Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ENDOMETRIOSIS

Dalam ilmu kedokteran, dikenal berbagai jenis penyakit. Salah satu


jenisnya adalah penyakit yang menyerang system reproduksi pada wanita, yaitu
endometriosis. Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini
menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Endometriosis diperkirakan terjadi
pada 10-15% wanita subur yang berusia 25-44 tahun. Sekitar 20% dari wanita
dalam usia tempo melahirkan anak. Sekitar 5-15% kasus endometriosis ditemukan
pada operasi pelvik. Sekitar 30-40% dari wanita dengan endometriosis adalah
mandul, karena endometriosis menghalangi jalan sel telur dari ovarium kerahim.

1.PENGERTIAN
Endometriosis adalah suatu keadaan di mana bercak-bercak endometrium
(endo = dalam, metri = rahim) yang terdiri dari kelenjar-kelenjar dan stroma yang
masih berfungsi tumbuh di luar uterus, pada atau kawasan lain tubuh, padahal
dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim.
Biasanya, endometrium lepas setiap bulan disaat menstruasi; tetapi pada
endometriosis, endometrium yang salah letak tidak mampu keluar dari tubuh.

II.EPIDEMIOLOGI
Setiap bulan ovarium menghasilkan hormon yang merangsang sel-sel pada
lapisan rahim untuk membengkak dan menebal (sebagai persiapan terhadap
kemungkinan terjadinya kehamilan). Endometriosis juga memberikan respon yang
sama terhadap sinyal ini, tetapi mereka tidak mampu memisahkan dirinya dari
jaringan dan terlepas selama menstruasi. Kadang terjadi perdarahan ringan tetapi
akan segera membaik dan kembali dirangsang pada siklus menstruasi berikutnya.
Proses yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan pembentukan jaringan
parut dan perlengketan di dalam tuba dan ovarium, serta di sekitar fimbrie tuba.
Perlengketan ini bisa menyebabkan pelepasan sel telur dari ovarium ke dalam tuba
falopii terganggu atau tidak terlaksana. Perlengketan itulah menyebabkan
terhalangnya perjalanan sel telur yang telah dibuahi menuju ke rahim. Namun,
hubungan antara endometriosis dan kemandulan masih diselidiki.
Endometriosis juga bisa terjadi pada usia remaja. Endometriosis jarang
ditemukan pada orang-orang Negro, dan lebih sering ditemukan pada wanita-
wanita dari golongan sosio-ekonomi kuat. Endometriosis lebih sering ditemukan
pada wanita yang tidak kawin, pada umur muda, dan yang tidak mempunyai
banyak anak. Karena fungsi ovarium yang secara siklis yang terus menerus tanpa
diselingiolehkehamilan.
Endometriosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan
pertama (ibu, anak perempuan, saudara perempuan). Faktor lain yang
meningkatkan resiko terjadinya endometriosis adalah memiliki rahim yang
abnormal, melahirkan pertama kali pada usia diatas 30 tahun dan kulit putih.
Endometrium paling sering ditemukan pada : ovarium (indung telur),
peritoneum dan ligamentum sakrouterinum, kavum Douglasi, dinding belakang
uterus, tuba Fallopii, plika vesikouterina, ligamentum rotondum dan sigmoid,
septum rektovaginal, kanalis inguinalis, apendiks, umbilikus, seriks uteri, vagina,
kandung kencing, vulva, perineum, parut laparotomi, kelenjar limfe, lengan, paha,
pleura(walaupun sangat jarang).

III.PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
A.Teori ”Sistem Kekebalan”.
Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di
daerah selain rahim.
B. Teori ”Genetik”.
Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang
tinggi terhadap endometriosis. Bahwa anak atau saudara penderita
endometriosis berisiko besar mengalami endometriosis sendiri. Kajian terbaru
(2005) diterbitkan dalam “American Journal of Human Genetics” mendapati
kaitan antara endometriosis dan kromosom 10q26. Satu kajian mendapati
bahwa, kemungkinannya adalah 5,7 : 1.
C. Teori “Retrograde Menstruation" (menstruasi yang bergerak mundur), dari
John A. Sampson di tahun 1920-an.
Teori ini paling banyak penganutnya. Menurut teori ini, endometriosis terjadi
karena sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi mengalir
kembali (regurgitasi) melalui tuba ke dalam rongga pelvis. Sudah dibuktikan
bahwa dalam darah menstruasi terdapat sel-sel endometrium yang masih
hidup. Sel-sel endometrium yang masih hidup ini kemudian dapat
mengadakan implantasi di pelvis.
D. Endometriosis merupakan keadaan yang disebabkan oleh esterogen berlebihan
yang dihasilkan oleh tubuh wanita, dan timbul kebanyakan semasa
melahirkan anak.
E. Endometriosis dapat ditularkan melalui torehan pembedahan selepas
pembedahan pada penderita endometriosis.
F. Kadang-kala endometriosis mungkin berpindah melalui darah atau oleh sistem
lymphatic kepada organ pinggiran (peripheral), seperti : paru-paru, otak.
G. Resiko tinggi terjadinya endometriosis ditemukan pada : wanita yang ibu atau
saudara perempuannya menderita endometriosis, siklus menstuasi 27 hari atau
kurang, menarke (menstruasi yang pertama) terjadi lebih awal, menstruasi
berlangsung selama 7 hari atau lebih, orgasme ketika menstruasi.

