Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

ENDOMETRITIS

DISUSUN OLEH :

MITA RIAWATI
NADIA PUTRI CHAERANI
A. PENGERTIAN

Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya terdapat


hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Mary Baradero dkk, 2005).
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh
di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks,
colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002).

B. ETIOLOGI

Etiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah
dikemukakan:

1. Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.


2. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
3. Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai ke
rongga pelvis.
4. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami
endometriosis (Mary Baradero dkk, 2005).

C. MANIFESTASI KLINIS

Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala pada
umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya karena
pembesaran daerah endometriosis. Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri panggul,
dismenorea (nyeri ketika menstruasi), dispareunia (nyeri ketika senggama), dan
infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat memiliki anak).

1. Nyeri panggul Nyeri yang berkaitan dengan endometriosis adalah yang dikatakan
sebagai nyeri yang dalam, tumpul, atau tajam, dan biasanya nyeri bertambah ketika
menstruasi. Pada umumnya nyeri terdapat di sentral (tengah) dan nyeri yang terjadi
pada satu sisi berkaitan dengan lesi (luka atau gangguan) di indung telur atau dinding
samping panggul. Dispareunia terjadi terutama pada periode premenstruasi dan
menstruasi. Nyeri saat berkemih dan dyschezia dapat muncul apabila terdapat
keterlibatan saluran kemih atau saluran cerna.
2. Dismenorea Nyeri ketika menstruasi adalah keluhan paling umum pada
endometriosis.
3. Infertilitas Efek endometriosis pada fertilitas (kesuburan) terjadi karena terjadinya
gangguan pada lingkungan rahim sehingga perlekatan sel telur yang sudah dibuahi
pada dinding rahim menjadi terganggu. Pada endometriosis yang sudah parah, terjadi
perlekatan pada rongga panggul, saluran tuba, atau indung telur yang dapat
mengganggu transportasi embrio (Missrani, 2009).

D. PATOFISIOLOGI
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi dinding
rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim. Lokasi tumbuhnya
beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan yang menunjang
uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung kemih. Endometriosis
bukanlah suatu infeksi menular seksual, sehingga tidak ada hubungannya dengan apakah
seorang remaja pernah berhubungan seksual atau tidak. Untuk memahami masalah
endometriosis ini, kita perlu memahami siklus menstruasi.

Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya
pembuluh darah dan jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel telur yang akan
dilepaskan oleh indung telur yang terhubungkan dengan rahim oleh saluran yang disebut
tuba falopii atau saluran telur. Apabila telur yang sudah matang tersebut tidak dibuahi
oleh sel sperma, maka lapisan dinding rahim tadi luruh pada akhir siklus. Lepasnya
lapisan dinding rahim inilah yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Keseluruhan
proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya memerlukan waktu 28 sampai 30 hari sampai
kembali lagi ke awal proses. Salah satu teori mengatakan bahwa darah menstruasi masuk
kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim, sehingga
jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Teori lain mengatakan bahwa sel-sel
jaringan endometrium keluar dari rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening, kemudian mulai tumbuh di lokasi baru. Namun, ada pula teori yang mengatakan
bahwa beberapa perempuan memang terlahir dengan sel-sel yang “salah letak”, dan
dapat tumbuh menjadi endometrial implant kelak.
Berbagai penelitian masih terus dilakukan untuk memahami endometriosis ini dengan
baik sehingga dapat menentukan cara yang tepat untuk mengobatinya. Dalam kasus
endometriosis, walaupun jaringan endometrium tumbuh di luar rahim dan menjadi
“imigran gelap” di rongga perut seperti sudah disebutkan tadi, struktur jaringan dan
pembuluh darahnya juga sama dengan endometrium yang berada di dalam rahim. Si
imigran gelap (yang selanjutnya akan kita sebut endometrial implant) ini juga akan
merespons perubahan hormon dalam siklus menstruasi. Menjelang masa menstruasi,
jaringannya juga menebal seperti saudaranya yang berada di “tanah air”. Namun, bila
endometrium dapat luruh dan melepaskan diri dari rahim dan ke luar menjadi darah
menstruasi, endometrial implant ini tidak punya jalan ke luar. Sehingga, mereka
membesar pada setiap siklus, dan gejala endometriosis (yaitu rasa sakit hebat di daerah
perut) cenderung makin lama makin parah. Intensitas rasa sakit yang disebabkan oleh
endometriosis ini sangat tergantung pada letak dan banyaknya endometrial implant yang
ada pada kita. Walaupun demikian, endometrial implant yang sangat kecil pun dapat
menyebabkan kita kesakitan luar biasa apabila terletak di dekat saraf (Utamadi, Gunadi,
2004). Setiap bulan, selaput endometrium akan berkembang dalam rahim dan membentuk
satu lapisan seperti dinding. Lapisan ini akan menebal pada awal siklus haid sebagai
persediaan menerima telur tersenyawa (embrio).

