Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KONTRASEPSI/ KB

A. Definisi
- Keluarga berencana adalah cara merencanakan keluarga: kapan ingin
mendapatkan anak dan berapa jumlah anak. (Burn, 2000).
- Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang berupa cairan hormon
progestin yang disuntikkan kedalam tubuh wanita secara periodik.
( Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2003 )
- Suntik 3 bulan adalah kontrasepsi suntik yang diberikan setiap 3 bulan
sekali dengan cara suntik IM. (Hartanto, Hanafi. 2004 )

B. Manfaat KB
1. Jumlah anak yang sedikit berarti lebih banyak makanan bagi setiap anak.
2. Ibu dan anak akan lebih sehat, karena kehamilan yang penuh resiko akan
dihindari.
3. Jumlah anak yang sedikit berarti lebih banyak waktu bagi keluarga.
4. Menunggu kehamilan bisa memberi kesempatan kepada wanita muda dan
pria untuk menuelesaikan pendidikan.
5. Membantu menikmati hubungan suami istri, dan mencegah kehamilan yang
tidak direncanakan.

C. Jenis-jenis KB:
1. Pil kombinasi (cara KB yang mengandung estrogen dan progestin)
Cara yang paling meyakinkan dalam mencegah kehamilan adalah pasangan
wanitanya menggunakan pil kontrasepsi. Terdapat beberapa jenis pil ini,
tetapi masing-masing mengandung hormone esterogen dan progesterone
yang menghambat ovulasi. Agar benar-benar efektif maka pil tersebut harus
di minum dengan tepat sesuai petunjuk yang tercantum.

Ada beberapa jenis pil kontrasepsi, antara lain :


a. Kontrasepsi Oral Kombinasi
Pil ini mengandung 30-50 µg estrogen dan antara 0,5-2 mg progesterone
(noretisteron). Kombinasi estrogen menekan ovulasi dan progesterone di
tambahkan untuk mengendalikan siklus menstruasi. Maksud pemberian
pil ini adalah untuk mencegah pematangan folikel de Graaf dan
pembentukkan korpus luteum. Kombinasi-kombinasi kontrasepsi ini
juga:
1) Menyebabkan mucus serviks tidak dapat di tembus oleh sperma dan
meningkatkan kekentalannya (viskositasnya).
2) Mengurangi gerakan atau motilitas tuba falopi dengan cara
mengurangi kerja peristaltik sehingga sperma yang tetap hidup akan
sangat mengalami kesulitan bergerak sepanjang tuba falopi untuk
sampai uterus.

Siklus menstruasi di tekan, tetapi withdrawal bleeding yang siklis tetap


terjadi apabila pil harian tersebut di ganti dengan placebo. Metode ini
dapat di terima karena mengurangi gangguan siklis dan secara estetik
dapat di terima, karena metode ini tidak berhubungan dengan masalah
hubungan seksual.

Efek Samping

Walaupun demikian, metode ini mempunyai kerugian, mempunyai efek


samping seperti :

 Efek karena kelebihan estrogen


Ada rasa mual, kadang di sertai muntah, diare dan rasa perut
kembung. Selain itu menyebabkan retensi cairan karena kurangnya
pengeluaran air dan natrium. Retensi cairan ini dapat menyebabkan
bertambahnya berat badan. Oleh karena itu, pada akseptor di anjurkan
untuk kurangi konsumsi garam. Efek samping lainnya berupa sakit
kepala, nyeri pada mamae. Konsumsi pil yang cukup lama dengan
dosis estrogen yang tinggi dapat menyebabkan pembesaran mioma
uteri, akan tetapi biasanya pembesaran itu berhenti jika pemakaian pil
di hentikan.
Rendahnya dosis estrogen dalam pil dapat mengakibatkan spotting
dan withdrawal bleeding dalam masa intermenstruum.
 Efek karena kelebihan progesterone
Karena hal ini dapat menyebabkan nafsu makan meningkat disertai
bertambahnya berat badan. Dapat menimbulkan jerawat dan alopesia
karena efek androgenic dari jenis progesterone yang di pakai dalam
pil.
 Efek samping yang berat
Dapat terjadi trombo-emboli, trombo-emboli ini dapat terjadi apabila
di dukung oleh faktor-faktor predisposisi seperti merokok, hipertensi,
diabetes mellitus dan obesitas.
 Menstruasi tidak teratur atau bercak-bercak. Pil kombinasi sering
membuat datang bulan lebih pendek dan lebih ringan.

