Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ENDOMETRIOSIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase


Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :
Tri Wulan Dari
SN21144

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. Definisi
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya terdapat
hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis.(Baradero, 2015).
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,
ureter dan pelvis (Scott, 2012).
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan sel-sel lapisan
uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus (Brunner & Suddarth,
2012).
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stoma) diluar
uterus, endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium di luar kavum uterus. Bila
jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis (adenometriosis
internal) sedangkan bila diluar uterus disebut (endometriorisis ekterna) (Mansjooer, 2011).

B. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala endometriosis menurut Scott (2012) antara lain :
1. Nyeri :
a. Dismenore sekunder
b. Dismenore primer yang buruk
c. Dispareunia: Nyeri ovulasi
d. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
e. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
f. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
a. Hipermenorea
b. Menoragia
c. Spotting sebelum menstruasi
d. Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir
menstruasi
e. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
f. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
g. Darah pada feces
h. Diare, konstipasi dan kolik
C. Patofisiologi dan Pathway
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara
perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga.
Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem
hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan
progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan
pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan
peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag
yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel
abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium
yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama
dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke
bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan
progesteron meningkat, jaringan endometrial ini
juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan
progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan
terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan
nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan
menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri,
tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan,
defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan
gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-
hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.(Baradero,2015)

D. Etiologi
Etiologi endometriosis menurut Mary Baradero,dkk (2015) adalah :
a. Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.
b. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
c. Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai kerongga
pelvis.
d. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami
endometriosis.
Mansjooer (2011) menerangkan etiologi endometriosis seperti:
a. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitan transtuba pada saat
menstruasi
b. Teori metaplasia yaitu metaplasia sel multipotensial menjadi endometrium, namun teori ini
tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen
c. Teori induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia, endogen
menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan
endometrium.
Teori lain Brunner & Suddarth (2012) menyebutkan etiologi endometriosis antara lain :
a. Teori transplantasi bahwa aliran darah haid (menstruasi retrogard) mengirimkan kembali
jaringan endometrium ke tempat ektopik melalui tuba fallopi
b. Teori metaplasi berhubungan dengan jaringan epitel embrionik yang tertahan yang selama
pertumbuhannya dapat berubah menjadi jaringan epitel oleh stimuli dari luar.

E. Penatalaksanaan
1. Medis
Menurut Mansjoer (2011) ada beberapa penatalaksanaan :
Kehamilan bisa memperlambat perkembangan endometriosis karena menstruasi
(ovulasi) berhenti selama kehamilan dan laktasi. Ada beberapa wanita yang menjadi
asimptomatis setelah melahirkan. Fertilitas wanita dengan endometriosis rendah maka bagi
pasangan yang menginginkan anak memerlukan bantuan medis.
Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang minimal dan progestin yang tinggi
dapat menyebabkan atrofi endometrium. Obat-obat antigonadotropik seperti Danasol dapat
juga dipakai untuk menekan kegiatan ovarium. Danasol dapat menghentikan perkembangan
endometrium, mencegah ovulasi, dan menyebabkan atrofi jaringan endometrium yang ada di
luar uterus (jaringan endometrium ektopik). Kelemahan dari obat-obat ini adalah sangat
mahal, adanya efek samping seperti mual, cepat lelah, depresi, berat badan bertambah,
menyerupai gejala menopause, dan osteoporosis.
Apabila tidak ada respons terhadap terapi konservatif, intervensi bedah dapat
dilaksankan. Pembedahan laser laparoskopi adalah pembedahan yang bisa mempertahankan
fertilitas pasien karena pembedahan ini hanya melepas adhesi dan menghancurkan jaringan
endometrium yang ada dalam rongga pelvis. Bedah radikal meliputi pengangkatan uterus,
tuba fallopi, dan ovarium. Endometriosis bisa berhenti ketika menopause.
a) Terapi Hormonal
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis
1) Pil KB kombinasi estrogen-progestin Pembengkakan perut, nyeri payudara,
peningkatan nafsu makan, pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan
diantara 2 siklus menstruasi, trombosis vena dalam
2) Progestin Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan 55q qsuasana hati,
depresi, vaginitis atrofika
3) Danazole Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot
flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot, perdarahan
diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi
hati, sindroma terowongan karpal
4) Agonis GnRH Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan
suasana hati
5) Konservatif
a) Laparatomi
b) laparaskopi
6) Radikal
b) Pembedahan
Ada 2 macan yaitu :
1) Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan Laparotomi,
yakni
a) Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek yaitu sekitar 2 hari, jika
dilaparotomi sekitar 5 hari.
b) Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat
kembali sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.
c) Ongkos perawatan lebih murah.
Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang
umurnya hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang
luas disertai banyak keluhan. Operasi yang paling radikal adalah
histerektomi total, salpingo- ooferektomi bilateral, dan pengangkatan
semua sarang-sarang endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada
wanita kurang dari 40 tahun dapat dipertimbangkan untuk,
meninggalkan sebagian dari jaringan ovarium yang sehat. Hal ini
mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul gejala-gejala
pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan
timbulnya osteoporosis.
2) Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini tidak
dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.Pencegahan yaitu
menunda kehamilan, tidak melakukan pemeriksaan kasar atau melakukan kerokan pada
haid, Observasi pada pembesaran analgesik yaitu pemeriksaan periodik dan berkala,
Pengobatan hormonal, Pembedahan dilakukan dengan histeroktomi total salfingo-
oferektomi bilateral eksisi tempat endometriorisis
2. Keperawatan
Menurut Hanifa (2018) ada beberapa penatalaksanaan :
a) Pencegahan
Hanifa (2018) berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang
paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau
hilang pada waktu dah sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-
sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama,
dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan mendapat anak-anak yang diinginkan
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan
profilaksis yang baik terhadap endometrisis, melainkan menghindari terjadinya
infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang
kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena itu dapat menyebabkan
mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan rongga panggul.
b) Observasi dan Pemberian Analgetika
Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala-gejala
dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu
bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis
hilang sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak
mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai
anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang
diterangkan, harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti
perkembangan penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa
observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk
mengurangi rasa nyeri.
F. Komplikasi
Menurut Mansjoer (2011) komplikasi endometriosis antaralain :
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolon atau ureter.
2. Torsi ovarium atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma.
3. Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis merupakan penyebab
infertilitas kedua terbanyak pada wanita.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien. Data yang terkumpul dari pasien, pengkajian terdiri dari pengumpulan,
pengelompokan data, analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan.
1. Pengumpulan Data Identitas
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, agama, pendidikan,pekerjaan, suku, status
perkawinan, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no medrek dan alamat.
b. Identitas Penanggung jawab
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat.