Bagaimanapun jika tidak ada, dinding ini akan runtuh dan dibuang sebagai haid.
Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama seperti dalam
rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh kerana selaput ini ada di tempat tidak sepatutnya,
ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan endometrium dalam rahim. Pada masa
sama, selaput ini akan menghasilkan bahan kimia yang akan mengganggu selaput lain dan
menyebabkan rasa sakit. Lama kelamaan, lapisan endometriosis ini semakin tebal dan
membentuk benjolan atau kista (kantung berisi cecair) dalam ovari (Prof.Dr.Nik Mohd
Nasri Ismail, 2005).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Cara yang pasti untuk mendiagnosis endometriosis adalah laparoskopi.

1. Endoskopi Endoskopi dapat dilaksanakan untuk mengetahui luasnya endometriosis


2. Biopsi Biopsi untuk mengetahui apakah ada keganasan (Mary Baradero dkk, 2005).
F. PENATALAKSANAAN
1. kolaboratif Kehamilan bisa memperlambat perkembangan endometriosis karena
menstruasi (ovulasi) berhenti selama kehamilan dan laktasi. Ada beberapa wanita
yang menjadi asimptomatis setelah melahirkan. Fertilitas wanita dengan
endometriosis rendah maka bagi pasangan yang menginginkan anak memerlukan
bantuan medis. Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang minimal dan
progestin yang tinggi dapat menyebabkan atrofi endometrium.
Obat-obat antigonadotropik seperti Danasol dapat juga di pakai untuk menekan
kegiatan ovarium. Danasol dapat menghentikan perkembangan endometrium,
mencegah ovulasi, dan menyebabkan atrofi jaringan endometrium yang ada di luar
uterus (jaringan endometrium ektopik). Kelemahan dari obat-obat ini adalah sangat
mahal, adanya efek samping seperti mual, cepat lelah, depresi, berat badan
bertambah, menyerupai gejala menopause, dan osteoporosis. Apabila tidak ada
respons terhadap terapi konservatif, intervensi bedah dapat dilaksankan. Pembedahan
laser laparoskopi adalah pembedahan yang bisa mempertahankan fertilitas pasien
karena pembedahan ini hanya melepas adhesi dan menghancurkan jaringan
endometrium yang ada dalam rongga pelvis. Bedah radikal meliputi pengangkatan
uterus, tuba fallopi, dan ovarium. Endometriosis bisa berhenti ketika menopause.
2. Mandiri Pasien perlu merasa yakin bahwa endometriosis dapat diobati. Perlu
diterapkan kepada pasien efek samping dari obat-obat yang dipakainya, strategi
untuk menangani nyeri yang kronis juga perlu dijelaskan (Mary Baradero dkk, 2005).