Kontraindikasi

Tidak semua wanita dapat menggunakan pil kombinasi untuk


kontrasepsi. Kontraindikasinya antara lain :

 Kontraindikasi mutlak
- Tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen
- Penyakit-penyakit hati yang aktif, baik akut maupun menahun
- Pernah mengalami trombo phlebitis, trombo-emboli, kelainan
serebrovaskular
- Diabetes mellitus
- Kehamilan
 Kontraindikasi relatif
- Depresi
- Migraine
- Mioma uteri
- Hipertensi
- Oligomenorea dan amenorea
Kelebihan dan Kekurangan pil kombinasi

 Kelebihan
- Efektivitasnya dapat di percaya
- Frekuensi koitus tidak perlu di atur
- Siklus haid tidak teratur
- Keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang
sama sekali
 Kekurangan
- Pil harus di minum setiap hari
- Motivasi harus kuat
- Adanya efek samping walaupun efeknya sementara
- Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea
yang persisten
- Harganya relative mahal

Cara pemakaian pil kombinasi:

Pil tersedia dalam paket berisi 21 atau 28 tablet. Bila memakai paket 28
tablet, minumlah pil setiap hari selama sebulan. Segera setelah selesai 1
paket, mulailah dengan paket yang baru dan seterusnya. Bila memakai
paket 21 pil, minumlah pil setiap hari selama 21 hari, kemudian tunggu 7
hari sebelum mulai dengan paket yang baru. Datang bulan akan terjadi
pada hari-hari dimana kita sedang berhenti minum pil. Tetapi mulai
dengan paket baru meskipun datang bulan belum datang. Pada kedua
paket tersebut baik yang berisi 21 atau 28 pil, minumlah pil pertama pada
hari pertama datang bulan. Dengan cara ini kita akan terlindungi dengan
segera. Bila diminum setelah hari pertama, kita bisa mulai pada tanggal-
tanggal selama 7 hari pertama datang bulan. Tetapi kita tidak akan
terlindungi dengan segera, sehingga pada dua minggu pertama kita
minum pil, sebaiknya kita juga memakai cara KB yang lain atau tidak
melakukan hubungan seksual. Kita harus minum pil setiap hari,
meskipun kita tidak melakukan hubungan intim setiap hari. Cobalah
memakai pil pada waktu yang sama setiap hari mungkin akan membantu
bila kita selalu mulai minum pil dari paket terbaru pada hari yang sama.

Bila kita lupa minum pil kita bisa hamil

Bila kita lupa minum satu pil begitu ingat, minumlah segera satu pil.
Kemudian minumlah pil selanjutnya secara teratur seperti semula. Ini
berarti bahwa kita harus minum dua pil dalam satu hari.

Bila kita lupa minum dua pil secara berturut-turut, mulailah segera
minum pil berikutnya. Minumlah dua pil selama dua hari dan kemudian
teruskan minum satu pil setiap hari sampai habis. Gunakan kodom
sampai kita telah minum pil selama tujuh hari selama berturut-turut. Bila
kita lupa minum tiga pil atau lebih, berhentilah minum pil dan kemudian
tunggu sampai datang bulan berikutnya. Gunakan kondom selama sisa
siklus bulanan. Kemudian mulai dengan paket yang baru.

Pil yang terlambat diminum atau lupa akan menyebabkan perdarahan


sedikit, seperti datang bulan yang ringan.

