis.

4.2 Etiologi
Berdasarkan sifat makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi:
microsporum, tricopyton, dan epidermophyton. Yang paling terbanyak
ditemukan di Indonesia adalah T.rubrum. dermatofita lain adalah:
E.floccosum, T.mentagrophytes, M. canis, M. gypseum, T.cocentricum,
T.schoeleini dan T. tonsurans.

Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh
manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk
aseksual dari jamur. Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah:

SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)


Microsporum audouinii Anthropophilic
Microsporum canis Zoophilic (Cats and dogs)
Microsporum cooeki Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and rodents)
Microsporum ferrugineum Anthropophilic
Microsporum gallinae Zoophilic (fowl)
Microsporum gypseum Geophilic (also isolated from fur of rodents)
Microsporum nanum Geophilic and zoophilic (swine)
Microsporum persicolor Zoophilic (vole and field mouse)
Tabel 2.1 Spesies Microsporum.

Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau


powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin
melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm
setelah 7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis
itu. Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning
sampai cinamon.

Epidermophyton

Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton


floccosum dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai
non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan
infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering
dermatofitosis pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis,
tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada
lapisan korneum kulit luar.koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam
10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C pada agar potato-dextrose, koloni
kuning kecoklat-coklatan.

Tricophyton

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang


atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic,
zoophilic, dan geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau
Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu
penyebab infeksi pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.

NATURAL HABITATS OF TRICHOPHYTON


SPECIES
Species Natural Reservoir
Ajelloi Geophilic
Concentricum Anthropophilic
Equinum zoophilic (horse)
Erinacei zoophilic (hedgehog)
Flavescens geophilic (feathers)
Gloriae Geophilic
Interdigitale Anthropophilic
Megnini Anthropophilic
Mentagrophytes zoophilic (rodents, rabbit) /
anthropophilic
Phaseoliforme Geophilic
Rubrum Anthropophilic
Schoenleinii Anthropophilic
Simii zoophilic (monkey, fowl)
Soudanense Anthropophilic
Terrestre Geophilic
Tonsurans Anthropophilic
Vanbreuseghemii Geophilic
Verrucosum zoophilic (cattle, horse)
Violaceum Anthropophilic
Yaoundei anthropophilic
Tabel 2.2 Spesies Trichophyton.

4.3 Klasifikasi

Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah
berdasarkan lokasi
a. Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepala
b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot.
c. Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong,
dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah
d. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.
e. Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan.
f. Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajah
g. Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5
bentuk tinea diatas.

Selain 6 bentuk tinea di atas masih dikenal istilah yang mempunyai arti
khusus, yaitu:
a. Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang kosentris
dan disebabkan oleh tricophyton concentricum.
b. Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh
tricophyton schoenleini: secara klinis antara lain berbentuk skutula dan
berbau seperti tikus (mousy odor).
c. Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif dari
morfologinya.
d. Tinea incognito: dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh
karena telah diobati dengan steroid topical kuat.

Dermatofitosis
Tinea Kapitis
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering
ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan
sebagainya.
Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :

Gray pacth ring worm


Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke
sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna
rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas
dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan
sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit
melalui batas “Grey pacth” tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies
mikrosporon dan trikofiton.

Black dot ring worm


Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum,
mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar
rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit
kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit,
yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran ” back dot”.
Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita.
Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan
sudah terkena infeksi penyebab utama adalah Trikofiton tonsusurans dan
T.violaseum

Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang
hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil
yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di
daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan
meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik.
Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum ,
T.tonsurans dan T. Violaseum.

Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit
yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang
berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus
“moussy odor”. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan
tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan
alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini,
T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai
penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini
harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis
vulgaris dan Dermatitis seboroika.

Tinea Korporis
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti
kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta
kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka,
anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah.

Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong
dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-
bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis,
arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda
eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi
relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi
menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang
hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama
dengan Tinea kruris.

Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites.


