Anda di halaman 1dari 2

Penyandang Autis di berbagai negara sangatlah banyak, bahkan dalam kurun tahun demi tahun

semakin meningkat. Pada tahun 2000 jumlah penyandang autisme meningkat menjadi satu per
5000 anak”. Sedangkan tahun 2015 diperkirakan terdapat kurang lebih 12.800 anak penyandang
autisme atau 134.000 penyandang spektrum Autis di Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian WHO prevalensi autis di Indonesia mengalami peningkatan luar
biasa, dari 1 per 1000 penduduk menjadi 8 per 1000 penduduk dan melampaui rata- rata dunia
yaitu 6 per 1000 penduduk. 2 Data UNESCO pada 2011 mencatat, sekitar 35 juta orang
penyandang autisme di dunia. Itu berarti rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia mengidap autisme.
Data tersebut menunjukan bahwa peningkatan autisme sangat pesat, jika penderita autisme
meningkat, menurut Depkes RI3 akan berakibat hilangnya generasi penerus bangsa karena anak
autis pun adalah anak yang ikut andil dalam menentukan masa depan Indonesia.

UNESCO pada tahun 2011 merilis penyandang autisme mencapai 35 juta jiwa di
dunia. Pada tahun 2010, diperkirakan penyandang autisme di Indonesia mencapai 112 ribu
pada anak antara usia 5-19 tahun (www.cnnindonesia.com).
Seperti dilansir Kompas (2012), penyandang autisme mengalami peningkatan dan
pada anak laki-laki penyandang autisme lebih tinggi daripada anak perempuan (Kompas,
2014). Sangat disayangkan simpang siurnya data terkait penyandang autisme di Indonesia.
Data lain tahun 2015 di Indonesia memperkirakan lebih dari 12.800 anak menyandang
autisme dan 134.000 menyandang spektrum Autisme (klinikautisme.com).
Data BPS menunjukkan bahwa persentase usia anak antara (0-14) tahun (lihat gambar
3) masih sangat tinggi dan diprediksi ada banyak anak dengan kebutuhan khsusus. Karena
itu, sudah seharusnya menjadi perhatian serius dalam mendata anak dengan autism.

https://www.academia.edu/checkout?feature=BULK_DOWNLOAD&trigger=swp-download-
button&upgradeRedirect=%2F%2Fwww.academia.edu%2F34815585%3FbulkDownload%3Dtrue

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195505161981011-
MUSYAFAK_ASSYARI/Pendidikan_Anak_Autis/PENGENALAN__AUTISME_%26_PENDIDIKANNYA.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7345/11NASPUB%20FULL.pdf?
sequence=12&isAllowed=y
Autisme merupakan gangguan dalam perkembangan komunikasi, interaksi sosial, tidak
bisa mengamati dan mengolah informasi. Autis merupakan gangguan perkembangan yang paling
berat. Prevalensi penyandang autisme di seluruh dunia menurut data UNESCO pada tahun 2011
yaitu 35 juta orang penyandang autisme di dunia adalah 6 di antara 1000 orang mengidap autis
(Sumaja, 2014). Center for Disease Control (CDC) melaporkan data prevalensi autis dari tahun
2010-2014 mengalami peningkatan. Di tahun 2014, CDC memperkirakan bahwa 1 dari 68 anak
(atau 14,7 per 1.000 anak usia delapan tahun) di beberapa komunitas di Amerika Serikat telah
diidentifikasi dengan ASD. Perkiraan baru ini sekitar 30% lebih tinggi dari perkiraan
sebelumnya. Dilaporkan pada tahun 2012 yaitu 1 dari 88 anak (11,3 per 1.000 anak usia delapan
tahun) yang diidentifikasi dengan ASD. Di Amerika kelainan autisme 5 kali lebih sering
ditemukan pada anak lakilaki dibandingkan anak perempuan yaitu 1 di antara 42 anak laki-laki
dan 1 di antara 189 anak perempuan. Lebih sering banyak diderita anak berkulit putih
dibandingkan berkulit hitam (CDC, 2014).

Di Indonesia, pada tahun 2013 diperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak yang
menderita autisme dalam usia 5-19 tahun (Hazliansyah, 2013). Menurut Pratiwi dan Dieny
(2014), prevalensi autis di dunia saat ini mencapai 15-20 kasus per 10.000 anak atau berkisar
0,l5-0,20% jika angka kelahiran di Indonesia 6 juta per tahun maka jumlah penyandang autis di
Indonesia bertambah 0,15% atau 6.900 anak per tahun. Saat ini belum ada data khusus terkait
angka kejadian autisme, namun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan jumlah anak
autis cukup tinggi di Indonesia (Syarifah, 2014).

Orang dengan Autisme Spectrum Disorder (ASD) dapat menghambat mereka dalam
pendidikan dan berhubungan sosial. Sementara beberapa individu dengan ASD dan gangguan
perkembangan lain memiliki berbagai tingkat kemampuan kemandirian dan hidup produktif
dengan berbagai tingkat dukungan, sebagian sangat bergantung, memerlukan perawatan seumur
hidup dan dukungan (World Health Organization [WHO], 2013). Autisme melibatkan gangguan
dalam interaksi sosial, seperti menyadari perasaan orang lain dan komunikasi verbal dan non
verbal. Hingga kini penyebab autis belum diketahui secara pasti. Namun diyakini faktor genetik
memiliki peranan yang besar bagi penyandang autism (America Psycological Association (APA)
(n.d.)). Karakteristiknya yang unik serta sifatnya yang individu membuat sulit dideteksi. Belum
ada satu terapi yang dapat menyembuhkan autism secara cepat. Penanganan terbaik adalah
dengan diagnosa akurat, pendidikan tepat dan dukungan kuat dari keluarga, khususnya orang tua.
Peningkatan prevalensi ASD dan gangguan perkembangan lainnya, pada orang yang tinggal di
negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2013).

Anda mungkin juga menyukai