1. Pil Progesteron
Karena jenis pil ini tidak mengandung estrogen maka pil ini lebih
aman bagi wanita yang tidak cocok pil kombinasi dan bagi wanita
timbul efek samping pada pemakaian pil kombinasi. Pil ini juga lebih
baik bagi ibu menyusui karena tidak mengandung zat yang
menyebabkan pengurangan produksi ASI. Penggunaan pil ini sangat
efektif bagi ibu-ibu menyusui.
Pada beberapa wanita pil ini menekan ovulasi secara sempurna. Pada
beberapa wanita yang lain folikel mengalaman pematangan secara
normal, tetapi terjadi fase luteal yang dipersingkat dan tidak terjadi
produksi progesterone. Kerja kontrasepsi pil progesterone saja terletak
pada kerjanya pada mucus serviks dengan membuat mukus ini lebih
kental dan sulit dilewati sperma, dan dengan mengurangi kerja
peristaltik tuba falopi sehingga sperma yang tetap hidup sangat sulit
atau tidak mungkin mencapai uterus.
Efek samping yang umum terjadi:
 Perdarahan tidak teratur atau bercak-bercak
 Datang bulan terlambat
 Sering pusing

2. Pil sekuensial
Pil ini hanya mengandung estrogen di minum selama setengah
pertama siklus mentruasi dan kemudian selama setengah siklus yang
kedua diberikan pil yang mengandung baik estrogen maupun
progesterone. Efek keseimbangan hormone ini ialah penekanan
ovulasi, dan karena kadar estrogen tinggi, maka juga akan menekan
laktasi apabila diberikan kepada pasien post natal. Sekuensial
memberikan banyak efek samping, yang meliputi bertambahnya berat
badan, perubahan payudara, mual, sakit kepala dan penurunan libido.

Secara umum ada beberapa komplikasi yang terjadi pada kontrasepsi


oral, yaitu mencakup sebagai berikut :

A – Abdominal pain, mengindikasikan masalah pada hepar atau


kandung empedu.

C – Chest pain atau sesak napas, mengindikasikan adanya sumbatan


pembuluh darah pada paru atau jantung.

H – Headaches, disebabkan oleh gangguan kardiovaskular atau


hipertensi.

E – Eye problem, mengindikasikan gangguan vascular atau hipertensi.

S – Severe leg pain, mengidikasikan proses trombo-emboli.

2. Implant
Implant terdiri dari 6 tabung kecil dan lunak yang ditempatkan dibawah
kulit lengan. Tabung ini mengandung hormon progestin dan bekerja seperti
mini-pi. Mereka bisa mencegah kehamilan selama 5 tahun. Merk dagang
yang tersedia adalah Norplant.

Cara pemakaian implant

Seorang petugas kesehatan yang terlatih membuat sayatan kecil di kulit


lengan untuk memasukan dan mengeluarkan implant. Ini biasanya dilakukan
di klinik atau di puskesmas.

3. KB Suntikan
Konrasepsi suntikan progestin yang pertama dikembangkan tahun 1953 oleh
Karl Junkmann. Tahun 1957 Junkmann dan kawan-kawan menemukan NET
EN. Pada sata yang sama Upjohn Company di Amerika Serikan menemukan
DMPA yang berasal dari hormon alamiah progesteron. NET EN merupakan
suntikan progestin pertama yang pakai sebagai kontrasepsi dan diberi nama
dagang Noristerat. Percobaan-percobaan pertama dari DMPA sebagai
metode kontrasepsi dimulai pada tahun 1963, diikuti percobaan-percobaan
di lapangan pada tahun 1965. Pada tahun 1967 Upjohn Company meminta
FDA US untuk memasarkan DMPA sebagai kontrasepsi di Amerika Serikat.
Pada saat itu telah diketahui dengan jelas bahwa estrogen dalam kontrasepsi
hormonal per-oral merupakan penyebab munculnya efek samping. Seperti,
mual, muntah, munculnya bekuan darah, sehingga adanya metode
kontrasepsi yang bebas esterogen seperti DMPA dan mini-pil merupakan
hal yag sangat menarik. Tetapi pada tahun 1970, penelitian-penelitian
menunjukkan bahwa progestin, termasuk DMPA, menyebabkan timbulan
benjolan-benjolan pada payudara binatang percobaan anjing beagle,
sehingga menyebabkan timbulnya kewaspadaan dari FDA. Pada bulan
September 1974, FDA menyatakan keinginannya untuk menyetujui DMPA
sebagai suatu metode kontrasepsi tetapi hanya bagi wanita yang telah
mengalami kegagalan kontrasepsi dengan metode lain.
Tidak beberapa lama setelah itu, FDA kembali menangguhkan maksud nya
tersebut, setelah timbul pertanyaan paakah DMPA dapat meninggikan risiko
karsinoma serviks. Tahun 1975 dinyatakan tidak ada bukti-bukti tanda
bertambahnya karsinoma serviks, dan diusulkan kembali penggunaan DMPA
untuk kalangan wanita yang terbatas. Tetapi pada tahun 1978 FDA secara
resmi menolak pemakaian DMPA sebagai suatu metode kontrasepsi, dengan
alasan :
1. Masalah timbulnya benjolan-benjolan pada payudara binatang anjing
beagle yang diberikan DMPA belum terpecahkan.
2. Adanya risiko potensial timbulnya cacad bawaan pada kasus
kegagalan kontrasepsi.
3. Pemberian esterogen untuk menaggulangi perdarahan haid ireguler
karena DMPA, akan mengurangi keuntungan dari kontrasepsi berisi
progestin saja.
4. Belum dapat ditunjukkan adanya kebutuhan yang mendesak dari
pemakaian DMPA di Amerika Serikat.