IV. GEJALA
Gejala yang paling umum adalah :
A. Nyeri perut (abdomen) bagian bawah dan di daerah panggul (pelvic) yang
progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama menstruasi
(dismenorea). Kemungkinan disebabkan vaskularisasi dan perdarahan dalam
sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa menstruasi.
B. Dispareunia (nyeri ketika melakukan hubungan seksual), disebabkan karena
adanya endometriosis di kavum Douglasi.
C. Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat
menstruasi. Disebabkan karena adanya endometriosis pada dinding
rektosigmoid.
D. Poli- dan hipermenorea
E. Infertilitas (kemandulan), apabila mobilitas tuba terganggu karena fibri=osis
dan karena perlekatan jaringan disekitarnya.
F. Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spotting sebelum menstruasi)
G. Haid yang banyak (menorragia)
H. Mual dan muntah-muntah

V. KOMPLIKASI
A. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat colon
atau ureter
B. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma.
C. Catamenial seizure atau pneumotoraks karena eksisi endometriosis.

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik,
dan dipastikan dengan pemeriksaan laparoskopi (pemeriksaan yang sangat
berguna untuk membedakan endometriosis dari kelainan-kelainan di pelvis).
Laparoskopi turut membenarkan rawatan pembedahan bagi endometriosis.
Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika kavum Douglasi ikut serta dalam
endometriosis. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi seperti : forniks
vaginae posterior, perineum, parut laparotomi. Biopsi endometrium dapat
memberi kepastian mengenai diagnosis. Pemeriksaan laboratorium pada
endometriosis tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila ada darah dalam
tinja atau air kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk tentang adanya
endometriosis pada rektosigmoid atau kandung kencing. Sigmoidoskopi dan
Sistokospi dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid. Pembuatan
foto Rontgen dengan memasukkan barium dalam kolom dapat memberi gambaran
dengan filling defect pada rektosigmoid dengan batas-batas yang jelasdan mukosa
yang utuh. Pada pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan lunak yang
seringkali ditemukan di dinding belakang vagina atau di daerah ovarium.
Pemeriksaan penunjang yang lain adalah : USG rahim, barium enema, CT scan
atau MRI perut. Untuk menentukan berat ringan endometriosis digunakan
klasifikasi dari American Fertility Society.

VII. TREATMENT (PENGOBATAN)


Pengobatan tergantung kepada gejala, rencana kehamilan, usia penderita dan
beratnya penyakit. Pengobatan endometriosis terdiri atas :
A. Pencegahan Kehamilan adalah satu-satunya cara pencegahan yang paling
baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang
atau hilang pada pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi dalam
sarang-sarang endometriosis. Dan jangan melakukan pemeriksaan yang
kasar atau melakukan kerokan pada waktu menstruasi, karena dapat
menyebabkan mengalirnya darah menstruasi dari uterus ke tuba dan ke
rongga panggul.
B. Observasi (pengawasan) dan pemberian analgetika
Pengobatan ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala dan kelainan
fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, observasi bisa
dilakukan sampai menopause, karena sesudah itu gejala endometriosis
hilang sendiri. Pada wanita yang lebih muda, observasi dilakukan secara
periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan penyakitnya dan jika
perlu mengubah sikap ekspektatif. Dan dapat diberi pengobatan paliatif
berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa nyeri.
C. Terapi hormonal
1. Dasar terapi
Sebagai dasar pengobatan hormonal endometriosis adalah bahwa
pertumbuhan dan fungsi jaringan endometriosis, seperti jaringan
endometriosis yang normal, dikontrol oleh hormon-hormon steroid.
Dengan data klinik sebagai berikut : endometriosis sangat jarang timbul
sebelum menars, menopause, baik alami maupun karena pembedahan,
biasanya menyebabkan kesembuhan, sangat jarang terjadi kasus
endometriosis baru setelah menopause, kecuali jika ada pemberian
estrogen eksogen.
2. Prinsip terapi
Prinsip pertama pengobatan hormonal endometriosis adalah menciptakan
lingkungan hormon rendah estrogen (menyebabkan atrofi jaringan
endometriosis) dan lingkungan asiklik (mencegah terjadinya haid, yang
berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal maupun
jaringan endometriosis. Prinsip kedua adalah menciptakan lingkungan
hormon tinggi androgen atau tinggi progesteron (progesteron sintetik)
yang secara langsung menyebabkan atrofi jaringan endometriosis.