2. Keluhan Utama
Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian dengan menggunakan metode
PQRST :
P : Provokatif atau paliatif yang menyebabkan nyeri dirasakan.
Q: Kualitas nyeri yang dirasakan, apakah tertusuk, kram, kaku, terjepit, atau tertekan.
R : Region, nyeri yang dirasakan mempengaruhi system tubuh atau tidak seperti nadi,
tekanan darah, pernafasan, serta apakah mempengaruhi aktifitas selama perubahan posisi
atau nyeri dirasakan menjalar ke area lain.
S : Saverity, nyeri dirasakan hebat. Menengah – sedang, atau sedikit, tentukan dengan
menggunakan skala 0 – 10
T : Time, apakah nyeri secara khas terus – menerus, cepat hilang dan dirasakan menetap.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Perjalanan penyakit klien sebelum, selama perjalanan dan sesampainya di rumah sakit
hingga saat dilakukan pengkajian. Tindakan yang dilakukan sebelumnya, dan pengobatan
yang didapat setelah masuk rumah sakit.
4. Status kesehatan
a) Gejala yang dirasakan
- Gejala awal
- Timbulnya gejala : faktor yang memperbaiki gejala,faktor yang memperburuk gejala
- Deskripsi gejala : lokasi,kualitas,kuantitas
- Efek pada gaya hidup
b) Riwayat ginekologi
Karakteristik menstruasi,menarche,periode
menstruasi,pengalaman,mesntruasi,perdarahan tengah siklus,menopause,kontrasepsi,usia
saat kehamilan pertama,penyakit menular seksual,status obstetrik
5. Riwayat medis masa lalu
a) Riwayat dan pengobatan
b) Alergi
c) Penyakit dan pembedahan sebelumnya
d) Riawayat dirawat di RS sebelumnya
e) Kecelakaan
f) Perilaku yang beresiko : gaya hidup,konsumsi kafein,merokok,alkohol,obatan,praktik
seks yang tidak aman
g) Riwayat kekerasan : cederaakibat kekerasan,pengalaman diperkosa
6. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keturunan,penyakit saat ini dalam keluarga,riwayat penyakit jiwa dalam
keluarga,genogram keluarga
7. Riwayat psikososial
Koping individu,pola kesehatan : nutrisi,hygiene diri,aktivitas diri,aktivitas latihan,rekreasi.
8. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Rambut,mata,hidung,gigi dan mulut,telinga
b) Leher
c) Dada
Payudara,jantung,paru
d) Perut
e) Pemerikasan ektermitas
f) Pemerikasaan urogenital
9. Pemeriksaan Penunjang
Pre operasi : Kaji hemoglobin, Pembekuan darah dan USG
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
3. Retensi Urine berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor resiko efek prosedur invasif
C. Rencana Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