Disamping itu pihak-pihak yang menyetujui metode kontrasepsi


suntikan juga menyatakan bahwa :
a. Wanita mungkin tidak mengetahui obat apa yang disuntikkan
kepadanya atau wanita disuntik tanpa seizinnya (tanpa irformed
consent).
b. Sebagai obat suntik berdaya kerja panjang, efeknya termasuk efek
smaping utama maupun yang minor tidk dapat segera dihentikan
dengan jalan menghentikan suntikannya. Baru pada bulan Oktober
1992 FDA menyetujui Depo Provera sebagai kontrasepsi suntikan.
Kontrasepsi Suntikan (Injektables)
Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk
mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang
(lama), yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan
bersanggama, tetapi tetap reversibel.
Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banyak
dipakai adalah :
1. DMPA (Depot Medroxyprogesterone asetat) = Depo Provera
a. Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang
lebih 20 tahun dan smapai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira
5 juta wanita.
b. Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.
2. NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerat
a. Dipakai lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5
juta wanita.
b. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali
setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3x suntikan pertama),
kemudin selanjutnya sekali setiap 12 minggu.
Baik DMPA maupun NET EN sangat aktif dengan angka kegagalan
untuk :
DMPA : < 1 per 100 wanita pertahun
NET EN : 2 per 100 wanita pertahun
Efek samping utama : gangguan pola haid. Sedangkan efek samping lain
kecil sekali, antara lain :
 Berat badan naik, antara 1-5 kg (DMPA).
 Sebagian besar wanita belum kembali fertilitasnya selama 4-5 bulan
setelah menghentikan suntikannya.
Penelitian-penelitian membuktikan bahwa sampai saat ini kontrasepsi
suntikan tidak menambah risiko terjadinya karsinoma seperti karsinoma
payudara atau serviks, progesteron, termasuk DMPA digunakan untuk
mengobati karsinoma endometrium.

Farmakologi dari Kontrasepsi Suntikan


DMPA :
1. Tersedia dalam larutan mikrokristaline.
2. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu
kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali.
3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi
umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih.
4. Pada pemakaian jangka alama, tidak tejadi efek akumulatif dari DMPA
dalam darah/serum.

NET EN :
1. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testosterone, dibuat dalam
larutan minyak. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran partikel yang
tetap dengan akibat pelepasan obat dari tempat suntikan kedalam sirkulasi
darah dapat sangat bervariasi.
2. Lebih cepat di metabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat
dibandingkan dengan DMPA.
3. Setelah disuntikkan, NET EN harus di ubah menjadi norethindrone (NET)
sebelum ia menjadi aktif secara biologis.
4. Kadar puncak dalam serum tercapai dlam 7 hari setelah penyuntikan,
kemudian menurun secara tetap dan tidak ditemukan lagi dalam waktu 2,5
– 4 bulansetelah disuntikkan.

Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan


1. Primer: Mencegah ovulasi
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH
surge). Respons kelenjar hypofisis terhadap gonadotropin-releasing
hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi
di hipothalamus daripada kelenjar di hypofisis. Ini berbeda dengan POK,
yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar
hypofisis. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan hipo-
estrogenik.
Pada pemakaian PDMA, endometrium menjadi tipis dan atrofi
dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi
edematous. Pemakaian jangka panjang, endometrium dapat menjadi
sedemikian tipisnya, sehingga tidak dapat atau sedikit sekali jaringan bila
dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali
menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA terakhir.
2. Sekunder:
a. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga dapat menjadi
barier terhadap spermatozoa,
b. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi
dari ovum yang telah dibuahi
c. Kemungkinan besar mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam
tuba fallopii

Efektivitas Kontrasepsi Suntikan


a. Baik DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode
kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan
dalam 1 tahun pemakaian DMPA, dan 2 per 100 wanita per-tahun
pemakaian NET EN
b. Kontrasepsi suntikan sama efektifnya seperti POK (Pil Oral
Kombinasi), dan lebih efektif daripada IUD
c. Dosis DMPA dengan daya kerja kontraseptif yang paling sering dipakai
150 mg setiap 3 bulan adalah dosis yang tinggi. Setelah suntikan
DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Sehingga
terdapat periode “tenggang-waktu/ waktu kelonggaran” (grace period)
selam 2 minggu untuk akseptor DMPA yang disuntik ulang setiap 3
bulan
d. Penelitian dalam skala kecilk akhir-akhir ini menemukan bahwa dosis
lebih rendah dari DMPA – 100 mg sekali setiap 3 bulan hampir sama
efektifnya dngan suntikan 150 mg, dengan angka kegagalan 0,44 per
100 wanita per tahun.
Sedangkan pemberian sekali setiap 6 bulan dengan dosis 250, 300, 400
atau 450 mg DMPA umumnya menujukkan angka kegagalan yang
sedikit lebih tinggi, 0-3,6 kehamilan per 100 wanita-per tahun.
e. NET EN 200 mg lebih efektif bila diberikan dalam jarak waktu yang
lebih pendek. Penyuntikan sekali setiap 8 minggu: angka kegagalan 0,4-
1,8 per 100 wanita per 24 bulan. Penyuntikan sekali setiap 12 minggu
angka kegagalan 6,6 per 100 wanita per 24 bulan
f. Masa kerja NET EN lebih singkat daripada DMPA, sehingga tidak
terdapat “tenggang-waktu”waktu-kelonggaran” (grace period) untuk
akseptor NET EN yang terlambat disuntik-ulang.

Menurut WHO pemakaian sekali setiap 8 minggu sedikit lebih


efektif dibandingkan sekali setiap 8 minggu selama 6 bulan yang disusul
suntikan sekali setiap 12 minggu.
Kontra-Indikasi Suntikan

WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan pada:

- Kehamilan
- Ca Mammae
- Ca Traktus Genitalia
- Pendarahan Abnormal Uterus

Disamping itu WHO juga menganjurkan untuk:

- Mempertimbangkan kontra indikasi yang berlaku untuk POK


- Pada wanita dengan DM atau riwayat DM selama kehamilan, harus
dilakukan follow up dengan teliti, karena dari beberapa percobaan
laboratorium, ditemukan bahwa DMPA mempengaruhi metabolism
karbohidrat.

Efek Samping Suntikan

- Gangguan haid; ini yang paling sering terjadi dan paling sering
mengganggu.
a. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi:
- Amenore
- Perdarahan ireguler
- Perdarahan bercak
- Perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang
b. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian
Perdarahan inter-menstrual dan perdarahan bercak berkurang
dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah
besar.
c. Insidens yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan
atrofi endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan
ireguler masih belum jelas, dan tampaknya tidak ada hubungan
dengan perubahan dalam kadar hormone atau histologi
endometrium.
d. DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan- bercak
dan amenore dibandingkan dengan NET EN, dan amenore pada
DMPA tampaknya lebih sering terjadi pada akseptor dengan berat
badan tinggi
e. Bila terjadi amenore, berkurangnya darah haid sebenarnya
memberikan efek yang menguntungkan yakni berkurangnya
insidens anemia
f. Untung bahwa perdarahan yang hebat, yang dapat membahayakan
diri akseptor, jarang terjadi.
- Berat badan yang bertambah
a. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi
antara < 1kg- 5 kg pada tahun pertama
b. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi
karena bertambahnya lemak tubuh dan bukan karena retensi cairan
tubuh
c. Hipotesa para ahli: ]DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu
makan di hypothalamus, yang menyebabkan ekseptor makan lebih
banyak dari pada biasanya.
- Sakit Kepala
Inseden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET EN dan
terjadi pada kurang dari 1-17% akseptor
- System kardiovaskular
a. Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau system
pembekuan darah maupun system fibrinolitik. Tidak ditemukan
bukti-bukti bahwa DMPA maupun NET EN menambah resiko
timbulnya bekuan darah atau gangguan sirkulasi lain.
b. Perubahan dalam metabolism lemak, terutama penurunan HDL
kolesterol, baik pada DMPA maupun NET EN dicurigai dapat
menambah besar resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler. HDL
kolesterol rendah menyebabkan timbulnya arterosklerosis.
Sedangkan terhadap trigliserida dan kolesterol total tidak
ditemukan efek apapun dari kontrasepsi suntikan.