Mikrosporon gipseum, M.kanis, M.audolini. Penyakit ini sering menyerupai :
1) Pitiriasis rosea, 2) Psoriasis vulgaris, 3) Morbus hansen tipe tuberkuloid,
dan 4) Lues stadium II bentuk makulo-papular.

Tinea Kruris
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun,
bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang
timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan
gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-
kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif.
Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya
makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran
yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam,
daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke
gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila. Penyebab
utama adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton rubrum dan
T.mentografites.

Tinea Pedis
Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot = “Ring worm of the foot”.
Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di
tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang
yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara.
Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang
hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.

Ada 3 bentuk Tinea pedis yaitu sebagai berikut :


Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-
celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban
di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila
menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi
dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.

Bentuk hyperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik
terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya
hebat dapat terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.

Bentuk vesikuler subakut


Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari,
kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel
dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang
hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama
melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan
memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang
terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu
dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab utamanya ialah : T .rubrum,
T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum

Tinea Unguium

Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur


penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila
dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan
Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak
suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis.
Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen
jamur. Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali,
penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah
beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak
gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah
seluruh kukunya sudah terkena penyakit. Penyebab utama adalah : T.rubrum,
T.metagrofites

Tinea Imbrikata

Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang
disebabkan oleh Trikofiton consentricum. Gambaran klinik berupa makula
yang eritematous dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas
skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi
tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi
oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh
permukaan tubuh sehingga menyerupai:
Eritrodemia
Pempigus foliaseus
Iktiosis yang sudah menahun

Tinea Barbae

Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah


jenggot, jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi
putus.
Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion
Superfisialis : kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang
mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran
polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini
menyerupai tinea korporis.
Kerion : bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi
krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi.
Penyebab utama : Berbagai spesies jamur yang zoofilik misalnya
T.verrucosum

Non Dermatofitosis
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang
paling luar. Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat
yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit
yang paling luar. Yang masuk ke dalam golongan ini adalah :
Tinea Versikolor
Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering
terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah
penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai
coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang-
kadang terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.
Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-
sel bulat, bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek
dan bengkok, biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik
halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan
ukuran lesi dapat milier,lentikuler, numuler sampai plakat.

Ada dua bentuk yang sering dijumpai:


Bentuk makuler : Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama
halus diatasnya dan tepi tidak meninggi.
Bentuk folikuler : Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal.
Bagaimana perubahan dari saprofit menjadi patogen belum diketahui.
Organisme ini merupakan “lipid dependent yeast”. Timbulnya penyakit ini
juga dipengaruhi oleh faktor hormonal, ras, matahari,peradangan kulit dan
efek primer pytorosporum terhadap melanosit.

Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal


bila,berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita
mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit
berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada
orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun
kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus
Piedra

Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang


memberikan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut.
Ada dua macam
Piedra putih

Disebabkan oleh jamur jenis Trikosporon beigelii erupakan yang


terdapat pada rambut. Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis,
jarang mengenai rambut kepala. Piedra putih terutama terdapat didaerah
subtropis, daerah dingin, (di Indonesia belum ditemukan). Jamur penyebab
piedra putih mempunyai hifa yang tidak berwarna, termasuk moniliaceae.
Jamur berbentuk hifa berukuran 2-4 mikron, artokondria dan blastokonidia.
Benjolan pada piedra putih terlihat lebih memanjang pada rambut dan
anyaman hifa tidak padat. Benjolan mudah dilepas dari rambut. Tidak terlihat
askus pada massa jamur.

Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung


dari orang yang sudah terkena infeksi. Pada piedra putih, kelainan rambut
tampak sebagai benjolan yang berwarna putih kekuningan. Selain pada
rambut kepala, dapat juga menyebabkan kelainan pada rambut kumis dan
rambut janggut.

