Anda di halaman 1dari 10

Referat

Keratoderma

Oleh:

Dian Oktaria Safitri


Muthia Nanda Putri
Melia Gustina
Renny Anggraini
Robbitiya Syaharani

Pembimbing :

dr. Dwi Astuti Candra Kirana, SpKK

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

I. HISTOLOGI KULIT
Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis dan dermis
dapat terikat satu sama lain akibat adanya papilare dermis dan rabung epidermis.

1. Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-
150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain
sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:
 Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.
 Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada
sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi
kulit.
 Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan
fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
 Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam  sebagai
berikut:
1. Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang
dipenuhi keratin.
2. Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat gepeng,
dan sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom.
3. Stratum Granulosum, terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya
berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang
mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap
masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.
4. Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling terikat dengan
filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan)
antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak
terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
5. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri
atas selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi aktivitas mitosis, sehingga stratum ini
bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara
berkesinambungan.
6. Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang bervariasi
bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung.
Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan
stratum reticular.
 Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan
ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang
keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
 Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat
padat tak teratur (terutama kolagen tipe I)
Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea

 Rambut, merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel
epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat pelebaran terminal yang
berbentuk benjolan pada sebuah papilla dermis. Papila dermis tersebut mengandung
kapiler dan ditutupi oleh sel-sel yang akan membentuk korteks rambut, kutikula rambut,
dan sarung akar rambut.
 Kelenjar keringat, yang terdiri atas kelenjar keringat merokrin dan kelenjar keringat
apokrin
1. Kelenjar keringat merokrin, berupa kelenjar tubular sipleks bergelung dengan saluran
bermuara di permukaan kulit. Salurannya tidak bercabang dan memiliki diameter lebih
kecil dari bagian sekresinya 0,4 mm. Terdapat dua macam sel mioepitel yang
mengelilingi bagian sekresinya, yaitu sel gelap yang mengandung granula sekretoris dan
sel terang yang tidak mengandung granula sekretoris.
2. Kelenjar keringat apokrin, memiliki ukuran lebih besar (3-5 mm) dari kelenjar keringat
merokrin. Kelenjar ini terbenam di bagian dermis dan hipodermis, dan duktusnya
bermuara ke dalam folikel rambut. Terdapat di daerah ketiak dan anus.
 Kelenjar sebacea, yang merupakan kelenjar holokrin, terbenam di bagian dermis dengan
jumlah bervariasi mulai dari seratus hingga sembilan ratus per centimeter persegi. Sekret
dari kelenjar sebacea adalah sebum, yang tersusun atas campuran lipid meliputi
trigliserida, lilin, squalene, dan kolesterol beserta esternya.

Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan subkutan
dan mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut juga fasia superficial, atau
panikulus adiposus. Jaringan ini mengandung jalinan yang kaya akan pembuluh darah dan
pembuluh limfe. Arteri yang terdapat membentuk dua plexus, satu di antara stratum papilare dan
retikulare, satu lagi di antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang-cabang plexus tersebut
mendarahi papila dermis. Sedangkan vena membentuk tiga plexus, dua berlokasi seperti arteri,
satu lagi di pertengahan dermis. Adapun pembuluh limfe memiliki lokasi sama dengan pembuluh
arteri.

Untuk mendukung fungsi kulit sebagai penerima stimulus, maka terdapat banyak ujung saraf,
antara lain di epidermis, folikel rambut, kelenjar kutan, jaringan dermis dan subkutis, serta papila
dermis. Ujung saraf ini tanggap terhadap stimulus seperti rabaan-tekanan, sensasi taktil, suhu
tinggi/rendah, nyeri, gatal, dan sensasi lainnya. Ujung saraf ini meliputi ujung Ruffini,
Vaterpacini, Meissner, dan Krause.

Selain itu turunan kulit yang lain adalah kuku. Kuku merupakan lempeng sel epitel berkeratin
pada permukaan dorsal setiap falang distal. Lempeng kuku terletak pada stratum korneum,
sedangkan dasar kuku terletak pada stratum basal dan spinosum.

1.2 Keratinisasi kulit


Keratinisasi merupakan suatu proses pembentukan lapisan keratin dari sel-sel yang
membelah. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, lalu sel basal akan
berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi
makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang, mengalami
apoptosis dan menjadi sel tanduk yang amorf. Sel-sel yang sudah mengalami keratinisasi akan
meluruh dan digantikan dengan sel di bawahnya yang baru saja mengalami keratinisasi untuk
kemudian meluruh kembali, begitu seterusnya. Proses ini memakan waktu sekitar empat minggu
untuk epidermis dengan ketebalan 0.1 mm. Apabila kulit di lapisan terluar tergerus, seperti pada
abrasi atau terbakar, maka sel-sel basal akan membelah lebih cepat. Mekanisme pertumbuhan ini
terutama dipengaruhi oleh hormonepidermal growth factor (EPF).

