Anda di halaman 1dari 6

Edisi Khutbah Jumat; Bahaya Menerima dan Menyebarkan Berita Hoax/Bohon

Maret 2, 2018IlustrasiKhutbah Pertama

Ma’asyiral Muslimin Wa Zumratal Mu’minin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah Perkembangan


teknologi yang terus menerus semakin pesat membuat media sosial menjadi pilihan utama
masyarakat dalam berkomunikasi. Media sosial adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kemajuan teknologi ini harus dihadapkan dengan
kebebasan setiap orang dalam membuat serta membagikan informasi. Dalam kurun waktu
setahun belakangan ini, Indonesia dihadapkan dengan maraknya berita hoax di media sosial. Hal
ini dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan pribadi atau
kelompok. Kita sering mendengar desas-desus yang tidak jelas asal-usulnya. Kadang dari suatu
peristiwa kecil, tetapi dalam pemberitaannya, peristiwa itu begitu besar atau sebaliknya.
Terkadang juga berita itu menyangkut kehormatan seorang muslim. Bahkan tidak jarang, sebuah
rumah tangga menjadi retak, hanya karena sebuah berita yang belum tentu benar. Bagaimanakah
sikap kitaterhadap berita yang bersumber dari orang yang belum kita ketahui kejujurannya?
Allah Ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [QS. Al-
Hujurat : 6].

Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus.
Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka.
Tidak semua berita yang didapat itu benar dan sesuai dengan fakta. Ingatlah, musuh-musuh kita
senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai. Maka wajib atas kita untuk selalu waspada,
hingga kita bisa mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar. Jika Allah
berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti” Maksudnya, janganlah kalian menerima (begitu saja) berita dari orang
fasik, sampai kalian mengadakan pemeriksaan, penelitiandan mendapatkan bukti kebenaran
berita itu. (Dalam ayat ini) Allah memberitahukan, bahwa orang-orang fasik itu pada dasarnya
(jika berbicara) dia dusta, akan tetapi kadang ia juga benar. Karenanya, berita yang disampaikan
tidak boleh diterima dan juga tidak ditolak begitusaja, kecuali setelah diteliti. Jika benar sesuai
dengan bukti, maka diterima dan jika tidak, maka ditolak.Kemudian Allah Ta’ala menyebutkan
illat (sebab) perintah untuk meneliti dan larangan untuk mengikuti berita-berita tersebut dengan
lanjutan firman-Nya,

“Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya”.
“Yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” [QS. Al-Hujurat : 6]

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah


Sungguh, betapa semua kaum muslimin memerlukan ayat ini, untuk mereka baca, renungi, lalu
beradab dengan adab yang ada padanya. Betapa banyak fitnah yang terjadi akibat berita bohong
yang disebarkan orang fasiq yang jahat! Betapa banyak darah yang tertumpah, jiwa yang
terbunuh, harta yang terampas, kehormatan yang terkoyakkan, akibat berita yang tidak benar!
Berita yang dibuat oleh para musuh Islam dan musuh umat ini. Dengan berita itu, mereka hendak
menghancurkan persatuan umat ini, mencabik-cabiknya dan mengobarkan api permusuhan
diantara umat Islam.Betapa banyak dua saudara berpisah disebabkan berita bohong! Betapa
banyak suami-istri berpisah karena berita yang tidak benar! Betapa banyak kabilah-kabilah, dan
kelompok-kelompok saling memerangi, karena terpicu berita bohong! Wajib atas kaum
muslimin untuk waspada dan mewaspadai musuh-musuh mereka. Dan hendaklah kaum
muslimin mengetahui, bahwa para musuh mereka tidak pernah tidur (tidak pernah berhenti)
membuat rencana dan tipu daya terhadap kaum muslimin. Maka wajiblah atas mereka untuk
senantiasa waspada, sehingga bisa mengetahui sumber kebencian, dan bagaimana rasa saling
bermusuhan dikobarkan oleh para musuh.Sesungguhnya keberadaan orang-orang munafiq di
tengah kaum muslimin dapat menimbulkan bahaya yang sangat besar. Akan tetapi yang lebih
berbahaya, ialah keberadaan orang-orang mukmin berhati baik yang selalu menerima berita yang
dibawakan orang-orang munafiq. Mereka membuka telinga lebar-lebar mendengarkan semua
ucapan orang munafiq, lalu mereka berkata dan bertindak sesuai berita itu. Mereka tidak peduli
dengan bencana yang ditimpakan kepada kaum muslimin akibat mengekor orang munafiq.