Piedra hitam
Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa
benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam) yang disebabkan
oleh jamur Piedraia hortae.  Penyakit ini umumnya terdapat di daerah tropik,
terutama Indonesia. Jamur ini tergolong kelas ascomycetes dan membentuk
spora seksual. Piedraia hortae, termasuk jamur Dematiaceae. Pada sediaan
langsung dari koloni yang padat ini terlihat hifa hitam berseptum. Dalam
koloni yang padat tersebut juga dibentuk askus yang berisi askospora.
Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur penyebab dan
jamur akan tumbuh membentuk koloni di sepanjang batang rambut. Diagnosis
piedra hitam ialah dengan memeriksa benjolan pada rambut.
Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur
dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk
mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air.
Penderita akan mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada
liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan
kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan
daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan
ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana
timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan
srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada
infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur
kontaminasi yaitu Aspergillus, sp, Mucor, Rhizopus, Candida  dan
Penicillium.

Jamur penyebab otomikosis merupakan jamur kontaminan yang


terdapat di udara bebas. Aspergillus dan Penicillium membentuk spora
aseksual yang tersusun seperti rantai yang disebut konidia (aleuriospora).
Konidia dibentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor. Spora
aseksual yang dibentuk oleh Mucor dan Rhizopus, ialah sporangiospora yang
letaknya di dalam gelembung sporangium. Rhizopus membentuk rizoid (akar
semu), sedangkan Mucor tidak. Semua jamur ini membentuk koloni filamen
pada biakan.jamur Candida terdiri atas sel-sel ragi yang kadang-kadang
bertunas (blastospora) dan hifa semu (yaitu hifa yang terbentuk dari rantai
blastopora) yang memanjang dan menyempit pada sekatnya. Jamur ini
membentuk koloni :seperti ragi” pada biakan.

Tinea Nigra Palmaris


Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang
kulit telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat
pada kulit yang terserang dan kadang-kadang tampak bersisik. Penyebabnya
adalah Cladosporium wemecki atau Cladosporium mansoni jamur ini banyak
menyerang anak-anak dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang
banyak berkeringat. Tinea nigra palmaris banyak ditemukan di Amerika
Selatan dan Tengah. Penyakit ini jarang ditemukan di Indonesia
Jamur ini termasuk Dematiaceae yang membentuk koloni berwarna
coklat hitam. Pada biakan tumbuh koloni berwarna hitam dan padat. Sediaan
langsung koloni ini menunjukkan hifa berseptum dan berwarna coklat/hitam.
4.4 Patofisiologi

4.5 Manifestasi Klinis

Berdasarkan lokalisasi, dermatofitosis terdiri dari:


a. Tinea Kapitis (Scalp ring worm; Tinea Tonsurans)
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan
melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.
Berdasarkan bentuk yang khas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :
1. Gray pacth ring worm
Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya
dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut
jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari
akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan
sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit
melalui batas “Grey pacth” tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies
mikrosporon dan trikofiton (1).

2. Black dot ring worm


Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum,
mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar
rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan
kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas
permukaan ulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran
” back dot”. Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih
sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi
disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah
Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum.
3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat
yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil
yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut
di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan
meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi
sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis,
M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.
4. .Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang
berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang
berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus
“moussy odor”. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan
tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut
dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton
schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini
sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala,
maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakitpenyakit bukan oleh
jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika

b. Tinea Korporis (Tinea circinata=Tinea glabrosa)


Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti
kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta
kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka,
anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah. Bentuk yang
klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif.
Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan
akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada
bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan
vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea
korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya
meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan
ini dapat teIjadi bersama-sama dengan Tinea kruris. Penyebab utamanya
adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. Mikrosporon gipseum,
M.kanis, M.audolini.
c. Tinea Kruris (Eczema marginatum.”Dhobi itch”, “Jockey itch”)
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah
hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat
bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang
berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi
ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif. Apabila kelainan
menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang
hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas
adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah
perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus,
perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila.

d. Tinea Manus Dan Tinea Pedis


Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot atau “Ring worm of the foot”.
Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di
tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang
yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara.
Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang
hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.