Jenis kontrasepsi berdasarkan waktu pemberian:


a. Kontrasepsi suntikan jangka panjang yang baru
WHO meneliti dua macam kontrasepsi suntikan yang baru, yang
merupakan senyawa ester berasal dari NET atau Levonorgestrel. Ester
adalah kombinasi streroid dengan suatu asam:
1) HRP002
Berisi levonorgestrel butanoate, dosis 20mg akan mencegah
ovulasi untuk 3 bulan, beredar tahun 1992
2) HRP011
Berisi levonorgestrel 3-oxime cyclopentyl carboxylate, yang secara
kimiawi serupa dengan progestin lain yaitu norgestimate. Senyawa
tersebut kurang mengakibatkan perubahan-perubahan
endometrium. Dosis yang sedang diteliti 20, 40, dan 60 mg. jangka
penyuntikan 6 bulan beredar pada pertengahan dasawarsa 1990.

Keuntungan dari kontrasepsi suntikan senyawa ester ini lebih


banyak dibandingkan kontrasepsi suntikan yang sudah ada atau
standar:
 Pelepasan hormon dari tempat suntikan berjalan hampir
konstan, tanpa pelepasan-awal yang tinggi seperti yang terjadi
pada DMPA dan NET EN
 Diberikan dalam larutan mikrokristaline yang aqueous seperti
yang dipakai pada DMPA, sehingga pembuatannya lebih
mudah dan biaya nya lebih murah.

b. Kontrasepsi suntikan sekali sebulan


Banyak digunakan di Negara-negara latin dan RRC terdiri dari
kombinasi dari estrogen dan progesteron.
Kontrasepsi sekali sebulan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan kontrasepsi biasa atau standar, yaitu:
1) Menimbulkan perdarahan teratur setiap bulan
2) Kurang menimbulkan perdarahan bercak atau perdarahan irregular
lainnya
3) Kurang menimbulkan amenore
4) Efek samping lebih cepat menghilang setelah suntikan dihentikan

Adapun kekurangan dari kontrasepsi sekali sebulan adalah:


a. Penyuntikan lebih sering
b. Biaya keseluruhan lebih tinggi
c. Kemungkinan efek samping karena estrogen

Efek Non-Kontraseptif

Kontrasepsi suntikan juga mempunyai efek non-kontraseptif yang


menguntungkan, yaitu:

