SKRINING CHAT
Di susun kelompok :
SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak yang sehat dan normal adalah dambaan setiap orang-tua. Namun jika harus
perilaku, fisik, atau dalam hal mental, tentu setiap orangtua akan merasa sedih bercampur
cemas, takut anaknya tidak akan mampu menghadapi kehidupan ini dengan baik.
Dalam dunia medis dan psikiatris, gangguan autisme atau biasa disebut ASD
meliputi bidang komunikasi, interaksi, perilaku, emosi dan sensoris. Dari data para ahli
diketahui penyandang ASD anak lelaki empat kali lebih banyak dibanding penyandang
bidang medis dan psikiatris juga mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan bidang
medis dan psikiatris akan semakin lengkap jika dapat didukung perkembangan teknologi
komputer, terutama teknologi perangkat lunaknya. Ada satu penelitian yang dilakukan
oleh Joan Angelina Widians dan Sri Hartati (2008) membangun aplikasi sistem pakar
untuk mendiagnosa gangguan autis pada anak. Metode yang digunakan dalam penelitian
di atas adalah DSM IV. Diagnostic and Statistical Manual (DSM IV) merupakan aturan
klinis yang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme. Aplikasi ini telah berhasil
penelitian ini akan perlu adanya pengembangan sistem untuk menghasilkan informasi
yang lebih akurat dari sebelumnya. Dari metode DSM IV yang dipadukan dengan ICD 10
dan CHAT akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang baik. Dalam American of
olehorang tua. DSM IV dipadukan dengan ICD 10 saat ini telah menghasilkan sebuah
petunjuk manual untuk mewawancara orang tua yaitu Autism Diagnostic Interview
Dari penjelasaan di atas, dimanfaatkanlah ilmu dan teknologi yang ada untuk
menganalisis dan membuat suatu sistem yang diangkat dalam skripsi ini, dengan judul
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana Deteksi Autism dengan CHAT (Checklist Autism in Toddlers, di atas usia
18 bulan) ?
C. Tujuan
4. Untuk mengetahui Peranan Orang Tua Dan Dokter Dalam Deteksi Dini
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan pada
seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya
penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka.
Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama
sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata,
Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner,
seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun
berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi
sosial. Autis dapat terjadipada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota,
berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia.
Jumlah anak yang terkena autis semakin meningkat pesat di berbagai belahan dunia. Di
Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri pada
tahun 2002 di-simpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Di Amerika Serikat disebutkan autis
terjadi pada 60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan prevalens
autis 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di
Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autis meningkat sangat pesat,
dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autisma. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga
saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakanjumlah anak
autis dapat mencapai 150 --200 ribu orang.Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 2,6 -
4 : 1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat.
B. Deteksi Autism dengan CHAT (Checklist Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan).
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk skreening (uji tapis) pada penyandang
autism sejak usia 18 bulan sering dipakai di adalah CHAT (Checklist Autism in Toddlers).
CHAT dikembangkan di Inggris dan telah digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000 balita.
Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi aspek-aspek : imitation, pretend play, and joint attention.
Interpretasi
Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa melakukan A5, A7, B2, B3, dan B4
Keterangan :
Pertanyaan A5, 7 dan B2, 3, 4 paling penting. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi aspek-
aspek : imitation, pretend play, and joint attention. Menurut American of Pediatrics, Committee
menyeluruh juga tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu perlu menyingkirkan kemungkinan
retardasi mental
Untuk dapat melakukan penilaian yang cermat tentang penyimpangan perilaku pada anak
sangat penting dilakukan observasi secara langsung. Observasi secara langsung ini meliputi
Observasi langsung yangs sering dilakukan adalah dengan melakukan interaksi langsung
dengan anak dan diikuti dengan wawancara terhadap orangtua dan keluarga. Informasi tentang
emosi anak, sosial, komunikasi, kemampuan kognitif dapat dilakukan secara bersamaan melalui
interaksi langsung, observasi dalam berbagai situasi, dan wawancara atau anamnesa dengan
orangtua dan pengasuhnya. Orang tua dan anggota lainnya harus ikut aktif dalam penilaian
tersebut. .
penilaian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi perubahan perilaku seperti perilaku
gerakan yang aneh, perilaku bicara yang khas dan sebagainya. Berdasarkan pertimbangan itu
bahwa perubahan perilaku adalah suatu cara untuk berkomunikasi dengan lingkungan. Penilaian
fungsional termasuk wawancara, observasi langsung dan interaksi secara langsung untuk
mengetahui apakah anak menderita autism atau dikaitkan ketidakmampuan dalam komunikasi
melalui perilaku anak.Penilaian secara fungsional ini akan membantu dalam perencanaan
Penilaian dasar bermain juga merupakan observasi langsung yang penting untuk
dilakukan. Penilaian ini melibatkan orang tua, guru, pengasuh atau anggota keluarga lainnya
untuk mengamati situasi permainan yang dapat memberikan informasi hubungan sosial,
eomosional, kognitif dan perkembangan komunikasi. Dengan mengetahui kebiasaan belajar anak
dan pola interaksi melalui penilaian permainan, pengobatan secara individual dapat
direncanakan.
tahapan tertentu. Diantara jenis perkembangan, yang paling penting untuk menentukan
kemampuan intelegensi di kemudian hari adalah perkembangan motorik halus dan pemecahan
perkembangan setiap anak berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang anak mengalami
Memberikan peranan kepada orang tua, nenek, guru atau pengasuh untuk melakukan
deteksi dini dan melaporkan kepada dokter bila anak mengalami keterlambatan atau gangguan
perkembangan dan perilaku. Kerugian cara ini adalah bahwa orang tua sering menganggap
bahwa anak akan dapat menyusul keterlambatannya dikemudian hari dan cukup ditunggu saja.