II. KERATODERMA

II.1  Definisi

Keratoderma adalah suatu kondisi pembentukan keratin pada telapak tangan dan kaki yang
berlebihan

II.2  Sinonim

Keratoma, hyperkeratosis, keratosis, tilosis.

II.3 Klasifikasi

Ada 2 bentuk: didapat dan congenital.

Keratoma yang didapat ialah keratoderma klimakterium dan keratoma plantar sulkatum.
Keratoma congenital ialah keratoderma palmoplantar herediter, contohnya iktiosis, keratosis
pungtata palmoplantar, keratoderma familial dengan karsinoma pada esophagus. Sindrom
papilon Lefevre ialah kelainan resesif autosomal, terdiri atas hyperkeratosis palmaris et plantaris,
gingivitis dan periodontosis. Keratoderma biasanya terdapat pada dermatitis yang menahun,
psoriasis, ptiriasis rubra pilaris, keratosis folikularis, dan parakeratosis.
Pembagian keratoderma menurut FRANCESCHETTI dan SCHNYDER :

1. X-linked dominant

2. X-linked recessive

II.4  Gejala Klinis

1. Keratoderma klimakteriumm

Hiperkeratosis telapak tangan dan kaki terutama pada tumit pada masa klimakterium.
Kelainan tersebut terdapat terutama pada tempat tekanan. Pada tempat-tempat hyperkeratosis
sering terjadi fisura.

Pada gambaran objektif dapat tampak hyperkeratosis nummular dengan skuama dan
fissure dangkal dengan dasar kemerahan

2. Keratoma plantar sulkatum

Penyakit ini terdapat pada daerah tropik. Epidermis telapak kaki terutama bagian depan
dan tumit sangat menebal dan berwarna kekuningan, terdapat pula belahan yang dalam berwarna
hitam. Tanda khas ialah lubang-lubang sedalam 1-7 mm pada telapak kaki, tidak disertai tanda-
tanda radang. Penderita mengeluh nyeri pada kaki bila banyak berjalan. Penyakit berhubungan
dengan musim, timbul pada musin hujan dan menghilang pada musim kemarau.

ACTON dan Mc. GUIRE (1931) menemukan jasad renik tergolong


group Actinomycetesdan menamakannya keratolisis plantar sulkatum. ZAIAS dkk.
mendemonstrasikan adanya organism Gram positif yang  bercabang dan berfilamen dan memberi
nama pitted keratolysis pada penyakit ini. Kelainan ini sering terdapat pada tentara yang
memakai sepatu bot yang terus menerus lembab. Pengobatannya solusio formalin 20-40% dalam
akua.

3. Keratoderma palmoplantar hereditarum


Pada penyakit ini yang khas ialah penebalan menyeluruh yang nyata pada telapak tangan
dan kaki yang simetrik. Kadang-kadang penebalan meluas ke lateral atau dorsal, terutama pada
punggung sendi jari tangan. Lekukan telapak kaki, umumnya bebas. Epidermis menjadi tebal,
kering, verukosa, dan bertanduk. Bentuk strie dan berlubang dapat terlihat. Sering terdapat
hiperhidrosis. Kadang-kadang terlihat kelainan pada kuku yang menjadi tebal, kabur dan berubah
bentuk. Iktiosis atau anomaly congenital dapat dijumpai. Pengobatnnya: asam salisil 5% dalam
salep diakilon; rendam dalam 30% urea, 10% NaCl dalam salep hidrofilik. Pada kasus yang berat
dapat dipertimbangan skin graft(2).

4. Keratosis pungtata palmoplantar

Penyakit ini dapa terjadi pada semua umur, mulai dari akil balig. Hiperkeratosis terletak
pada banyak titik-titik penonjolan tanduk yang datar, miliar sampai lentikular, berwarna kuning
abu-abu. Penonjolan makin lama makin membesar, lebih besar pada telapak kaki dari pada
telapak tangan, terutama pada tumit dan tempat-tempat yang mendapat tekanan. Penyakit ini
diturunkan secara dominan autosomal. Keratosis semacam itu sering disebabkan oleh arsen.

II.5 Pemeriksaan Penunjang

Secara histopatolgik, pada palmoplantar terdapat akantosis. Pada keratosis pungtata terdapat
sumbatan keratotik berbentuk cone-shaped keratotic plug(2).

II.6 Pengobatan

Penanganan keratoderma ditujukng dan untuk menambah hidrasi stratum korneum, menipiskan
skuama, menormalkan proliferasi epidermal atau menekan proliferasi epidermal. Beberapa obat
yang digunakan antara lain:
1. Propilen glikol 60% dalam air dioleskan pada lesi dengan oklusi tiap malam selama 2-3
malam. Larutan sebaiknya dioleskan pada kulit yang telah dibasahi. Dengan meningkatnya
hidrasi ke stratum korneum maka skuama menjadi lunak dan mudah lepas.