a. DMPA telah diakui sebagai terapi untuk karsinoma endometrium


(primer maupun mestatik)
b. Pada wanita yang sedang menyusui, DMPA dapat menambah jumlah
ASI
c. Kadar Hb sering bertambah, sehingga dapat menolong mencegah
anemia, baik pada DMPA maupu NET EN
d. Pada penderita penyakit sickle cell (suatu penyakit genetic di afrika),
DMPA mengurangi rasa sakit dan terdapat lebih sedikit sel darah
merah abnormal.
e. DMPA juga memberi proteksi terhadap beberapa macam infeksi
traktus genitalia/PID
f. DMPA juga mencegah vulvo-vaginal candidiasis
g. DMPA mengurangi resiko karsinoma ovarium dan karsinoma
endometrium
h. DMPA diperbolehkan di Amerika Serikat untuk dipakai pada
karsinoma ginjal (sebagai pengobatan paliatif)
i. DMPA kadang-kadang digunakan untuk mengobati pubertas praecox
j. DMPA dalam dosis sangat tinggi digunakan untuk mengurangi kadar
testosterone pada pria dengan kelakuan seksual yang abnormal.
3. Alat dalam rahim IUD (IUCD, COPPER-T, SPIRAL)
IUD adalah sebuah alat yang kecil yang dimasukan ke dalam rahim oleh
dokter atau petugas kesehatan yang terlatih atau bidan. Setelah di rahim,
IUD akan mencegah sel sperma pria untuk bertemu dengan sel terlur
wanita. IUD bisa tinggal di dalam rahim sampai 10 tahun (tergantung pada
jenis IUD) sebelum di lepas dan diganti. Sebuah IUD dapat digunakan
tanpa sepengatuhan pria (meskipun kadang-kadang pria dapat merasakan
benangnya).

Kontraindikasi:

- Hamil atau mungkin hamil.


- Dalam bahaya penularan PMS.
- Pernah menderita infeksi tuba atau rahim, atau infeksi setelah
melahirkan atau setelah keguguran.
- Pernah hamil diluar kandungan.
- Pernah mengalami perdarahan hebat dan rasa sakit selama datang
bulan.
- Sangat anemik.
- Belum pernah hamil.

Efek samping:
Mengalami perdarahan ringan selama minggu pertama setelah memakai
IUD. Beberapa wanita bisa mengalami datang bulan yang lebih lama lebih
banyak dan lebih sakit tetapi ini akan menghilang setelah tiga bulan
pertama pemakaian IUD.

Cara menggunakan IUD:

Sebuah IUD dimasukan oleh seorang petugas kesehatan yang telah dilatih
khusus setelah dilakukan pemeriksaan. Waktu yang terbaik pemasangan
IUD adalah selama datang bulan. Setelah melahirkan, lebih baik
menunggu enam bulan untuk memberi kesempatan rahim pulih kembali
baik ukuran dan bentuknya sebelum memasukan IUD.

Kadang-kadang IUD bisa terlepas dari tempatnya. Bila ini terjadi, maka
tidak akan efektif lagi untuk mencegah kehamilan, karena itu sangat
penting untuk bisa memeriksa sendiri letak IUD untuk memastikan letak
masih baik. Sebagian besar IUD mempunyai dua benang yang terjurai
kadang-kadang sampai di mulut vagina. Kita bisa memeriksa benang
tersebut setiap setelah datang bulan untuk memastikan letak IUD masih
baik.

Cara memeriksa letak IUD:

1. Cuci tangan.
2. Berjongkoklah dan dengan dua jari masukkan ke dalam vagina dan
jangkau sedalam-dalamnya. Rasakan adanya benang tetapi jangan
mencoba untuk menarik keluar.
3. Keluarkan jari-jari dan cucilah tangan dengan baik.

Penghentian pemakaian IUD:

Bila kita ingin menghentikan pemakaian IUD, kita harus pergi ke petugas
kesehatan yang akan mengeluarkan IUD, jangan mencoba
mengeluarkannya sendiri. Kita bisa segera menjadi hamil setelah IUD
dikeluarkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
ALAT KONTRASEPSI HORMONAL
rdSUNTIK KB 3 BULAN

I.         DEFINISI
- Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
bersifat sementara dapat pula yang bersifat permanen yang merupakan salah
satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. ( Sarwono, P. 2005 )
- Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang berupa cairan hormon
progestin yang disuntikkan kedalam tubuh wanita secara periodik.
( Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2003 )
- Suntik 3 bulan adalah kontrasepsi suntik yang diberikan setiap 3 bulan
sekali dengan cara suntik IM. (Hartanto, Hanafi. 2004 )
-
II.        JENIS SUNTIKAN YANG MENGANDUNG PROGRESTIN
1.      Depo Medroxyprogesterone Asetat ( Depo Provera ), mengandung 150
mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan sekali dengan cara disuntik IM
(didaerah bokong).
2.      Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200
mg diberikan setiap 2 bulan sekali dengan cara di suntik IM.
( Hartanto, Hanafi. 2004 )