Tabel. Pengobatan hormonal pada endometriosis

No Cara terapi Efek Efek samping

Gn RH agonis Keluhan vasomotor atrofi ciri seks


1 Asiklik estrogen rendah
ooforektomi sekunder asteoporosis

Peningkatan berat badan, break


Danazol though bleeding, akne, kulit
2 Asiklik estrogen rendah
metiltestosteron berminyak, perubahan suara
hirsutisme,

Medroksipogesteron
Asiklik estrogen rendah Peningkatan berat badan, break,
3 asetat gastrinon
bleeding throuh bleeding, depresi, kloating
noretisteron

Asiklik estrogen mual,


Kontrasepsi oral
4 progestogen tinggi, Mual, breakhrough bleeding
nonsiklik
progestogen tinggi

Sumber : Winkjosastro,1999: 321


Macam pengobatan hormonal untuk terapi endometriosis

1. Androgen, yaitu preparat yang dipakai adalah metiltestoteran sublingual


dengan dosis 5-10 mg perhari. Biasanya diberikan 10 mg per hari pada
bulan pertama dilanjutkan dengan 5 mg perhari selama 2-3 bulan
berikutnya. Kekurangan adalah: a) Timbulnya efek samping maskulinisasi
terutama pada dosis melebihi 300 mg perbulan/ pada terapi jangka
panjang. b) Masih mungkin terjadi ovulasi, terutama pada dosis 5 mg per
hari. c) Bila terjadi kehamilan akan menimbulkan cacat bawaan pada
janin. Keuntungan adalah: a) Digunakan untuk mengurangi nyeri/
dispaneuri. b) Meningkatkan libido.
2. Estrogen-progesteron, terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg etinil
estradiol, kekurangan adalah terjadi mual, muntah dan perdarahan.
Keuntungan adalah dilaporkan bahwa dengan terapi ini 30 %, penderita
menyatakan keluhannya bekurang dan 18 % secara obyektif mengalami
kesembuhan.

3. Progestogen, dosis yang dipakai adalah medroksiprogesteron asetat 30-50


per hari atau noretiston asetat 30 mg per hari kekurangan adalah
menghambatan ovulasi, sedangkan keuntungannya adalah terjadinya
kehamilan lagi setelah terapi yaitu rata-rata sebesar 26 %.

4. Danazol, dosis yang dianjurkan untuk endometriosis ringan atau sedang


adalah 400 mg/ hari. Sedangkan untuk yang berat diberikan sampai
dengan 800 mg perhari. Kekurangan adalah terjadi acne, kulit berminyak,
perubahan suara, pertambahan berat badan dan edema. Sedangkan
keuntungannya dapat mengurangi ukuran endometrioma dan
menghilangkan rasa nyeri

D. Pembedahan

1. Pembedahan konservatif dilakukan pada pasien dengan intentilitas dan


sudah tua, yaitu dengan merusak seluruh endometriosis dan memperbaiki
keadaan pelvis dengan cara neuroktomi presakral.
2. Pembedahan definitif dilakukan pada pasien yang tidak ingin hamil atau
beberapa gejala. Jenis pemebdahannya yaitu histerektomi total, salpingi,
ooforektomi bilateral, dan eksisi tempat endometriosis.

Perlu diingat terlebih dulu harus ditentukan apakah fungsi ovarium


dipertahankan atau tidak. Fungsi ovarium dipertahankan pada endometriosis dini,
tidak adanya gejala dan pasien usia muda yang masih punya anak. Fungsi ovarium
dihentikan bila endometriosis sudah menyerang pelvis secara luas khususnya pada
wanita usia lanjut.