o
1 Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan intervensi Manajemen nyeri :
dengan agen pencedera biologis selama ...Nyeri Akut Menurun, dengan 1. Identifikasi lokasi,
kriteria hasil: karakteristik, durasi,
Utama frekuensi, kualitas, dan
 Tingkat nyeri menurun intensitas nyeri
Tambahan 2. Berikan teknik nonfarmakologis
 Fungsi gastrointestinal membaik untuk mengurangi nyeri
 Kontrol Nyeri membaik 3. Jelaskan penyebab,
 Mobilitas fisik membaik periode, d an pemicu nyeri
 Penyembuhan luka meningkat 4. Kolaborasi pemberian
 Perfusi miokard membaik analgetik, jika perlu
 Perfusi perifer membaik
 Pola tidur membaik
 Status kenyamanan meningkat
 Tingkat cedera menurun
2 Risiko pendarahan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen perdarahan
factor risiko gangguan intervensi selama ... tidak terjadi 1. identifikasi penyebab perdarahan
koagulasi perdarahan dengan kriteria hasil: 2.jelaskan tanda – tanda perdarahan
Tingkat pendarahan 3. anjurkan membatasi aktivitas
 Perdarahan vagina dari 4.kolaborasi pemberian cairan
skala 1 (meningkat) menjadi
skala 3 (sedang)
 Tekanan darah skala 1
menjadi skala 3 (sedang)
 Kelembapan membrane
mukosa dari skala 1 menjadi
skala 3 (sedang)
3 Gangguan citra tubuh b.d infertil Setelah dilakukan tindakan Manajemen citra tubuh
intervensi selama ...gangguan citra 1. Bina hubungan saling percaya
tubuh berkurang denggan kriteria dengan klien.
hasil :
 Verbalisasi kecacatan bagian 2. Dorong klien untuk

tubuh dari skala 1 (menurun) mengekspresikan perasaan,

menjadi skala 3 (sedang) pikiran, dan pandangan tentang


 Verbalisasi kekhawatiran pada dirinya.
penolakan orang lain dari skala 3. Diskusikan dengan system
1 menjadi skala 3 pendukung klien tentang
 Verbalisasi negative pada bagian perlunya menyampaikan nilai
tubuh dari skala 1 menjadi skala
dan arti klien bagi mereka.
3
4. Gali kekuatan dan sumber-sumber
yang ada pada klien dan dukung
kekuatan tersebut sebagai aspek
positif.

D. Evaluasi
S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan
diberikan.
O (Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran
yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan tujuan
dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa.

. . . 1
DAFTAR PUSTAKA

Baraero, Mary, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas.
Jakarta: EGC
Bunner and Suddart . 2012 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Dothrock, C Jane.
2018. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif.Jakarta :EGC
Irene M. Bobak, dkk.2014.Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta

Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua . Media Aesculapius :
Jakarta
Ismail, Nasri. 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

PPNI. 2019. Standar Diagosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta Selatan

PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta Selatan

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta Selatan

Sarwono Prawirohardjo, 2018. Ilmu kandungan. Bina Pustaka : Jakarta Scott. 2012. Buku
Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta Winkjosastro, Hanifa.
2018. Ilmu Kandungan. Jakarta : EGC
WOC ENDOMETRIOSIS

Terbentuk fragmen
Gangguan menstruasi
endometrial Faktor eksternal :
(hipermenorea dan
menoragia) Toksik

Gangguan sistem hormonal Mikroorganisme


tubuuh
masuk ke dalam Faktor Genetik
tubuh

Gangguan sekresi,
↑estrogen dan
Mikroorganisme
progesterone
menghasilkan
makrofag
Gangguan
pertumbuhan sel Respon imun ↓
endometrium
Merangsang
Pertumbuhan sel-sel
perkembangbiakan
abnormal meningkat
sel-sel abnormal
meningkat

Dari infundibulum tuba Masuk peredaran darah


falopi & Lumpa

Ovarium
Mengikuti aliran
regional tubuh

Jaringan endometrium tumbuh di


luar uterus (endometrial
extrauterine)

Nekrosis
jaringan
endometrial . . .

ENDOMETRIOSIS
Endometriosis

Iritasi
peritoneum

Pendarahan
pelvik

Nyeri saat
menstruasi(dysmenorea) Penggumpalan darah

NYERI AKUT

Adhesi di Adhesi ke uterus Adhesi ke tuba fallopi


dinding pelvic

Retroversi uteri Gerakan spontan


Nyeri koitus ujung-ujung fimbriae

GANGGUAN Gerakan ovum ke


Perdarahan banyak  POLA SEKSUAL uterus lambat

↓ jumlah eritrosit,
↓ Fe
Ovum tertahan di
saluran ekstra
uterine
RISIKO Sakit kepala, Infertile
PENDARAHAN
pusing

Kelemahan

GANGGUAN
INTOLERANSI KONSEP
AKTIFITAS DIRI

Anda mungkin juga menyukai