H. KOMPLIKASI
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolon atau
ureter.
2. Torsi ovarium atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma.
3. Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis merupakan penyebab
infertilitas kedua terbanyak pada wanita. (Mansjoer, 2001)
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Biodata Klien

2. Keluhan utama yang dirasakan klien

Biasanya Ibu mengeluh sakit perutnya saat ditekan, lokia yang berbau, demam
3. Riwayat kesehatan dahulu
Adakah penyakit-penyakit terdahulu yang dapat memperberat penyakitnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat menstruasi

Siklus : Metrorargia (pada endrometritis akuta) dan Menorargia/ metrorargia (pada


endrometritis kronika)

Flour albus : (positif), banyak, berbau

6. Riwayat pernikahan
7. Riwayat obstetri
a) untuk riwayat kehamilan ditanyakan hamil dan pernikahan yang ke berapa,
berapa umur kehamilanya, pernah keguguran atau tidak, apabila pernah
keguguran dilakukan kuret atau tidak, dan ada atau tidak penyakit yang
menyertai kehamilan
b) untuk riwayat persalinan, ditanyakan jenis persalinannya, bagaimana
persalinannya, normal atau operasi atau dengan alat, siapa yang menolong
persalinannya, dimana dan apakah ada penyulit persalinan atau tidak, juga
ditanyakan berapa berat lahir bayi, jenis kelaminnya, panjang badan dan apabila
anak hidup berapa usianya Semarang, dan bila mati apa penyebabnya.
c) Untuk riwayat nifas, apakah nifasnya berjalan normal ataukah ada kelainan,
penyulit atau tidak, menyusui atau tidak.
8. Riwayat KB
Jenis kontrasepsi yang digunakan
9. Pola kehidupan sehari-hari
a. Nafsu makan ibu menurun

b. Terjadi ganguan istirahat karena ada rasa nyeri pada daerah abdomen pada
bagian bawah jika ketekan.

c. Sering ganti celana dalam karena darahnya semakin banyak dan bau

10. Riwayat psikososial


Biasanya bu akan merasa cemas
11. Pemeriksaan umum
Keadaan umum, TTV
12. Pemeriksaan Fisik
Abdomen :
1. inspeksi : perut membuncit, TFU (masih tinggi, normalnya pertengahan
symphisis pusat)
2. Palpasi : nyeri tekan pada abdomen bagian bawah, kontraksi uterus lemah
13. Genitalia : lokhea berbau busuk, normalnya lokhea sanguinolenta, Pecah ketuban
dini/lama, persalinan lama, Hemorargi pascapartum, Tepi insisi: kemerahan, edema,
keras, nyeri tekan, drainase purulen.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi. (agen cidera biologi
dan fisik)
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive,
ketidakadekuatan imunitas
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
N
Keperawa
Tujuan dan Kriteria Intervensi
o tan
Hasil
1 Nyeri NOC : NIC : Pain Management

 Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif termasuk lokasi,
 Pain control,
karakteristik, durasi, frekuensi,
 Comfort level
kualitas dan faktor presipitasi
Kriteria Hasil :  Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan

 Mampu  Gunakan teknik komunikasi


terapeutik untuk mengetahui
mengontrol
pengalaman nyeri pasien
 Kaji kultur yang mempengaruhi
nyeri (tahu
respon nyeri
 Evaluasi pengalaman nyeri masa
penyebab
lampau
nyeri,
 Evaluasi bersama pasien dan tim

mampu kesehatan lain tentang

menggunakan
tehnik
nonfarmakolo
gi untuk
mengurangi
nyeri,

mencari
bantuan)
 Melaporkan bahwa ketidakefektifan kontrol nyeri masa
nyeri berkurang lampau
dengan  Bantu pasien dan keluarga untuk
menggunakan mencari dan menemukan dukungan
manajemen nyeri  Kontrol lingkungan yang dapat
 Mampu mengenali mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri (skala, ruangan, pencahayaan dan
intensitas, kebisingan
frekuensi dan tanda  Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri)
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri
 Menyatakan rasa
(farmakologi, non farmakologi dan
nyaman setelah
inter personal)
nyeri berkurang
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
 Tanda vital dalam
menentukan intervensi
rentang normal
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

 Tingkatkan istirahat

 Kolaborasikan dengan dokter jika


ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration

 Tentukan lokasi, karakteristik,


kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi

 Pilih analgesik yang diperlukan atau


kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)