2. Keratolitik misalnya salep salisil (4-6%), salep aapol, salep withfield.

3. Krim atau losio yang mengandung asam retinoat 0,05%, berfungsi menormalkan
proliferasi epidermal juga mempunyai daya keratolitik ringan.

4. Kortikosteroid topical potensi kuat sampai sangat kuat berfungsi menekan proliferasi
epidermal.

5. Krim urea (10-20%) berfungsi menambah hidrasi dan keratolitik


Banyak pasien dengan PPK, terutama mereka yang difus varietas, mentolerir kondisi tanpa
perawatan khusus. Kelompok swadaya yang dipimpin oleh pasien melayani untuk yang langka
dan gangguan anak yatim menawarkan dukungan yang berharga, tetapi jarang terjadi kondisi
individu berarti bahwa saran khusus sulit didapat. Pengecualian penting adalah Pachyonychia
Proyek Congenita (www.pachyonychia.org). Untuk pasien dengan keratoderma fokal, yang
sering menyakitkan dan terkadang melumpuhkan, pengupas teratur oleh a podiatris atau pasien
itu sendiri membantu mengendalikan hiperkeratosis. Agen keratolitik topikal seperti salisilat
salep asam (5% –20%) atau senyawa asam benzoate salep membantu melunakkan hyperkeratosis
sebelum abrasi. Propylene glycol (40% -60% dalam air krim di bawah oklusi di malam hari) juga
bisa melembutkan hiperkeratosis dan bantuan pengurangan kalusitas.

Banyak pasien mengeluhkan hyperhidrosis langkah-langkah sederhana seperti aluminium klorida


topical heksahidrat dapat digunakan. Alas kaki berventilasi yang cocok, sol, dan kaus kaki
"wicking" (tersedia dari pemasok peralatan jalan luar) dapat menawarkan sedikit lega. Toksin
botulinum telah berhasil digunakan untuk mengurangi nyeri plantar tetapi membutuhkan anestesi
regional.

165 Malodor karena corynebacterial keratolytic infeksi hiperkeratosis maserasi, dan jamur
superinfeksi juga umum terjadi. Dimana hadir, topical atau antimikroba sistemik menghasilkan
yang bermanfaat manfaat, tetapi perlu diulang Retinoid oral sering dicoba tetapi ada beberapa
studi sistematis. Acitretin (10 mg / hari atau lebih), etretinate, atau isotretinoin dapat membantu,
terutama di keratin, loricrin, atau gangguan connexin; sukses digunakan dalam PLS dan Mal de
Meleda juga dilaporkan. Namun, secara individu dosimetri mungkin perlu disesuaikan dengan
cermat Penumpahan hiperkeratosis yang berlebihan dapat menyebabkan palmar dan kulit plantar
menjadi lunak. Dalam kondisi dengan kalositas yang menyakitkan seperti PC, retinoid dapat
mengurangi ketebalan hiperkeratosis tetapi memperburuk rasa sakit.

Jika berhasil, perawatan seumur hidup diperlukan, dengan itu risiko terkait. Retinoid oral juga
telah digunakan menyelamatkan autoamputasi yang akan datang karena keliling band
pembatas.166–168 Beberapa laporan menyarankan topic (atau sistemik) 5-fluorouracil mungkin
bermanfaat bagi belang atau filiform keratoderma.169–171 Perawatan bedah, termasuk eksisi
dan okulasi, telah dilaporkan, 172 sebagian besar biasa digunakan untuk mencegah kontraktur
permanen pada Sindrom Olmsted.173–176 Pembebasan bedah konstriksi secara bedah band
memiliki hasil yang buruk dan lesi tanpa gejala mungkin sebaiknya dibiarkan sendiri. Untuk
gangguan berat di mana etiologi genetik berada diketahui, diagnosis prenatal secara teknis
dimungkinkan sebagai a strategi pencegahan. Terapi gen spesifik merupakan hal yang
mengasyikkan tapi masih jauh prospek gangguan yang diketahui etiologi. Namun, penelitian
terbaru di PC menunjukkan hal itu penghambatan ekspresi gen mutan dengan injeksi berulang
dari RNA kecil yang mengganggu spesifik (siRNA) efektif dalam mengurangi hiperkeratosis

Rindu Jombang.

Dulu, di malam nuzulul quran.


Kami memperingatinya dengan mengikuti kegiatan khusus dipondok

Dulu, setelah melewati malam nuzulul quran

Tandanya sudah waktunya kami bisa pulang ke kampung masing-masing

Kitab kuning yang telah dikhatamkan harus sudah terisi penuh

Setoran-setoran yang belum dituntaskan harus sudah beres

Bayaran-bayaran yang belum dilunasi harus sudah dibayarkan

Malam nuzulul quran

Dulu, itu tandanya para santri sebentar lagi bisa pulang ke kampong masing-masing

Anda mungkin juga menyukai