E.Radiasi
Pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium tidak dilakukan lagi,
kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan (Wiknjosastro, 2001 : 319-
326).
DAFTAR PUSTAKA

Badziad, M. 2003. Indokrinologi Ginekologi. Edisi 10. Jakarta: Media


Aesculapius. FKUI
Diyoyen.2009. Endometriosis dan Adenomiosis.
Hacker. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Hipokratus
Jayanti, Y. 2009. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem
Reproduksi Pada Ny. T dengan Endometriosis di RSUD Dr Moewardi Surakarta.
Llewellyn, J.D. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Gikenologi. Jakarta: Hipokratus
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
______. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Genikologi dan
KB. Jakarta: EGC
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Mohamad, K. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
Rayburn, W. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika
Saifuddin, A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo
Sofyan. 2009. 50 Tahun IBI. Jakarta: PP–IBI
______. 2009. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekeloa Publiser
Wikjosastro. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
LANDASAN ASUHAN KEBIDANAN

Tempat :

Tanggal :

Jam :

I. PENGKAJIAN DATA( Tanggal:……. Jam :……….)


A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama : Kaji nama ibu dan suami
Umur : Umur ibu dan suami
Suku/Bangsa : Asal ibu dan suami
Agama : Agama yang dianut oleh suami dan ibu
Pendidikan : Jenjang pendidikan akhir ibu dan suami
Pekerjaan : Pekerjaan dari ibu dan suami yang menyebabkan
endometriosis.
Alamat : Alamat tempat tinggal ibu dan suami
Gol. Darah : Golongan darah ibu dan suami (sangat diperlukan
apabila ibu mengalami kekurangan darah)

2. Alasan datang dan keluhan utama


Biasanya ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keluhan
saat menstruasi mengalami dismenorhea yang makin lama makin
keras, nyeri saat defekasi dan miksi, nyeri perut bagian bawah, nyeri
saat berhubungan dan saat menstruasi terdapat darah pada tinja dan
urine ibu.

3. Riwayat menstruasi
Kaji ulang usia ibu mendapat menarche, lama haid, siklus haid,
jumlah darah yang keluar, keluhan selama haid (dismenorhea yang
makin lama makin keras, nyeri saat defekasi dan miksi, nyeri perut
bagian bawah), HPHT untuk mengetahui keteraturan menstruasi ibu.

4. Riwayat perkawinan
Kaji riwayat pernikahan ibu antara lain : pernikahan ke berapa, status
pernikahan, lama pernikahan, usia saat ibu dan suami pertama kali
menikah, jumlah anak yang dilahirkan dari masing-masing
pernikahan (karena terkadang ibu bisa mengalami infertile akibat
penyakit endometriosis yang ibu alami).

5. Riwayat gynekologi
Kaji ulang apakah ibu pernah menderita penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan alat-alat kandungannya.

6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ana Uk Persalinan Penyulit Keadaan


k ke saat Tempat Penolon Jenis BBL, PB anak
lahir g persal dan JK sekarang
inan

Endometriosis pada ummnya dipengaruhi juga oleh paritas ibu.

7. Riwayat keluarga berencana


Kaji riwayat KB yang pernah digunakan oleh ibu, lama penggunaan
dan keluhan yang dialami oleh ibu selama pemakaian KB.

8. Riwayat laktasi
Kaji riwayat menyusui ibu, pemberian ASI eksklusif, pemberian ASI
On Demand, dan keluhan selama menyusui anak-anaknya.
9. Riwayat penyakit ibu
Kaji riwayat penyakit ibu seperti : penyakit jantung, sesak nafas,
tekanan darah tinggi, hepatitis, TBC, epilepsi dan gangguan jiwa

10.Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan baik dalan keluarga ibu dan suami tidak ada yang
menderita penyakit jantung, sesak nafas, tekanan darah tinggi,
hepatitis, TBC, epilepsi dan gangguan jiwa dari hasil pemeriksaan
kesehatan di klinik