Ada 3 bentuk Tinea pedis:


 Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-
celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan
kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup
lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena
sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas
disertai gejala-gejala umum (1).
 Bentuk hiperkerato hiperkeratosissis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik
terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila
hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisurafisura yang dalam pada
bagian lateral telapak kaki.
 Bentuk vesikuler subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari,
kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada
vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta
perasaan gatal yang hebat. Bila vesikelvesikel ini memecah akan
meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi
infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat
terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat
terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang
tangan. Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan
Epidermofiton flokosum.

e. Tinea Unguium (Onikomikosis = ring worm of the nails)


Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan
permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari
pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia
trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak
mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah
kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur.
Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita
minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa
lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan
tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh
kukunya sudah terkena penyakit. Penyebab utama adalah : T.rubrum,
T.metagrofites.

f. Tinea Barbae
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot,
jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada
2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion:
 Superfisialis
Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-
mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran
polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti
ini menyerupai tinea korporis
 Kerion
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi
krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena
erosi.

g. Tinea Imbrikata
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan
oleh Trikofiton konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang
eritematous dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas
skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi
tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi
oleh skuama yang melingkar.
4.6 Komplikasi
1. Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida
2. Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik
3. Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan
eksaserbasi penyakit
4. Allopecia permanen &kerion (tinea capitis)
5. Onychomycosis (tinea manus/pedis)

4.7 Pencegahan
 Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika
faktor-faktor lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan
lambat. Daerah intertrigo atau daerah antara jari-jari sesudah mandi harus
dikeringkan betul dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur.
 Alas kaki harus pas betul dan tidak terlalu ketat.
 Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun
yang menyerap keringat, jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau
bahan sintetis.
 Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air
panas.

4.8 Prognosis
Bila penatalaksaan dilakukan dengan rutin dan tepat maka dermatofitosis
dapat sembuh total. Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi
yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga.

5. M & M Diagnosis dan Diagnosis Banding


5.1 Diagnosis
Diagnosis klinis dermatofitosis dapat dipastikan dengan pemeriksaan
mikroskopis atau kultur. Pemeriksaan mikroskopis dapat memberikan
bukti infeksi jamur dalam hitungan menit, namun hal ini sering tidak
diperbolehkan untuk spesiasi atau identifikasi profil susceptibilitas dari
agen infeksius. Evaluasi mikroskopis juga dapat menghasilkan negatif
palsu. Kultur jamur sebaiknya dilaksanakan saat curiga terdapat
dermatofitosis secara klinis.
5.2 Pemerisaan Penunjang
Rambut. Pemeriksaan lesi yang melibatkan scalp/jenggot dengan menggunakan
lampu wood’s dapat menimbulkan fluoresensi pteridin patogen tertentu. Jika
demikian, rambut yang berfluoresensi sebaiknya diseleksi untuk pemeriksaan lebih
lanjut. Penting juga untuk digarisbawahi bahwa meskipun M. Canis dan M.
Audouinii berfluoresen pada pemeriksaan lampu wood’s, organisme endotrix seperti
T. Tonsurans tidak menghasilkan fluoresen. T. Tonsurans yang sekarang merupakan
penyebab tinea kapitis terbanyak di Amerika Serikat, membatasi penggunaan lampu
wood’s. Rmbut harus dicabut, bukan dipotong, letakkan pada object glass, tetesi
dengan 10-20% KOH (potassium hidroksida), tutup dengan deckglass dan sedikit
hangat. Mikroskopi berkekuatan rendah akan menunjukkan 2 kemungkinan infeksi:
 ektotrik---artrokonidia besar/kecil membentuk selubung di sekitar batang
rambut
 endotrik---artrokonidia di dalam selubung rambut
Kulit dan kuku. Sampel kulit sebaiknya dimabil dengan mengeruk menggunakan tepi
tumpul scalpel ke arah luar dari tepi aktif lesi. Spesimen kuku harus meliputi
potongan seluruh ketebalan area kuku yang distrofik, sebisa mungkin dari proksimal
sampai tepi distal. Dalam preparat KOH 10-20%, dermatofita menunjukkan
gambaran hifa yang bersekat dan bercabang tanpa adanya konstriksi; namun kultur
tetap diperlukan untuk identifikasi. Dengan kultur, semua spesies dermatofita nampak
identik.
PROSEDUR KULTUR
Spesiasi jamur superfisial didasarkan pada karakteristik makros, mikros dan
metabolik organisme tersebut. Saboraud’s dextrose agar (SDA) merupakan media
isolasi yang biasa digunakan dan memberikan dasar deskripsi yang paling morfologis.
Namun saproba kontaminan (oragnisme yang makannya dari material mati dan
membusuk) tumbuh cepat pada medium ini, menutupi patogen aslinya. Sehingga
dibutuhkan adanya tambahan sikloheksimid (0,5 g/L) dan kloramfenikol (0,05 g/L)
agar mediumnya lebih selektif. Versi komersial dari mediu agar ini telah tersedia
sekarang. Medium tes dermatofita mengandung phenol red sebagai indikator pH;
tetap kuning kecoklatan dengan pertumbuhan sebagian besar saprofit dan berubah
merah jika aktivitas proteolitik dermaofita menaikkan pH hingga 8 atau lebih.
Nondermatofita mengubah medium menjadi kuning karena produk asam yang
dihasilkannya. Identifikasi jamur yang diisolasi difasilitasi dengan penggunaan potato
dextrose agar yang merangsang pembentukan konidia dan pigmen. Spesiasi
trichophyton sering dibedakan dengan kebutuhan nutrisi mereka.
Kultur diinkubasi pada suhu kamar (26ºC [78,8ºF]) selama lebih dari 4 hari
sebelum diputuskan tidak adanya pertumbuhan. Dengan lebih dari 40 dermatofita
yang sudah dikenal, identifikasi yang benar membutuhkan sumber referensi yang
sesuai.