Misalnya bila anak mengalami keterlambatan bicara, nenek mengatakan bahwa ayah atau ibu
juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak yang cepat jalan akan lebih lambat bicara.
Kadang-kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari orang tua yang tidak mengakui bahwa anak
Pendekatan lainnya adalah dengan deteksi aktif yang dapat dilakukan dokter atau dokter
spesialis anak. Deteksi aktif ini dengan membandingkan kemampuan seorang anak dapat
melakukan peningkatan perkembangan yang sesuai dengan baku untuk anak seusianya.
Pendekatan kedua juga mempunyai kelemahan yaitu akan terlalu banyak anak yang diidentifikasi
sebagai "abnormal" karena banyak gangguan perilaku penyandang autis pada usia di bawah 2
tahun juga dialami oleh penyandang yang normal. Sehingga beberapa klinisi bila kurang cermat
dalam melakukan deteksi aktif ini dapat mengalami keterlambatan dalam penegakkan diagnosis.
Tampaknya peranan orangtua sangatlah penting dalam mendeteksi gejala autis sejak dini.
Orangtua harus peka terhadap perkembangan anak sejak lahir. Kepekaan ini tentunya harus
ditunjang dengan peningkatan pengetahuan tentang perkembangan normal pada anak sejak dini.
Informasi tersebut saat ini sangat mudah didapatkan melalui media cetak seperti buku kesehatan
populer, koran, tabloid, majalah dan media elektronik seperti televisi, internet dan sebagainya.
Orang tua juga harus peka terhadap kecurigaan orang lain termasuk pengasuh, nenek, kakek
Peranan orang tua untuk melaporkan kecurigaannya dan peran dokter untuk menanggapi
keluhan tersebut sama pentingnya dalam penatalaksanaan anak. Bila dijumpai keterlambatan
atau penyimpangan harus dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah hal tersebut
merupakan variasi normal atau suatu kelainan yang serius. Jangan berpegang pada pendapat
:"Nanti juga akan membaik sendiri" atau "Anak semata-mata hanya terlambat sedikit" tanpa
pemeriksaan yang cermat. Akibat yang terjadi diagnosis yang terlambat dan penatalaksanaan
yang semakin sulit. Langkah yang harus dilakukan adalah dengan melakukan uji tapis atau
skrening gangguan perilaku atau autis pada anak yang dicurigai yang dapat dilakukan oleh
dokter.
Kemampuan penilaian skrening Autis ini hendaknya juga harus dipunyai oleh para dokter
umum atau khususnya dokter spesialis anak. Dokter hendaknya harus cermat dalam melakukan
penilaian skrening tersebut. Bila mendapatkan konsultasi dari orangtua pasien yang dicurigai
Autis atau gangguan perilaku lainnya sebaiknya dokter tidak melakukan penilaian atau advis
kepada orangtua sebelum melakukan skrening secara cermat. Banyak kasus dijumpai tanpa
pemeriksaan dan penilaian skrening Autis yang cermat, dokter sudah berani memberikan advis
bahwa masalah anak tersebut adalah normal dan nantinya akan membaik dengan sendirinya.
Hambatan lainnya yang sering dialami adalah keterbatasan waktu konsultasi dokter, sehingga
pengamatan skrening tersebut kadang sering tidak optimal. Orang tua sebaiknya tidak menerima
begitu saja advis dari dokter bila belum dilakukan skrening Autis secara cermat. Bila perlu
orangtua dapat melakukan pendapat kedua kepada dokter lainnya untuk mendapatkan konfirmasi
khususnya dalam intervensi dini, tetapi dilain pihak juga dapat merugikan khususnya dalam
menghadapi beban psikologis orang tua. Orangtua tertentu yang tidak kuat menghadapi vonis
autis tersebut kadangkala akan menjadikan overprotected atau overtreatment kepada anaknya.
Selain itu keadaan seperti itu dapat meningkatkan beban biaya pengobatan anak. Bukan menjadi
rahasia lagi, bahwa orangtua penyandang Autis sangat banyak mengeluarkan biaya konsultasi
pada berbagai dokter, terapi okupasi, pemeriksaan laboratorium yang kadang mungkin belum
perlu dilakukan.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa diagnosis untuk skreening (uji tapis) pada penyandang autism sejak
berjumlah 14 buah meliputi aspek-aspek : imitation, pretend play, and joint attention.
B. Saran
Menurutr kelompok kami sebaiknya skrining CHAT untuk Autism dilakukan sedini
APA: Diagnostic and statistic manual of mental disorders. 4th ed. Washington, DC:
Bettelheim B: The Empty Fortress: Infantile Autism and the Birth of the Self. New York,
NY: Free
Buka SL, Tsuang MT, Lipsitt LP: Pregnancy/delivery complications and psychiatric
diagnosis. A prospective study. Arch Gen Psychiatry 1993 Feb; 50(2): 151-6.
Burd L, Severud R, Kerbeshian J, Klug MG: Prenatal and perinatal risk factors for autism.
disorder before one year of age: a retrospective study based on home videotapes. J
Wilkerson DS, Volpe AG, Dean RS, Titus JB. Perinatal complications as predictors of