III.       CARA KERJA
1.      Mencegah ovulasi
2.      Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
3.      Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi.
4.      Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
( Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003 )

IV.         EFEKTIFITAS
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi dengan
0,3 kehamilan/100 perempuan setahun. Asal penyuntikannya dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
( Hartanto, Hanafi. 2004 )
V.          CARA PEMBERIAN
Cara pemberian kotrasepsi suntik 3 bulan ( Depo Provera ) yaitu :
- Waktu pasca persalinan ( Post Partum ). Dapat diberikan pada hari ke-3
sampai ke-5 post partum atau 6-8 minggu pasca salin asal dipastikan ibu
tidak hamil atau belum melakukan coitus.
-   Pasca keguguran ( Post Abortus ). Dapat diberikan setelah kuretase atau 30
hari pasca abortus asal ibu tidak hamil.
( Saifuddin, 2006 )

VI.       KEUNTUNGAN
Keuntungan penggunaan kontrasepsi 3 bulan :
1.      Sangat efektif.
2.      Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3.      Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
4.      Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
5.      Efek samping sedikit.
6.      Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
7.      Membantu mencegah kanker endometrium.
8.      Mencegah terjadinya kanker jinak payudara.
9.      Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
( Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, 2004 )

VII.     KERUGIAN
1.      Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
a. Siklus haid yang memanjang atau memendek.
b. Perdarahan banyak atau sedikit.
c. Perdarahan tidak teratur atau bercak.
d. Tidak haid sama sekali.
2.      Klien bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan.
3.      Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikutnya.
4.      Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B atau infeksi HIV.
5.      Terlambatnya kembali kesuburan setelah menghentikan pemakaian.
( Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, 2004 )

VIII.       EFEK SAMPING DAN PENANGANAN EFEK SAMPING


a.       Gangguan Haid
Penanganannya : berikan pil KB hari ke-1 sampai ke-2 masing – masing 3 tablet,
selanjutnya hari ke-4 diberikan 1 x 1 selama 3 – 5 hari ( amenorrhea ). Jika terjadi
perdarahan dapat pula diberikan preparat estrogen, misal Lymoral 2 x 1 sehari
sampai perdarahan berhenti.
b.      Depresi
Penanganannya : berikan vitamin B6 50 mg 1 x 1 tablet.
c.       Keputihan
Penanganannya : berikan preparat anti cholinergic seperti extrabelladona 10 mg, 2
x 1 tablet untuk mengurangi cairan yang berlebihan.
d.      Jerawat
Penanganannya : berikan vitamin A dan E dosis tinggi.
e.       Perubahan Berat Badan
Penanganannya : anjurkan diet dan olahraga teratur.
f.       Pusing dan Sakit Kepala
Penanganannya : berikan anti prostaglandin untuk mengurangi keluhan, acetosal
500 mg 3 x 1 tablet/hari.
g.      Hematoma
Penanganannya : kompres dingin pada daerah yang membiru selama 2 hari.
Setelah itu ganti menjadi kompres hangat sehingga warna biru menjadi hilang.
( Mochtar, Rustam 2004 )

IX.             INDIKASI
1.      Usia reproduksi.
2.      Telah memiliki anak maupun belum mempunyai anak.
3.      Ingin menggunakan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi.
4.      Menyusui dan membutuhkan alat kontrasepsi yang sesuai.
5.      Post abortus.
6.      Anemia defisiensi.
7.      Tidak dapat memakai kontrasepsi yang menggunakan estrogen.
8.      Sering lupa menggunakan pil.
9.      Mendekati usia menopause.
( Mochtar, Rustam. 2004 )

X. KONTRAINDIKASI
1.      Hamil atau dicurigai hamil.
2.      Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3.      Penyakit hati.
4.      DM disertai komplikasi.
5.      Menderita kanker payudara.
( Sarwono, P. 2005 )

XI. WAKTU MULAI MENGGUNAKAN KONTRASEPSI


1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
2. Pada hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat di berikan setiap saat asalkan
ibu tidak hamil dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
4. Ibu mnegganti kontrasepsi sebelumnya dengan kontrasepsi suntikan.
5. Ibu yang sudah menggunakan kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasepsi suntik yang berlainan.

Anda mungkin juga menyukai