2 Resiko NOC : NIC :


infeksi

 Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)

 Knowledge :
Infection control  Bersihkan lingkungan setelah
 Risk control dipakai pasien lain
 Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil :
 Batasi pengunjung bila perlu
 Klien bebas dari  Instruksikan pada pengunjung untuk
tanda dan gejala mencuci tangan saat berkunjung dan
infeksi
 Mendeskripsikan setelah berkunjung meninggalkan
proses penularan pasien
penyakit, factor  Gunakan sabun antimikrobia untuk
yang cuci tangan
mempengaruhi  Cuci tangan setiap sebelum dan
penularan serta sesudah tindakan kperawtan
penatalaksanaanny  Gunakan baju, sarung tangan
a, sebagai alat pelindung
 Menunjukkan  Pertahankan lingkungan aseptik
kemampuan untuk selama pemasangan alat
mencegah
 Ganti letak IV perifer dan line
timbulnya infeksi
central dan dressing sesuai dengan
 Jumlah leukosit
petunjuk umum
dalam batas normal
 Gunakan kateter intermiten untuk
 Menunjukkan
menurunkan infeksi kandung
perilaku hidup
kencing
sehat
 Tingktkan intake nutrisi

 Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap


infeksi)

 Monitor tanda dan gejala infeksi


sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC

 Monitor kerentanan terhadap infeksi

 Batasi pengunjung

 Saring pengunjung terhadap


penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis pada

pasien yang beresiko


 Pertahankan teknik isolasi k/p

 Berikan perawatan kuliat pada area


epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

 Dorong masukkan nutrisi yang


cukup
 Dorong masukan cairan

 Dorong istirahat

 Instruksikan pasien untuk minum


antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi

 Laporkan kecurigaan infeksi

 Laporkan kultur positif


3 Kecemasa NOC : NIC :
n
Anxiety Reduction (penurunan
 Anxiety control kecemasan)

 Coping  Gunakan pendekatan yang


menenangkan
Kriteria Hasil :
 Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
 Klien mampu
 Jelaskan semua prosedur dan apa
mengidentifikasi
yang dirasakan selama prosedur
dan
 Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan
keamanan dan mengurangi takut
gejala cemas
 Berikan informasi faktual mengenai
 Mengidentifikasi,
mengungkapkan diagnosis, tindakan prognosis
dan menunjukkan
tehnik untuk  Dorong keluarga untuk menemani
mengontol cemas anak
 Vital sign dalam  Lakukan back / neck rub
batas normal
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Postur tubuh,
ekspresi wajah,  Identifikasi tingkat kecemasan
bahasa tubuh dan
 Bantu pasien mengenal situasi yang
tingkat aktivitas
menimbulkan kecemasan
menunjukkan
 Dorong pasien untuk
berkurangnya
mengungkapkan perasaan,
kecemasan
ketakutan, persepsi
 Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
 Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan

C. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukkan pada nursing ordersuntuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan (Nursalam, 2008).

D. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan (Hidayat, 2008).
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas


BAB 4

PENUTUP

s
A. KESIMPULAN

Radang selaput lendir rahim atau endometritis adalah peradangan yang terjadi pada
endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadiakibat infeksi.
Kurangnya kesadaran ibu nifas dalam hal personal higiene dan merawat luka perineum.
Akibatnya, adanya mikroorganisme dari vagina dapat secara asenden masuk ke rahim
terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah mikroorganisme terlalu
banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat terjadi endometritis.

B. SARAN

Demikianlah makalah Asuhan keperawatan ini. Diharapkan dengan adanya


makalah asuhan keperawatan ini mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai
Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan Endometris. Selain itu, mahasiswa juga
mampu memahami secara teoritis mengnai penyakit ini serta mampu membuat
asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Baraero, Mary, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi &

Seksualitas. Jakarta: EGC Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:
Jakarta. Missrani, 2009. Endometriosis.

Anda mungkin juga menyukai