5.3 Diagnosis Banding


Tinea pedis et manum harus dibedakan dengan dermatitis, yang biasanya
batasnya tidak jelas, bagian tepi lebih aktif dari pada bagian tengah. Adanya
vesikel-vesikel steril pada jari-jari kaki dan tangan (pomfoliks) dapat
merupakan reaksi id, yaitu akibat setempat hasil reaksi antigen dengan zat anti
pada tempat tersebut.
Efek samping obat juga dapat memberi gambaran serupa yang menyerupai
ekzem atau dermatitis, pertama-tama harus dipikirkan adanya suatu dermatitis
kontak. Pada hiperhidrosis terlihat kulit yang mengelupas (maserasi). Kalau
hanya terlihat vesikel-vesikel, biasanya terletak sangat dalam dan terbatas
pada telapak kaki dan tangan. Kelainan tidak meluas sampai di sela-sela jari.
Penyakit lain yang harus mendapat perhatian adalah kandidiosis,
membedakannya dengan tinea pedis murni kadang-kadang sangat sulit.
Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH dan pembiakan dapat menolong.
Infeksi sekunder dengan spesies candida atau bakteri lain sering menyertai
tinea pedis, sehingga pada kasus-kasus demikian diperlukan interpretasi
bijaksana terhadap hasil-hasil pemeriksaan laboraturium. Sifilis II dapat
berupa kelainan kulit di telapak tangan dan kaki. Lesi yang merah dan basah
dapat merupakan petunjuk. Dalalm hal ini tanda-tanda lain sifilis akan
terdapat misalnya: kondiloma lata, pembesaran kelenjar getah bening yang
menyeluruh, anamnesa tentang afek primer dan pemeriksaan serologi serta
lapangan gelap dapat menolong.
Tinea unguium yang disebabkan oleh bermacam-macam dermatofita
memberikan gambaran akhir yang sama. Psoriasis yang menyerang kuku pun
dapat berakhir dengan kelainan yang sama. Lekukan-lekukan pada kuku (nail
pits), yang terlihat pada psoriasis tidak didapati pada tinea unguium. Lesi-lesi
psoriasis pada bagian lain badan dapat menolong membedakannya dengan
tinea unguium. Banyak penyakit kulit yang menyerang bagian dorsal jari-jari
tangan dan kaki dapat menyebabkan kelainan yang berakhir dengan distrofi
kuku, misalnya: Paronikia, yang etiologinya bermacam-macam
ekzem/dermatitis, akrodermatitis perstans.
Tidak begitu sukar menentukan tinea korporis pada umumnya, namun ada
beberapa penyakit kulit yang dapat mericuhkan diagnosa itu, misalnya
dermatitis seboroika, psoriasis, dan pitiriasis rosea. Kelainan kulit pada
dermatitis seboroika selain dapat menyerupai tinea korporis, biasanya terlihat
pada tempat-tempat predileksi, misalnya di kulit kepala (scalp), lipatan-lipatan
kulit , misalnya belakang telinga, daerah nasolabial, dan sebagainya. Psoriasis
dapat dikenal pada kelainan kulit pada tempat predileksinya, yaitu daerah
ekstensor misalnya lutut, siku dan punggung. Kulit kepala berambut juga
sering terkena pada penyakit ini. Adanya lekukan-lekukan pada kuku dapat
pula menolong menentukan diagnosa. Ptiriasis rosea distribusi kelainan
kulitnya simetris dan terbatas pada bagian tubuh dan bagian proksimal
anggota badan, sukar dibedakan dengan tinea korporis. Pemeriksaan
laboraturiumlah yang dapat memastikan diagnosanya. Tinea korporis kadang