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah


Al Qur’an telah mencatatkan buat kitasatu bencana yang pernah menimpa kaum muslimin,
akibat dari sebagian kaum muslimin yang mengekor kepada orang-orang munafiq yang dengki,
sehingga bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang sebelum kita.Dalam Lintasan
Sejarah Islam, Hoax pernah terjadi dalam banyak peristiwa, antara lain:
1. Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihiwa Sallam dan keluarganya pernah menjadi korban hoax,
ketika istri beliau, Aisyah Radliyallahu ‘anha, dituduh selingkuh, dan beritanya menjadi ‘viral’ di
Madinah. Peristiwa itu dalam sejarah dinamakan hadits al-Ifki. Berita bohong ini menimpa istri
Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam ‘Aisyah Radliyallahu Anha. Ummul Mu’minin, setelah
perang dengan Bani Mushtaliq pada bulan Sya’ban 5 H. Peperangan ini diikuti kaum munafik,
dan turut pula ‘Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau.
Dalam perjalanan mereka kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. ‘Aisyah
keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba dia merasa
kalungnya hilang, lalu dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkatdengan
persangkaan bahwa ‘Aisyah masih ada dalam sekedup. Setelah ‘Aisyah mengetahui, sekedupnya
sudah berangkat dia duduk di tempatnya dan mengaharapkan sekedup itu akan kembali
menjemputnya. Kebetulan, lewat di tempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan bin Mu’aththal,
diketemukannya seseorang sedang tidur sendirian dan dia terkejut seraya mengucapkan: “Inna
lillahi wainna ilaihi raji’un, isteri Rasul!” ‘Aisyah terbangun. Lalu dia dipersilahkan oleh
Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di
Madinah. Orang-orangyang melihat mereka membicarakannya menurut pendapatmasing-masing.
Mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum munafik membesarkannya, maka fitnahan atas
‘Aisyah Radliyallahu Anha. itu pun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di
kalangan kaum Muslimin.Akhirnya Allah Ta’ala mengklarifikasi berita itu, dengan menurunkan
firman-Nya dalam Al-Quran Surat Al-Nur Ayat 11-12

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.
Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.
Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di
antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu
baginya azab yang besar. Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang
mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak)
berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.” (QS. An-Nuur : 11-12)

2. Khalifah Utsman bin Affan tewas ditikam seorang penghafal Al-Quran yang termakan hoax
(fitnah) bahwa sang khalifah melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Peristiwa penikaman ini
terjadi pada bulan Dzulhijjah tahun 35 H./656 M. Nama pelakunya Al-Ghafiqi.
3. Khalifah Ali bin Abi Thalib dibunuh Abdurrahman bin Muljam seorang Khawarij, yang
memfitnahnya sebagai penista hukum Al-Quran karena ingin damai dengan Muawiyah bin Abi
Sufyan, mereka menuduh beliau telah meninggalkan hukum Allah.

4. Di era demokrasi sekarang ini, banyak hoax di medsos, mengancampilar persatuan dan
kerukunan umat islam dan masyarakat Indonesia khususnya. Bahkan The Arab Spring; ‫الثورات‬
‫العربية‬, demo, perang saudara,dan pertumpahan darah yang berujung tumbangnya beberapa
negara di kawasan Timur Tengah, adalah (diduga) akibat virus hoax yang disebarkan melalui
medsos.

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah


Pada dasarnya ucapan itu diterima dengan telinga, bukan dengan lisan. Akan tetapi Allah
ungkapkan tentang cepatnya berita itu tersebar di tengahmasyarakat. Seakan-akan kata-kata itu
keluar dari mulut ke mulut tanpa melalui telinga, dilanjutkan ke hati yang memikirkan apa yang
didengar, selanjutnya memutuskan boleh atau tidak berita itu disebar luaskan. Allah Ta’ala
berfirman,

“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulutdanKamu katakan
dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu
yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”. [QS. An-Nur :15].
Allah mendidik kaum mukminin dengan adab ini. Mengajarkan kepada mereka cara menghadapi
berita serta cara memberantasnya, sehingga tidak tersebar di masyarakat. Setelah itu Allah
mengingatkan kaum mukminin, agar tidak membicarakan sesuatu yang tidak mereka diketahui.
Allah juga mengingatkan mereka, agar tidak mengekor kepada para pendusta penebar berita
bohong.

‫س ِم َع‬ َ ‫سلَّ َم َكفَى ِبال َمر ِء َك ِذبًا أَن يُ َحد‬


َ . ‫ِث ِب ُك ِل َما‬ َ ‫علَي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ ُ ‫اصم قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ‫سو ُل ا َّّلل‬ ِ ‫ع‬ ِ ‫عنْ َحف‬
َ ‫ص ب ِن‬ َ
(15 ‫ ص‬/ 1 ‫)صحيح مسلم ج‬
“Cukuplah seseorang dikatakan pendusta tatkala menceritakan semua yang ia dengarkan (tanpa
tabayun/klarifikasi).” (HR. Muslim).
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Majelis Ulama Indonesia atau MUI telah merilis fatwa tentang haramnyamenyebar berita hoax.
Hukum haram ini terdapat pada Fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan
Pedoman Bermuamalah melalui Media Sosial.Memproduksi, menyebar dan atau membuat dapat
diaksesnya konten/informasi tentang hoax, ghibah, fitnah, namimah, aib, bullying,ujaran
kebencian, dan hal-hal lain sejenis terkait pribadi kepada orang lain dan atau khalayak hukumnya
haram, demikian salah satu poin dari Fatwa MUI.Jadi, apabila kita menerima berita atau konten
di media sosial hendaklah kita teliti dahulu jangan langsung percaya apalagi mengshare kemana-
mana. Karena bila kita tidak teliti terhadap hoax, maka kita bisa jadi salah satu penyebar dosa
kebohongan. Cerdaslah dalam bermedia sosial dan semoga Allah Ta’ala senantiasa membimbing
kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Aamiin

Anda mungkin juga menyukai