11.Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spriritual
a.Biologis
1.Bernafas : Ibu tidak pernah mengalami gangguan saat
bernafas
2.Pola nutrisi : Ibu mengatakan makan 3x shari dengan
komposisi nasi putih, sayur, lauk dan kadag
buah, ibu minum ± 7-8 gelas/hari, tidak ada
pantangan dan alergi terhadap makanan
3.Pola eliminasi : Ibu BAK 4-5x sehari,warna kuning jernih,
bau pesing,BAB 1x sehari dengan warna
kuning kecoklatan, bau khas, konsistensi
lembek dan saat menstruasi, ibu mengatakan
saat menstruasi mengeluh nyeri saat BAK
dan BAB.Saat menstuasi terdapat darah pada
tinja maupun air seni ibu.
4.Pola istirahat : Ibu biasa tidur malam pukul 22.00 wita dan
bangun pagi pukul 05.00 wita, tidur siang ±
1 jam dan tidak ada keluhan
5.Pola aktifitas : Ibu biasa jaga warung didepan rumahnya,
ibu biasa melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti memasak, menyapu, mencuci
dan membersihkan rumahnya. Namun akhir-
akhir ini ibu merasa agak sulit untuk
beraktifitas kaena adanya benjolan dan luka
pada kemaluannya.
6.Personal hygiene : Ibu mengatakan biasa mandi 2x sehari,
keramas 2x seminggu, gosok gigi setiap
mandi, ganti pakaian setiap habis mandi, ibu
biasa cebok tidak dari arah depan ke
belakang dan tidak dikeringkan dengan
tissue.
7. Hub Seksual : Ibu masih melakukan hubungan seksual dan
setiap melakukan hubungan seksual Ibu
mengeluh nyeri ketika melakukan hubungan
seksual, ibu mengaku melakukan hubungan
seksual pertama kali ketika ia berusia 16
tahun.

b. Psikologis
Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya sekarang terlihat dari ibu
tampak gelisah dan terus menerus menanyakan keadaan dirinya
dan selalu mengulang pertanyaan yang sama

c. Sosial
Ibu mengatakan biasa berinteraksi dengan anggota keluarga lain
dan masyarakat disekitarnya

d.Spiritual
Ibu mengatakan selalu berdoa setiap hari dan mendekatkan diri
kepada Tuhan untuk memohon keselamatan dan kesehatan.
12. Pengetahuan

Ibu belum mengetahui penyebab nyeri yang dirasakannya saat:


BAK,BAB, saat berhubungan seksual, nyeri yang semakin lama
semakin keras saat menstruasi dan penyebab adanya darah pada tinja
dan air seninya saat ibu menstruasi.

B. DATA OBYEKTIF
1.Pemeriksaan umum
Keadaan umum ibu baik, berat badan 72 kg, tinggi badan 158 cm,
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, sahu 36,6 ⁰ c, respirasi
20 x/menit

2. Pemeriksaan sistematis

a.Kepala dan leher


Muka : tidak ada oedema dan tidak pucat.
Mata : konjungtiva merah muda dan sclera putih

Mulut dan gigi : mukosa bibir lembab, tidak pucat, tidak ada caries
pada gigi

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar


tiroid dan tidak ada pelebaran vena jugularis

b.Aksila dan dada


Aksila : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Payudara : bentuk simetris, putting susu menonjol, tidak ada
massa dan benjolan

c.Abdomen
Inspeksi : tidak luka bekas operasi
Palpasi : terdapat nyeri tekan diatas simphisis, distensi tidak ada
d.Anogenital
Vulva dan vagina : tidak ada kelainan
Inspikulo : terdapat sedikit penegeluaran darah dari dinding
uterus.
VT : tidak dilakukan.

Anus : tidak ada haemorroid

e.Ekstremitas
Atas : tidak ada oedema, kuku kemerahan

Bawah :tidak ada oedema, tidak ada varices, kuku


kemerahan

3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

II. INTERPRETASI DATA


1. Diagnosa Aktual :
Asuhan Kebidanan Ibu “NW” dengan saat menstruasi mengalami
dismenorhea yang makin lama makin keras, nyeri saat defekasi dan
miksi, nyeri perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan dan saat
menstruasi terdapat darah pada tinja dan urine ibu, cemas.
Dasar :

 Ibu mengatakan saat ini ibu berumur 33 tahun


 Ibu mengatakan keluhannya, yaitu : saat menstruasi mengalami
dismenorhea yang makin lama makin keras, nyeri saat defekasi dan
miksi, nyeri perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan dan saat
menstruasi terdapat darah pada tinja dan urine ibu.
 Ibu menikah pada umur 16 tahun dan usia suami 18 tahun dari
pernikahannya ini ibu sudah memiliki 1 orang anak.
 Pada pemeriksaan inspikulo terdapat pengeluaran darah dari
dinding uterus.
2. Masalah : Cemas
Dasar :
- Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya sekarang terlihat
dari ibu tampak gelisah dan terus menerus menanyakan
keadaan dirinya dan selalu mengulang pertanyaan yang
sama
3. Kebutuhan
a. Lakukan kolaborasi dengan SpoG untuk melakukan pemeriksaan
laparoskopi dan USG rahim.
Dasar: untuk memastikan kelainan yang ada di dalam organ dalam
reproduksi ibu dan menegakkan diagnosa.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Terjadi infertilitas.