sukar dibedakan dengan dermatitis seboroik pada sela paha. Lesi-lesi ditempat
predileksi sangat menolong dalm menentukan diagnosa. Psoriasis pada sela
paha dapat menyerupai tinea kruris. Lesi pada psoriasis lebih merah, skuama
lebih banyak dan lamelar. Adanya lesi psoriasis pada tempat lain dapat
membantu menentukan diagnosa.
Kandidosis pada daerah lipat paha mempunyai konfigurasi hen and
chicken. Kelainan ini biasanya basah dan berkrusta. Pada wanita ada tidaknya
flour abus dapat membantu pengarahan diagnosa. Pada penderita diabetes
mellitus, kandidosis merupakan penyakit yang sering dijumpai.
Eritrasma merupakan penyakit yang tersering berlokasi di sela paha.
Efloresensi yang sama yaitu eritema dan skuama, pada seluruh lesi merupakan
tanda-tanda khas dari penyakit ini. Pemeriksaan dengan lampu wood dapat
menolong dengan adanya floresensi merah (coral red).
Tinea barbe kadang sukar dibedakan dengan sikosis barbe, yang
disebabkan oleh piokokus. Pemeriksaan sediaan langsung dapat membedakan
kedua penyakit ini.

6. M & M Tatalaksana
6.1 Farmakologi

Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh lesi


tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal. walaupun
pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan biasanya
membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Infeksi dermatofitosis yang kronik atau
luas, tinea dengan implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum
termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga membutuhkan terapi sistemik.
Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik
antijamur dimulai.

Pengobatan oral, yang dipilih untuk dermatofitosis adalah

Infeksi Rekomendasi Alternatif


Tinea unguium Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan
(Onychomycosis mg/hr 6 minggu atau 400 mg/hr seminggu per bulan
) untuk kuku jari selama 3-4 bulan berturut-turut.
tangan, 12 minggu Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d
untuk kuku jari kaki sembuh (6-12 bln) Griseofulvin 500-
1000 mg/hr s.d sembuh (12-18 bulan)
Tinea capitis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg
500mg/day Itraconazole 100 mg/hr/4mgg
(≥ 10mg/kgBB/hari) Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg
sampai sembuh (6-8
minggu)
Tinea corporis Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4
mg/hr sampai minggu Itraconazole 100 mg/hr
sembuh (4-6 selama 15  hr atau 200mg/hr selama 1
minggu), sering mgg. Fluconazole 150-300 mg/mggu
dikombinasikan selama 4 mgg.
dengan imidazol.
Tinea cruris Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4
mg/hr sampai mgg Itraconazole 100 mg/hr selama
sembuh (4-6 minggu) 15 hr atau 200 mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4
mgg.
Tinea pedis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4
500mg/hr sampai mgg Itraconazole 100 mg/hr selama
sembuh (4-6 minggu) 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/mgg selama
4 mgg.
Chronic and/or Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6
widespread mg/hr selama 4-6 mgg. Griseofulvin 500-1000 mg/hr
non-responsive minggu sampai sembuh (3-6 bulan).
tinea.

Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik


sebagai antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari
selama dua minggu, bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang diberikan
berlanjut 2 minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai pengganti
griseofulvine selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung berat badan.

Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama


ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa gangguan
traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat tersebut bersifat fotosensitif
dan dapat mengganggu fungsi hepar.

Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang tersering


gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diarea,
konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain berupa ganguan pengecapan,
persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau keseluruhan setelah
beberapa minggu minum obat dan hanya bersifat sementara. Sefalgia ringan
dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus.

Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol sebagai


terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai 2 minggu pada pagi hari setelah
makan. Ketokonazol kontraindikasi untuk kelainan hepar.

Pengobatan topical yang diberikan adalah :


Obat antifungal Topikal
 Imidazol:
o Miconazol : 1-2x /hari, selama 2-3 minggu
Sediaan : krim 2%, bedak kocok ataupun bedak
o Klotrimazol : 2x /hari, selama 4 minggu
Sediaan: krim 1%, solusio, atau bedak kocok
o Ketokonazol : 2-4x /hari, selama 2-4 minggu
Sediaan: krim 1%
 Allilamin
o Nafritin : 4x /hari selama 4 minggu
Sediaan : krim, gel, atau solusio 1%
o Terbinatin : 4x /hari selama 1-4 minggu
Catatan :

1.Obat topikal kurang efektif digunakan pada tinea capitis & cruris

2.Untuk tinea capitis

Rehabilitasi : shampoo Selenium  menurunkan penyebaran spora dan hifa

7. M & M Menjaga dan Merawat Kulit menurut ajaran Islam

Menutup Aurat
Aurat diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang berarti keaiban. Manakala dalam
istilah fiiah aurat diartikan sebagai bagian tubuh badan seseorang yang wajib ditutup
atau dilindungi dari pandangan.
Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh Allah s.w.t dalam surah al-ahzab ayat
33
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah
laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.
Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas
pada lelaki adalah menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah
menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.

1. Aurat Ketika Sembahyang


Aurat wanita ketika sembahyang adalah menutup seluruh badan kecuali muka
dan tapak tangan.
2. Aurat Ketika Sendirian
Aurat wanita ketika mereka bersendirian adalah bahagian anggota pusat dan
lutut. Ini bererti bahagian tubuh yang tidak boleh dilihat antara pusat dan lutut.

3. Aurat Ketika Bersama Mahram


Pada asasnya aurat seseorang wanita dengan mahramnya adalah antara pusat dan
lutut. Walau pun begitu wanita dituntut agar menutup mana-mana bahagian
tubuh badan yang boleh menaikkan syahwat lelaki walaupun mahram sendiri.
Perkara ini dilakukan bagi menjaga adab dan tatsusila wanita terutana dalam
menjaga kehormatan agar perkara-perkara sumbang yang tidak diingini tidak
akan berlaku.
Berwudhu
Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus
dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa,
bahkan dikembangkan dalam hukum Islam. Dalam rangka inilah dikenal sarana-
sarana kebersihan yang termasuk kelompok ibadah, seperti : wudhlu, tayamum,
mandi (ghusl), pembersihan gigi (siwak).
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
menyucikan/membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, R.S,Sp.KK. 2002. Penyakit Jamur Kulit Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
http://www.bekamhijamah.com/index.php?
Sehat_secara_Islam_dengan_dr.Aldjoefrie:Menjaga_kesehatan_kulit_badan_dan_waj
ah_dengan_sistem_Islam
Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta :
EGC

Widaty, Sandra & Budimulja, Unandar. Dermatofitosis : Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi Ketujuh 2018.

Anda mungkin juga menyukai