III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada.

IV. PERENCANAAN
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan suaminya.

R/ : Dengan menjelaskan tentang hasil pemeriksaan, maka ibu dan


suami akan mengetahui kondisinya saat ini dan merasa lebih
tenang dan nyaman dalam menjalani kehamilannya ini serta ibu
tidak mencemaskan kehamilannya.

2. Beri dukungan moril pada ibu


R/ :Dengan memberikan dukungan pada ibu dan suami diharapkan
bisa mengurangi rasa cemas yang dirasakan oleh ibu.
3. Jelaskan penyebab dismenorhea yang semakin lama semakin keras
saat menstruasi.
R/ : kaarena ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan
pada sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid.
4. Jelaskan penyebab nyeri saat defekasi dan miksi.
R/ : .hal ini terjadi karena adanya endometriosis di dinding
rektosigmoid dan saluran kencing.
5. Jelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri perut bagian bawah yang
dirasakan ibu.
R/ : karena adanya kelainan yang tumbuh dan mengganggu fungsi
normal dari organ yang mengalami endometriosis.

6. Jelaskan penyebab nyeri saat ibu melkukan hubungan seksual


R/ : hal ini terjadi karena endometriosis di kavum douglas.
7. Jelaskan penyebab adanya darah pada tinja dan air seni ibu saat
menstruasi.
R/ : karena merupakan petunjuk adanya endometriosis pada
rektosigmoid atau saluran kencing.
8. Lakukan kolaborasi dengan dokter SPoG untuk melakukan USG
rahim
R/ : untuk memastikan diagnosa ibu.

IV. PELAKSANAAN
Tanggal:........ Pukul : ...... wita

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan suaminya bahwa ibu saat
ini mengalami gejala endometriosis.
2. Memberi dukungan moril pada ibu agar ibu tabah dan ikhlas dalam
menerima penyakit yang sedang dideritanya, dan juga menyakinkan
ibu bahwa ibu masih bisa sembuh.
3. Menjelaskan penyebab dismenorhea yang semakin lama semakin keras
saat menstruasi yaitu karena ada hubungannya dengan vaskularisasi
dan perdarahan pada sarang endometriosis pada waktu sebelum dan
semasa haid.
4. Menjelaskan penyebab nyeri saat defekasi dan miksi. Hal ini terjadi
karena adanya endometriosis di dinding rektosigmoid dan saluran
kencing.
5. Menjelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri perut bagian bawah
yang dirasakan ibu yaitu karena adanya kelainan yang tumbuh dan
mengganggu fungsi normal dari organ yang mengalami endometriosis.
6. Menjelaskan penyebab nyeri saat ibu melakukan hubungan seksual,
hal ini terjadi karena endometriosis di kavum douglas.
7. Menjelaskan penyebab adanya darah pada tinja dan air seni ibu saat
menstruasi yaitu karena merupakan petunjuk adanya endometriosis
pada rektosigmoid atau saluran kencing.
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp. OG untuk melakukan
pemeriksaan USG rahim sehingga dapat memastikan diagnosa dan ibu
segera mendapatkan penanganan dan pengobatan yang semestinya.

V. EVALUASI
Tanggal : .............. Pukul : ........Wita

1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini


2. Ibu tampak lebih tenang dan berjanji akan melaksanakan asuhan
yang diberikan
3. Ibu bisa menjelaskan kembali penyebab dismenorhea yang semakin
lama semakin keras dirsakan oleh ibu.
4. Ibu mengangguk dan mengerti dengan penyebab nyeri yang
dirasakannya saat defekasi dan miksi.
5. Ibu mengh yang seetahui penyebab nyeri perut bawah yang sering
diraskan ibu.
6. Ibu tidak akan melakukan hubungan seksual semelum ibu
melakukan pemeriksaan di dokter SPoG dn mengetahui kepastian
penyakit yang dia alami.
7. Ibu mengetahui penyebab adanya darah pada tinja dan air seni ibu
saat ibu menstrasi.
8. Ibu dan suami bersedia untuk melakukan pemeriksaan ke dokter
Sp. OG

Anda mungkin juga menyukai